Oleh : H.Hasan Basri
Biografi Sejarah Singkat
Habib Ahmad Baderi bin Tanqir Ghawa bin Abu Thair Muhammad bin Abu Tha’am Ibrahim Assegaf
Ia adalah seorang yang shaleh, dan ia seorang yang
ta’at yang memelihara iman dan islam, ia amat kenal dengan Tuhannya, ia seorang
yang bertanggungjawab kepada keluarganya dan ia selalu berusaha menjalankan
syari’at yang diperintahkan Tuhannya secara ketat selama hidupnya, seperti
shalat, puasa, zakat dan amaliah-amaliah bathin lainya.
Photo diatas adalah phota sekitar tahun 1963 Masihi ketika Beliau menjabat Camat di Pantai Hambawang Barabai Kab. HST
Profisi Sayyid Ahmad Baderi bin Tanqir Gawa Assegaf
Sayyid Ahmad Baderi bin
Tanqir Gawa Assegaf, ia berprofisi atau bekerja sehari-hari sebagai Pegawai
Negeri Sipil di lingkungan Kantor pemerintah daerah Kab. Hulu Sungai Tengah
Barabai hingga ia purna tugas atau pensiun
Pada satu hari saya berkunjung ke rumah Habib Muhammad Burhan Noor bin Ahmad Baderi Assegaf di Desa Tabihi Kec. Padang Batung, beliau bercerita kepada saya bahwa Pada mulanya saat Instansi Brinub disipilkan yakni tempat Sayyid Ahmad Baderi bekerja berubah menjadi Sipil yakni orang yang bekerja disebut PNS. Ia mutasi ke Kacamatan Kasarangan Kab. Hulu Sungai Tengah Barabai, tetapi ia tinggal di Pantai Hambawang. Kemudian ia mutasi ke Pantai Hambawang, disini ia sempat diangkat sebagai Camat Pantai Hambawang. kemudian ia mutasi Haruyan selama di Pemda Hulu Sungai Tengah (HST) ia pernah dipercaya menjabat Camat Haruyan.
Nasab Silsilah Habib
Ahmad Baderi bin Tanqir Ghawa Assegaf bersambung ke Rasulullah Saw
سِلْسِلَة نَسب الحبيب اَحْمَدْ بَدْريْ
الْحَبِيْبُ اَحْمَدْ بَدْريْ [وفات ١٩٩٣م] بِنْ تَنْقِرُ الْغَوَى [وفات ١٩٨٥م] بِنْ اَبًوْ طَيْرٍمُحَمَّدْ [وفات١٣٦١هج] بِنْ اَبًوْ طَعَامٍ اِبْرَاهِيْمَ [وفت١٢٥٢هج] بِنْ اَبُوْ بَكْرٍ الثَّاني [وفات ١٩٠٢م] بِنْ اَحْمَدْ صُحُفٍ [وفات ١٧٩٦م] بِنْ مًحَمَّدْ جَميْلً الدِّيْن [وفات ١١٩٥هج] بِنْ اَبًوْ بَكْرٍ [وفات ١١٧٢هج] بِنْ حَسَنٍ [وَفات ١١٣٣هج] بِنْ هَاشِمٍ [وفات ١٠٧٧ هج] بِنْ مًحَمَّد [وفات ١٠٢٣ هج] بِنْ عًمَرَ الصُّوْفِيِّ [اى عُمَرُ الصَّافِيّ] بِنْ عَبْدُ الرَّحْمن بِنْ مُحَمَّد بِنْ عَلِيٍّ [وَفات ٨٤٠ هج] بِنْ سَيِّدِنَا اَلْاِمَامً الْفَقِّيْه الْمًقّدَّم الثانيّ عَبْدُ الرَّحْمن السَّقَّافُ ٧٣٩-٨١٩هج/ 1١٣٣٨-١٤١٦م] بِنْ سَيِّدِنَا مًحَمَّد مَوْلَى اَلدَّوِيْلَةِ [وفات ٧٦٥ هج] بِنْ سَيِّدِنَا اَلْاِمَامً عَلِيٌّ صَاحِبُ الدَّرْكِ [وفات ٧٠٩ هج/١٢٩٨ بِنْ سَيِّدِنَا اَلْاِمَامً الْفَقِّيْه الْمًقّدَّم مًحَمَّد [٥٧٤-٦٥٣هج/١٢٣٢م] بِنْ سَيِّدِنَا اَلْاِمَامً عَلِيٌّ الوَالِدُ االْفَقِيْهُ [وفات ٥٩٣هج] بن سَيِّدِنَا الامام مًحَمّدْ الصّاحِبُ الْمِرْبَاطُ [وفات ٥٥٦ هج /١١٦١م] بن سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ عَلِيٌّ خَالِعُ قسْمٍ [وفات ٥٧٢ هج/١١٣٣م] بن سيدنا اَلْاِمَامً عَلْوِيْ با عَلَوِيٌّ[وفات ٥١٢ هج/١١١٨م] بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ مًحَمّدْ الصَّاحِبُ الصُّمْعَةُ [وفات ٤٤٦ هج/١٠٥٤م] بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ عَلْوِيُ الْمُبْتَكِرُ الصَّاحِبُ السٌّمَل عَلَوِيّيْن[وفات ٤٠٠ هج] بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ عَبْدُاللهِ [اَىْ عُبَيْدُالله الصَّاحِبُ الْعَرْضِيُّ [٢٩٥-٣٨٥هج/٩٩٣م] بنْ سَيِّدُنَا الْاِمَامُ أَحْمَدُ الْاَبَحُ الْمُهَاجِرُ [٨٢٠-٩٢٤م/٣٤٥هج] بِنْ سَيِّدُنَا الْاِمَامُ عِيْسَى الرُّوْمِيُّ [وفات ٢٧٠ هج/٨٨٣م] بِنْ سَيِّدُنَا الْاِمَامُ مًحَمّدٌ النَّاقِبُ ل[وفات ٢٥٠هج] بنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ عَلِيُّ الْعُرَيْضِيُّ [٧٦٥-٨١٨ م] بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ جعفر الصادق [٧٠٢-٧٦٥م] بن سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ مًحَمّدْ الباقر [٦٧٦-٧٣٢ م] بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ عَلِيُّ زَينُ الـعـابدين[٦٥٨-٧١٣ م] بن سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ الْحُسَيْنُ [٦٢٥-٦٨٠ مة] بنْ السَّيِّدِةُ فَاطِمَةُ الزَّهْرَاءُ [وفات١١ هج] بِنْتُ مًحَمّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ [وفات١١ هج] بِنْ عَبْدُ الله،
Sayyid Ahmad Baderi bin Tanqir Ghawa Assegaf Lahir
Ahmad Baderi lahir hari Jum'at, tanggal 8 November 1918 Masihi
atau bertepatan dengan 4 Shafar 1337 Hijeriyah di kota Kandangan, Kab. Hulu
Sungai Selatan, Kalimantan Selatan.
Ketika ia menamat SR inilah nama & tanggal lahirnya ada perobahan karenanya SK. Kepangkatan PNS nya berbeda dan tertulis, bahwa bernama "Baderiy" tempat lahir Kandangan, hari Sabtu, tanggal 25 Agustus 1928 Masihi. Ia adalah orang yang berpendidikan cukup tinggi dimasanya dibandingkan dengan adik-adiknya.
Konon nama “Ahmad”
adalah nama yang diberikan oleh anak cucunya dan Bidan Kampung saat memutus
(memotong) tali pusatnya waktu ia lahir. Ketika kedua orang tuanya mengadakan
tasmiahan (pemberian nama pada anak) sesudah tujuh hari kelahirannya, maka ia
diberi nama “Adjun Baderit Sasaran Kembang” oleh orang
tuanya, saat itu nama ini dianggap keren. Tetapi orang-orang sekelilingnya dari
masa anak-anak hingga dewasa memanggilnya "Baderi" atau "Utuh Ibat" nama itu
maknanya “Bulan”
maksud tafa'ulnya :
Agar kehidupannya bersinar terang seperti rembulan menerangi gelap gulita di
malam hari.
Ia adalah salah seorang dzuriat yang ke-15 dari al Faqih al Muqaddam al Tsani. yakni Habib Ahmad Baderi bin Tanqir Ghawa bin Abu Thair Muhammad bin Abu Tha'am Ibrahim bin Abu Bakar as-Tsani bin Ahmad Suhuf bin Muhammad Djamiluddin bin Abu Bakar bin Hasan bin Hasyim bin Muhammad bin Umar as-Shufy bin Abdurrahman bin Muhammad bin ‘Aly bin Sayyid Abdurrahman Assegaf bergelar al Faqih al Muqaddam al Tsani, ia termasuk dzuriat Nabi Saw yang hidup di abad ke-19 Masihi.
Habib Ahmad Baderi bin Tanqir Ghawa Assegaf Mendapatkan Pengajaran
Agama
Dimasa kecilnya Ahmad Baderi bin Tanqir Ghawa belajar baca Al Qur'an berada di bawah asuhan
orang tuanya di Desa Lumpangi, kemudian ia dibawa orang tuanya ke Kandangan, untuk
sekolah SR, masa itu Kalimantan belum merdeka.
Habib Ahmad Baderi mendapatkan pengajaran Agama langsung dari : -Siti Khadijah ibunya, -Tanqir Ghawa ayahnya, -Abu Thair Muhammad kakeknya. Dan guru-guru agama disekitarnya. Sejak kecil iapun telah membekali dirinya dengan giat belajar ilmu-ilmu agama kepada orang tuanya, kepada kakeknya dan pamannya dan juga kepada orang lain tentang ilmu fiqih, ilmu akhlak, ilmu tauhid dan ilmu hakekat. Oleh karenanya Dia pandai baca Al-Qur’an dan baca tulis arab Malayu dan Bahasa Indonesia”.
Nah ketika ia mulai menamat SR inilah tanggal lahirnya ada perobahan
(dimudai) atas
saran Guru-gurunya, tujuannya untuk memudahkan mencari pekerjaan nantinya.
Perobahan tanggal lahirnya itu, ia diserahkan kepada Gurunya agar pihak sekolah
menerimanya dan iapun bisa melanjutkan sekolah. Oleh karenanya tanggal lahirnya
lebih muda 10 tahun dari asalnya.
Menurut SK. Kepangkatan PNS Beliau, bahwa ia bernama
"Baderiy" tempat lahir Kandangan, hari Sabtu, tanggal 25
Agustus 1928 Masihi. Ia adalah orang yang berpendidikan cukup tinggi dimasanya
dibandingkan dengan adik-adiknya. Dimasa itu belum merdeka, belum ada
pendidikan SMA di kota Kandangan, Kalsel merdeka dari Belanda 17 Me 1949M.
Masa-masa Remaja Habib Ahmad Baderi bin Tanqirr Ghawa Assegaf dikawinkan diusia dini.
Menurut Folklor ceritra
Datu-datu dan nenek kami menyebutkan bahwa Konon ketika usia Ahmad Baderi antara 17-18
tahun, ia baru tamat SR (Sekolah Rakyat) 6 tahun, ia dijodohkan dan dikawinkan oleh orang tuanya
diusia dini dengan seorang perempuan lebih muda darinya. Diawal tahun 1936 ia menikahi seorang perempuan
bernama Masmurah (usia 16-17 tahun) binti H. Bustani orang Kandangan Hulu.
Konon Orang tuanya dan keluarga dekatnya takut sekali kalau-kalau
Ahmad Baderi mewarisi Bapaknya suka mengembara atau merantau ke Negeri orang.
Maka untuk menghilangkan rasa kekhawatiran tersebut, Ia dikawinkan oleh orang
tuanya diusia sangat muda dengan usia 18 tahun dimasanya.
Mertuanya H. Bustani (w.1948M) aslinya orang Dayak Lumpangi dan
berprofisi (Juragan) pedagang Bambu (Paring). Ia membeli dan mengumpulkannya
dari penjual yang berlabuh ke Kandangan. Ia membawa /malabuh lanting dari
Kandangan, ke Nagara hingga Kuin Banjarmasin. Dan juga ia pernah ditokohkan
orang yang punya pengetahuan yang luas dan menjabat Penghulu di desa Kandangan
Hulu sekitar tahun 1920-1947-an. Ia punya 3 anak, salah satu anak perempuan
yang cantik rupawan an. Masmurah yang menjadi isterinya. Karena ia memiliki paras
cantik rupawan, postur tubuh yang bagus padat berisi dan tinggi kurang lebih
155-160cm lebih maka ia termasuk wanita idaman bagi anak-anak muda dimasanya.
Wanita ini dipinang dan dikawini oleh Habib Ahmad Baderi bin Tanqir Ghawa
Assegaf pada Januari 1936M /Ahad, 24 Syawwal 1354H yang silam hingga
ia hamil. Maka dalam kurun waktu 9 bulan dan 9 hari, lahirlah
seorang anak laki-laki pada tanggal 30-07-1937/Jum’at, 22 Jumadil Awal 1356H
yang diberi nama “Muhammad Barsih”.
Habib H.Muhammad Barsih
Perkawinan Habib Ahmad Baderi dan Masmurah, orang tua Muhammad
Barsih tidaklah bertahan lama, kurang lebih 3-4 tahun, perkawian mereka bubar,
menurut informasi yang saya dapatkan disalah satu pihak bahwa karena ada ikut
campur tangan dari pihak ketiga (pada keluarga itu sendiri) dalam membangun dan
membina sebuah keluarga.
Habib Ahmad Baderi bin Tanqir Ghawa Assegaf melanjutkan pendidikannya ke SMP
Kemudian setelah beberapa tahun Ahmad Baderi menduda, ia melanjutkan pendidikannya ke SMP selama 3 tahun, ketika ia menempuh pendidikan tersebut, ia kawin lagi dengan perempuan an. Aluh Randah atau Nerandah, asal orang Tabihi Lajar, sumber lain menyebutkan beliau orang Ambarai Kec. Padang Batung, hingga ia menamatkan pendidikan SMP, saat itu biaya hidupnya masih ditanggung orang tuanya. Ia belum punya penghasilan untuk menghidupi keluarganya, sehingga perkawinannya yang kedua inipun bubar.
Riwayat pendidikan & Profisi Sayyid Ahmad Baderi bin Tanqir Gawa Assegaf
Pada satu hari saya berkunjung ke rumah Habib Muhammad Burhanuddin
bin Ahmad Baderi Assegaf di Desa Tabihi Kec. Padang Batung, beliau bercerita
kepada saya bahwa “Pada mulanya ia setelah menamatkan SMP dan memiliki Izaah
SMP, Saat itu Kalimantan baru merdeka 17 Mei 1949, sekolah SMA belum ada di
Kandangan, kemudian ia masuk anggota
tentara Brimub lewat cabang Kandangan dan ia diterima. Kemudian ia beserta
rombongnnya dikirim ke Jawa (Surabaya) untuk mendapatkan pendidikan &
pelatihan-pelatihan Keprajuritan disana kurang lebih 3 tahun. Selama pelatihan
di Jawa inipun ia beristeri tetapi tidak punya keturunan. Beliau pernah dikirim
ke Irian Barat untuk Gelombang yang ke-3, tetapi rombongannya dapat pulang
dengan selamat.
Selesai menempuh pendidikan
& pelatihan-pelatihan Keprajuritan di Jawa (Surabaya) ia berada disana
kurang lebih 3 tahun, Ia dipulangkan dari Jawa (Surabaya) ke Kalimantan, ia
bekerja sebagai Brimub mula-mula ditempatkan di Kecamatan Padang Batung, Kab. Hulu
Sungai Selatan. Kemudian ditahun itu ia dimutasi ke Nagara sebagai Brimub.
Pada satu hari saya
berkunjung ke rumah Habib Muhammad Burhan Noor bin Ahmad Baderi Assegaf di Desa
Tabihi Kec. Padang Batung, beliau bercerita kepada saya bahwa Pada mulanya saat
Instansi Brinub disipilkan yakni tempat Sayyid Ahmad Baderi bekerja berubah
menjadi Sipil yakni orang yang bekerja disebut PNS. Ia mutasi ke Kacamatan
Kasarangan Kab. Hulu Sungai Tengah Barabai, tetapi ia tinggal di Pantai
Hambawang. Kemudian ia mutasi ke Pantai Hambawang, disini ia sempat diangkat
sebagai Camat Pantai Hambawang. kemudian ia mutasi Haruyan selama di
Pemda Hulu Sungai Tengah Barabai, ia pernah dipercaya menjabat Camat Haruyan
Habib Ahmad Baderi bin Tanqir Ghawa Assegaf menikahi Gadis Nagara
Tidaklah ia begitu
lama keberadaannya di Nagara sekitar
tahun 1953 Masihi Ia mulai berkenalan dengan janda muda cantik & imut an.
Maslianoor binti Usman Desa Tumbukan Banyu Nagara
Maslianoor binti Usman Desa Tumbukan Banyu Nagara
Kemudian di awal tahun 1953 tersebut, ia melamar janda muda cantik kelahiran Nagara dan Ahad, 12 Sya'ban 1372H ia mengawininya an. Maslianoor asal Desa Tumbukan Banyu Kec. Daha Selatan Kab. HSS. Setelah kawin Maslianoor, ia ikut bersama suaminya Ahmad Baderi tinggal di Kandangan Hulu. Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Menurut penuturan Habib Muhammad Burhan Noor Assegaf anaknya bahwa ibunya setelah kawin dengan ayahnya ia pernah kena guna-guna atau kena santet bekas suaminya. Satu tahun kemudian setelah pernikahannya, tanggal 13 Juli 1955M atau bertepatan dengan hari Rabu, 23 Dzulqa’idah 1374H lahirlah anak pertamanya berjenis kelamin laki-laki diberi nama “Muhammad Burhan Noor”.
Perkawinan Habib Ahmad Baderi dengan Maslianoor binti Usman tersebut dari 1953 – 1993M (kurang lebih 40 tahun) ia telah dikaruniai 7 orang anak, 3 orang laki-laki dan 4 orang perempuan antara lain :
- Muhammad Burhan Noor
- Rumaynoor
- Drs.H.Tajuddin Noor,MM
- Syahruddin Noor, lhr.1963M
- Nurlianti (Nunur)
- Nor Jatunnisa
- Nur Izzati Rahmi SH.I (Untung)
Nasehat-naseehat Habib Ahmad Baderi bin Tanqir Ghawa Assegaf
kepada Anak Cucunya
Pada satu hari saya berkunjung ke rumah Habib Muhammad Burhan Noor
bin Ahmad baderi Assegaf di Desa Tabihi Kec. Padang Batung, beliau bercerita
kepada saya bahwa kakeknya Habib Tanqir
Ghawa, sering memberikan nasehat-nasehat yang baik kepadanya, kepada cucunya. Saat duduk-duduk berkumpul di
ruang tamu di Barabai, kata kakeknya “kita ini tiada boleh pemarah (penyarikan)
dengan orang lain yang berbuat salah dengan kita atau orang yang dianggap
bersalah dengan kita, orang itu mesti kita ma’afkan saja (kita kasiani) mereka,
kalau kita marahi orang itu, atau ada
rasa jengkel kita dihati, maka ditakutkan orang itu akan mendapat mudharat
(katulahan), apa kita ini adalah dzuriat
nasab Habib yang ada di Balai Ulin
Lumpangi’
Kata Kayi Ahmad Baderi dalam mengomentari ceritera Tanqir Ghawa
ayahnya terhadap anaknya Muhammad Burhanuddin bahwa " Kita ini, apa iya
haja dzuriat Habib, seperti dengan yang ada di Palantingan Habib Muhdar bin
Abdullah, tatapi kita dzuriatnya yang ada di Balai Ulin Lumpangi
Sayyid Ahmad Baderi bin Tanqir Gawa Assegaf wafat
Ia wafat dihadiri isteri dan anak-anaknya di desa Rasau Kec. Pandawan Barabai, diusianya yang cukup tua sekitar 75 tahun dan ia dimakamkan berdampinagan dengan ayahnya Habib Tanqir Gawa di Pakuburan Muslimin Desa Matang Ginalon Kec. Pendawan, Barabai, Kab. Hulu Sungai Tengah Barabai Kalimantan Selatan. Hari Senin, tanggal 6 Shafar 1414H. bertepatan dengan tanggal 26 Juli1993 M.
Habib Ahmad Baderi adalah seorang yang shaleh, dan ia seorang yang ta’at yang memelihara iman dan islam, ia amat kenal dengan Tuhannya, ia seorang yang bertanggungjawab kepada keluarganya dan ia selalu berusaha menjalankan syari’at yang diperintahkan Tuhannya secara ketat selama hidupnya, seperti shalat, puasa, zakat dan amaliah-amaliah bathin lainya.
Isteri
Habib Ahmad Baderi an. Maslianoor wafat Senin, 2 Juni 1997M atau bertepatan 26
Muharram 1418H dimakamkan berdampingan Ayah mertuanya Habib Tanqir Ghawa
Assegaf.
Kuburan Muslimin Matang Ginalon Barabai
Tidaklah
banyak yang Penulis ketahui tentang kehidupan Beliau, sejak Beliau lahir, masa
kanak-kanak, masa remajanya, masa tuanya sampai wafatnya. Penulis hanya
berharap dan mendo’akan semoga Allah Swt mema’afkan dan mengampuni
kesalahannya, kesalahan – kesalahan orang tuanya, kesalahan datuk-neneknya, dan
kesalahan – kesalahan orang-orang yang pernah dekat dengannya dan kesalahan –
kesalahan dzuriat-dzuratnya hingga akhir zaman, begitu juga semoga Allah Swt
mengampuni dosa-dosa kita dan dosa-dosa orang-orang muslimin dan muslimat
semuanya. Aamiin Aamiin yaa rabbal aalamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar