Oleh H.Hasan Baseri bin H.M.Brsih
Biografi Sejarah Singkat Sayyid Abu Tha'am Ibrahin bin Abu Bakar ast-Tsani bin Ahmad Suhuf bin Muhammad Djamiluddin Assegaf
Menurut Folklor ceritra
Datu-datu dan nenek kami menyebutkan bahwa Ia adalah seorang yang shaleh, dan ia seorang yang
ta’at yang memelihara iman dan islam, ia amat kenal dengan Tuhannya, ia seorang
yang bertanggungjawab kepada keluarganya dan ia selalu berusaha menjalankan
syari’at yang diperintahkan Tuhannya secara ketat selama hidupnya, seperti
shalat, puasa, zakat dan amaliah-amaliah bathin lainya
Silsilah Nasab Sayyid Abu Tha'am Ibrahin bin Abu Bakar ast-Tsani
bin Ahmad Suhuf Assegaf bersambung ke Rasulullah Saw
الْحَبِيْب اَبًوْ طَعَامٍ اِبْرَاهِيْمَ بِنْ اَبُوْ بَكْرٍ الثَّاني بِنْ اَحْمَدْ صُحُف بِنْ مًحَمَّدْ جَميْلً الدِّيْن بِنْ اَبًوْ بَكْرٍ بِنْ حَسَنٍ بِنْ هَاشِمٍ بِنْ مًحَمَّد بِنْ عًمَرَ الصُّوْفِيِّ [عُمَرُ الصَّافِيّ] بِنْ عَبْدُ الرَّحْمن بِنْ مُحَمَّد بِنْ عَلِيٍّ بِنْ اَلْاِمَامً عَبْدُ الرَّحْمن اى وَلِيُّ الله الْفَقِّيْه الْمًقّدَّم الثانيّ السَّقَّافُ بِنْ سَيِّدِنَا مًحَمَّد مَوْلَى اَلدَّوِيْلَةِ بِنْ سَيِّدِنَا عَلِيٌّ صَاحِبُ الدَّرْكِ بِنْ سَيِّدِنَا عَلْوِىْ الْغُيُوْرْ بِنْ سَيِّدِنَا الْفَقِّيْه الْمًقّدَّم مًحَمَّد بِنْ سَيِّدِنَا علي الوالد االفقيه بن سَيِّدِنَا الامام مًحَمّدْ صاحب مرباط بن سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ علي خالع قسم بن سيدنا عَلْوِيْ با عَلَوِيٌّ بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ مًحَمّدْ الصَّاحِبُ الصُّمْعَةُ بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ عَلْوِيُ الْمُبْتَكِرُعَلَوِيّيْن بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ عَبْدُاللهِ [عُبَيْدُالله الصَّاحِبُ الْعَرْضِيُّ] بنْ سَيِّدُنَا الْاِمَامُ أَحْمَدُ الْاَبَحُ الْمُهَاجِرُ بِنْ سَيِّدُنَا الْاِمَامُ عِيْسَى الرُّوْمِيُّ بِنْ سَيِّدُنَا الْاِمَامُ مًحَمّدٌ النَّاقِبُ بنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ عَلِيُّ الْعُرَيْضِيُّ بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ جعفر الصادق بن سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ مًحَمّدْ الباقر بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ عَلِيُّ زَينُ الـعـابدين بن سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ الْحُسَيْنُ بنْ السَّيِّدِةُ فَاطِمَةُ الزَّهْرَاءُ بِنْتُ مًحَمّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِنْ عَبْدُ الله
Sayyid Abu Tha'am Ibrahin bin Abu Bakar ast-Tsani bin Ahmad Suhuf
Assegaf Lahir
Menurut Folklor ceritra
Datu-datu dan nenek kami menyebutkan bahwa Habib Abu Tha’am Ibrahim adalah anak pertama dari pasangan suami
isteri Habib Abu Bakar ast-Tsani bin Ahmad Suhuf Assegaf dengan Umi Salamah (Namanya
Diang Gunung seorang perempuan Dayak Pegunungan Maratus asal Pantai Dusin Hulu
Banyu Loksado), Ibrahim lahir
di Desa Lumpangi hari
Senin tanggal 9 Rajab tahun 1213 Hijeriah/ 17 Desember tahun 1798 Masihi. Ia adalah intah dari
Habib Abu Bakar Bin Hasan Assegaf.
Ia adalah salah seorang dzuriat yang ke-12 dari al Faqih al
Muqaddam al Tsani. yakni Habib Abu
Tha'am Ibrahim bin Abu Bakar as-Tsani bin Ahmad Suhuf bin Muhammad Djamiluddin
bin Abu Bakar bin Hasan bin Hasyim bin Muhammad bin Umar as-Shufy bin
Abdurrahman bin Muhammad bin ‘Aly bin Sayyid Abdurrahman Assegaf bergelar al
Faqih al Muqaddam al Tsani. ia termasuk dzuriat Nabi Saw yang hidup
di abad ke-19 Masihi.
Sayyid Abu Tha'am Ibrahin bin Abu Bakar ast-Tsani bin Ahmad Suhuf
Assegaf Menerima (Menimba) Ilmu Agama
Menurut Folklor ceritra
Datu-datu dan nenek kami menyebutkan bahwa Sayyid Abu Tha'am Ibrahin Assegaf mendapatkan pengajaran Agama
langsung dari : -Umi Salamah ibunya, - Abu Bakar ast-Tsani ayahnya, -
Ahmad Suhuf kakeknya. Dan guru-guru agama disekitarnya. Sejak kecil
iapun telah membekali dirinya dengan giat belajar ilmu-ilmu agama kepada orang yang
lebih tua dari nya, kepada pamannya dan juga kepada orang lain tentang ilmu fiqih,
ilmu akhlak, ilmu tauhid dan ilmu hakekat. Oleh karenanya ia pandai baca
Al-Qur’an dan baca tulis arab Malayu.
Habib Abu Tha’am Ibrahim tumbuh dan besar di desa Lumpangi. Ia adalah
seorang anak cerdas dan shalih yang
membanggakan orang tuanya, ia memperoleh pengajaran ttg Islam langsung dari
ayah dan kakeknya.
Kuniyah Sayyid Abu Tha'am Ibrahin bin Abu Bakar ast-Tsani bin Ahmad Suhuf Assegaf
Namanya adalah “Ibrahim” nama lengkapnya adalah Abu Tha'am Ibrahim bin Abu Bakar ast-Tsani bin Ahmad Suhuf bin Muhammad Djamiluddin bin Abu Bakar bin Hasan Assegaf. “Abu Tha'am" adalah Kuniyah atau Gelar nama kehormatan yang disimatkan pada awal namanya ia adalah orang yang senang sekali makan makanan. Cumilan hingga setiap ia pergi berteman atau pergi kemana saja, ia selalu membawa makanan. Ibrahim adalah nama asli yang diberikan kedua orang tuanya. Namun orang-orang disekelilingnya, dan teman-temannya memberinya gelar kehormatan “Abu Tha’am”. Hal ini terjadi berkenaan dengan kegemaran masa muda dan hobynya selalu memikirkan makan melulu dan suka makan-makan (berupa Nasi ataupun Cimilan), hingga ia menjadi orang yang gemuk, mereka memberinya nama “Bapa yang suka makan” yakni “Abu Tha’am”.
Sayyid Abu Tha'am Ibrahim juga diberi gelar oleh keluarga dekatnya dengan nama "Ambatha'an atau Ambutha'an" artinya "Menanti atau Lambat punya Anak" Yakni Orang yang menanti kelahiran anak atau lambat punya anak. Hampir puluhan tahun lebih mereka hidup suami-isteri tetapi belum dikaruniai anak.
Pasar Jum’at Lumpangi yang ramai dikunjungi oleh Para Pedagang
dari Kandangan, Kayu Abang, Bamban, Pakuan dan Pedagang lainnya.
Menurut Folklor ceritra
Datu-datu dan nenek kami menyebutkan bahwa Diawal abad ke-19 orng-orang Kandangan, Kayu Abang, Bamban,
Pakuan mereka telah banyak berdatangan ke desa Lumpangi untuk berniaga,
dagangan mereka berupa beras, pakaian, sarung, ikan, iwak kering, iwak pakasam,
iwak samu dan lainnya. Mereka para pedagang tersbut berjalan kaki berombongan membawa
dagangan mereka dan melewati jalan setapak dari desa Mu’ui barabai terus menuju
ke pasar “Jum’at Lumpangi”.
Saat musim panen tiba bahwa orang-orang Lumpangi mencari tenaga
upahan menuai (mangatam) padi, maka berdatanganlah orang-orang dari Bamban,
Pakuan unuk mengambilupah mengatam, dan mereka datang sambil berniaga
menjajakan iwak/ikan. Mereka bisa bertahan 1 atau 2 minggu di desa ini, mereka
menjadi buruh memanen padi (mengambil upah mengatam). Salah satu yang datang
sambil menjajakan iwak/ikan hasil tangkapan mereka sendiri.yakni keluarga Diang
Tangang. Mereka
menjadi buruh memanen padi pada salah satu tokoh penduduk yang memeliki ladang
panen padi (pahumaan) yang luas.
Ketika pasar “Jum’at
Lumpangi” tiba,
Habib lewat di depan orang jualan iwak, matanya tertuju pada salah seorang
wanita setengah tua cantik rupawan sedang duduk menanti pembeli jualannya an.
orang tua Diang. Habib mendekatinya dan menyapanya, setelah terjadi dialog
basa-basi anak muda, iapun memborong ikan/iwak dagangan orang tua Diang
tersebut. Setelah transaksi selesai, orang tua Diang bertanya 'Untuk apa nang kau nukar iwak sebanyak ini? jawab Habib :"Ulun cilai handak memberi makan upahan
orang yang mengatam diwadah ulun !' Kata orang tua Diang "Umpat pang nang, acil mengatam lawan ikam".
Acil sambil bahaluya atau bagaya.
Habib bertanya "Macam apa cil menagkap iwak sebanyak
ini? ada iwak haruan, ada iwak papuyu,
ada iwak sapat siam, ada iwak pentet," Kata Penjual, Naah ham sidin
batakun kaya apa manangkapnya! Iwak ini Nangai ditangkap dengan lukah, tampirai, ringgi, lalangit, hancau, jambih, lonta,
membanjur atau maunjun. Ulun kada suah tahu "Nangkaya
apa cil nangaranya Tampirai
itu ? tanya Habib.
Naah "Tampirai itu Nangai nangkaya ini nah dan ada pupukiannya di tengah-tengahnya, namun sampian rasa panasaran
terhadap alat-alat
itu kaina ulun
bawa, sampian bailang ke rumah di Bamban sana".
Sayyid Abu Tha'am Ibrahin bin Abu Bakar as-Tsani bin Ahmad Suhuf
Assegaf Menikah dengan Diang Tangang
Menurut Folklor ceritra
Datu-datu dan nenek kami menyebutkan bahwa setelah selesai panen raya sekitar tahun 1828 Masihi Habib rihlah
(bajalanan) ke Bamban bersama rombongan pedagang untuk melihat peralatan menangkap ikan dan salajur
mencari tantaran unjun paring kala'i. Sesampainya disana, maksudnya dirumah
Acil Penjual iwak di Bamban, ia bertemu dan berkenalan dengan seorang dara muda
yang bernama Siti Rahmah (Diang Tangang) sedang menumbuk padi dilasung di muka
rumahnya anak Acil Penjual iwak. dan Habib langsung jatuh hati kepadanya.
Acil Penjual iwak menjelaskan kepada Habib bahwa “Siti Rahmah
anaknya, Dia seorang janda muda yang sudah beranak ditinggalkan mati suaminya
dua tahun yang lalu”. Ia banyak punya saudara dan kelurga, ia seorang yang
cantik rupawan memikat dan menyejukkan hati kalau dipandang, dipasca musim
panen inilah awal perkenalannya dengan Habib, kemudian Diang Tangang
dipersunting dan dikawini Habib Ibrahim bin Abu Bakar ast-Tsani.
Diceritakan bahwa "Ketika menginjak dewasa Habib Ibrahim
menikah dengan seorang wanita shalihah an. Siti Rahmah (Diang Tangang) tahun
1828M atau Ahad, 14 Jumadil Awal 1228H. Dan Perkawinan itu punya anak / keturunan
tunggal an. Muhammad dan ia lahir tahun 1829 Masihi.kemudian ia ditinggal mati
oleh isterinya.
Masa Remaja Sayyid Abu Tha'am Ibrahin dan Kedua Adiknya bin Abu
Bakar ast-Tsani bin Ahmad Suhuf Assegaf
Abu Tha'am Ibrahim Assegaf, Ia adalah salah seorang yang tidak
suka merantau-mengembara ke Negeri orang, ia takut perutnya sering kosong kalau
berada di Negeri orang. Tidak seperti kedua adik laki-lakinya Habib Abdullathif
dan 'Aly Abdullah (Datu Tayau) gemar merantau-mengembara ke Negeri orang.
Keduanya telah mengembara ke Pulau Emas (Pulau Sumatera) menuju gunung Kerinci,
konon di kaki gunung inilah keduanya mengadu nasif, mendulang emas. Pada lokasi
pendulangan Emas, tersebut dijaga oleh sekelumpuk Harimau. Tepatnya pada desa
Kersik Tuo Kec. Kayu Aro. Disana ada Pos Penjagaan TNKS (Taman Nasional Kernci
Sabjat). Tepatnya sekarang perbatasan Kabupaten Gadang dengan Kabupaten
Kerinci, Provinsi Jambi, sungainya yang besar dan lebar terkenal dengan nama
sunagi Batanghari.
Diceritakan Abdullathif adalah anak kedua dari Habib Abu Bakar ast-Tsani
bin Ahmad Suhuf, Tetapi banyak juga orang-orang memanggilnya gelar “Abu 'Aly”
Ketika "Abdullathif" atau Abu
'Aly sudah dewasa, ia menikah dan punya anak laki-laki an. Habib Aliadam, Abdul
Karim dan Abdullah, (yang makam Habib
Aliadam sekarang beralamat Desa Cantung Kec. Kelumpang Pulau Laut (Kotabaru),
kemudian Abu Aly ditnggalkan isterinya wafat, ia sangat bersedih hati yang
mendalam, dalam kesedihannya itu adiknya mengajaknya dan membawanya ke Pulau
Emas merantau-mengembara ke Negeri orang.
Dimasanya Sayyid Abu Tha'am Ibrahim telah terjadi Banjir besar,
air sunami yang sangat mencekam, dan banyak menelan korban. Balai Pantai Dusin
Hulu Banyu bekas tinggal ibunya dan sebagian keluarganya telah hanyut dibawa
air bah. Di Lumpangi disamping rumahnya air bah itu, mampu membelah dua arus,
hingga terjadi Erosi (Erosi merupakan proses terkikisnya lapisan permukaan
tanah yang disebabkan oleh pergerakan air, angin, es, dan gravitasi serta
berlangsung secara alamiah). Erosi membuat sungai baru. Sehingga adanya
peristiwa itu halaman Masjid yang dulunya sungai, telah berubah menjadi pantai.
Sebagai akibat dari peristiwa banjir besar itu ikan-ikan sungai banyak yang mati terkapar. Sebagian ada yang berkata menurut Datu-Nenek kami bahari bahwa "Warna air ba'ah itu putih seperti susu kehitam-hitaman dan sangat kalat rasanya, seperti bercampur belirang atau bau batu bara sehingga mata iwak-iwak atau ikan -ikan tak bisa melihat atau kabur, maka banyak ikan-ikan yang naik ke tepi sungai untuk menyelamatkan diri dan akhirnya mati terkapar, akibat matanya tidak dapat meliat lagi dalam air karena pengaruh kalatnya air ba'ah itu.
Dzurriat Keturunan Sayyid Abu Tha'am Ibrahin bin Abu Bakar
as-Tsani bin Ahmad Suhuf Assegaf
Lihat Denah pada Makam Kubah Habaib :
Konon diceriterakan bahwa Habib ini menikah lagi dengan dengan
Diang Bulan wanita shalihah. dan berkat usaha dan ikhtiar mereka untuk punya
anak, akhirnya Penikahan ini membuahkan beberapa orang anak keturunan yang
sangat lama dinantikannya.
Anak pertama mereka lahir an. Syarifah Khadijah. Penikahan Habib
membuahkan keturunan anak yang shalih
dan shalihah antara lain :
1.Habib Abu Tha’am Muhammad beranak an.Tanqir Ghawa
2.Habib …………………. 1.Usup (Supiyan) beranak Pa Jala,beranak an.Jalaluddin
muara lumpangi
2.Datu Pandai Besi, beranak Muhammad
3.Habib H.Mastur punya anak antara lain. 1 .Ismail (Julak Iing) dan
2.Hambali beranak an.Mas’ud (Uut) dan Anto sepupu
kayi Tanqir Ghawa
Ketika
"Abdullathif" atau Abu 'Aly) berada di Negeri orang, Aliadam
anaknya ikut bersama kakak tertuanya yakni Sayyid Abu Tha'am Ibrahim. Dimasanya
anak kemenakannya an.Habib Ali Adam ikut berbersamanya tinggal di desa
Lumpangi, kemudian Ia membagi kampung Balai Ulin menjadi 4 bagian.
Masing-masing menerima 1 bagian tanah dari ke-3 anaknya dan anak kemenakannya
satu bagian.
Sayyid Abu Tha'am Ibrahin bin Abu Bakar bin Ahmad Suhuf Assegaf Wafat
Sebahagian orang ada berkata bahwa Sayyid Abu Tha'am Ibrahin Assegaf, ia mulai sakit-sakitan yang sangat serius diusia 45 tahun dan akhirnya ia wafat Jum'at, 5 Rajab 1252 H bertepatan 7 November 1834M. Ia dikebumikan di kampong Balai Ulin Desa Lumpangi.
Tidaklah banyak yang Penulis ketahui tentang tokoh Sayyid Abu
Tha'am Ibrahim bin Abu Bakar bin Ahmad Suhuf bin Muhammad Djamiluddin bin Abu Bakar bin Hasan Assegaf ini, waku
Beliau masa kanak-kanak, masa remajanya, masa tuanya sampai ajalnya.
Penulis hanya berharap dan mendo’akan semoga Allah Swt mema’afkan
dan mengampuni kesalahannya, kesalahan – kesalahan orang tuanya, kesalahan
datuk-neneknya, dan kesalahan – kesalahan orang-orang yang pernah dekat
dengannya dan kesalahan-kesalahan dzuriat-dzuratnya hingga akhir zaman, begitu
juga semoga Allah Swt mengampuni dan mema'afkan kesalahan-kesalahan/ dosa-dosa
kita dan dosa-dosa orang-orang muslimin dan muslimat semuanya. Aamiin Aamiin
yaa rabbal aalamiin Allahumma Aamiin aamiin ya rabbal aalamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar