Selasa, 12 Maret 2024

A.Historis dan Nasab Dzuriat Datu Habib Lumpangi


 Oleh H.Hasan Basri,S.Ag bin H.M.Barsih Assegaf

NASAB AHLU ALBAIT NABI BESAR MUHAMMAD SAW IBN ABDULLAH IBN ABDUL MUTHALIB DARI KELUARGA ALAWIYIN 

 

Salah satu Nasab Ahlu al-Bait Nabi Besar  Muhammad Saw dari Keluarga Alawiyin Fam Assegaf


1. MUHAMMAD RASULULLAH SAW Tahun 569 s/d 632 Masehi

3= سيد المرسلين إمام الأنبياء والأتقباء سيدنا محمد صلى الله عليه وسلم

 وهو محمد ابن عبدالله وامه ستي امنة معيشته عليه الصلاة والسلام من والده شيئا بل ولد يتيما عائلا فاسترضع في ني سعد. ولما بلغ  مبلغا يمكنه أن يعمل عملا كان يرعى الغنم مع أخوته  من الرضاع في البادية, وكذلما رجع إلى مكة كان يرها لاهلهاعلى قراريط كما ذكره البخري في صحيحه, ووجود الأنبياء فى حال التجردعن الدنيا ومشاغلها أمر لابد منه  لاتهم لو وجدوا أغنياء لالهتهم الدنيا وشغلوا بها عن السعادة الأبدية. وذلك ترى جميع الشرائع الا لهية متفقة على استحسان الزهد فيها والتباعد عنها. وحال الأنبياء السالفين أعظم شاهد على ذالك. فكان عيسى عليه السلام أزهد الناس في الدنيا, وكذالك كان موسى وإبراهيم , وكانت حالتهم في صغرهم ليست سعة بل كلهم سواء تلك الحكمة البالغة أظهرها الله على أنبيائه ليكونوت عوذجا لمتبعيهم في الإمتناع عن التكالب على الدنيا والتهافت عليها  وذالك.سبب البلايا والمحن. وكذالك رعاية الغنم, فما من نبي الا دعاها كما أخبر عن ذالك الصادق في حديث للبخارى, وهذه أيضا من بالغ الحكم فإن الإنسان إذا استرعى الغنم وهي أضعف البهائم. سكن قبله الرأف واللطفة تعطفا, فإذا انتقل من ذالك إلى رعاية الخلق كان لما  هذب أولا من الحدة الطبعية والظلم الغريري, فيكون فى اعدل الاحوال, ولما شب عليه السلام كان يتجر. وكان شريكه  السائب بن أبي السائب, وذهب بالتجارة لخديجة رضي الله عنها ال الشام على جعل يأخذه, ولما شرفت خديجة بزواجه, وكانت ذات يسار عمل فى مالها وكان يأكل من نتيجة عمله, وحقق الله ما أمتن عليه به فى سورة الضحى بقوله  جل ذكره :  ألم يجدك يتيما فأوى ووجدك ضالا فهدى. ووجدك عائلا فأغنى. بالايواء والأغناء قبل النبوة والهداية بالنبوة, هداه للكتاب والإيمان ودين إبراهيم عليه السلام ولم يكن يدرى ذلك قبل,  ٌقال تعال فى سورة الشورى : وكذلك أوحينا إليك روحا من أمرن ماكنت تدرى ما الكتاب ولا الإيمان ولكن جعلناه نورا نهدى به من نشاء من عبادنا.-1

واعلم أن النبي صلى الله عليه وسلم لما بلغ من العمر أربعين سنة نبأ الله تعالى  فى يوم الإثنين فى شهر ربيع الاول, وأرسله لكافة الناس بشيرا ونذيرا, ولما بلغ من العمر أحدى خمسين سنة ونصفا أسرى بجسده وروحه يقظة من مكة إلى بيت المقدس ثم عرج منه إلى السموات السبع إلى  سدرة المنتهى إلى مستوى سمع فيه صريف الاقلام, إلى العرش الى مكان الخطاب مع ربه, وفرض فذلك الوقت عليه صلى الله عليه وسلم وعلى أمته خمس صلوات.

ولما كمل له صلى الله عليه وسلم من العمر ثلاث وخمسون  أمره الله تعالى بالهجرة من مكة إلى المدينة المنورة , فخرج من مكة يوم الإثنين هلال ربيع الأول واختفى بغار ثور ثم خرج منه ليلة الإثنين, وقدم صلى الله عليه وسلم المدينة هى قباء يوم الإثنين الثاني عشر من ربيع الأول, ولما كمل له من العمر ثلاث وستون سنة توفاه الله تعالى وكان ذلك يوم الإثنين الثاني عشر من ربيع الأول فدفن, فى حجر عائشة رصى الله عنها, وكان حمله صلى الله عليه وسلم يوم الإثنين فى غرهرجب. وولادته يوم الإثنين أو ليلة الإثنين الثانى عشر من ربيع الأول فى مكة فى سوق الليل من محل مولده المشهور-2

Tahun 569 s/d 632 Masehi

سَيِّدُ الْمُرْسَلِيْنَ إِمَامُ الْأَنْبِيَاءِ وَالْأَتْقِيَاءِ سَيِّدُنَا مُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Muhammad Saw lahir di kota Mekkah al Mukarramah, hari Senin, tanggal 12 Rabi;ul Awwal Tahun Gajah atau bertepatan dengan tanggal 20 April tahun 569 Masehi. Muhammad Saw pembawa risalah Allah yang terakhir dari kerasulan dan kenabian, dan juga penyempurna agama Islam. Maka dari itulah dia adalah Nabi dan Rasul terakhir.

 لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ                                 La nabiya ba,dahu   ” tidak ada Nabi dan Rasul  sesudahnya”

Tercatat dan terkenal dalam sejarah bahwa Muhammad adalah Nabi dan Rasul Allah yang telah menempuh dan menjalani hidup, kehidupan dan penghidupan  secara manusiawi dan secara Sufi.Dia pernah sebagai pengembala kambing pada usia 6 tahun. Dimasa remajanya pernah ikut berperang dengan paman-pamannya, walaupun dia sebagai pengumpul anak panah untuk diberika kepada mereka (paman-pamannya). Nabi Muhammad juga pernah sebagai pedagang, jual menjual barang dagangan Siti Khadijah. Beliau seorang yang cerdas dan bijaksana dalam berkata dan berbuat. Rasul Saw mendapat julukan : “MUHAMMAD AL AMIIN” Maksudnya orang yang terpercaya dan dapat dijadikan kepercayaan, karena sifat pribadinya yang indah menawan, dan keagungan akhlaknya, tidak ada bandingannya di dunia ini. Dia selalu dipuja dan dipuji oleh penduduk Muslimin di muka bumi dan juga dipuja oleh penduduk langit. Wajiblah kita katakan :

يَا مُحَمَّدُ أَنْتَ رَسُوْلُ اللهِ حَقًّا

Maksudnya : “Ya Muhammad, Engkaulah utusan yang benar.”

Tidaklah begitu mengherankan bila kehidupan tasawuf tumbuh dan berkembang bersamaan dengan tumbuhnya dan berkembangnya Agama Islam. Dimulai dari sebelum Beliau diangkat secara resmi menjadi Rasul, Beliau sudah menempuh jalan tasawuf.

Rasul Saw berhijrah ke Madinah tahun 622 Masehi, setelah 10 tahun di Madinah mengembangkan Agama Islam dan Beliau wafat sekitar tanggal 8 juni tahun 632 Masehi.

Kehidupan Muhammad adalah mencerminkan ciri-ciri prilaku kehidupan Sufi, dimana saja bisa dilihat dari kehidupan sehari-hari Beliau yang sangat sedarhana dan menderita, disamping menghabiskan waktunya dalam beribadah dan bertaqarruf pada Tuhannya.Seperti sudah sama-sama kita maklumi bahwa sebelum Beliau diangkat menjadi Nabi dan Rasul dan juga  belum menerima wahhyu pertama kali. Beliau sudah sering kali melakukan kegiatan Sufi, Dengan melakukan Uzlah ke Gunung Jabal Nur didalam Gua Hera selama berbulan-bulan lamanya hingga Beliau menerima Wahyu pertama saat diangkat oleh Allah Swt sebagai Rasul terakhir tanggal 17 Ramadhan tahun pertama Kenabian, usia Rasul Saw  40 tahun sekitar tahun 609 Masehi.

Setelah nabi Muhammad resmi diangkat sebagai Nabi dan Rasul, diusia 40 tahun. Keadaan dan cara hidup Beliau masih ditandai oleh jiwa dan suasana kerakyatan, meskipun Nabi berada dalamlingkaran keadaan hidup serba dapat terpenuhi semua keinginan terkendali.Lentaran Kekuasaannya sebagai nabi dan rasul Allah yang menjadi kekasih Tuhannya. Pada waktu malam sedikit sekali tidurnya, waktunya dihabiskan untuk takarruf – tawajjuh kepada Allah dengan memperbayak ibadah dan dzikir kepadaNya.

Tempat tidur Nabi terdiri dari Balai Kayu biasa dengan alas tikar dari anyaman daun kurma, tidak pernah memakai pakaian dari Wool apalagi dari Sutra, meskipun Beliau mampu untuk membelinya,  Beliau lebih suka  hidup sedarhana.Begitulah salah satu contoh tauladan oleh  seorang MANUSIA SEMPURNA, MANUSIA YANG TERMULIA DAN PEMIMPIN TERTINGGI, untuk membuka mata Shahabat-shahabatnya dan juga para Pengikutnya hingga akhir zaman, yang diperlihatkan kepada mereka., untuk apa manusia itu hidup. Firman Allah tentang contoh tauladan yang harus diteladani oleh Kaum Muslimin dan Muslimat belahan dunia ini adalah Muhammad Rasulullah Saw.

لقد كان لكم في رسول الله أسوة حسنة   -التبوة  128   

Artinya “Sungguh pada diri Rasulullah itu itu terdapat suri tauladan yang baik untukmu (Kaum Muslimin dan Muslimat)”


a. Keturunan Nabi Muhammad Saw

Siapakah yang dinamai sebagai keturunan Muhammad Saw? Muhammad Saw dikaruniai 7 anak 3 laki-laki dan 4 perempuan, yaitu : 

  1. Qasim, (pemberi Imbalan) wafat saat kecil 
  2. Zainab, (indah dan Wangi) wafat usia 29 tahun 
  3. Ruqaiyah, wafat  saat perang Badar (ia isteri Usman bin Affan) 
  4. Ummu Kultsum, dan 
  5. Fathimah Azzahra. 
  6. Abdullah wafat saat kecil 
  7. Ibrahim wafat saat kecil

Sepanjang hidupnya, Nabi Muhammad Saw telah dikaruniai 7 orang anak, 4 perempuan dan 3 laki-laki.seluruh anak Nabi berasal dari hasil pernikahannya dengan Sayyidah Khadijah, kecuali Ibrahim yang dilahirkan oleh Sayyidah Mariyah al-Qitbhiyah

Setiap keturunan atau anak berasal dari ayahnya, namun khusus untuk keturunan Sayyidatuna Fathimah bersambung kepada Rasulullah merekalah keturunan Muhammad Saw.

Sebagaimana dalam hadits telah disebutkan bahwa Rasulullah bersabda: “Setiap anak yang dilahirkan ibunya bernasab kepada ayahnya, kecuali anak-anak dari Fathimah, akulah wali mereka, akulah nasab mereka dan akulah ayah mereka”, (HR Imam Ahmad).

Datar bacaan  

Bahjatull Abid

1-  نور اليقين فى سيرة المرسلين   -15

2-  الكتاب الفقية نهاية الزين         -12

 


2. Sayyidah Fathimah Azzahra dan Ali bin Abi Thalib

Perkawinan Syyidatuna Fathimah dengan Sayyidina Ali bin Abi Thalib dikarunia 3 orang putra yaitu Hasan, Husain dan Muhsin, dari kedua cucu Nabi Hasan & Husain inilah telah lahir para anak cucu-dzuriat Nabi Saw yang hingga kini kita kenali dengan sebutan syarif, syarifah, sayyid, dan habib.

Menurut Artikel “Kekhususan Fatimah Azzahra yang menurunkan Nasab Rasulullah” Ahlul Bait diposting  tgl 12/12/2013 menyatakan bahwa " Siti Fathimah ra mempunyai tiga orang putra dan dua orang putri :

  1. Hasan
  2. Husain
  3. Muhsin
  4. Ummu Kalsum dan
  5. Zainab.

Kemudian Ummu Kalsum ra kawin dengan Sayyidina Umar Ibnul Khattab ra dan Zainab ra kawin dengan Abdullah bin Ja’far bin Abi Thalib ra. Sedang Muhsin wafat pada usia masih kecil (kanak-kanak). Adapun Hasan ra dan Husain ra, maka dalam buku-buku sejarah dikenal sebagai tokoh-tokoh Ahlul Bait yang meneruskan keturunan Rasulullah Saw. 

Diantara keistimewaan atau fadhelat Ikhtishas yang didapat oleh Siti Fathimah ra adalah, bahwa keturunannya atau Durriyyatnya itu disebut sebagai Dzurriyyah Rasulillah Saw atau Dzurriyyaturrasul.

Fathimah lahir satu tahun sebelum kenabian dan meninggal dunia enam bulan sesudah ayahnya Rasulullah SAW meninggal, yaitu pada malam Selasa tanggal 3 Ramadhan tahun 11 Hijriyah

Nama Fathimah berasal dari kata Fathman yang artinya sama dengan qath'an atau man'an, yang berarti 'memotong, memutuskan atau mencegah'. Ia dinamakan Fathimah karena Allah SWT mencegah dirinya dari api neraka, berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas bahwa Nabi bersabda: 'Sesungguhnya Fathimah adalah orang yang suci farajnya, maka Allah haramkan atas dia dan keturunannya akan api neraka.'

Al-Nasa’i meriwayatkan, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya putriku Fathimah ini adalah seorang manusia-bidadari. Dia tidak haid dan tidak pula mengeluarkan kotoran. Karena itulah ia dinamakan al-Zahra atau 'yang suci', sebab ia tidak pernah mengeluarkan darah, baik dalam haid maupun sesudah melahirkan (nifas). Pada saat melahirkan, ia mandi dan kemudian shalat sehingga ia tidak pernah luput dari melaksanakan shalat.

Adapun sebutan al-Batul baginya itu adalah karena ia merupakan wanita yang paling menonjol di masanya dalam hal keutamaan, agama dan keturunan.

Dikemukakan pula oleh al-Thabrani, bahwa Rasulullah SAW bersabda: " Tiap anak itu bernisbat kepada keturunan bapaknya, kecuali putra Fathimah, akulah wali mereka dan akulah ashabah mereka". Dalam riwayat lain yang sahih disebutkan: "Setiap anak itu mengikuti garis keturunan bapaknya kecuali anak-anak Fathimah , sebab akulah ayah mereka dan ashabah mereka".

Hadis Riwayat lain menyatakan: 

وَقَوْلُهُ صَلَّى اللهُ  عَلَيْه وَسَلَّمَ :" لِكُلِّ بَنِىٍّ اَبٌ عُصْبَةٌ إلا ابني فاطمة فأنا و ليهما و عصبتهما *

Artinya: "Setiap anak laki-laki seorang ayah memiliki ashabah (penerima bagian ashabah), kecuali dua putera Fatimah, karena akulah wali keduanya dan ashabah mereka ber­dua." (HR Al-Hakim)

Hal mana sesuai dengan pengakuan Rasulullah saw,sendiri bahwa anak-anak Fathimah ra yakni Al Hasan dan Al Husain itu bernasab kepada beliau saw. Sehingga berbeda dengan orang-orang lain yang bernasab kepada ayahnya

Rasulullah Saw bersabda:

وَعَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : كُلُّ بَنِى اُنْثَى فَاِنَّ عُصْبَتَهُمْ لِاَبِيْهِمْ مَاخَلَاوَكَ فَاطِمَةُ فَاِنّيْ اَنَا عُصْبَتُهُمْ وَ اَنَااَبُوْهُمْ (رَوَاهُ الطَّبْرَنى)

Artinya “Semua bani Untsa (manusia) mempunyai ikatan keturunan ke ayahnya, kecuali anak-anak Fathimah, maka kepadakulah bersambung ikatan keturunan mereka dan akulah ayah-ayah mereka.” (HR. At Tabrani)

Dalam hadis dari Umar bin Khattab juga diterangkan:

عن النبي صلى الله عليه و سلم كل نسب و صهر ينقطع يوم القيامة إلا نسبى وصهرى (رواه اِبْنُ عَسَاكِيْرٍ)

Artinya: "Nabi shalallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Setiap nasab dan hubungan keluarga melalui perkawinan di hari Kiamat nanti akan putus, kecuali nasabku dan hubungan kekeluargaan melalui perkawinan denganku." (Riwayat Ibnu Asakir)

Diceritakan bahwa pada suatu ketika, Sayyidina Umar ra datang kepada Imam Ali karamallahu wajhah dengan tujuan akan melamar putrinya yang bernama Ummu Kultsum ra.
Setelah Sayyidina Umar ra menyampaikan maksudnya, Imam Ali kw menjawab bahwa anaknya itu masih kecil. Selanjutnya Imam Ali kw menyarankan agar Sayyidina Umar ra melamar putri saudaranya (Ja’far) yang sudah besar.
Mendengar jawaban dan saran tersebut Sayyidina Umar ra menjawab, bahwa dia melamar putrinya, karena dia pernah mendengar Rasulullah saw bersabda:
“ Semua sebab dan nasab terputus pada hari kiamat, kecuali sebab dan nasabku.” (HR. At tobroni)
Dari konteks hadist tsb, hubungan pertalian dengan Rasulullah sangatlah penting, meskipun hubungan pertaliannya merupakan hubungan kekerabatan (sebab) dan bukan hubungan  nasab. Akhirnya lamaran Sayyidina Umar ra tersebut diterima oleh Imam Ali kw dan dari perkawinan mereka tersebut, lahirlah Zaeid dan Ruqayyah
Perkawinan tersebut membuktikan bahwa antara Imam Ali karramallahu wajhah / Siti Fathimah ra dengan Sayyidina Umar ra telah terjalin hubungan yang sangat baik. Sebab apabila ada permusuhan antara Imam Ali karramallahu wajhah / Siti Fathimah ra dengan Sayyidina Umar ra, pasti lamaran tersebut akan ditolak.
Bahkan dalam buku-buku sejarah disebutkan bahwa, Imam Ali karramallahu wajhah dikenal sebagai penasehat Khalifah Umar Ibnul Khattab ra.
Bahkan Sayyidina Umar ra ketika mengawini Ummu Kultsum ra itu berkata kepada orang banyak: “Tidakkah kalian mengucapkan selamat kepadaku, sebab aku pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda:
“Setiap sebab dan nasab terputus pada hari kiamat, kecuali sebab dan nasabku.” (HR. At Tobroni)
Dengan demikian tidak benar jika ada orang yang mengatakan bahwa keturunan Rasulullah Saw atau Dzurriyyaturrasul itu sudah putus atau tidak ada lagi. Karena pendapat tersebut sangat bertentangan dengan keterangan-keterangan Rasulullah saw, yang diakui kebenarannya oleh para ulama dan para Ahli sejarah.
Imam Bukhari telah meriwayatkan dalam kitab shahih-nya bahwa Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu pernah berkata kepada Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu : “Sungguh aku lebih senang menyambung tali kekerabatan kepada keluarga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam daripada keluargaku sendiri” [HR Bukhari : 3712]

Masih dalam Shahih Bukhari bahwasanya Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu ketika pulang dari shalat Ashar ia melihat Hasan Radhiyallahu anhu sedang bermain-main bersama anak-anak yang lain di jalan. Lalu Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu menggendong Hasan Radhiyallahu ‘anhu di atas pundaknya sambil berkata “Demi bapakku yang menjadi tebusan, Hasan lebih mirip Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dibandingkan dengan Ali Radhiyallahu ‘anhu. Mendengar hal itu Ali Radhiyallahu ‘anhu hanya bisa tertawa” [HR Bukhari : 3542]

Dikutip dari  salah satu Artikel telah diterbitkan SINDOnews.com bahwa Habib Zein bin Ibrahim bin Smith Al-Alawi Al-Husaini pernah menerangkan, ada banyak dalil menegaskan bahwa Fatimah merupakan jalur penerus keturunan Nabi Muhammad Saw. Berdasarkan  berfirman Allah dalam Al-Qur'an ttg mubahalah  :

فَمَنْ حَاجَّكَ فِيْهِ مِنْ بَعْدِ مَا جَائَكَ مِنَ الْعِلْمِ فَقُلۡ تَعَالَوۡا نَدۡعُ اَبۡنَآءَنَا وَاَبۡنَآءَكُمۡ وَنِسَآءَنَا وَنِسَآءَكُمۡ وَاَنۡفُسَنَا وَاَنۡفُسَكُمۡ ثُمَّ نَبۡتَهِلۡ فَنَجۡعَل لَّعۡنَتَ اللّٰهِ عَلَى الۡكٰاذِبِيۡنَ (آل عمران ٦١)

Artinya: "Siapa yang membantahmu (tentang kisah Isa) sesudah datang ilmu (yang meyakinkan kamu), Maka katakanlah (kepadanya): "Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, isteri-isteri kami dan isteri-isteri kamu, diri kami dan diri kamu; kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta." (QS Ali Imran: Ayat 61)

Para ahli tafsir menjelaskan, ketika ayat ini turun, Rasulullah SAW mengajak Ali, Fatimah, al-Hasan dan al-Husain. Beliau menggendong Al-Husain, menuntun Al-Hasan, Fatimah berjalan di belakang beliau sedangkan Ali (suamu Fatimah) berjalan di belakang mereka, dan beliau bersabda: "Ya Allah, mereka ini adalah keluargaku." Ayat ini adalah dalil yang tegas, bahwa anak-anak Fatimah dan keturunannya disebut anak-anak Nabi Muhammad dan mereka bernasab kepada nasab Rasulullah SAW secara benar dan bermanfaat di dunia dan akhirat.
 Pada ayat lain, Allah berfirman:

 اِنَّمَا يُرِيۡدُ اللّٰهُ لِيُذۡهِبَ عَنۡكُمُ الرِّجۡسَ اَهۡلَ الۡبَيۡتِ وَيُطَهِّرَكُمۡ تَطۡهِيۡرًا

Artinya: "Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu hai Ahlul Bait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya." (QS Al-Ahzab: 33)
Ungkapan Ahlul Bait dalam ayat di atas mencakup keluarga rumah tempat tinggal dan keluarga nasab Rasulullah SAW. Istri-istri beliau adalah keluarga rumah tempat tinggal, sedangkan kerabat-kerabatnya adalah keluarga karena pertalian nasab.
 عن ابى سعيد الحدري رضي الله عنه قال: إن هذه الاية نزلت فى النبي صلى الله عليه وسلم وعلي وفاطمة والحسن والحسين رضي الله عنهم

Dari Abu Sa'id al-Khudri ia berkata: "Sesungguhnya ayat ini turun berkaitan dengan Nabi sholalllohu 'alaihi wasallam, Ali, Fathimah, Al-Hasan dan Al-Husain radhiyallahu 'anhum." (HR Ahmad)

 إنه صلى الله عليه وسلم جعل على هؤلاء كساء وقال اللهم هؤلاء اهل بيتى وخاصتى اذهب عنهم الرجز وطهرهم تطهيرا

Artinya: "Sesungguhnya Nabi shollallahu 'alaihi wasallam mengemulkan sebuah kain pada mereka (Ali, Fathimah, al-Hasan dan al-Husain) dan bersabda: "Ya Allah, mereka adalah ahli baitku dan orang-orang khususku, hilangkan dari mereka noda dan bersihkan mereka sebersih-bersihnya."
Dalam riwayat lain, sesungguhnya Rasulullah SAW selalu mendatangi rumah putrinya Fathimah, selama enam bulan pada setiap sholat Subuh. Beliau berseru: "Sholatlah hai Ahlul Bait, sesungguhnya Allah hendak menghilangkan dosa dari kamu, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya." (HR at-Tirmidzi dan Abu Dawud ath-Thayalisi dari Anas bin Malik)
Dikisahkan, Sulthan Harun Al-Rasyid dimasa pemerintahannya pernah bertanya kepada Musa al-Kadzim seraya berkata: "Bagaimana kamu berkata kami keturunan Rasulullah SAW padahal kamu adalah anak-anak Ali bin Abi Thalib. Seorang laki-laki hanya bernasab kepada datuk dari sisi ayah, bukan datuk dari ibu?" Lalu Imam Musa al-Kadzim menjawab:

اعوذ بالله من الشيطان الرجيم.بسم الله الرحمن الرحيم. ومن ذريته داود وسليمان وايوب ويوسف وموسى وهارون وكذلك نجزى المحسنين وزكريا ويحيى وعيسى وإلياس

Artinya: "Nabi Isa 'alaihissalam jelas tidak berayah, tetapi beliau dipertemukan dengan nasab para Nabi dari sisi ibundanya. Demikian juga kami dipertemukan dengan nasab Nabi Muhammad dari sisi ibu kami, Fatimah radhiyallahu 'anha. Dan masih ada tambahan lagi hai amirul mukminin, yaitu turunnya ayat mubahalah, saat itu Nabi tidak mengajak siapapun kecuali Ali, Fatimah, al-Hasan dan al-Husain ra."
Sebagai salah satu tinggalan Nabi Muhammad SAW untuk umatnya, keturunannya sudah selayaknya mendapat penghormatan dan rasa cinta seperti yang beliau terima. Sebagaimana anjuran dari sahabat termulia Rasulullah, Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq yang mengatakan, “Cintailah Muhammad melalui cinta kepada para keturunannya (Ahlul Bait).
Tak hanya itu, Al-Qur’an melalui surah Asy-Syura ayat 23 pun mengatur perintah untuk mencintai Ahlul Bait. Dalam ayat tersebut disebutkan, “Katakanlah (wahai Muhammad): Aku tidak meminta upah kepada kalian kecuali rasa cinta kepada kerabatku,”

قُلْ لَّآ اَسْـَٔلُكُمْ عَلَيْهِ اَجْرًا اِلَّا الْمَوَدَّةَ فِى الْقُرْبٰىۗ

Artinya: “Katakanlah (wahai Muhammad): Aku tidak meminta upah kepada kalian kecuali rasa cinta kepada kerabatku,” (QS Asy-Syura: 23)
Dalam tafsir disebutkan bahwa yang dimaksud kerabat disini adalah Ahlul Bait. Dengan demikian, jelas perintah memuliakan dan mencintai Ahlul Bait merupakan perintah langsung dari Allah yang wajib dipatuhi.

عَنْ جَابرٍ بِنْ عَبْدُاللهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ رَاَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِى حُجَّتِهِ يَوْمَ عَرَفَةَ وَهُوَ عَلَى نَاقِتِهِ الْقَصْوَاءِ يَخْطُبُ فَسَمِعْتُهُ يَقُوْلُ : يَااَيُّهَا النَّاسُ اِنِّيْ قَدْ تَرَكْتُ فِيْكُمْ مَا اِنْ اَخَذْتُمْ بِهِ لَنْ تَضِلُّوْا : كِتَابَ الله وَعتْرَتيْ اَهْلُ بَيْتيْ (رواه الترمذى و احمد)
Dari Jabir bin Abdullah ra. berkata ia “Aku lihat Rasulullah pada Hajjinya hari Arafah Sedangkan Beliau berada diatas untanya berkhutbah dan aku mendengar Beliau bersabda : “Wahai manusia, sesungguhnya aku tinggalkan pada diri kalian, jika kalian mengikutinya maka tidak akan tersesat selamanya yaitu Kitabullah (Al Qur’an) dan keturunanku Ahlul Baitku”.HR.At-Tirmidzi dan Ahmad)
عَنْ اَبِيْ سَعِيْدٍ الحدري رضي الله عنه قال قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اِنِّيْ تَاركٌ فِيْكُمُ الثَّقَلَيْنِ اَحَدُهُمَا اَكْبَرُ مِنَ الآخِرِ : كِتَابُ اللهِ حَبْلٌ مَمْدُوْدٌ مِنَ السَّمَاءِ اِلَى الْاَرْضِ وَعتْرَتيْ اَهْلُ بَيْتيْ وَاَنَّهُمَا لَنْ يَفْتَرِقَا حَتَّى تَرِدَا عَلَى الْحَوْضِ (رواه الترمذى و احمد وغيره)
Artinya Hadis  dri Abi  Said al-Khudri ia berkata  Rasul  Saw bersabda :”Aku tinggalkan pada diri  kalian  dua hal,  salah satunya lebih besar   dari  yang  lain yaitu Kitabullah (Alqur’an) sebuah tali penghubung yang  dibentangkan dari langit  ke bumi dan keturunanku Ahlul Baitku.  Sesungguhnya keduanya  tidak akan terputus  hingga datang  sewaktu  telaga Hudl (HR. At-Tirmidzi, Imam Ahmad dan lainnya).


KHALIFAH  ALI  IBN  ABI  THALIB

 الخليفة الرابع أَمِيْرُ الْمُؤْمِنِيْنَ سَيِّدُنَا عَلِيُّ بْنُ أَبِيْ طَالِبٍ كَرَّمَ اللهُ وَجْهَهُ

اللإمام على بن أبي طالب رضى الله عنه
ونسبه مشهور. وكان رضى الله عنه يقول : الدنيا جيفة فمن أراد منها شيئ فليصر على مخالةالكلاب.  قلت والمراد بالدنيا مازاد على الحاجة الشرعية بخلاف ما دمت الضرورة أليه. وذلك أن فصول الدنيا شهوات وأهل الشهوات كثير. ولذالك ماروي زاهد قط فى محل مزاحمة  على الدنيا كماهو مشاهد, وإنما سمي طالب الفضول كلب للدنيا  لتعلقا قلبه بها لان  الكلب مأخذ من التكلب وكل من عسر عليه فراق شهوته فهو كلبها فأفهم فماتوسع من توسع فى مأكل او ملبس لقلة ورعه,  والشارع لم يأمرنا بالتوسع  فى الشبهات. وكان رضي الله عنه  يعظم أهل الدين والمساكين. وكان يصلى ليله ولا يهجع إلا يسيرا يقبض على لحيته ويتمامل تمامل السليم ويبكى بكاء الحزين حتى يصبح. وكان رضي الله عنه  يخاطب الدنيا ويقول يا دنيا  غرى غيرى قد طلقتك ثلاثا عمرك قصير ومجلسك حقير وخطرك كبير أه أه من قلة الزاد وبعد السفر  ووحشةالطريق. وكان رضي الله عنه  يقول أشد الاعمال ثلاثة : أعطاء الحق من نفسك  وذكرك الله على كل حال و مواساة الأخ فى المال.- وكان رضي الله عنه يقول لم يرض الحق تعالى من أهل القرأن إلا دهان فى دينه 1
والسكوت على معاصيه. وكان رضي الله عنه يقول إن مع كل إنسانا ملكين يحفظانه ممالم يقدر فإذاجاء القدر حليا بينه وإن الأجل جئت حصينة. ,كان ينشد زيقول :
حقيق بالتواضع من يموت   -ويكفى المرْء من دنياه  قوت. 
فما لالمرء يصبح ذا هموم   - وحصر ليس تدركه النعوت.
فياهذا سترحل عن قريب     - إلى قوم كلامهم السكوت. -2
وكان رضي الله عنه يقول : أعلم الناس  بالله أشدهم  حبا وتعظيما لاهل لاإله إلا الله. قيل له مرة ألا نحرسك يا أمير المؤمنين فقال حارس كل امرئ اجله.
ولد علي بن أبى طالب رضي الله عنه سنة  601 ملادية.  وقال المصنف تنوير القلوب : ويليه علي ابن  أبي طالب كرم الله وجهه ومكث فى الخلافة أربلع سنين وتسعة أشهر وسبعة أيام, وعمره  رضي الله عنه 60 عاما وتوفى علي بن أبى طالب  رضي الله عنه سنة 661 ملادية.

Dia seorang Shahabat Nabi Saw, Dia termasuk As Sabiqul Awwalun السابق الأولون
 dan Dia pemuda pelopor dalam pengembangan dan penyebaran Islam dan menjabat Khalifah yang ke empat (IV)  dari Khulafa’urrasyidin الخلفاء الراشدين Dia seorang tokoh Sufi pertama dari kalangan Shahabat yang memperkatakan ajaran Fanaa.Saidina ‘Ali Karramallah wajhah berkata : 

قَالَ عَلِىٌّ كَرَّمَ اللهُ وَجْهَهُ ... وَفِىْ فَنَائِيْ وَفِىْ فَنَائِيْ وَفِىْ فَنَائِيْ وَجَدْتُ أَنْتَ

Maksudnya : Dan di dalam fanaku (leburku), leburlah kefanaanku, di dalam kefanaanku itulah, bahwa aku  mendafpatkan Engkau ( Ya Allah).
Kemasyhuran dan derajat Khalifah “Ali dalam Thariqat atau Tasauf ini sangatlah tinggi. Beliau telah menjelaskan prinsif-prinsif أصول Ushul kebenaran Ilahiyah dengan sangat halus, sampai-sampai Abul Qasim al Junaid berkata : “Ali adalah syekh kami mengenai prinsif-prinsif dan mengenai kebenaran dalam menghadapi malapetaka.” Maksudnaya ajaran dan praktik tasauf, karena seorang Sufi menyebut ajaran dengan prinsif-prinsif yaitu ushul Thariqat”. Ini dan praktiknya terdapat dalam kesabaran ketika menghadapi malapetaka atau ujian-ujian dalam kehidupan. Terdapat riwayat yang mengatakan bahwa seseorang meminta kepada “Ali untuk memberinya satu wasiat. “Ali menjawab : “Jangan biarkan isteri dan anakmu menjadi perhatian utama,  sebab jika mereka menjadi kekasih Allah, maka Dia (Allah) yang akan memelihara kekasih-Nya. Dan   jika mereka menjadi  musuh Allah, mengapa harus diperdulikan musuh - musuh Allah ? Pernyataan ini berkaitan dengan pemutusan hati dari semua hal selain Allah, yang menjaga kekasih-Nya dalam keadaan yang dikehendaki-Nya. 
Pada suatu ketika Nabiyullah Musa Alaihissalam, karena  tidak mau menjadikan isteri sebagai perhatian utama, sehingga Nabi Musa meninggalkan puteri Nabi Syu’aib Alaihissalam isterinya dalam keadaan yang paling sulit dan menyerahkannya kepada Allah. Dan begitu pula Nabi Iberahim Alaihissalam dahulu membawa Siti Hajar dan Nabi Isma’il anaknya ke  Gurun Pasir yang tandus (sekarang menjadi Kota Mekkah) dan juga  menyerahkannya kepada Allah Ta’ala.
Kedua Nabi dan Rasul  ini, ketimbang menjadikan isteri dan anak sebagai perhatian utama,  maka mereka memilih menetapkan hati mereka kepada Allah.  Ungkapan ini sama – serupa dengan jawaban yang diberikan Khalifah “Ali Karramallahu wajhah, ketika dia di tanya hal apakah yang paling murni yang bisa dicapai ?  Beliau  menjawab : QANA’ATUL QALBI BILLAH ( قناعة القلب  بالله )“  ”Sesuatu  itu Hati yang  merasa cukup bersama Allah.”  Maksudnya Hati yang begitu kaya bersama Allah, tidak akan menjadi fakir dengan tidak memiliki  harta benda duniawi, dan juga tidak merasa senang dengan memiliki harta dunia. Masalah ini benar-benar membalik ajaran mengenai  kefakiran dan kesucian.
Khalifah “Ali bin Abi Thalib adalah seorang teladan bagi para Sufi dalam hal kebenaran penampakan lahir dan kelembutan  dalam pemaknaan  baten, yang mengosongkan diri  dari semua harta benda di dunia dan akhirat kelak dan memilh pemeliharaan Allah Swt.

Menurut sejarah Islam ketika Muhammad saw diangkat menjadi Nabi dan rasul pada usia 40 tahun sekitar tahun 609 Masehi,  Usia “Ali bin Abi Thalib  sudah 8 tahun. Jadi “Ali bin Abi Thalib lahir tahun 601 Masehi. Dan dia menjabat Khalifah yang ke empat dari tahun 656 Masehi s.d tahun 661 Masehi. Ketika itu usia “Ali sekitar 55 tahun, Sayyidina “Ali Bin Abi Thalib wafat tahun 661 Masehi atau tahun ke 40 Hijeriah dengan usia 60 tahun.

Dalam Kitab Tanwirul Qulub dikatakan bahwa Sayyidina “Ali Bin Abi Thalib  menjabat sebagai khalifatur Rasyidin ke Empat

 ويليه علي ابن  أبي طالب كرم الله وجهه ومكث فى الخلافة أربلع سنين وتسعة أشهر وسبعة أيام

Maksudnya : “Kekuasaan atau wilayah Sayyidina “Ali Bin Abi Thalib Karramallah al Wajhah sebagai pemangku jabatan Khalifah yang ke Empat yakni Empat tahun, Sembilan bulan dan Tujuh hari dari tahun 656 Masehi sampai dengan tahun 661 Masehi. 

Pada usia  6 tahun “Ali Bin Abi Thalib atau  Haidarah  diangkat anak oleh Rasulullah Saw, Sebenarnya isteri Abu Thalib yang bernama Fatimah memberi nama  anaknya setelah lahir adalah dengan  nama “HAIDARAH,( حيدارة) akan tetapi Abu Thalib  ayahnya memberi nama  “ALI”.

Setelah Sayyidina  Ali Bin Abi Thalib atau  Haidarah   dewasa, ia dikawinkan dengan  puteri Rasulullah Saw yang bernama Siti Fatimah. Dari perkawinan  inilah Rasul Saw punya zurriyat  keturunan. Maksud perkawinan inilah antara Sayyidina  Ali  dengan Siti Fatimah, maka  mereka punya anak  yaitu : Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husein.

 
Imam Ali adalah orang yang pertama kali masuk Islam. Abu Ya'la meriwayatkan dari Ali, bahwa Ali telah berkata: "Rasulullah diutus pada hari Senin dan aku masuk Islam pada hari Selasa."
Abdulbirr dalam kitabnya yang berjudul al-Isti'ab mengetengahkan sebuah hadits yang berasal dari Imam Ali , bahwa Rasulullah saw berkata kepada Siti Fatimah ra: 'Suamimu adalah orang yang terkemuka di dunia dan akhirat, ia sahabatku yang pertama memeluk Islam, yang paling banyak ilmunya dan paling besar kesabarannya'
Dalam hal nasab, seperti diriwayatkan oleh Thabrani, bahwasanya Rasulullah saw telah bersabda: "Allah menciptakan keturunan setiap Nabi dari tulang sulbinya sendiri, namun Allah menciptakan keturunanku dari tulang sulbi Ali bin Abi Thalib."
Hal ini diperkuat dengan hadits yang bersumber dari Umran bin Hushain, bahwa Rasulullah telah berkata: "Apakah yang kamu inginkan dari Ali, apakah yang kamu inginkan dari Ali, apakah yang kamu inginkan dari Ali? Sesungguhnya Ali dariku dan aku darinya. Ia adalah pemimpin semua orang mukmin sesudahku."
Ibnu Abbas ra meriwayatkan sebuah hadits, bahwasanya Rasulullah saw menyatakan: 'Manusia diciptakan dari berbagai jenis pohon, sedang aku dan Ali bin Abi Thalib diciptakan dari satu jenis pohon (unsur). Apakah yang hendak kalian katakan tentang sebatang pohon yang aku sendiri merupakan pangkalnya, Fatimah dahannya, Ali getahnya, al-Hasan dan al-Husein buahnya, dan para pencinta kami adalah dedaunannya! Barangsiapa yang bergelantung pada salah satu dahannya ia akan diantar ke dalam surga, dan barangsiapa yang meninggalkannya ia akan terjerumus ke dalam neraka."
Imam Ali bin Abi Thalib wafat sebagai syahid pada hari Jum'at tanggal 17 Ramadhan tahun 40 Hijriyah ketika sedang melaksanakan sholat Subuh. Beliau dikarunia lima belas orang anak laki-laki dan delapan belas orang anak perempuan:
  1. Hasan  
  2. Husein   Ibunya Siti Fathimah binti Rasul saw. 
  3. Muhsin (meninggal waktu kecil)   
  4. Muhammad al-Hanafiah (Menurut satu pendapat keluarga Ba Qasyir di Hadramaut adalah keturunannya) 
  5. Abbas   
  6. Usman   Syahid bersama saudaranya Husein 
  7. Abdullah   Ibunya ummu Banin binti Hazam al-Kilabiyah 
  8. Ja'far    
  9. Abdullah  
  10. Abu Bakar   
  11. Yahya   
  12. Aun   
  13. Umar al-Akbar (Ibunya ummu Habibah al-Taghlibiyah) 
  14. Muhammad al-Ausath (Ibunya Amamah binti Abi Ash) 
  15. Muhammad al-Asghor 
Kelima belas anak laki-laki tersebut sesuai dengan pendapat al-Amiri, sedangkan Ibnu Anbah menambahkan nama: Abdurahman, Umar al-Asghor dan Abbas al-Asghor.
 Adapun yang membuahkan keturunan anak Imam Ali bin Abi Thalib yakni ada lima, orang yaitu: 
  1. Hasan, 
  2. Husain, 
  3. Muhammad al-Hanafiyah, 
  4. Abbas al-Kilabiyah dan 
  5. Umar al-Tsa'labiyah.
Sedangkan anak perempuannya dalam riwayat yang disepakati berjumlah 18 orang, yaitu: 
  1. Zainab, 
  2. Ummu Kulsum, 
  3. Ruqoyah, 
  4. Ummu Hasan 
  5. Ramlah al-Kubra, 
  6. Ummu Hanni, 
  7. Ramlah al-Sughro, 
  8. Ummu Kulsum al-Sughro, 
  9. Fathimah, 
  10. Amamah, 
  11. Khadijah, 
  12. Ummu Khair, 
  13. Ummu Salmah, 
  14. Ummu Ja'far, 
  15. Jamanah  
2. Isteri kedua Ali bin Abi Thalib bernama Laila binti Mas’ud dari Bani Tamim, darinya lahirlah keturunan/anak yang bernama : Ubaidillah dan Abu Bakar.

3. Isteri ketiga Ali bin Abi Thalib bernama “Ummul Banin” binti Haram, darinya lahirlah keturunan/anak yang bernama : Ja’far, Abbas, Abdullah, Utsman

Isteri keempat Ali bin Abi Thalib bernama Asma binti Umays” darinya lahirlah keturunan/anak yang bernama : Yahya, Muhammad Asghar

Isteri kelima Ali bin Abi Thalib bernama “Sahba binti Rabi’a” darinya lahirlah keturunan/anak yang bernama : Umar dan Rukiyah

Isteri keenam Ali bin Abi Thalib bernama Umamah binti Abil Ash” darinya lahirlah keturunan/anak yang bernama : Muhammad Awsad

Isteri ketujuh Ali bin Abi Thalib bernama “Maulah binti Ja’far” darinya lahirlah keturunan/anak yang bernama : Muhammad al Hanafiyah

Isteri kedelapan Ali bin Abi Thalib bernama “Ummu binti Urwah” darinya lahirlah keturunan/anak yang bernama : Umul Hasan dan Ramlah Kubra

Isteri kesembilan Ali bin Abi Thalib bernama “Mahabba binti Amru’ul Qays darinya lahirlah keturunan/anak yang bernama : Puteri wafat saat kecil
Hasan Bin Ali Bin Abi Thalib. 

Sayyidina Hasan lahir di Madinah sembilas belas hari sebelum peristiwa perang Badar. Beliau adalah cucu dan buah hati Rasulullah. Rasulullah mengakikahkan Hasan pada hari ketujuh dari kelahirannya. Sayyidina Hasan , sangat mirip sekali dengan Rasulullah, yaitu dari mulai pusarnya sampai kepalanya. Sedangkan Sayyidina Husien mirip beliau mulai dari pusar ke bawah.
Beliau hidup pada masa Rasulullah selama 8 tahun dan bersama ayahnya selama 29 tahun dan dibaiat menjadi khalifah pada tahun 41 Hijriyah ketika umur beliau 37 tahun. Beliau wafat pada tahun 49 Hijriyah dan dimakamkan di Baqi. Menurut al-Amiri, beliau dikaruniai sebelas anak laki-laki: 
Ali Zainl Abidn, 
Qasim, 
Hasan Mutsanna, 
Zaid, Umar, 
Abdullah, 
Abdurahman, 
Ahmad, 
Ismail, 
Husain dan 
Aqil, dan seorang anak perempuan bernama 
Ummu Hasan. Sedangkan yang meneruskan keturunan Imam Hasan adalah: Zaid dan Hasan Mutsanna. 


Daftar Bacaan  :

You tobe “KISAH UBAIDILLAH BIN ALI BIN ABI THALIB RA | putra imam ali yang terlupakan dalam sejarah” https://www.youtube.com/watch?v=akNqd0yUqeo


-  الطبقات الكبرى  الجزء الأول   -19

2 -  الطبقات الكبرى  الجزء الأول   -21

3. Husain bin  Fatimah az-Zahra bini Muhammad Rasulullah Saw .

(الحسين بن علي بن أﺑﻲ طالب)

a. Sayyidina Al-Husain bin ‘Alī Lahir

Al-Husain bin ‘Alī bin Abī Thālib adalah putra Ali bin Abi Thalib dan Fatimah az-Zahra dan cucu Nabi. Dia dianggap oleh Syiah sebagai Imam ketiga Syiah dan ayah dari dinasti Imam Syiah dari Dua Belas Imam dari Ali bin Husain hingga Mahdi.

Husain dilahirkan    10 Januari 626 atau (3 Sya'ban 4 H) di Madinah, Hijaz, Arabia.

 

b. Sayyidina Al-Husain bin ‘Alī menikah

Pasangan isterinya bernma  : Shahrbanu Ummu Rubab Ummu Layla Ummu Ishaq

Pasangan suami-isteri Husain bin Ali dengan Shahrbanu Ummu Rubab, Ummu Layla, dan Ummu Ishaq (isteri-isteri) tersebut menurunkn 12 orang Anak

Adapun Putra-Putri Sayyidina Husein bin Fatimah Az-Zahra atau Buyut-buyut Muhammad Rasulullah SAW.

  1. Ali Al-Akbar
  2. Ali Zainal Abidin
  3. Abdullah Al-Ashgar
  4. Sukainah
  5. Fatimah
  6. Ja'far
  7. Muhammad
  8. Muhsin
  9. Zainab
  10. Ruqayyah
  11. Shafiyyah
  12. Khawlah.

Sayyidina Husein (Abu Abdillah) adalah cucu dan buah hati Rasulullah. Ia lahir pada hari kelima dari bulan Sya'ban tahun keempat hijriyah.

Al-Hakim mengemukakan sebuah hadits dalam kitab sahihnya, yang bersumber dari sahabat Yahya al-'Amiri, bahwa Rasulullah SAW bersabda: " Husein dariku dan aku dari Husein. Ya Allah cintailah orang yang mencintai Husein. Husein adalah salah seorang asbath."

Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban, Ibnu Sa'ad, Abu Ya'la serta Ibnu Asakir dari Jabir bin Abdullah: "Saya telah mendengar Rasulullah bersabda: 'Barangsiapa suka melihat seorang pemimpin para pemuda ahli surga, maka hendaklah ia melihat kepada Husein bin Ali.'"

 

c. Sayyidina Al-Husain bin ‘Alī Wafat

Ia juga dikenal dengan nama panggilannya, Aba Abdullah. Husain terbunuh pada hari Asyura dalam pertempuran Karbala, dan karena alasan ini kaum Syiah juga memanggilnya Sayyidus Syuhadaa (penguasa para syuhada).

Meninggal/wafat 10 Oktober 680 (umur 54) (10 Muharram 61 H)

Menurut mereka, Husain bukanlah pemberontak sembarangan yang mengorbankan hidupnya dan keluarganya untuk keuntungan pribadi. Dia berdiri melawan penindasan. Dia tidak melanggar perjanjian damai dengan Muawiyah, tetapi menolak untuk berjanji setia kepada Yazid. Seperti ayahnya, dia percaya bahwa Tuhan telah memilih Ahlul Bait untuk memimpin umat Muhammad, dan dia merasa berkewajiban untuk memimpin dengan datangnya surat-surat kaum Kufi. Namun, dia sengaja tidak mencari kesyahidan

Peperangan Karbala, Kekhalifahan Umayyah, Sebab meninggal     Dipancung saat Pertempuran Karbala

Sayyidina Husein gugur sebagai syahid, pada hari Jum'at, hari kesepuluh (Asyura) dari bulan Muharram, tahun enam puluh satu Hijriyah di padang Karbala –suatu tempat di Iraq yang terletak antara Hulla dan Kuffah.

Ibnu Hajar memberitahukan sebuah hadits dari suatu sumber yang diriwayatkan dari Ali, bahwa Rasulullah SAW telah bersabda " Pembunuh Husein kelak akan disiksa dalam peti api, yang beratnya sama dengan siksaan separuh penduduk dunia."

Abu Na'im meriwayatkan bahwa pada hari terbunuhnya Sayyidina Husein, terdengar Jin meratap dan pada hari itu juga terjadi gerhana matahari hingga tampak bintang-bintang di tengah hari bolong. Langit di bagian ufuk menjadi kemerah-merahan selama enam bulan, tampak seperti warna darah.

Sayyidina Husein sungguh telah memasuki suatu pertempuran menentang orang yang bathil dan mendapatkan syahidnya di sana. Menurut al-Amiri, Sayidina Husein dikarunia 6 anak laki-laki dan 3 anak perempuan. Dan dari keturunan Sayyidina Husein yang meneruskan keturunannya hanya Ali al-Ausath yang diberi gelar 'Zainal Abidin'. Sedangkan Muhammad, Ja'far, Ali al-Akbar, Ali al-Ashgor , Abdullah, tidak mempunyai keturunan (ketiga nama terakhir gugur bersama ayahnya sebagai syahid di karbala). Sedangkan anak perempuannya adalah: Zainab, Sakinah dan Fathimah.

Julukan Husain yang terkenal adalah "Sarullah", "Safin al-Najah" (kapal penyelamat), "Aba Abdullah", "Sayyid Syabab dari ahlul janah" (penguasa pemuda surga), "yang tertindas" dan "Sayyid syahada "(penguasa para martir).

 

Bacaan

Artikel “Nasab AHLU-BAIT Nabi dari Keluarga Alawiyin ’

https://ahlulbaitrasulullah.blogspot.com/2012/09/nasab-ahlu-bait-nabi-dari-keluarga.html

Artikel “Husain bin Ali” Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Sayyidus Syuhadaa  https://id.wikipedia.org/wiki/Husain_bin_Ali

 


4. Imam Ali bin Husain bin Fatimah az-Zahra binti Muhammad Saw

Biografi

Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib as yang masyhur dengan Imam Sajjad as atau Imam Ali Zainal Abidin as adalah Imam Keempat Syiah dan putra dari Imam Husain as. Berdasarkan pendapat yang masyhur ia lahir pada tahun 38 H. Namun berdasarkan riwayat-riwayat lain, kelahiran imam ke-4 Syiah diyakini terjadi sekitar tahun 36 atau 37 H atau 48 H. Oleh karena itu, ia mengalami sebagian masa kehidupan Imam Ali as dan juga periode keimamahan Imam Hasan Mujtaba as dan Imam Husain as. Terkait hari lahirnya Imam Sajjad as terjadi perbedaan pendapat. Sebagian peneliti menyebutkan hari Kamis 15 Jumadil Akhir sebagai hari lahirnya. Irbili meyakini hari lahir beliau tanggal 5 Syakban. Ada juga yang meyebutkan tanggal 9 Syakban.

Nama dan nasab ibunya termasuk dari masalah-masalah yang kontroversial. Syekh al-Mufid menyebutkan nama ibu Imam Sajjad as adalah Syahzanan putri Yazdger, putra Syahriyar bin Kisri  dan Syekh al-Shaduq meyakini bahwa ia adalah putri Yazdgerd, putra seorang raja Iran, yang meninggal dunia saat melahirkan.


Julukan dan Gelar

Julukan-julukan yang diberikan kepala Ali bin Husain as adalah Abu al-Hasan, Abu al-Husain, Abu Muhammad dan Abu Abdillah.Sementara gelar-gelarnya adalah Zainal Abidin, Sayid al-Sajidin, Sajjad, Hasyimi, 'Alawi, Madani, Qurasyi dan Ali Akbar. Gelar lain yang diberikan kepadanya adalah Dzu al-Tsafinat, karena ia memiliki tanda di bagian tubuhnya yang sering dipakai sujud, hingga lututnya seperti lutut unta yang keras dan tebal sebagai akibat dari bekas ibadah dan salatnya yang banyak.Imam Sajjad as pada zamannya terkenal dengan sebutan Ali al-Khair, Ali al-Ashgar dan Ali al-'Abid.

 

Syahadah

Tanggal kesyahidan Imam Sajjad as tidak diketahui secara detail. Sebagian peneliti meyakini terjadi pada tahun 94 H dan yang lain menyakinya tahun 95 H. Mengenai hari kesyahidannya pun terjadi perselisihan pendapat; misalnya hari Sabtu 12 Muharram dan 25 Muharram. Laporan-lopran lain juga terlihat dalam beberapa sumber seperti tanggal 18, 19 dan 22 Muharram.

Imam Sajjad ra syahid diracuni atas perintah Walid bin Abd al-Malik. Ia dikuburkan di Pemakaman Baqi' di samping makam Imam Hasan al-Mujtaba ra, Imam Muhammad al-Baqir ra dan Imam Ja'far al-Shadiq ra.

 

Imamah

Keimamahan Imam Sajjad as bermula dengan kesyahidan Imam Husain as pada peristiwa Asyura tahun 61 H/681 dan berlanjut hingga masa kesyahidannya, yakni tahun 94 atau 95 H. Dikatakan masa keimamahannya 34 tahun.

Berdasarkan riwayat-riwayat yang tegas dalam sumber-sumber hadis Syiah, Imam Sajjad as merupakan pengganti dan washi Husain bin Ali ra. Dalam hadis-hadis yang dinukil dari Rasulullah saw tentang nama-nama para Imam Syiah, nama Imam Sajjad as juga disebutkan diantara nama-nama tersebut. Para teolog Syiah seperti Syekh al-Mufid menyakini bahwa keutamaan ilmu Imam Sajjad as atas orang lain setelah ayahnya merupakan dalil pertama atas keimamahannya.

Para penguasa pada masa Imam Sajjad ra antara lain adalah: Yazid bin Muawiyah (61-64 H/681-684), Abdullah bin Zubair (61-73 H/681-694), yang menjadi penguasa Mekah secara mandiri, Muawiyah bin Yazid (berkuasa hanya beberapa bulan pada tahun 64 H/684),Marwan bin Hakam (berkuasa sembilan bulan pada tahun 65 H/685), Abdul Malik bin Marwan (65-86 H/685-705), dan Walid bin Abdul Malik (86-96 H/705-715).


Peristiwa Karbala dan Penawanan

Ketika terjadi peristiwa Karbala dan pada hari ketika Imam Husain as dan para sahabatnya syahid, Imam Ali bin Husain as sedang sakit parah. Sehingga ketika para musuh hendak membunuhnya, sebagian dari mereka berkata, "Cukuplah baginya dengan sakit yang dideritanya ini."

 

Kufah

Setelah Tragedi Karbala, seluruh keluarga Imam Husain ra ditawan dan dibawa ke Kufah dan Syam. Ketika tawanan dibawa dari Karbala ke Kufah, leher Imam Sajjad as diberi belenggu dengan Jamah, yaitu semacam belenggu atau borgol yang mengunci dan mengikat tangan serta leher secara bersamaan. Karena sakit dan tidak bisa menjaga dirinya di atas punggung unta, kedua kaki Imam Sajjad ra diikatkan ke perut unta.

Sebagian sejarawan mengatakan Imam Sajjad ra. membacakan sebuah khutbah di Kufah. Namun, karena keadaan Kufah dan pengekangan serta ketidakramahan para prajurit pemerintah yang berkuasa, juga rasa takut penduduk Kufah terhadap mereka dan sikap tidak bersahabat, maka khutbah yang penuh informasi itu sulit diterima. Selain itu, disebutkan bahwa isi khutbah yang disampaikannya sama dengan khutbahnya di masjid Damaskus. Oleh karena itu, dengan bergulirnya masa ada kemungkinan para periwayat mencampuradukkan kejadian-kajadian tersebut.

Ibnu Ziyad memenjarakan Imam Sajjad ra dan para tawanan Karbala. Dia mengirim surat ke Syam dan meminta perintah Yazid selanjutnya. Yazid membalas suratnya supaya para tawanan dan kepala para syuhada Karbala dibawa ke Syam. Ibnu Ziyad merantai Imam Sajjad ra dan memasang belenggu di lehernya. Para tawanan Karbala pun dibawa ke Syam dengan pengawalan Muhaffar bin Tsa'labah.

 

Syam

Imam Sajjad ra memberikan khutbah di masjid Syam. Ia memperkenalkan dirinya, ayahnya dan kakeknya kepada masyarakat Syam. Ia juga mengatakan bahwa apa yang dikatakan oleh Yazid dan orang-orangnya adalah tidak benar. Ayahnya bukanlah orang asing, dan ia tidak hendak menyerang orang Islam serta menyebarkan fitnah di negeri Islam. Ia bangkit untuk kebenaran dan atas undangan umat dengan menghilangkan bid'ah-bid'ah dalam agama, sehingga kesucian masa Rasulullah saw pun bisa disampaikan.

 

Kembali ke Madinah

Menurut catatan Syekh al-Mufid, akhirnya keluarga Imam Husain as pada hari Arbain bergerak dari Syam menuju Madinah. Imam Sajjad ra. hidup selama 34 tahun setelah Peristiwa Karbala. Selama itu pula ia berusaha terus menghidupkan dan menjaga ingatan terhadap para syuhada Karbala. Setiap minum air ia selalu mengingat ayahnya, dan senantiasa menangisi musibah yang menimpa Imam Husain ra.

Diriwayatkan dari Imam al-Shadiq ra, "Imam Zainal Abidin as menangis untuk ayahnya selama 40 tahun. Ia setiap hari berpuasa dan setiap malamnya melakukan salat. Ketika berbuka puasa, pembantunya membawakan air dan makanan untuknya dan berkata, "Silakan Tuan!" Imam Zainal Abidin ra berkata, "Putra Rasulullah saw terbunuh dalam keadaan lapar! Putra Rasulullah terbunuh dalam kondisi kehausan!" Kalimat ini diulang-ulangnya dan ia menangis sedemikian rupa sehingga air matanya bercampur dengan air minum dan makanannya. Hal ini terus menimpanya hingga ia meninggal dunia.”

Sayyidina Ali Zainal Abidin ialah seorang yang kekhusyu'annya dalam wudhu', shalat dan ibadah sangatlah menakjubkan. Dalam sehari semalam ia shalat (sunnah) seribu raka'at, yang ia kerjakan sampai akhir hayatnya. Ia sangat takut kepada Allah, sampai-sampai bila ia berwudhu' maka menjadi pucat dan gemetarlah seluruh anggota badannya. Ketika ditanya, kenapa tuan menjadi demikian? Ia menjawab: Tahukah kalian di hadapan siapakah aku akan berdiri?

Ia juga dikenal dengan sebutan al-Sajjad (yang banyak sujud).


Imam Ali Zainal Abidin bin Husain bin Fatimah az-Zahra binti Muhammad Saw

(علي بن الحسين بن علي بن أبي طالب)

Imam Ali Zainal Abidin ra. lahir Kamis, tanggal 5 Sya'ban 38 H/658, Ia lahir kota Madinah al Munawwaraah yaitu pada masa pemerintahan kakeknya  Khaliah Ali bin Abi Thalib.

Ayahnya bernama  Imam Husain bin Fatimah az-Zahra binti Muhammad Saw.sedangkan Ibunya bernama    Syahr Banu binti Yazdgerd

Berdasarkan pendapat yang masyhur ia lahir pada tahun 38 H. Namun berdasarkan riwayat-riwayat lain, kelahiran imam ke-4 Syiah diyakini terjadi sekitar tahun 36 atau 37 H atau 48 H. Sebagian peneliti menyebutkan hari Kamis 15 Jumadil Akhir sebagai hari lahirnya. Irbili meyakini hari lahir beliau tanggal 5 Syakban. Ada juga yang meyebutkan tanggal 9 Syakban.

Saudara kandung  Imam Ali Zainal Abidin bin Husain bin Fatimah az-Zahra binti Muhammad Saw berjumlah 5 orang yang bernama :  Ali Akbar as • Ali Asghar • Ja'far dan Sukainah • Fatimah

Imam Ali Zainal Abidin menikahi sepupunya sendiri  an. Fatimah binti Hasan bin Ali , Pasangan atau isterinya bernama  :  Fatimah binti Hasan bin Fatimah az-Zahra binti Muhammad Saw.

Kedua Pasangan suami-isteri ini punya keturunan Putra  : Muhammad al Baqir

Disebutkan bahwa anak Ali Zainal Abidin (Imam Sajjad as) berjumlah 15 orang (11 laki-laki dan 4 perempuan) antara lain :

  1. Muhammad al Baqir dan
  2. Abdullah,
  3. Hasan
  4. Husain Akbar
  5. Zaid (Sohibul Mazhab Syi'ah Zaidiyah,  dan ia mempunyai anak Isa dan Yahya)  
  6. Umar al-Asyrof
  7. Husain al Ashgar   (Ibunya bernama Sa'adah) ia mempunyai anak
  8. Abdurahman
  9. Sulaiman
  10. Ali  Ibunya bernama Zajlan
  11. Muhammad Ashgar dan Putri  
  12. Khadijah •
  13. Fathimah •
  14. 'Illiyah •
  15. Ummu Kultsum 

Anak dan Istri

Imam setelahnya  (Imam Ali bin Husain)  adalah Imam Muhammad al-Baqir bin Imam Ali bin Husain  bin Fatimah az-Zahra binti Muhammad Saw

Dalam sumber data sejarah disebutkan anak Imam Sajjad as berjumlah 15 orang (11 laki-laki dan 4 perempuan). Adapun nama-nama istri dan anak Imam Ali Zainal Abidin menurut Syekh Mufidistrin dan Syekh Thabarsi dan lainnya sebagai berikut  :

Isteri                      Nasab                            Anak

a.Ummu Abdillah     putri Imam Hasan ra  punya 1 anak  an. 1. Imam Muhammad al-Baqir as

b.Ummu Abdillah  ia  Seorang Pembantu rumah tangga punya 3 anak an. 1.Abdullah, 2.Hasan dan 3.Husain Akbar

c. Ummu Jida  ia Seorang Pembantu  rumah tangga punya 2 anak an. 1. Zaid dan  2.Umar  al-Asyrof

d. Ummu Sa'adah. Ia Seorang Pembnatu rumah tangga  punya 3 anak  an. 1.Husain Asghar, 2.Abdurrahman dan 3.Sulaiman

e. Ummu Zajlan   ia   Seorang Pembantu rumah tangga  punya 2 anak  an. 1.Ali dan 2.Khadijah

f.  ………………..    ia Seorang Pembantu rumah tangga punya 1 anak an. 1.Muhammad Asghar

 

Lakab Zainal Abidin • Sayid al-Sajidin • Dzu al-Tsafanat • Al-Sajjad

 

Imam-Imam Syiah

Ali, al-Hasan, al-Husain, al-Sajjad, al-Baqir, al-Shadiq, al-Kazhim, al-Ridha, al-Jawad, al-Hadi, al-Askari, al-Mahdi

Menurut penjelasan Artikel “Imam Ali Zainal Abidin as” https://id.wikishia. net/view/Imam_Ali_Zainal_Abidin_as bahwa dikatakan :

Imam Ali Zainal Abidin ra. lahir Kamis, tanggal 5 Sya'ban 38 H/658, Ia lahir Madinah yaitu pada masa pemerintahan kakeknya Ali Bin Abi Thalib.

Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib as  yang terkenal dengan sebutan Imam Sajjad dan Zainal Abidin adalah Imam Keempat Syiah (38-94 H/658-714). Ia menjadi imam selama 35 tahun. Ia hadir pada Peristiwa Karbala, akan tetapi ia tidak turut berperang karena sakit. Pasukan Umar bin Saad paska kesyahdian Imam Husain as membawanya ke Kufah dan Syam bersama rombongan tawanan Karbala. Pidato Imam Sajjad as di Syam menyebabkan masyarakat paham tentang kedudukan Ahlulbait.

Peristiwa Harrah, Kebangkitan Thawwabin (orang-orang yang taubat) dan Kebangkitan Mukhtar terjadi pada masa Imam Sajjad as. Kumpulan doa-doa dan munajat-munajatnya terbukukan dalam kitab Shahifah Sajjadiyah. Risalah al-Huquq yang merupakan panduan buku kecil mengenai tugas-tugas (takalif) para hamba di hadapan Tuhan dan makhluk adalah karyanya.

Sayyidina Ali Zainal Abidin wafat

Sayyidina Ali Zainal Abidin wafat pada tahun 94 Hijriyah, dalam usia 58 tahun dan Ia wafat syahid 20 Muharam 95 H/714 dimakamkan  di Pemakaman  Baqi.

Menurut riwayat-riwayat Syiah, Imam Sajjad as mati syahid karena racun yang diberikan kepadanya atas perintah Walid bin Abdul Malik. Ia dimakamkan di komplek pekuburan Baqi di samping kubur Imam Hasan al-Mujtaba as, Imam Muhammad al-Baqir as dan Imam Ja'far al-Shadiq as.

Imam Sajjad as memiliki banyak keutamaan. Misalnya ibadah dan bantuannya kepada orang-orang fakir banyak dilaporkan. Di sisi Ahlusunah, beliau juga memiliki kedudukan tinggi dan mereka menyanjung keilmuan, ibadah dan wara'nya.

Jannatul Baqi Sebelum Penghacuran oleh Rezim Saudi


Sumber Data :

Artikel “Imam Ali Zainal Abidin as” https://id.wikishia.net/view/Imam_Ali_Zainal_Abidin_as

Artikel “Nasab AHLU-BAIT Nabi dari Keluarga Alawiyin ’

https://ahlulbaitrasulullah.blogspot.com/2012/09/nasab-ahlu-bait-nabi-dari-keluarga.html

 

5. Imam Muhammad al-Baqir.

 ( محمد ألباقر إبن علي)

 

a.Muhammad al-Baqir lahir

Dia lahir pada tanggal 1 Rajab 57 Hijriyah, di Madinah. Riwayat lain menyebutkan bahwa Beliau dilahirkan pada tahun 59 Hijriyah. Ayahnya adalah Imam Ali Zainal Abidin dan ibunya adalah Fatimah binti Hasan bin Ali. Dia mendapatkan penghormatan yang tinggi di kalangan Sunni karena pengetahuan agamanya

Muhammad al-Baqir bin Ali bin Husain (676–743), adalah Ahlul Bait Nabi, cicit Imam Ali, cucu Husain, dan imam ke-5 dalam tradisi Syi'ah Imamiyah, sedangkan menurut Ismailiyah, ia merupakan imam ke-4.

Imam Muhammad al-Baqir adalah seorang 'arif billah yang sangat luas ilmunya. Ia mendapatkan gelar 'al-Baqir' karena ia telah baqqara (membelah) ilmu, sehingga ia dapat mengetahui asal dan rahasia ilmu. Masa kehidupannya penuh dengan pekerjaan-pekerjaan besar, di antaranya dibukanya lembaga-lembaga keilmuan, pembahasan ilmiah dan sastra.

Berdasarkan ijma' Bukhari dan Muslim putera Muhammad al-Baqir,tiga orang yang punya keturunan yaitu:

  1. Ja'far al-Shadiq
  2. Abdullah meninggal di waktu kecil
  3. Ibrahim meninggal di waktu kecil
  4. Zaid ( tidak mempunyai keturunan)
  5. Ali
  6. Abdullah

Keturunan Muhammad al-Baqir hanya melalui Ja'far al-Shadiq. Maka orang yang mengaku bernasab kepada Muhammad al-Baqir tanpa melalui Ja'far al-Shadiq adalah seorang pendusta.

 

b.Istri dan Anak Muhammad al-Baqir

Sumber riwayat menyebutkan bahwa istri dan anak Imam Baqir as. Antara lain  :

  1. Ummu Farwah binti Qasim bin Muhmmad sebagai istri Imam Baqir as. Ia adalah ibu dari Imam Ja’far Shadiq as. Dan Abdullah as
  2. Ummu Hakim putri Usaid Tsaqafi juga disebut sebagai istri Imam Muhammad Baqir as yang kemudian melahirkan dua putra Imam Baqir as. Yaitu : Iberahim dan Ubaidillah
  3. Ummu ……. Imam juga memiliki istri lainnya dari pembantu rumah tangga yang melahirkan dua orang anak an. Ali dan Zainah
  4. Ummu ……. istri keempat dari Imam Muhammad Baqir as seorang pembantu rumah tangga, yang melahirkan 1 orang anak an. Ummu Salamah.

 

c.Keturunan Imam Baqir as

Keturunan Imam Baqir as berjumlah tujuh orang, yaitu lima laki-laki dan dua perempuan. dan mereka itu adalah:

  1. Ja'far al-Shadiq
  2. Abdullah, Ummu Farwah binti Qasim bin Muhammad adalah ibu bagi kedua putra Imam diatas.
  3. Ibrahim
  4. Ubaidillah, Ummu Hakim binti Usaid Tsaqafi adalah ibu dari kedua putra Imam diatas dan dari kedua putranya tidak memiliki keturunan.
  5. Ali
  6. Zainab, ibu keduanya adalah seorang wanita sahaya.
  7. Ummu Salamah, ibunya juga adalah seorang wanita sahaya.

d.Muhammad al-Baqir wafat

Imam Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Fatimah az-Zahra binti Muhammad Saw, ia hidup antara tahun (676–743) Masihim usia 67 tahun. Ia Meninggal tanggal 7 Zulhijjah 114 H ≈ 743 Masehi, Dikuburkan dipemakaman Jannatul Baqi, Madinah

 

Daftar Bacaan  :

  1. Artikel “Nasab AHLU-BAIT Nabi dari Keluarga Alawiyin   https://ahlulbaitrasulullah.blogspot.com/2012/09/nasab-ahlu-bait-nabi-dari-keluarga.html
  2. Artikel "Muhammad al-Baqir" Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas     https://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_al-Baqir

  1. Artikel "Imam Muhammad al-Baqir as"  dari Wikisia   https://id.wikishia.net/view/Imam_Muhammad_al-Baqir_as
  2. Artikel "Sejarah dan  Nasab Ahlul Bait Nabi Saw dari Keluarga Datu Habib Lumpangi  Alawiyiin”  https://draft.blogger.com/blog/post/edit/1776103061266680536/5246194748983253569


J6. Ja'far ash-Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Fatimah az-Zahra binti Muhammad Saw


a. Ja'far ash-Shadiq Lahir

Ja'far ash-Shadiq lahir di Madinah pada tanggal 17 Rabiul Awwal 83 Hijriyah / 20 April 702 Masehi

Ia merupakan anak sulung dari sepasang suami-isteri Muhammad al-Baqir dengan Fatimah atau Ummu Farwah (beberapa riwayat menyatakan bahwa Ummu Farwah) binti al-Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar. Melalui garis ibu, ia dua kali merupakan keturunan Abu Bakar, karena al-Qasim menikahi putri pamannya, Abdurahman bin Abu Bakar.

b. Kehidupan awal Ja'far ash-Shadiq

Sejak kecil hingga berusia sembilan belas tahun, ia dididik langsung oleh ayahnya. Setelah kepergian ayahnya yang syahid pada tahun 114 H, ia menggantikan posisi ayahnya sebagai Imam bagi kalangan Muslim Syi'ah.

Pada masa remajanya, Ja'far ash-Shadiq, turut menyaksikan kejahatan dinasti Bani Umayyah seperti Al-Walid I (86-89 H) dan Sulaiman (96-99 H). Kedua-dua bersaudara inilah yang terlibat dalam konspirasi untuk meracuni Ali Zainal Abidin, pada tahun 95 Hijriyah. Saat itu Ja'far ash-Shadiq baru berusia kira-kira 12 tahun. Ia juga dapat menyaksikan keadilan Umar II (99-101 H). Pada masa remajanya Ja'far ash-Shadiq menyaksikan puncak kekuasaan dan kejatuhan dari Bani Umayyah.

c. Julukan Ja'far ash-Shadiq

Ja'far ash-Shadiq (Bahasa Arab: جعفر الصادق), nama lengkapnya adalah Ja'far bin Muhammad bin Ali bin Husain bin Ali bin Abu Thalib, adalah Imam ke-6 dalam tradisi Syi'ah maupun sunni. Ja'far yang juga dikenal dengan julukan Abu Abdillah Ia merupakan ahli ilmu agama dan ahli hukum Islam (fiqih).

Aturan-aturan yang dikeluarkannya menjadi dasar utama bagi mazhab Ja'fari atau Dua Belas Imam; ia pun dihormati dan menjadi guru bagi kalangan Sunni karena riwayat yang menyatakan bahwa ia menjadi guru bagi Abu Hanifah (pendiri Mazhab Hanafi) dan Malik bin Anas (pendiri Mazhab Maliki). Perbedaan tentang siapa yang menjadi Imam setelahnya menjadikan mazhab Ismailiyah berbeda pandangan dengan mazhab Dua Belas Imam.

Keturunan          Musa al-Kadzim (pengganti Imamiyah)

Isma'il bin Ja'far (pengganti Ismailiyah) Saudaranya Isma’ll adalah

Abdullah al-Aftah, Ishaq, Ali (gelarnya al-Uraidhi), al-Abbas, Muhammad, Fatimah, Ummu Farwah, Asmaa

 

d.Ja'far ash-Shadiq Wafat

Ja'far ash-Shadiq meninggal pada tanggal 25 Syawal 148 Hijriyah / 13 Desember 765 M. dimakamkan di Pemakaman Baqi', Madinah. Ia dimakamkan berdekatan dengan Hasan bin Ali, Ali Zainal Abidin, dan ayahnya Muhammad al-Baqir.

Karena meninggalnya  Ja'far ash-Shadiq menurut riwayat dari kalangan Syi'ah, dengan diracun atas perintah Khalifah Mansur al-Dawaliki dari Bani Abbasiyah.

Mendengar berita meninggalnya Ja'far ash-Shadiq, Al-Mansur menulis surat kepada gubernur Madinah, memerintahkannya untuk pergi ke rumah Imam dengan dalih menyatakan belasungkawa kepada keluarganya, meminta pesan-pesan Imam dan wasiatnya serta membacanya. Siapapun yang dipilih oleh Imam sebagai pewaris dan penerus harus dipenggal kepalanya seketika. Tentunya tujuan Al-Mansur adalah untuk mengakhiri seluruh masalah keimaman dan aspirasi kaum Syi'ah. Ketika gubernur Madinah melaksanakan perintah tersebut dan membacakan pesan terakhir dan wasiatnya, ia mengetahui bahwa Imam telah memilih empat orang dan bukan satu orang untuk melaksanakan amanat dan wasiatnya yang terakhir; yaitu khalifah sendiri, gubernur Madinah, Abdullah Aftah putranya yang sulung, dan Musa al-Kadzim putranya yang bungsu. Dengan demikian rencana Al-Mansur menjadi gagal.

Keluarga

Ia memiliki saudara seibu yang bernama Abdullah bin Muhammad. Sedangkan saudara lainnya yang berlainan ibu adalah Ibrahim dan Ubaydullah yang beribukan Umm Hakim binti Asid bin al-Mughirah. Ali dan Zaynab beribukan wanita hamba sahaya, dan Umm Salamah juga beribukan wanita hamba sahaya.

Keturunan Ja'far ash-Shadiq

Anak laki-laki

Memiliki keturunan selanjutnya:

1.            Isma'il al-Aaraj (Imam ke-7 menurut Ismailiyah)

1.            Muhammad al-Maktum

1.            Isma'il ats-Tsani

2.            Ja'far al-Akbar

2.            'Ali

1.            Muhammad

2.            Musa al-Kadzim (Imam ke-7 menurut Dua Belas Imam)

1.            'Ali al-Ridha

2.            Ibrahim al-Mujtaba

3.            al-'Abbas

4.            al-Qasim

5.            Isma'il

6.            Ja'far

7.            Harun

8.            'Ala'uddin Husain, ia syahid di Syiraz, Iran.

9.            Ahmad bin Musa, dikenal pula dengan julukan Syah Chiragh. Ia syahid di Syiraz, Iran.

10.          Muhammad al-'Abid

11.          Hamzah

12.          'Abdullah

13.          Ishak

14.          'Ubaidillah

15.          Zaid

16.          Hasan

17.          al-Fadhl

18.          Sulaiman

3.            Ishaq al-Mu'taman

1.            Muhammad

2.            Hasan

3.            Husain

4.            Muhammad al-Dibaj,

Muhammad al-Dibaj, yang mendeklarasikan dirinya sebagai Amirul Mukminin setelah Salat Jumat pada tanggal 6 Rabiul akhir 200 Hijriyah, dan kemudian berperang melawan Khalifah Abbasiyah pada saat itu, al-Ma'mun, tetapi dengan cepat ia tertangkap dan dibawa ke Khurasan.

Asy-Syarif Ahmad bin Muhammad Sholih al-Baradighi mengatakan bahwa nasab para sayyid/ syarif di Hadramaut berpangkal pada nasab Imam Ja'far al-Shadiq melalui Muhammad bin Ali Uraidhi. Ia diberi gelar gelar 'al-Shadiq' karena kebenarannya dalam kata-katanya. Ia juga diberi nama ' Amudusy-Syaraf ' (tiang kemuliaan).

Ibundanya ialah Furwah binti Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar al-Shiddiq. Sedangkan ibunda Furwah ialah Asma binti Abdurahman bin Abu Bakar al-Shiddiq. Ia pernah berkata: Aku dilahirkan al-Shiddiq dua kali!. Imam Ja'far al-Shaddiq mempunyai keturunan anak:

Versi lain menyebutkan bahwa Keturunan Ja'far ash-Shadiq bin Muhammad Baqir as adalah      

  1. Qasim
  2. Abdullah   
  3. Abbas   
  4. Yahya   
  5. Muhsin   Tidak mempunyai keturunan 
  6. Ja'far   
  7. Hasan   
  8. Muhammad al-Ashgor   Sedangkan yang memberi keturunan
  9. Ismail al-Aaraj Imam ke-7 (Sohibul Mazhab Syi'ah Ismailiyah) 
  10. Muhammad al-Akbar (gelarnya al-Dibaj)
  11. Ishaq (gelarnya al-Mu'taman)
  12. Musa al-Kadzim
  13. Ali (gelarnya al-Uraidhi Ali al-Uraidhi,  adalah putra bungsu Imam Shadiq as. Dia menukil riwayat dari saudaranya, Imam Musa bin Ja'far as dan Imam Ridha as.Ali bin Ja'far adalah salah satu anak Imam Shadiq as, nama ibunya adalah Ummu Walad. Dikatakan bahwa dia berusia 2 tahun ketika Imam Shadiq as menemui kesyahidan (W. 148 H),[  menetap di desa Uraidh dekat Madinah.
  14. Fatimah binti Ja'far
  15. Asma binti Ja'far
  16. Ummu Farwah binti Ja'far

 

Masa keimaman

Situasi politik pada zaman itu sangat menguntungkannya, sebab di saat itu terjadi pergolakan politik di antara dua kelompok yaitu Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah yang saling berebut kekuasaan. Dalam situasi politik yang labil inilah Ja'far ash-Shadiq mampu menyebarkan dakwah Islam dengan lebih leluasa. Dakwah yang dilakukannya meluas ke segenap penjuru, sehingga digambarkan muridnya berjumlah empat ribu orang, yang terdiri dari para ulama, para ahli hukum dan bidang lainnya seperti, Abu Musa Jabir Ibn Hayyan, di Eropa dikenal dengan nama Geber, seorang ahli matematika dan kimia, Hisyam bin al-Hakam, Mu'min Thaq seorang ulama yang disegani, serta berbagai ulama Sunni seperti Sofyan asauri, Abu Hanifah (pendiri Mazhab Hanafi), al-Qodi As-Sukuni, Malik bin Anas (pendiri Mazhab Maliki) dan lain-lain.

Di zaman Imam Ja'far, terjadi pergolakan politik dimana rakyat sudah jenuh berada di bawah kekuasaan Bani Umayyah dan muak melihat kekejaman dan penindasan yang mereka lakukan selama ini. Situasi yang kacau dan pemerintahan yang mulai goyah dimanfaatkan oleh Bani Abbasiyah yang juga berambisi kepada kekuasaan. Kemudian mereka berkampanye dengan berkedok sebagai "para penuntut balas dari Bani Hasyim".

Bani Umayyah akhirnya tumbang dan Bani Abbasiyah mulai membuka kedoknya serta merebut kekuasaan dari Bani Umayyah. Kejatuhan Bani Umayyah serta munculnya Bani Abbasiyah membawa babak baru dalam sejarah. Selang beberapa waktu, ternyata Bani Abbasiyah memusuhi Ahlul Bait dan membunuh pengikutnya. Imam Ja'far juga tidak luput dari sasaran pembunuhan. Pada 25 Syawal 148 H, Al-Mansur membuat Imam syahid dengan meracunnya.

"Imam Ja'far bin Muhammad, putra Imam kelima, lahir pada tahun 83 H/702 M. Dia wafat pada tahun 148 H/757 M, dan menurut riwayat kalangan Syi'ah diracun dan dibunuh karena intrik Al-Mansur, khalifah Bani Abbasiyah. Setelah ayahnya wafat dia menjadi Imam keenam atas titah Illahi dan fatwa para pendahulunya."

Masa hidup Sebelum Imamah: 31 tahun (83-114 H)

Imamah: 34 tahun (114-148 H)

 

Perkembangan Mazhab Dua Belas Imam

Perkembangan pesat Mazhab Dua Belas Imam

Selama masa keimaman Ja'far ash-Shadiq inilah, mazhab Syi'ah Dua Belas Imam atau dikenal juga Imamiah mengalami kesempatan yang lebih besar dan iklim yang menguntungkan baginya untuk mengembangkan ajaran-ajaran agama. Ini dimungkinkan akibat pergolakan di berbagai negeri Islam, terutama bangkitnya kaum Muswaddah untuk menggulingkan kekhalifahan Bani Umayyah, dan perang berdarah yang akhirnya membawa keruntuhan dan kemusnahan Bani Umayyah. Kesempatan yang lebih besar bagi ajaran Syi'ah juga merupakan hasil dari landasan yang menguntungkan, yang diciptakan Imam ke-5 selama 20 tahun masa keimamannya melalui pengembangan ajaran Islam yang benar dan pengetahuan Ahlul Bait. Sampai sekarang pun mazhab Syi'ah Imamiah juga dikenal dengan mazhab Ja'fari.

Murid-murid Ja'far ash-Shadiq

Imam telah memanfaatkan kesempatan ini untuk mengembangkan berbagai pengetahuan keagamaan sampai saat terakhir dari keimamannya yang bersamaan dengan akhir Bani Umayyah dan awal dari kekhalifahan Bani Abbasiyah. Ia mendidik banyak sarjana dalam berbagai lapangan ilmu pengetahuan aqliah (intelektual) dan naqliah (agama) seperti:

•     Zararah,

•     Muhammad bin Muslim,

•     Mukmin Thaq,

•     Hisyam bin Hakam,

•     Aban bin Taghlib,

•     Hisyam bin Salim,

•     Huraiz,

•     Hisyam Kaibi Nassabah, dan

•     Abu Musa Jabir Ibn Hayyan, ahli kimia. (di Eropa dikenal dengan nama Geber)

Bahkan beberapa sarjana terkemuka Sunni seperti:

•     Sufyan ats-Tsauri,

•     Abu Hanifah (pendiri Madzhab Hanafi),

•     Qadhi Sukuni,

•     Qodhi Abu Bakhtari,

•     Malik bin Anas (pendiri Madzhab Maliki)

Mereka beroleh kehormatan menjadi murid-muridnya. Disebutkan bahwa kelas-kelas dan majelis-majelis pengajaranya menghasilkan empat ribu sarjana hadist dan ilmu pengetahuan lain. Jumlah hadist yang terkumpul dari Imam ke-5 dan ke-6, lebih banyak dari seluruh hadits yang pernah dicatat dari Imam lainnya.

Sasaran dari khalifah yang berkuasa

Tetapi menjelang akhir hayatnya, ia menjadi sasaran pembatasan-pembatasan yang dibuat atas dirinya oleh Al-Mansur, khalifah Bani Abbasiyah, yang memerintahkan penyiksaan dan pembunuhan yang kejam terhadap keturunan Nabi, yang merupakan kaum Syi'ah, hingga tindakan-tindakannya bahkan melampaui kekejaman Bani Umayyah. Atas perintahnya mereka ditangkap dalam kelompok-kelompok, beberapa dan mereka dibuang dalam penjara yang gelap dan disiksa sampai mati, sedangkan yang lain dipancung atau dikubur hidup-hidup atau ditempatkan di bawah atau di antara dinding-dinding yang dibangun di atas mereka.

Penangkapannya

Hisyam, khalifah Bani Umayyah, telah memerintahkan untuk menangkap Imam ke-6 dan dibawa ke Damaskus. Belakangan, Imam ditangkap oleh As-Saffah, khalifah Bani Abbasiyah dan dibawa ke Iraq. Akhirnya Al-Mansur menangkapnya lagi dan dibawa ke Samarra, Iraq untuk diawasi dan dengan segala cara mereka melakukan tindakan lalim dan kurang hormat dan berkali-kali merencanakan untuk membunuhnya. Kemudian Imam diizinkan kembali ke Madinah, di mana dia menghabiskan sisa hidupnya di Madinah, sampai dia diracun dan dibunuh melalui upaya rahasia Al-Mansur.

Riwayat mengenai Ja'far ash-Shadiq

Dari Malik bin Anas

Imam Malik menceritakan pribadi Imam Ja'far ash-Shadiq dalam kitab Tahdhib al-Tahdhib, Jilid 2, hlm. 104:

"Aku sering mengunjungi ash-Shadiq. Aku tidak pernah menemui dia kecuali dalam salah satu daripada keadaan-keadaan ini:

1.    dia sedang salat,

2.    dia sedang berpuasa,

3.    dia sedang membaca kitab suci al-Qur'an.

Aku tidak pernah melihat dia meriwayatkan sebuah hadits dari Nabi SAW tanpa taharah. Ia seorang yang paling bertaqwa, warak, dan amat terpelajar selepas zaman Nabi Muhammad SAW. Tidak ada mata yang pernah, tidak ada telinga yang pernah mendengar dan hati ini tidak pernah terlintas akan seseorang yang lebih utama (afdhal) melebihi Ja'far bin Muhammad dalam ibadah, kewarakan dan ilmu pengetahuannya."

Dari Abu Hanifah

Pada suatu ketika khalifah Al-Mansur dari Bani Abbasiyah ingin mengadakan perdebatan antara Abu Hanifah dengan Imam Ja'far ash-Shadiq. Khalifah bertujuan untuk menunjukkan kepada Abu Hanifah bahwa banyak orang sangat tertarik kepada Imam Ja'far bin Muhammad karena ilmu pengetahuannya yang luas itu. Khalifah Al-Mansur meminta Abu Hanifah menyediakan pertanyaan-pertanyaan yang sulit untuk diajukan kepada Imam Ja'far bin Muhammad di dalam perdebatan itu nanti. Sebenarnya Al-Mansur telah merencanakan untuk mengalahkan Imam Ja'far bin Muhammad, dengan cara itu dan membuktikan kepada orang banyak bahwa Ja'far bin Muhammad tidaklah luas ilmunya.

Menurut Abu Hanifah,

"Al-Mansur meminta aku datang ke istananya ketika aku tidak berada di Hirah. Ketika aku masuk ke istananya, aku melihat Ja'far bin Muhammad duduk di sisi Al-Mansur. Ketika aku memandang Ja'far bin Muhammad, jantungku bergoncang kuat, rasa gentar dan takut menyelubungi diriku terhadap Ja'far bin Muhammad lebih daripada Al-Mansur. Setelah memberikan salam, Al-Mansur memintaku duduk dan dia memperkenalkanku kepada Ja'far bin Muhammad. Kemudian Al-Mansur memintaku mengemukakan pertanyaan-pertanyaan kepada Ja'far bin Muhammad. Aku pun mengemukakan pertanyaan demi pertanyaan dan dia menjawabnya satu persatu, mengeluarkan bukan saja pendapat ahli-ahli fiqih Iraq dan Madinah tetapi juga mengemukakan pandangannya sendiri, baik dia menerima atau menolak pendapat-pendapat orang lain itu sehingga dia selesai menjawab semua empat puluh pertanyaan sulit yang telah aku sediakan untuknya."

Abu Hanifah berkata lagi,

"Tidakkah telah aku katakan bahwa dalam soal keilmuan, orang yang paling alim dan mengetahui adalah orang yang mengetahui pendapat-pendapat orang lain?"

Lantaran pengalaman itu, Abu Hanifah berkata,

"Aku tidak pernah melihat seorang ahli fiqih yang paling alim selain Ja'far bin Muhammad." [6]

Imam Ja'far ash-Shadiq sering berkata

"Hadits-hadits yang aku keluarkan adalah hadits-hadits dari bapakku. Hadits-hadits dari bapakku adalah dari kakekku. Hadits-hadits dari kakekku adalah dari Ali bin Abi Thalib, Amirul Mu'minin. Hadits-hadits dari Amirul Mu'minin Ali bin Abi Thalib adalah hadits-hadits dari Rasulullah SAW dan hadits-hadits dari Rasulullah SAW adalah wahyu Allah Azza Wa Jalla."

‘Abdul Jabbar bin al ‘Abbas al Hamdani berkata,”Sesungguhnya Ja’far bin Muhammad menghampiri saat mereka akan meninggalkan Madinah. Ia berkata,’Sesungguhnya kalian, Insya Allah termasuk orang-orang shalih dari Madinah. Maka, tolong sampaikan (kepada orang-orang) dariku, barangsiapa yang menganggap diriku imam ma’shum yang wajib ditaati, maka aku berlepas diri darinya. Barangsiapa menduga aku berlepas diri dari Abu Bakr dan ‘Umar, maka aku pun berlepas diri darinya’.” Ad Daruquthni meriwayatkan dari Hanan bin Sudair, ia berkata: “Aku mendengar Ja’far bin Muhammad, saat ditanya tentang Abu Bakr dan ‘Umar, ia berkata,’Engkau bertanya tentang orang yang telah menikmati buah dari surga

 

Bacaan 

  1. https://id.wikipedia.org/wiki/Ja%27far_ash-ShadiqJa'far ash-Shadiq Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas 
  2. Artikel “Ja'far ash-Shadiq” Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia beba https://id.wikipedia.org/wiki/Ja%27far_ash-Shadiq
  3. Artikel “Nasab AHLU-BAIT Nabi dari Keluarga Alawiyin   https://ahlulbaitrasulullah.blogspot.com/2012/09/nasab-ahlu-bait-nabi-dari-keluarga.html
  4. Muqarnas: An Annual on Islamic Art and Architecture Halaman 43
  5. "Biography Sayyid al-Dibaji".




1. Kahuripan/Tanjungpuri adalah kerajaan yang sama dengan Kerajaan Nan Sarunai

Menurut mitologi suku Maanyan (suku tertua di Kalimantan Selatan), kerajaan pertama di Borneo Selatan adalah Kerajaan Nan Sarunai yang diperkirakan wilayah kekuasaannya terbentang luas mulai dari daerah Tabalong hingga ke daerah Pasir.

Keberadaan mitologi Maanyan yang menceritakan tentang masa-masa keemasan Kerajaan Nan Sarunai sebuah kerajaan purba yang dulunya mempersatukan etnis Maanyan di daerah ini dan telah melakukan hubungan dengan pulau Madagaskar. Kerajaan ini mendapat serangan dari Majapahit. Sehingga sebagian rakyatnya menyingkir ke pedalaman (wilayah suku  Lawangan). Salah satu peninggalan arkeologis yang berasal dari zaman ini adalah Candi Agung yang terletak di kota Amuntai. Pada tahun 1996, telah dilakukan pengujian C-14 terhadap sampel arang Candi Agung yang menghasilkan angka tahun dengan kisaran 242-226 SM (Kusmartono dan Widianto, 1998:19-20). Menilik dari angka tahun dimaksud maka Kerajaan Nan Sarunai/Kerajaan Tabalong/Kerajaan Tanjungpuri usianya lebih tua 600 tahun dibandingkan dengan Kerajaan Kutai Martapura di Kalimantan Timur (Sahriansyah 2015).

Sementara itu menurut sumber kuat (arkeologis ) menyebutkan bahwa Kerajaan Tanjung Puri adalah kerajaan yang sama dengan Kerajaan Nan Sarunai di Kalimantan Selatan.

Kerajaan Nan Sarunai adalah sebuah kerajaan purba, pada masa keemasannya berdatanganlah Para imigran Melayu keturunan Sriwijaya ke tanah Borneo ini, mereka datang ke Tanjungpuri sekitar abad ke-4 M, mereka memiliki budaya lebih maju dari pada penduduk lokal atau suku Dayak pada saat itu, mereka yang menempati pemukiman yang berlokasi di daerah pesisir Sungai Tabalong

Semakin lama perkampungan yang mereka tempati semakin ramai dan kemudian berkembang menjadi sebuah kerajaan kecil bernama Tanjung Puri di bawah kekuasaan Kerajaan Nan Sarunai,

Pada suatu saat, kota Tanjungpuri mulai berkembang pesat dan menjadi daerah perdagangan yang ramai, serta rakyatnya hidup dalam kemakmuran dan sejahtera.

Kerajaan Nan Sarunai adalah kerajaan purba di Kalimantan Selatan yang diyakini berdiri tahun 242 SM-1389M. Ia sebuah Kerajaan yang mempersatukan etnis Suku Dayak dan etnis Malayu di Kalimantan saat itu tetapi tidaklah banyak terixspots nama raja-rajanya yang berkuasa sebelumnya. Seperti menurut ceritra orang-orang Dayak pahuluan bahari bahwa Japatra Batu, Gupitra Dewa, Sarawin, Mandauwin dan Sumpit Arang adalah nama raja Nan Sarunai

Sedangkan Kerajaan Tanjungpuri diyakini bawahan Nan Sarunai, kedua Kerajaan ini sangat rukun, berkelurga dan bersaudara dekat, bahkan tidak pernah ada permusuhan diantara kedua kerajaan tersebut. Walaupun kedua kerajaan tersebut berbeda keyakinan, tetapi tetap saling menghormati, menjaga, dan saling membantu. (Artikel (KERAJAAN TANJUNGPURI DI TANJUNG TABALONG


2. Sekelompok suku Melayu Tua di pulau Kalimantan

Nama Dayak mulanya adalah sebutan untuk penduduk asli di Pulau Kalimantan. Suku Dayak, memiliki 405 sub-sub suku yang setiap sub sukunya memiliki adat, tradisi serta budaya yang hampir sama. Suku Dayak, merupakan suku yang berasal dari Kalimantan akan tetapi suku Dayak juga tersebar hingga ke Sabah dan Sarawak, Malaysia (Artikel Tradisi Suku Dayak & Asal-Usul Suku Dayak).

Menurut pemerhati sejarah Mudjahidin. S (2010) Dari kisah orang dahulu hiduplah sekelompok suku Melayu Tua di pulau Kalimantan yang terdiri dari lima kelompok suku,ke-5 suku itu dipimpin masing-masing lima orang bersaudara, ke-5 suku tersebut sudah mempunyai sistem kepemimpinan bahwa yang muda taat pada yang tua. Kelima bersaudara tersebut bernama :

  1. Abal,
  2. Anyan,
  3. Aban,
  4. Anum,
  5. Aju,

Mereka ini sangat berilmu dan sakti, bijak dan berwibawa. Negeri yang mereka bangun tersebut diberinama Nan Marunai/dikenal kerajaan Nan Sarunai, yang artinya

Marunai = memanggil dengan suara nyaring (keras belagu)

Sarunai = menyaru dengan suara seperti suling.

Dahulu dinegeri ini jika memanggil orang (mengumpulkan orang) dengan berteriak (bahalulung : Banjar) keras suaranya berirama sesuai maksud panggilannya.

Nama Sarunai itu sendiri dimaknai dengan arti “sangat termasyhur”.Penamaan ini bisa jadi mengacu pada kemasyhuran Suku Dayak Maanyan pada masa silam, di mana mereka terkenal sebagai kaum pelaut yang tangguh, bahkan mampu berlayar hingga ke Madagaskar di Afrika.

Dari cerita suku Dayak Tua, bahwa kelima saudara ini titisan dari dewa Batara Babariang Langit, ia kawin dengan. Putri Mahuntup Bulang anak dari Batari Maluja Bulan dan melahirkan laki-laki an.Maanyamai, dan Maanyamai beristri putri Galuh dan istrinya melahirkan anak bernama Andung Prasap. Konon ia sangat sakti. Dan ia membangun Negeri Nan Marunai (Nan Sarunai) kemudian Andung Prasap beristri anak Raja menggaling Langit dan melahirkan kelima saudara tersebut di atas. Dari kelima saudara tersebut inilah cikal bakal suku-suku Dayak dari pulau Borneo  atau Kalimantan Timur, Tengah, Utara dan Selatan. Orang tua mereka menyuruh mereka berpencar mengembara, konon Abal ke daerah Timur, menjadi suku Aba, Anum ke daerah utara melahirkan suku Otdanum, Aju menetap ketengah benua, jadi suku Ngaju, sedangkan Anyan keselataan melahirkan suku Maanyan. Dan mereka tersebut diberi pitua :” Tabu/ dilarang bacakut papadaan apalagi bermusuhan, karena mereka satu daerah satu nyawa, menurut pitua Nenek Moyang mereka mengatakan (pitua) Terkutuk apabila Bakalahi sata manggungan.


3.Dayuhan dan Intingan Datunya Orang Banua Lima

Konon dipulau Borneo di daerah pesisir sungai Barito pada sekitar awal abad ke-13 Masihi hiduplah dua orang Pangeran bersaudara yang terpelajar dan berilmu dan dua orang pengiran ini bernama Datu Dayuhan dan Datu Intingan nama aslinya (Bambang Basiwara), keduanya masih keluarga dekat, sepupu sekali Raden Japutra Layar Raja Dayak Nan Sarunai. 

Menurut ceritra orang-orang Dayak pahuluan bahwa ayah kedua orang bersaudara ini bernama Raden Gupitra Bajawara (Datu Paluy) adik kandung Raden Gupitra Dewa salah satu Raja Nan Sarunai. Dimasa mudanya Dayuhan dan Intingan adalah menjabat Patih dari 40 patih kerajaan Nan Sarunai, dan Dayuhan menikah dengan Dyang Nilam Baiduri anak pembesar Kerajaan Tanjungpuri/kahuripan menurunkan 5 orang anak : 

  1. Datu Panglima Angkin,
  2. Datu Panglima Angara, 
  3. Datu Panglima Kumbang, 
  4. Nini Dara Kambang dan 
  5. Datu Panglima Kantawan, 

kelima anaknya setelah dewasa menjadi orang terpelajar dan berilmu mereka mengabdi pada Raja Nan Sarunai. Bambang Basiwara dan anak-anaknya mengabdi di Kerajaan Tanjungpuri dan Dayuhan dan anak-anaknya mengabdi di Kerajaan Nan Sarunai. Sedangkan Datu Intingan dimasa mudanya menikah dengan Dyang Intan Baiduri (salah seorang Putri Imigran Melayu keturunan Sriwijaya). Hasil pernikahan keduanya menurunkan lima orang anak laki-laki 

  1. Datu Panglima Alai
  2. Datu Panglima Tabalong
  3. Datu Panglima Balangan
  4. Datu Panglima Hamandit
  5. Datu Panglima Tapin

kelima bersaudara ini, mempunyai profisi dan keahlian berbeda sehingga tak mudah ditaklukkan lawannya.

Dilansir dari Artikel “Datu Banua Lima, Panglima yang ditakuti Prajurit Majapahit” bahwa Nama Datu Banua Lima cukup dikenal warga Banjar di Kalimantan Selatan. Datu Banua Lima merupakan gelar bagi lima panglima Kerajaan Tanjungpuri yang terkenal sakti dan ditakuti kerajaan lain termasuk prajurit Majapahit pada awal abad ke 14 masehi. Berdasarkan hikayat Datu Banua Lima, kelima Panglima tersebut yang pertama bergelar Panglima Alai, merupakan ahli politik dan strategi perang. Kedua, Panglima Tabalong, yang terkenal gagah, kuat, pemberani, dan berjiwa ksatria. Ketiga, Panglima Balangan yang berwajah tampan, pintar, dan suka menuntut ilmu kanuragan. Sedangkan yang keempat dan kelima adalah si kembar yang bergelar Panglima Hamandit dan Panglima Tapin. Mereka berdua ini terkenal keras dan suka berkelahi. Kala itu Kerajaan Tanjungpuri berhubungan baik dengan Kerajaan Nan Serunai tetangganya. Walau berbeda keyakinan Kerajaan Tanjungpuri yang mayoritas pengikutnya beragama Buddha sedangkan Kerajaan Nan Sarunai pengikut ajaran Kaharingan. Datu Dayuhan menjadi Kepala Suku Dayak pegunungan Maratus setelah Kerajaan Dayak Nan Sarunai dan bawahannya runtuh.  (Artikel “Datu Banua Lima, Panglima yang Ditakuti Prajurit Majapahit”


4. Dua Patih Menumpas Raja Penyamun Datu Simali'ing  

Konon dimasa kekuasaan Raden Japatra Batu anak dari Raden Gupitra Dewa Raja Dayak Nan Sarunai, di kaki Pegunungan Meratus pernah hidup Sekelompok orang gerombulan penyamun yang takuti dipimpin seorang datu yang bernama Datu Sumali’ing dan Keenam saudaranya (Sumaling.Mali’ing. Uli’ing, Uma’ing Ali’ing dan Sali’ing). Profisi mereka sebagai penyamun. Pembegal, perampok pebuat onar dan resah masyarakat sekitarnya. Mereka sering merampok membegal rumah-rumah penduduk dan mengambil harta benda mereka dan taksegan-segan memperkosa isteri  orang dan anak gadis dan membunuh mereka bila melawan kemauan mereka. Saat itu Masyarakat yang tinggal di kaki Pegunungan Meratus sangatlah berduka cita, sedih, takut berniaga, takut bertani, takut berkebun, takut mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan anak isteri mereka dengan adanya prilaku Datu Sumali’ing ini. Konon

Datu Sumali’ing ini memiliki kesaktian yang sangat sukar dikalahkan. Beliau ini sangat sakti, kebal terhadap senjata, kebal terhadap peluru, konon Datu Sumali’ing ini memiliki aji sirep merubah sukma menjadi batu, bila ritual aji sirep dibacanya maka terlihat yang paling hebat dari beliau adalah kulit siapa saja yang terkena semburan air liur (ludah)-nya langsung berubah menjadi batu bila beliau menghendakinya. Banyak sudah anggota Masyarakat yang menjadi korban beliau, sampai-sampai binatang juga banyak yang berubah menjadi batu. Salah sedikit, datu ini langsung marah dan meludahi, “Cuuuuuh….”, tetapi kulit yang mengandung darah seperti manusia atau binatang yang kena akan berubah menjadi batu.

Karena beliau merasa sakti dan tidak ada lawan yang menandingi, lalu beliau sesumber mulut, berucap  akulah penguasa Pegunungan Meratus. Akhirnya tersiar kabar bahwa ttg keganasan dan kebejatan beliau dan ke-6 saudaranya menguasai Pegunungan Meratus, dan sampailah kabar berita tersebut ke telinga Raden Japatra Batu Raja Nansrunai saat itu. Lalu ia memanggil dua Patihnya Datu Ayuh dan Datu Intingan. untuk merundingkannya ttg cara menangkap dan menghukum para Penyamun ganas yang sering meresahkan masyarakat.

Kemudian Raja mengutus dua orang Patihnya Datu Ayuh dan Datu Intingan untuk  menumpas perampok pembuat onar dan resah masyarakat sekitarnya.

Kemudian mereka berdua mengatur strategi, setelah dikira-kira matang strategi tersebut, keduanya berangkat dengan membawa 27 orang prajurit bersenjata lengkap dengan perisainya  menuju tempat persembunyian para penyamun Datu Sumali’ing dan Keenam saudaranya.

Ketika dekat tempat persembunyian  mereka, Dari kejauhan diseberang gunung Datu Ayuh dan Datu Intingan melihat Datu Sumali’ing dan Keenam saudaranya berjalan pulang sambil memikul 6 ekor payau (rusa, menjangan). Mereka menuju pemukimannya. Rupanya Datu Sumali’ing ini baru saja berburu dan mendapat 6 ekor payau.

Kemudian atas perintah Datu Patih Dayuhan Parajurit mengapung pemukiman para penyamun tersebut, terjadilah perlawanan Datu Sumali’ing dan Keenam saudaranya, Datu Dayuhan bertempur melawan Datu Sumali’ing dan datu Intingan dan sebagian Parajuritnya bertempur melawan Keenam saudara Datu Sumali’ing dan sebagian Parajuritnya melepaskan anak gadis yang menjadi tawanan Datu Sumali’ing.

2jam kemudian Datu Iningan berhasil melumpuhkan Keenam saudara Datu Sumali’ing, tapi sayang berbagi tali pengikat selalu terputus dengan mudahnya ketika bersentuhan dengan tangan mereka, kecuali tali imbaran yang mampu meruntuhkan kesaktian mereka. maka tali pengikat tangan dan kaki mereka diganti dengan tali Imbaran yang biasa digunakan tali lanjung atau tali kandutan, masing-msing diikat dipohon kayu yang berbeda.

6 jam berlalu Datu Dayuhan bertempur melawan Datu Sumali’ing berbagai kesaktian sudah dikeluarkan, berbagai senjata sudah ditikamkan tetapi tak ada yang kalah dan terluka dalam pertempuran itu.

Kemudian Datu Sumali’ing duduk bersila disebuah batu, tanpa menghiraukan serangan senjata musuh yang mengenai tubuhnya, kedua matanya terpejam, kedua tangan diletakan kadanya, kedua bibirnya kumat kamit membaca mantera ritual aji sirep merubah sukma menjadi batu, ia ingin cepat mengalahkan lawan dengan aji pemungkasnya karena kelelahan ritualnya terganggu dengan sering mengkuap maka mulutnya terbuka lebar. Sementara kedua lawannya sedang bersiap-siap hendak menyumpit Datu Sumali’ing yang ingin mengeluarkan aji pemungkasnya.

Pada saat ingin meniup sumpit, tiba-tiba keduanya terkejut lantaran ada suara gaib yang membisikkan di kedua telinga mereka. Kata suara gaib tersebut, “Kalau kalian ingin mengalahkan Sumali’ing maka sumpitlah di kerongkongannya.” Setelah suara gaib tadi hilang, cepat-cepat keduanya bersiap-siap untuk menyumpit. Kebetulan waktu itu Datu Sumali’ing menguap panjang karena ngantuk. Langsung saja keduanya meniup sumpitnya ke arah kerongkongan Datu Sumali’ing. Pphuuuuuuu…pphuuuuuuuu..!!! Anak sumpit kedua datu ini dari seberang gunung bergerak sangat cepat. Kkhaaapp..kkhaappp..!! Dua buku anak sumpit tertancap tepat di dalam kerongkongannya, Datu Sumali’ing tersungur dari tempat duduknya, ia dapat dilumpuhkan, kemudian kaki & tangannya diikat  dengan seutai tali lanjung. Untuk dibawa kehadapan Raja Japatra Batu penguasa  kerajaan Nan Sarunai saat itu.

Tidak lama setelah itu terdengar bunyi petir yang sangat keras dan langit tiba-tiba berubah menjadi gelap. Terdengar suara gaib di kedua telinga mereka yang ada disitu. Kata suara gaib tersebut,

“Hai Sumali’ing, karena kau dan ke-6 saudaramu sering berbuat jahat, salah jalan menggunakan ilmu yang kami berikan, maka hari kalian kami benam dalam sebuah bukit untuk pelajaran orang-orang sesudah kalian”. Tidak lama setelah itu, tiba-tiba cuaca langit berubah terang kembali. Datu Ayuh dan Datu Intingan yang masih berada tidak jauh dari tempat itu sangat terkejut melihat Datu Sumali’ing dan Keenam saudaranya tadi berubah menjadi 7 buah gundukan bukit. Akhirnya 7 buah gundukan bukit tersebut oleh masyarakat setempat diberi nama “Gunung Kapala Pitu”, yaitu satu kepala Datu Sumali’ing dan 6-nya lagi kepala saudaranya.


5.Kerajaan Dayak Maanyan Nan Sarunai

Menurut Sejarah tradisi lisan suku Dayak  bahwa Kerajaan Dayak Maanyan yang bernama Kerajaan Nan Sarunai, pernah berdiri di daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara Amuntai. "Nan Sarunai diyakini berada di Amuntai, daerah yang terletak di pertemuan Sungai Negara, Sungai Tabalong, dan Sungai Balangan yang bemuara di Laut Jawa. Daerah itu berjarak sekira 190 kilometer dari Banjarmasin, ibukota Provinsi Kalimantan Selatan sekarang" (Raditya 2018)


6. Ekspedisi militer Pertama Kerajaan Majapahit

Sejarah menyebutkan bahwa Kerajaan Dayak Maanyan yang bernama Kerajaan Nan Sarunai, berdiri dan bertahan berabad-abad di Kabupaten Hulu Sungai Utara Amuntai. "Nan Sarunai diyakini berada di Amuntai, terletak di pertemuan Sungai Negara, Sungai Tabalong, dan Sungai Balangan yang bemuara di Laut Jawa. Nan Sarunai adalah kerajaan Dayak yang kuat dan hebat dan rakyatnya makmur. Buktinya dua kali pasukan Majapahit menyerang kerajaan Nan Sarunai tetapi selalu dapat dipatahkan.

Menurut hikayat Datu Banua Lima bahwaTahun 1309 M Kerajaan Dayak Nan Sarunai dipimpin raja bernama Raden Japutra Layar.

Menurut ceritra orang-orang Dayak pahuluan bahari bahwa Raden Japutra Layar, ia anak Raden Japatra Batu dan ia anak Raden Gupitra Dewa konon Gupitra Dewa punya adik kandung bernama Raden Gupitra Bajawara (Datu Paluy anak dari Datu Sarawin) kakeknya Dayuhan. Seorang Raja yang dalam waktu satu genarasi masa memimpin kerajaannya antara 35-40 tahun  yang bertakhta  di Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan saat itu. Kemudian penerus Kerajaan Dayak Nan Sarunai dipimpin oleh Raden Neno antara 1339-1341.yaitu anak Raden Japutra Layar.

Menurut Sri Naida, pemerhati sejarah mengatakan bahwa "walau Kerajaan Nansarunai itu dianggap lenyap, toh eksistensi Dayak Maanyan itu tetap ada. Terbukti, dengan adanya 7 uria (petinggi Kerajaan Nansarunai) dan 40 patih yang akhirnya membentuk suku-suku yang ada di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah"

Diceritrakan bahwa Kerajaan Majapahit mengirim ekspedisi militer pertama ke wilayah Borneo. Yang mula-mula diserang adalah Kerajaan Nan Sarunai. Sekitar 5.000 pasukan Majapahit datang dengan kapal-kapal laut melewati Sungai Barito yang dipimpin oleh Senopati Arya Manggala. Dengan membawa pasukan yang sangat banyak tersebut, lalu pasukan Kerajaan Nan Sarunai dengan gagah berani menyambut kedatangan serangan mereka dengan pasukan yang sudah matang dipersiapkan sebelumnya. Lalu terjadilah peperangan sengit antara dua kobo kerajaan ini.

Setelah dua hari bertempur dimedan laga menghadapi pasukan Nansarunai yang tangguh dan kuat, akhirnya pasukan Majapahit mampu dipukul mundur oleh pasukan Nan Sarunai yang dipimpin Datu Panglima Angkin tarkanal sakti (anak Datu Dayuhan), bahkan pemimpin pasukan Majapahit ketika itu yaitu Seopati Arya Manggala roboh bersimbah darah dengan liher putus akibat terkena sebitan Mandaunya senjata asli Suku Dayak.

Mengetahui pemimpin pasukannya tewas lalu sisa-sisa pasukan Majapahit lari terbirit-birit tunggang langgang menuju kapal untuk menyelamatkan diri dari gempuran dan kejaran pasukan Nan Sarunai dan akhirnya  mereka pulang ke tanah Jawa. Kerajaan Majapahit gagal dalam ekspedisi pertama ini, untuk menaklukan Kerajaan Nan Sarunai (Artikel “Datu Banua Lima, Panglima yang Ditakuti Prajurit Majapahit” diterbitkan SINDOnews.com pada Jum'at, 03 Juli 2015)

Dilansir dari Artikel “Datu Banua Lima, Panglima yang Ditakuti Prajurit Majapahit” bahwa Pada saat itu, Kerajaan Majapahit sangat berambisi untuk menguasai nusantara termasuk tanah Borneo, Kalimantan. Hal itu terjadi karena Maha Patih Gajah Mada sudah bersumpah untuk menguasai dan menyatukan nusantara. Menurut mata-mata Majapahit ada yang mengatakan bahwa kedua kerajaan di Borneo tersebut adalah rakyatnya sangat makmur karena istananya berlapiskan emas. Mendengar hal itu, Prabu Hayam Wuruk, Raja Majapahit begitu berambisi untuk menguasai kedua buah kerajaan tersebut,


7.Ekspedisi militer Kedua Kerajaan Majapahit

Setelah gagal dalam ekspedisi pertama, Majapahit kembali mengirim ekpedisi militer kedua. Ekspedisi kedua kali ini dipimpin langsung Laksamana Nala yang diikuti isterinya dengan membawa dua kali lipat pasukan dari ekspedisi pertama. Dalam rombongan pasukan besar ini terdapat juga pasukan khusus Majapahit yang terkenal yaitu pasukan Bhayangkara. Pada ekspedisi kedua ini pasukan Majapahit belum berhasil menaklukkan Kerajaan Nan Saruna

Diceritrakan pula bahwa dimasa awal Raden Anyan memimpin kerajaan Dayak Nansarunai menggantian ayahnya Raden Neno. menurut Hikayat Datu Banua Lima ada seorang panglima kerajaan berasal dari suku Dayak Alai yang terkenal dengan sebutan Panglima Alai. Bersama lima panglima lainnya yaitu Panglima Tabalong, Panglima Balangan, Panglima Hamandit dan Panglima Tapin dengan membawa 1000 orang pasukan mereka sukses menghalau serangan kerajaan Majapahit pada tahun 1356M.

Laksamana Nala pulang ke tanah Jawa dengan sengaja ia meninggalkan isterinya Damayanti (Samoni Batu nama samaranya) di wilayah /tempat kekuasaan musuhnya tujuannya untuk mengetahui kelemahan musuhnya dengan alasan kapal tidak dapat merapat kepantai karena terjadi musim kemarau saat itu. Beberapa tahun kemudian musim kemarau telah berakhir menyamar  sebagai  saudagar Pedagabg kaya berlabuh di sungai Barito Laksamana Nala menjemput isterinya yang sedang menggendung seorang anak. Disinilah awal bermula timbul rasa .dendam Laksamana Nala dengan Raja Nansarunai karena ia menikahi & menghamili Samoni Batu yang sudah bersuami dan lewat keterangan isterinya tersebut ia mengetahui sumur gua tempat persembunyiannya dan rahasia kelemahan musuhnya.



8. Ekspedisi militer Ketiga Kerajaan Majapahit

Pada 1389 M. Majapahit kembali mengirim ekpedisi militer ketiga Ekspedisi ini dipimpin langsung Laksamana Empu Jatmika dan diikuti Laksamana Nala. Pada ekspedisi ketiga ini pasukan Majapahit melakukan siasat perang yakni penyusupan-penyusupan dari dalam yang tidak disadari lawannya, berupa memasukan kapal yang datang ke darmaga pelabuhan secara bertahap, di wilayah Kerajaan Nan Sarunai, hingga tak dicurigai lawan, mereka menyamar sebagai saudagar pedagang kaya yang banyak pelayannya untuk mengetahui kelemahan lawan, penyamaran ini dilakukan dalam waktu yang lama hingga kelemahan lawan ditemukan.

Kemudian baru mengadakan serangan secara tiba-tiba hingga berhasil menaklukkan Kerajaan Nan Sarunai, bahkan serangan ketiga tersebut Raja Nan Sarunai yang bergelar Datu Tatuyan Wulau Miharaja Papangkat Amas yang terkenal konon sakti mandarguna tetapi ia diduga gugur dalam konvirasi peperangan. Peristiwa runtuhnya Kerajaan Nan Sarunai yang oleh orang-orang dayak Maanyan dikenal dengan istilah “Nan Sarunai Usak Jawa”.

Konon atas petunjuk isterinya, diduga Raja Nan Sarunai terbunuh dengan sebuah tombak sakti miliknya sendiri yang dilakukan oleh Laksamana Nala di dalam sebuah sumur gua tempat persembunyiannya. Versi lain menyebutkan bahwa yang ditangkap dan dibunuh dengan sebuah tombak sakti itu adalah Raksa Gangsa pengawal setia Raden Ayan (adik kandung isterinya).

Raden Ayan sendiri selamat dari konvirasi penangkapan dan pembunuhan saat itu ia melarikan diri menuju Banua Lawas Amuntai dan bersembunyi disana hingga akhir hayatnya. Sedangkan Ratu Kerajaan Nan Sarunai yang bergelar Dara Gangsa Tulen dan sebagian keluarganya lari menyelamatkan diri menuju pedalaman dibantu dua orang Punggawanya.

Akibat serangan Kerajaan Majapahit tersebut, maka Kerajaan Nan Sarunai yang dipimpin oleh Raden Anyan yang menyandang gelar Datu Tatuyan Wulau Miharaja Papangkat Amas disebut-sebut sebagai raja terakhir Nan Sarunai saat itu telah dihancurkan dan ditaklukan  Maka suku  Dayak Maanyan  tersebut  terdesak dan terpencar atau tercerai berai atau lari ke pedalaman. Sebagian mereka masuk ke pedalaman hulu sungai.

Ada tiga ekspedisi militer dilakoni Kerajaan Majapahit dalam misi menaklukkan Kerajaan Nansarunai.  Hingga, penetrasi atau penyerangan III terjadi pada 1350-1389, di masa Raja IV Majapahit bernama Sri Hayam Wuruk atau Rajasanagara yang berkuasa pada 1350-1389, dengan Maha Patih Gajah Mada (yang wafat pada 1362), terbilang sukses.

Atas perintah Hayam Wuruk, pasukan Majapahit pimpinan Empu Jatmika menyerang Nan Sarunai hingga takluk.  Kemudian, Empu Jatmika membangun kerajaan baru bernama Negara Dipa yang bernaung di bawah kekuasaan Majapahit dan menganut agama Hindu.


9. Dua orang Punggawa Penyelamat Ratu Dayak Nansaruni

Menurut Ahmad atau Amat yang saya wawancarai, ia asal dayak Bayumbung yang sudah muslim ceritera dari datuk-neneknya bahwa "Saat penyerangan tentara Maja Pahit yang ke-3 ke Kalimantan Selatan tahun 1389M Dara Gangsa Tolen Ratu Raja Dayak Nansarunai juga ikut lari/mengungsi bersama sebagian rakyatnya menyelamatkan diri ke daerah pedalaman dibantu Pengawal setianya yang bernama Raksajiwa, adik kandungnya sendiri hingga perjalanan mereka tiba di Paramasan dan bersembunyi di sana. Beliau telah wafat dan bermakam di Pramasan Atas Kecamatan Paramasan dan makamnya masih ada malah diberi lelangit kain kuning oleh Masyarakat Dayak disana".

Menurut Asmaji Kades Paramasan Bawah yang saya wawancarai saat pernikahan sepupunya an. Yusran di Desa Bamban bahwa "Kuburan Dara Gangsa Tulen Ratu Nansarunai terletak di Desa Paramasan Atas dan Kuburannya itu sudah dibina oleh Pemerintah Kab. Banjar."

Menurut Ahmad dan Ceritra datu nenek kami bahwa “Amandit dan saudaranya Kantawan adalah nama dua orang Punggawa Kerajaan Nan Sarunai dari Dayak Maanyan yang ditugaskan menyelamatkan Dara Gangsa Tulen Ratu Nan Sarunai dan keluarganya dari kejaran-kejaran tentara Majapahit. Punggawa Amandit membawa mereka lewat tanah kelahirannya hingga perjalanan sampai ke- Desa Peramasan Atas Kab. Banjar. Nah di Desa inilah terdapat sebuah nama bukit /gunung Panginangan Ratu dan makam Ratunya ada disana.”

Menurut ceritra masyarakat setempat bahwa Pada masa menyelamatkan Dara Gangsa Tulen Ratu Nan Sarunai  dan keluarganya perjalanan yang dipandu Dua orang Punggawa Kerajaan Nan Sarunai yakni Amandit dan Kantawan, mereka singgah di Kandangan beberapa waktu untuk bersembunyi dan beristirahat melepaskan lelah di dalam sebuah “Gua” maka Gua tempat beristirahat Ratu Nan Sarunai tersebut diberi nama oleh masyarakat setempat dengan nama “Gua Peranginan Ratu” gua tersebut menjadi Objekwisata terletak digunung Parandakan sekarang menjadi wilayah Kec. Lokpaikat.


Referensi :


1.       Ceritera Artikel Datu Banua Lima, Panglima yang Ditakuti Prajurit Majapahit (Bagian-1)

https://daerah.sindonews.com/berita/1019516/29/datu-banua-lima-panglima-yang-ditakuti-prajurit-majapahit-bagian-1 neni masyarakat Dayak Pegunungan Maratus

2.       Artikel “Datu Dayuhan dan Datu Intingan vs Datu Simali'ing (Asal-Usul Gunung Kapala Pitu, Rabu, 13 Mei 2015 http://www.pendidikandasar.net/2015/05/datu-dayuhan-dan-datu-intingan-vs-datu.html 

 (Artikel “Datu Banua Lima, Panglima yang Ditakuti Prajurit Majapahit” diterbitkan SINDOnews.com pada Jum'at, 03 Juli 2015)

Referensi Artikel (KERAJAAN TANJUNGPURI DI TANJUNG TABALONG) Yuli Saputera Email: yulisaputera03@gmail.com Program Studi Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A.Historis dan Nasab Dzuriat Datu Habib Lumpangi

  Oleh H.Hasan Basri,S.Ag bin H.M.Barsih Assegaf NASAB AHLU ALBAIT NABI BESAR MUHAMMAD SAW IBN ABDULLAH IBN ABDUL MUTHALIB DARI KELUARGA A...