Oleh H.Hasan Basri bin H.M.Barsih bin Ahmad Baderi bin Tanqir Ghawa bin Muhammad bin Ibrahim bin Abu Bakar bin Ahmad Suhuf bin Muhammad Djamiluddin bin Abu Bakar bin Hasan bin Hasyim bin Muhammad bin Umar as-Shufy bin Abdurrahman bin Muhammad bin 'Aly bin Abdurrahman Assegaf
Loksado yang merupakan bagian kawasan Pegunungan Meratus di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan memiliki banyak pesona alam yang luar biasa indah dan objek wisata.seperti bukit batu langara dan dikakinya bersemayam makam habaib Abu Bakar, Muhammad Djamiluddin dan Ahmad Suhuf, selain itu juga anda dapat menikmati bening dan sejuknya air pegunungan yang mengalir ke Sungai Amandit serta riak-riak arus air mengalir dari jeram atau riam kecil yang cukup menarik hati.
Satu persatu destinasi itu memiliki pesona dan keunikannya masing-masing. Bila Anda belum sempat mengunjungi destinasi perbukitan batu Langara dan wisata religi makam Habaib keluarga Assegaf Lumpangi Loksado, yang menawarkan keindahan alam luar biasa bagi siapa pun yang berkunjung, mungkin tak ada salahnya menyiapkan rencananya sejak saat ini. Anda hanya dapat menempuh perjalanan dengan kendaraan roda dua atau roda empat (mobil) dari pusat kota Kandangan sekitar 20 - 25 menit.
Sementara destinasi objek
wisata lain alam Loksado, berupa air Terjun Haratai berjarak sekitar sepuluh
kilometer dari ibukota kecamatan dengan menyisir bukit ke arah pedalaman.
“Destinasi” adalah area
geografis sebagai lokasi yang dapat menarik wisatawan untuk tinggal secara
sementara yang terdiri dari berbagai produk periwisata, sehingga membutuhkan
berbagai prasarat untuk merealisasikannya.
2. Biografi Habib Muhammad Djamiluddin bin Abu Bakar bin Hasan bin Hasyim Assegaf
Menurut Sejarah Perkembangan Islam di Timur Jauh, terjemah Dzija Shahab, Almaktab-AlDaimi bahwa “Orang Arab dikenal sebagai orang yang suka berpetualang menjelajahi sepanjang lautan sebelum dan sesudah berkembangnya Islam, kedatangan orang Arab di Indonesia makin jelas setelah agama Islam lahir (abad VII M). Pada masa ini mereka sedang mengemban dua tugas yaitu berniaga dan menyiarkan agama Islam. Jauh sebelum Belanda datang pertama kali ke Nusantara tahun (1596) Masihi, sudah ada orang Arab yang datang dari Hadramaut ke Jawa termasuk ke Jakarta" (Sejarahahlulbait 2014)
“Yang pertama kali digelari al-saqqaf ialah waliyullah al-Muqaddam al-Tsani al-Imam Abdurahman bin Muhammad Maula Dawilah bin Ali bin Alwi bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam” (Afandi 2008).
Habib
Abu Bakar dan Habib Hasan bin Hasyim bin Muhammad bin Umar as-Shufi Assegaf
ayahnya bersama Habib Idrus saudara kandungnya.
Sebenarnya mereka sudah lama bermukim atau tinggal di Kelurahan Randusari, Kec.
Semarang Selatan, Semarang, Jawa Tengah masa Kesultanan Demak. Masa kejayaan Kesultanan
Banjar mereka menyeberang menuju Kesultanan Banjar diakhir abad ke-17 Masihi,
masa raja banjar Sultan Suria Alam alias Sultan Tahmidullah 1 bin Sultan
Tahirullah bin al-Maliku'llah adalah Raja Banjar (Kayu Tangi) yang memerintah
tahun 1700-1717 Masihi.
Syekh Habib Abu Bakar datang ke Balai Ulin pada awal abad ke-18 Masihi. Islam masuk di bawa ke Desa Lumpangi tahun 1705-1759M oleh Sayyid Abu Bakar, ia mengislamkan suku Dayak Langara, Balai Adatnya saat itu bernama "Balai Ulin". suku dayak ini adalah bagian dari pancaran dari suku dayak Maanyan, suku dayak tertua yang hidup di pulau Kalimantan Selatan.
Sebelum Islam datang memasuki Suku Dayak Langara, sebagian mereka masih bertelanjang, pakaian mereka yang mereka pakai berupa dedaunan dan kulipak pohon kayu yang menutupi tubuh dan kemaluan mereka. Kemudian setelah Habib yang bermarga Assegaf datang membawa syari’at Islam, melalui jalur perdagangan dan perkawinan (jual kain Sarung dan perhiasan wanita) secara barter. Saat Habib kena hukuman Adat Dayak suku Dayak Langara, di Balai Ulin pada waktu itu, kemudian setelah hukuman berakhir, ia mengawini puteri yang anggun dan cantik parasnya anak Tetuha Balai /Penghulu Adat an.Milah akhir tahun 1705M Yang dzuriat sesudahnya menyebutnya aluh Jamilah atau Siti Jamilah.
Perkawinan inilah yang sangat merekatkan hubungan suku Dayak Langara dengan Habib. Adanya ikatan tersebut Islam berkembang dengan cepat. Di tambah lagi adanya hubungan darah dengan lahirnya Muhammad Djamiluddin cucu pertama Tetuha Adat. Akhirnya mereka karena merasa berkelurga dengan Habib, merasa badangsanak dengan Habib, mereka tertarik dengan Islam dan menerima Islam dengan sukacita dan juga hasil perkawinan itu membuahkan keturunan dan dzuriatnya yang bersambung dan nasabnya tercatat dengan baik sampai saat ini.
3. Habib Muhammad Djamiluddin bin Abu Bakar bin Hasan bin Hasyim bin Muhammad bin Umar as-Shaafy bin Abdurrahman Assegaf Lahir
Nama panjangnya adalah Muhammad Djamaluddin, memang kedua orang tuanya memberinya nama Muhammad Djamaluddin, mengambil separu nama dari nama ibunya yakni "Jamilah" artinya "Cantik Rupawan", ia seorang anak yang rupawan dan ganteng. Orang-orang disekellingnya dan sahabatnya memanggilnya sehari-hari dengan nama “ Djamiluddin”. Tetapi kedua orang tuanya dan orang-orang dekatnya lebih banyak memanggilnya “Muhammad”. Ia anak/ keturunan pertama dan anak tersayang Habib Abu Bakar bin Hasan Assegaf. Kakeknya Muhammad Langara sangat menyayanginya dan menaruh harapan besar kepadanya, agar menjadi anak yang saleh dan berguna bagi masyarakatnya.
Menurut Folklor ceritra Datu-datu dan nenek kami bahwa "Djamiluddin"
adalah Putera pertama dari Habib Abu Bakar bin Hasan bin Hasyim bin
Muhammad bin Umar as-Shufy dengan isterinya Siti Jamilah binti Muhammad
Lanagara. Namun versi lain menyebutkan bahwa anak itu bernama : "Muhammad
Djamiluddin" Ia lahir dimasa pemerintahan raja banjar Sultan Suria Alam
alias Sultan Tahmidullah 1 bin Sultan Tahirullah bin al-Maliku'llah adalah Raja
Banjar yang memerintah tahun 1700-1717 Masihi. Ia dilahirkan di Lumpangi, hari Senin, 13 Syawwal 1118H /1707Masihi
dan dibesarkan di Desa Lumpangi, ia lahir ditengah-tengah keluarga yang baru
menemukan hidayah Islam. Ia adalah orang yang shalih, ia memperoleh pengajaran agama
Islam langsung dari orang tuanya dan kedua Kakeknya M. Langara dan Sayyid Hasan
ketika ia berada di Desa Taniran dan juga paman Ayahnya Habib Idrus.
Kelahirannya sangat dinanti dan ditubggu oleh keluarga muslim dan keluarga Dayak. Ketika ia hadir sanak keluarganya sangat bersukaria dengan menghadirkan jamuan hidangan dari seekor payau /menjangan. Ketiika ia berumur 7 tahun ayah dan ibunya memisahkan diri atau pindah dari Balai Adat. Membuat rumah sendiri tak jauh dari Balai Adat. Ketika ia berumur 14-15 tahun Balai Adat mulai bubar.
Ditahun usia muda menjelang remajanya Balai Adat "Balai Ulin" bubar tahun 1722M karena banyak dipihak keluarga ibunya yang menerima hidayah islam/ memeluk Islam, maka Balai Ulin Desa Lumpangi mulai ditinggalkan oleh para keluarganya yang belum menerima hidayah Islam, walaupun mereka sudah mengenal Islam dengan baik hingga bertahun-tahun.
Menurut sumber data bahwa sesudah Balai Adat "Balai Ulin" itu bubar maka beberapa tahun kemudian datanglah Dayak Ulang dan Dayak Bumbuyanin ke Lumpangi membawa ketiga anaknya agar diajari tentang Islam kepada Habib dan menemui kakaknya Muhammad Langara dan mohon agar Balai Adat Balai Ulin yang tidak berfungsi itu bisa dipindahkan ke Pantai Dusin Hulu Banyu.
Kemudian atas musyawarah dan kesepakatan bersama Balai Adat Balai Ulin Lumpangi dipindah ke Pantai Dusin Hulu Banyu, tetapi kakaknya minta agar 1 batang tiang dari bagian muka Balai Adat itu ditinggal atau dibiarkan tetap berdiri atau tidak dialih atau dipindah. Katanya "Tiang itu fungsinya dijadikan sebagai Simbol bahwa di Lumpangi pernah berdiri sebuah Balai Adat Dayak".
Menurut folklor ceritera datu dan nenek kami bahwa berkata sebahagian orang Lumpangi masa itu bahwa “Tiada ada Orang yang memilki keilmuan yang paling dalam dan luas tentang Islam kecuali dimiliki oleh Muhammad Djamiluddin bin Abu Bakar Assegaf".Ia memperoleh pengajaran dan bimbingan (suluk, riiyadhah) ilmu Islam langsung dari ayahnya, kakeknya dan pamannya.
Berkata Muhammad Bahrudin bin Marsal ( Beliau keturunan Syarifah asal Amawang) bahwa "Habib Djamaluddin adalah orang yang paling berprngaruh, ia orang yang paling alim dan ia orang yang paling berpengetahuan agama diantara semua penghuni makam di Kampung Balai Ulin ini, Ia memperoleh pengajaran langsung dari ayahnya, kakeknya dan pamannya. hal ini kalau bisa disembunyikan."
Salah seorang Serjana Agama abad ke-21 Masihi keturunan Dayak Lumpangi Habib H.Hasan Baseri,S.Ag bin H.Muhammad Barsih bin Ahmad Baderi Assegaf Berkata bahwa "Andaikata Habib Djamiluddin bukan keturunan Dayak Lumpangi, walaupun ia adalah orang yang paling berprngaruh, ia orang yang paling alim dan juga ia orang yang paling berpengetahuan agama diantara semua penghuni Kampung Balai Ulin Lumpangi saat itu, hampir dipastikan ia tidak akan membatalkan beberapa tradisi suku Dayak yang berlaku di dalam Keluarganya. Akan tetapi karena beberapa tradisi suku Dayak di Keluarganya menyangkut untung dan rugi yakni dianggap merugikan sukunya maka ia membatalkan dan menghapusnya”.
Berkata Ahmad atau Amat yang saya wawancarai, ia asal dayak Bayumbung yang sudah muslim ceritera dari datuk-neneknya bahwa " Bekas tiang-tiang ulin Balai Adat Balai Ulin itu telah diangkut atau dibawa ke Pantai Dusin Hulu Banyu".
4. Silsilah Nasab Habib Ahmad Suhuf bin Muhammad Djamiluddin bin Abu Bakar bin Hasan bin Hasyim bin Muhammad bin Umar as-Shaafy bin Abdurrahman Assegaf Sampai ke Rasulullah Muhammad Saw
Menurut Folklor ceritra Datu-datu dan nenek kami bahwa pada awal abad ke-18 M yang pertama kali datang berkunjung dan menetap di Lumpangi Loksado dari golongan habib/ syarif adalah (keluarga) Aal-ALSAQQAF آل السقاف (dibaca Assegaf/al Seggaf), yaitu Abu Bakar bin Hasan bin Hasyim. Dan Ia yang menikahi suku Dayak puteri penghulu Balai Adat “Balai Ulin” dari pernikahannya itu punya anak laki-laki yang bernama Muhammad Djamiluddin atau dipanggil sehari-harinya Djamiluddin (Habib Lumpangi) dan nasabnya yang bersambung hingga saat ini yaitu :
اَلْحَبِيْب مًحَمَّدْ جَميْلً الدِّيْن بِنْ اَبُوْ بَكْرٍ بِنْ حَسَنٍ بِنْ هَاشِمٍ بِنْ مًحَمَّد بِنْ عًمَرَ الصُّوْفِيِّ بِنْ عَبْدُ الرَّحْمن بِنْ مُحَمَّد بِنْ عَلِيٍّ بِنْ سيدنا الشيخ اَلْاِمَامً القطب عَبْدُ الرَّحْمن وَلِيُّ الله الْفَقِّيْه الْمًقّدَّم الثانيّ السَّقَّافُ بِنْ الشيخ مًحَمَّد مَوْلَى الدَّوِيْلَه بِنْ الشيخ عَلِيُّ الصَّاحِبً الدَّرْك بِنْ سيدنا الامام عَلْوِىْ الْغًيًوْر بِنْ سيدنا اَلْاِمَامً القطب وَلِيًّ الله الْفَقِّيْه الْمًقّدَّم مًحَمّد بِنْ سَيِّدِنَا علي الوالد االفقيه بن سَيِّدِنَا الامام مًحَمّدْ صاحب مرباط بن سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ علي خالع قسم بن سيدنا عَلْوِيْ با عَلَوِيٌّ بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ مًحَمّدْ الصَّاحِبُ الصُّمْعَةُ بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ عَلْوِيُ الْمُبْتَكِرُعَلَوِيّيْن بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ عَبْدُاللهِ [عُبَيْدُالله الصَّاحِبُ الْعَرْضِيُّ] بنْ سَيِّدُنَا الْاِمَامُ أَحْمَدُ الْاَبَحُ الْمُهَاجِرُ بِنْ سَيِّدُنَا الْاِمَامُ عِيْسَى الرُّوْمِيُّ بِنْ سَيِّدُنَا الْاِمَامُ مًحَمّدٌ النَّاقِبُ بنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ عَلِيُّ الْعُرَيْضِيُّ بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ جعفر الصادق بن سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ مًحَمّدْ الباقر بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ عَلِيُّ زَينُ الـعـابدين بن سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ الْحُسَيْنُ بنْ السَّيِّدِةُ فَاطِمَةُ الزَّهْرَاءُ بِنْتُ مًحَمّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِنْ عَبْدُ الله
Dalam kitab Tuhfatuthalib Bima’rifati man Yantasibu Ila Abdillah wa Abi Thalib, karya Sayyid Muhammad bin al-Husain as-Samarqandi (w. 996) disebutkan seperti beriku
واما احمد بن عيسى بن محمد بن العريضي فقال ابن عنبة ابو محمد
الحسن الدلال بن محمد بن علي بن محمد بن احمد بن عيسى الرومي من ولده وسكت عن غيره.
قلت رايت في بعض التعاليق ما صورته قال المحققون بهذا الفن من اهل اليمن وحضرموت كالامام
ابن سمرة والامام الجندي والامام الفتوحي صاحب كتاب التلخيص والامام حسين بن عبد الرحمن
الاهدل والامام ابي الحب البرعي والامام فضل بن محمد البرعي والامام محمد بن ابي بكر
بن عباد الشامي والشيخ فضل الله بن عبد الله الشجري والامام عبد الرحمن بن حسان: خرج
السيد الشريف بن عيسى ومعه ولده عبد الله في جمع من الاولاد والقرابات والاصحاب والخدم
من البصرة والعراق الى حضرموت واستقر مسكن ذريته واستطال فيهم بتريم بحضرموت بعد التنقل
في البلدان والتغرب عن الاوطان حكمة الملك المنان. فأولد عبد الله علويا وعلوي اولد
محمدا ومحمد اولد علويا وعلوي اولد عليا خالع قسم وعلي خالع قسم اولد محمد صاحب مرباط
واولد محمد صاحب مرباط علويا وعليا فاما علوي فله اربعة اولاد احمد وله عقب وعبد الله
ولا عقب له وعبد المالك وعقبه في الهند وعبد الرحمن وله عقب. واما علي فله الفقيه المقدم
محمد وله عقب كثير (تحفة الطالب بمعرفة من ينتسب الى عبدالله وابي طالب، السيد محمد
بن الحسين السمرقندي المدني، ص. 76-77)
“Adapaun Ahmad bin Isa bin Muhammad bin (Ali) al Uraidi
maka Ibnu Anbah berkata: Abu Muhammad al-Hasan al-Dallal bin Muhammad bin Ali
bin Muhammad bin Ahmad bin Isa ar-Rumi adalah dari keturunan Ahmad bin Isa, ia
(Ibnu Anbah) diam tentang selain Abu Muhammad. Aku berkata (penulis kitab
Tuhafatutalib): Aku melihat dalam sebagian ta’liq (catatan pinggir sebuah kitab
ditulis oleh santri dipinggir kitab ketika mendengar keterangan guru) tulisan
yang bunyinya “Telah berkata al-muhaqqiqun dari cabang ilmu ini (nasab) dari
ahli Yaman dan Hadramaut, seperti Imam Ibnu Samrah, al-Imam al-Jundi, al-Imam
al-Futuhi yang mempunyai kitab at-Talkhis, al-Imam Husain bin Abdurrahman al-Ahdal,
al-Imam Abil Hubbi al-Bur’i, al-Imam Fadhal bin Muhammad al-Bur’I, al-Imam
Muhammad bin Abi Bakar bin Ibad as-syami, Syekh Fadlullah bin Abdullah
as-Syajari, dan al-Imam Abdurrahman bin Hisan bahwa Sayyid Syarif Ahmad bin Isa
pergi bersama anaknya, Abdullah, dalam rombongan para anak, kerabat, teman-teman,
para pembantu dari Bashrah dan Iraq menuju Hadramaut setelah berpindah dari
berbagai daerah dan bersembunyi dari berbagai Negara, sebagai hikmah Tuhan raja
yang maha memberikan anugrah. Maka kemudian Abdullah mempunyai anak bernama
Alwi, dan Alwi mempunyai anak bernama Muhammad, Muhammad mempunyai anak Alwi
(lagi), Alwi mempunyai anak Ali Khali’ Qosam, Ali Kholi’ Qosam mempunyai anak
bernama Muhammad Shohib Mirbath, dan Muhammad Shohib Mirbath mempunyai anak
bernama Alwi dan Ali. Maka adapun Alwi maka mempunyai empat anak: Ahmad dan ia
berketurunan, Abdullah ia tidak berketurunan, Abdul Malik keturunannya di
India, dan Abdurrahman dan ia berketurunan. Dan adapun Ali maka ia mempunyai
anak al-Faqih al-Muqoddam Muhammad dan ia mempunyai banyak keturunan. (Tuhfatuttolib,
Sayid Muhammad bin al-Husain, h. 76-77).
5. Perkawinan Habib Muhammad Djamiluddin bin Abu Bakar bin Hasan bin Hasyim bin Muhammad bin Umar as-Shaafy bin Abdurrahman Assegaf dengan Siti Sarah
Akhirnya Abu Thalib beserta isterinya dan Datu Muhammad Langara ayahnya membuat rumah baru dan pindah rumah ke kampung Batu Tangah. Kemudian Abu Thalib dikampung itu dikeruniai anak perempuan an. Siti Sarah. Nantinya untuk menambah kuatnya tali/hubungan darah/ kekeluargaan atau tali persaudaraan Habib Abu Bakar Assegaf mengawinkan Habib Muhammad Djamiluddin (Habib Lumpangi) anaknya setelah remaja dengan Siti Sarah binti Abu Thalib bin Datu Muhammad Langara, ia seorang perempuan dari kampung Batu Tangah.
Perkawinan sepupu tersebut membuahkan keturunan /nasab anak laki-laki salah satunya adalah an. Habib Ahmad Suhuf yang panggilan sehari-harinya Habib Ahmad.
Adapun adik kandung Muhammad Djamiluddin antara lain : Sy. Ummi Badar, Sy. Amas (Mastora) dan yang paling bungsu bernama Ahmad Djalaluddin, ia dilahirkan 10 Sya’ban 1149H/1736M di Desa Lumpangi bersamaan tahun dengan kelahiran Ahmad Suhuf bin Muhammad Djamiluddin yakni Ahad,10 Jumadil Awal 1149H/1736M dan kedua anak ini (Mamarina dan Kemanakan) tumbuh dan dibesarkan dilingkungan orang-orang muslim yang taat Agama islam di Desa Lumpangi, silsilah nasabnya tercatat dengan baik.
Menurut sumber data bahwa semua ilmu Habib Abu Bakar ayahnya, Habib Hasan kakeknya, Habib Idrus paman ayahnya dan ilmu Muhamamad Langara kakeknya telah tertuang dan tercurah pada Habib Muhammad Djamaluddin (Habib Lumpangi), berkata ( Beliau keturunan Syarifah asal Amawang) Muhammad Bahrudin bin Marsal salah seorang yang ikut berziarah ke Makam Habib Jamiluddin bahwa "Habib Djamaluddin adalah orang yang paling alim dan orang yang paling berpengetahuan agama diantara semua penghuni makam di Kampung Balai Ulin ini, hal ini kalau bisa disembunyikan."
Menurut Ahmad Khairudin asal Kapuas bahwa yang memilki keilmuan Islam yang paling dalam tentang Islam adalah "Muhammad Djamiluddin bin Abu Bakar Assegaf".Ia memperoleh pengajaran langsung dari ayahnya, kakeknya dan pamannya.
Menurut silsilah nasabnya bahwa "Muhammad bin Umar as-shufy Assegaf" punya anak an. Hasyim. Hasyim punya anak an. Hasan dan Idrus. Hasan punya anak Abu Bakar dan Abu Bakar punya anak pertama an..Shaleh yang ibunya dari Seiyun Tarim Hadramaut. Dan Abu Bakar juga punya an. Muhammad Djamiluddin (Habib Lumpangi) yang ibunya dari suku Dayak Langara Lumpangi Loksado, yang dipanggil sehari “Djamiluddin” atau "Muhammad" dan kemudian Djamaluddin juga punya anak an.Ahmad Suhuf yang dipanggil sehari ”Ahmad”. Kemudian Ahmad Suhuf punya anak an. Abu Bakar yang dipanggil sehari “Abubakar as-Tsani’.
6. Metode dakwah “Bakisah dan sedikit Homor dalam Dakwah”
Adapun metode dakwah sama dengan ayahnya Habib Abu Bakar yakni Ia berdakwah secara lisan, dalam ruangan Langgar yang beliau kunjungi, ia mulai "Bakisah" (berceritera) dalam Bahasa Banjar & Dayak dibumbui sedikit homor dan berakting ucapan dalam dakwahnya ttg Pendalaman materi Aqidah dan Peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi di Timur Tengah. misalnya Bakisah ttg Cinta Rabi'atul Adawiah dengan Hasan al Basri, dan lain-lainnya. Orang-orang duduk menghadap Habib dan mereka mulai senang dan terhibur mendengarkan penjelasan dari kisah-kisah dengan sedikit homoris dari Habib hingga acara berakhir.
Metode dakwak Bakisah yang dibumbui Akting dan Homor dalam Dakwah, Inilah yang menjadi Adalan Dakwah Habib yang dulunya sangat diminati dan disukai tua dan muda oleh masyarakat Hulu Sungai Selatan.
Berdakwah seperti yang dilakukan Habib Abu Bakar bin Hasan Assegaf dan anak cucunya ini diteruskan oleh para Da'i tahun 1960 an hingga tahun 2000 an seperti Pendakwak yang kita kenal yang sangat masyhur dan menghibur sekali dengan kata-kata mutiara dan kata-kata filusufi mereka yang mempuni antara lain Bapak Artum Ali (Muhammad Ramli bin Anang Ketutut w.24-07-1982M) Tabudarat, Ibu Mustika Murni (Ds.Mandampa),
- 1kampung Batu Tangah,
- kampung Muara Lumpangi,
- kampung Balai Ulin,
- desa Lumpangi,
- kampung Lokbungur.
- kampung Mentata'i,
- kampung Muara Kitar,
- kampung Muara Ahan,
- kampung Tartandui dan
- kampung Harantan,
10. DATU HABIB LUMPANGI MUHAMMAD JAMILUDDIN ASSEGAF MENIKAH DENGAN SITI SARAH BINTI ABU THALIB
Setelah Muhammad Jamaluddin dewasa, Ia juga termasuk orang berpengaruh di Lumpangi setelah ayahnya. Dan ia berada di desa yang sangat terisolasi dari keramaian kota, ia tinggal diudik sungai Kali Amandit yang sangat jauh, kalau berpergian masa itu selalu jalan kaki. Isterinya Siti Sarah seorang muslimah yang shalehah keturunan asli Dayak Balai Ulin Lumpangi, begitu juga kedua orang tua muslim. Siti Sarah binti Abu Thalib bin Muhammad Langara, ia seorang perempuan dari kampung Batu Tangah Desa Lumpangi. Perkawinan sepupu tersebut membuahkan keturunan anak laki-laki, ia lahir di Lumpangi, Jum'at, 10 Jumadil Awwal 1155H/1742M.an. Habib Ahmad Suhuf yang panggilan sehari-harinya Habib Ahmad.
11. Habib Muhammad Djamiluddin bin Abu Bakar bin Hasan bin Hasyim bin Muhammad bin Umar as-Shaafy bin Abdurrahman Assegaf Wafat
Menurut Folklor ceritra Datu-datu dan nenek kami bahwa Dimasanya di sebagian Habib Muhammad Djamiluddin bin Abu Bakar bin Hasan Assegaf diperkirakan wafat Jum'at, 10 Syawal 1195H atau 1781 Masihi. Ia di makamkan berdampingan dengan makam Siti Sarah isterinya dengan usianya sekitar 64 tahun dan ia dimakamkan kampung Balai Ulin Lumpangi Kec. Loksado. Titik Koordinat makam 2,80908, 115,41756, 143,5m, 281 derajat
Berkata Habib Baseraninor bin H. Muhammad Barsih Assegaf “Waktu dahulu diareal
Makam Habib itu tumbuh sebatang pohon kembang kenanga yang besar. Pohon itu
tidak putus-putusnya berkembang. Tetapi tidaklah sembarang orang bisa mengambil
kembang kenanga yang jatuh dari pohonnya diareal makam Habaib Lumpangi itu kecuali
ada dzuriatnya sebab bila mengambilnya
orang yang bukan dzuriatnya maka orang itu, badannya kena sakit panas selama 3
hari 3 malam.
Menurut versi lain bahwa " Sebatang pohon kembang kenanga yang besar. Pohon itu tidak putus-putusnya berkembang. Orang yang bukan dzuriatnya dan tidak pamit (bapadah) mengambil (menjatu) kembang kenanga yang jatuh dari pohonnya diareal makam Habaib Lumpangi itu bisa muntah darah atau orang itu, badannya kena sakit panas selama 3 hari 3 malam
Ketika saya bertemu dengan Habib Raihan (irai) bin Bahriansyah Assegaf, ia juga pernah berceritera kepada saya bahwa ia pernah bertanya langsung kepada kakeknya Habib Bahur bin Tanqir Ghawa Assegaf, kata kakeknya “ kita ini adalah dzuriat Habib Abu Bakar di Balai Ulin Lumpangi”.
Tidaklah banyak yang Penulis gali dan ketahui tentang Tokoh yang satu ini. Beliau hidup di awal abad ke-18 Masihi sampai akhir abad ke-18 Masihi, tidak diketahui secara pasti rekam jejak Beliau saat lahir, masa kanak-kanak, masa remajanya, masa tuanya sampai wafatnya, tetapi hanya ceritera turun temurun yang kami dapatkan dari datuk-nenek moyang kami..
Penulis hanya berharap dan berdo’a semoga Allah Swt selalu mema’afkan dan mengampuni semua kesalahan kekhilapan kita, dan kesalahan – kesalahan orang tua kita, dan juga kesalahan datuk-nenek kita, dan kesalahan – kesalahan orang-orang yang pernah dekat dengan kita dan kesalahan – kesalahan dzuriat-dzurat kita hingga akhir zaman, begitu juga semoga Allah Swt mengampuni dosa-dosa orang-orang muslimin dan muslimat semuanya. Aamiin Aamiin yaa rabbal aalamiin.
Daftar bacaan :
Artikel “Seiyun” From Wikipedia, the free encyclopedia This page was last edited on 12 February 2022, at 02:00 (UTC). https://en.wikipedia.org/wiki/Seiyun
Artikel Destinasi Adalah: Beginilah Pandangan Menurut Para Ahli BLOG·12/10/2019 ....................................................................................................... https://pemasaranpariwisata.com/2019/10/12/destinasi-adalah/
Artikel “Sejarah
Ahlul bait (keturunan) Sayyidina Muhammad Saw di Indonesa” dan .................................................................... http://fakhrur94.blogspot.com/2012/04/sejarah-ahlul-baitketurunan-sayyidina.html
Artikel
ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Raja-Raja Kesultanan
Banjar", Klik untuk baca: https://www.kompas.com/stori/read/2021/05/11/141137979/raja-raja-kesultanan-banjar?page=all. Penulis : Widya
Lestari Ningsih Editor : Nibras Nada Nailufar
Kitab Biografi Ulama-ulama Terkemuka Dunia dan Nasional” yang ditulis oleh “Syekh Samsul Afandi The source: hadhramaut.info/indo – 01/5/2008
Artikel “Sejarah Ahlul bait (keturunan) Sayyidina Muhammad Saw di Indonesa” dan April 2012. http://fakhrur94.blogspot.com/2012/04/sejarah-ahlul-baitketurunan-sayyidina.html
Artikel "Sejarah Perjalanan ayahnya Habib Umar Ash-Shufy bin Abdurrahman bin Muhammad Assegaf ke Nusantara" oleh H.Hasan Baseri bin H. Muhammad Barsih................................................................................................................ https://draft.blogger.com/blog/post/edit/1776103061266680536/1797188491972678497
Hasil-hasil Wawancara dengan Habaib Fam/Marga Assegaf Desa Lumpangi yang masih hidup sebelum tahun 2021Masihi, dan misalnya Habib Tanqir Ghawa, kayi Ahmad Baderi, kayi Ahmad Karji, Muhammad Djamberi, Muhammad Burhan Assegaf, Ahmad atau Amat Bukuanin, Arya Norhadi, Raihan, Basraninoor. Dan lain-lainnya
Artikel “Biografi Habib Ali bin Abdurrahman Assegaf: Ini
Nasab Beliau sampai Nabi Muhammad” Eries Adlin - Jumat, 15 Januari 2021 | 20:51
WIB. https://www.ayobogor.com/nasional/pr-31874179/Biografi-Habib-Ali-bin-Abdurrahman-Assegaf-Ini-Nasab-Beliau-sampai-Nabi-Muhammad
Tidak ada komentar:
Posting Komentar