Larangan Mengaku dan Mengingkari Nasab
Pertalian keluarga atau nasab memiliki kedudukan yang penting sehingga seseorang dapat mengidentifikasi silsilah dan hubungan keluarganya. Nasab yang jelas dapat membantu memudahkan berbagai persoalan seperti pembagian warisan, wali nikah atau persoalan lainnya.
Akan tetapi dalam Islam ada larangan bagi seorang
mengaku-ngaku memiliki nasab kepada orang lain padahal dirinya pun ragu atau
klaimnya tidak memiliki kekuatan. Semisal seseorang mengaku-ngaku memiliki
garis keturunan kepada nabi Muhammad Saw namun ternyata klaimnya itu palsu.
Atau mengaku-ngaku orang tuanya adalah si A padahal sejatinya orang tuanya
adalah si BMaka kedua hal itu yaini mengaku-ngaku nasab orang lain dan
mengingkari nasab yang sebenarnya sangat dilarang dalam Islam. Bahkan dalam
sebuah riwayat dijelaskan orang yang mengaku-ngaku nasab dan yang mengingkari
nasab itu bisa membuat dirinya menjadi kafir dihadapan Allah
Rasulullah ﷺ
bersabda :
وَقَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنِ ادَّعَى
نَسَبًا لَا يَعْرِفُ كَفَرَبِاللَّهِ
وَمَنِ انْتَفَى مِنْ نَسَبٍ وَاِنْ دَقَّ كَفَرَبِاللَّهِ. رواه الطيرنى
Barangsiapa mengaku-ngaku nasab (keturunan) yang dia
sendiri tidak mengetahuinya, maka jadi kafirlah ia kepada Allah. Dan
barangsiapa mengingkari nasab walaupun samar nasab itu, maka kafirlah ia kepada
Allah.” (HR. Thabarani(
Dalam keterangan lain dijelaskan:
وَرَوَى أَحَدُ: إِنَّ لِلَّهِ تَعَالَى عِبَادًا لَايُكَلِّمُهُمْ
يَوْمَ الْقِيَا مَةِ وَلَا يُزَكِّيْهِمْ وَلَا يَنْظُرُ اِلَيْهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ
أَلِيْمٌ, قِيْلَ وَمَنْ اُولَئِكَ يَارَسُوْلَ اللَّهِ ؟ قَالَ مُتَبَرِّئٌ مِنْ وَالِدَيْهِ
رَاغِبٌ عَنْهُمَاوَمُتَبَرَّئٌ مِنْ وَلَدِهِ وَرَجُلٌ أَنْعَمَ عَلَيْهِم قَوْمٌ
فَكَفَرَ نَعْمَتَهُمْ وَتَبَرَّأَمِنْهُمْ. وَالْمُرَادُالْاِنْعَامُ بِالْعِتْقِ.
Dan diceritakan Imam Ahmad, Sesungguhnya Allah Ta'ala
itu mempunyai hamba, yang tidak akan berbicara Allah dengan mereka pada hari
kiamat. Dan Allah tidak akan mensucikan dosanya mereka, dan Allah tidak
memandang mereka(dengan rasa kasih sayang). Dan bagi hamba itu diberikan
siksaan yang pedih. Sahabat bertanya: Siapa mereka itu Rasulullah?. Rasullullah
menjawab: Yaitu orang yang menyatakan lepas diri dari kedua orang tuanya (tidak
mengakui orang tua) marah kepada orang tuanya. Orang yang lepas tangan dari
anaknya(tidak mengakui anak). Dan orang yang diberi kenikmatan oleh suatu kaum
lalu dia ingkar dari mereka serta melepaskan diri dari mereka. Yang dimaksud
dengan “ memberikan kenikmatan” di sini ialah “Kemerdekaan (memerdekakan
budak).
Arikel”Larangan Mengaku dan Mengingkari Nasab”, Fiqhislam.com https://www.fiqhislam.com/agenda/syariah-akidah-akhlak-ibadah/132221-larangan-mengaku-dan-mengingkari-nasab
HUKUM
MENGAKU-NGAKU HABIB ATAU SAYYID ?
Seorang jaba/orang awam tidak didukung silsilah yang shahih Menurut Kitab “الشفا بتعريف حقوق المصطفى “ Mengaku Habib atau hukumnya haram. Adapun hukumannya menurut Imam Malik di Dunia ialah di pukul dan dipenjarakan. Sedangkan di Akhirat dimasukan ke dalam Neraka.
Referensi :
٠{الشفا بتعريف حقوق
المصطفى - وحاشية الشمني، ج ٢ ص ٣١١}
وَرَوَى أَبُو مُصْعَب عَن مَالِك فِيمَن انْتَسَب إِلَى
بيت النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْه وَسَلَّم يُضْرَب ضَرْبًا وَجِيعًا ويُشْهَر
ويُحْبَس طَويلًا حَتَّى تَظْهَر تَوبَتُه لِأَنَّه اسْتِخْفَاف بِحَقّ الرَّسُول
صَلَّى الله عليه وسلم
Artinya : Abu Mush'ab meriwayatkan dari Imam Malik
tentang hukum seseorang yang mengaku-ngaku memiliki nasab keturunan Rasulullah,
orang tersebut dihukum cambuk dengan pukulan yang menyakitkan, diumumkan, dan
dipenjara dalam waktu yang lama, hingga kelihatan jelas- jelas bertaubat karena
Dia telah meremehkan hak-hak Rasulullah.
{صحيح مسلم، ج ١ ص ٨٠}
١١٥ -
(٦٣) حَدَّثَنَا
أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ زَكَرِيَّاءَ بْنِ
أَبِي زَائِدَةَ، وَأَبُو مُعَاوِيَةَ، عَنْ عَاصِمٍ، عَنْ أَبِي عُثْمَانَ، عَنْ
سَعْدٍ، وَأَبِي بَكْرَةَ كِلَاهُمَا، يَقُولُ: سَمِعَتْهُ أُذُنَايَ، وَوَعَاهُ
قَلْبِي مُحَمَّدًا صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «مَنِ ادَّعَى إِلَى
غَيْرِ أَبِيهِ، وَهُوَ يَعْلَمُ أَنَّهُ غَيْرُ أَبِيهِ فَالْجَنَّةُ عَلَيْهِ
حَرَامٌ»٠
Artinya : Meriwayatkan hadis kepada kami, Abu Bakar Ibnu
Abi Syaibah dari Zakariya bin Abi Zaidah dan Abu Muawiyah dari Ashim dari Abi
Utsman dari Sa'ad dan Abi Bakrah keduanya berkata : kedua telingaku mendengar,
dan hatiku hafal Rasulullah bersabda :
"Barang siapa yang mengaku-ngaku bernasab kepada
seseorang yang bukan bapaknya, dan Dia tahu bahwa orang itu bukan bapaknya,
maka Surga haram baginya".
{فضل
أهل البيت، ص ٨٢-٨٣}
أشرفُ الأنساب نسَبُ نبيِّنا محمد صلى الله عليه وسلم،
وأشرف انتسابٍ ما كان إليه صلى الله عليه وسلم وإلى أهل بيتِه إذا كان الانتسابُ
صحيحاً
Artinya : Nasab termulia adalah nasab Nabi KITA, Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa 'Alihi Wasallam Dan penisbatan termulia adalah penisbatan kepada Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wa 'Alihi Wasallam dan kepada ahlibait beliau, jika penisbatan tersebut benar adanya.
وقد كثُرَ في العرب والعجم الانتماءُ إلى
هذا النَّسب، فمَن كان من أهل هذا البيت وهو مؤمنٌ، فقد جمَع الله له بين شرف
الإيمان وشرف النَّسب، ومَن ادَّعى هذا النَّسبَ الشريف وهو ليس من أهله فقد ارتكب
أمراً محرَّماً، وهو متشبِّعٌ بِما لَم يُعط
Sungguh telah banyak terjadi di Negeri Arab maupun
selainnya, penisbatan kepada nasab yang mulia ini.
Barangsiapa yang memang termasuk ahlibait dan Dia
Mukmin, maka sungguh Allah telah mengumpulkan baginya antara kemuliaan Iman dan
kemuliaan nasab.
Namun sebaliknya barangsiapa yang mengklaim nasab yang
mulia ini sedangkan dirinya bukanlah bagian darinya, maka sungguh Dia telah
melakukan tindakan yang haram dan termasuk orang yang berperilaku dusta
terhadap sesuatu yang tidak dimiliki.
وقد قال النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم:
((المتشبِّعُ بِما لَم يُعْطَ كلابس ثوبَي زور))، رواه مسلمٌ في صحيحه (٢١٢٩) من
حديث عائشة رضي الله عنها٠
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa 'Alihi Wasallam bersabda :
“Orang yang (berpura-pura) berpenampilan dengan sesuatu
yang tidak diberikan kepadanya bagaikan orang yang memakai dua pakaian palsu
(kedustaan)”
(HR. Muslim, hadits ke- 2129 dari Sanad Aisyah)
وقد جاء في الأحاديث الصحيحة تحريمُ
انتساب المرء إلى غير نسبِه، ومِمَّا ورد في ذلك حديثُ أبي ذر رضي الله عنه أنَّه
سَمع النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم يقول: ((ليس مِن رجلٍ ادَّعى لغير أبيه وهو
يَعلَمه إلاَّ كفر بالله، ومَن ادَّعى قوماً ليس له فيهم نسبٌ فليتبوَّأ مقعَدَه
من النار))، رواه البخاريُّ (٣٥٠٨)، ومسلم (١١٢)، واللفظ للبخاري٠
Dan sungguh terdapat beberapa hadist shohih yang
menjelaskan keharaman seseorang bernasab kepada orang lain yang bukan nasabnya.
Diantara hadist yang menjelaskan hal tersebut adalah
hadist dari sanad Abu Dzar al-Giffari, bahwasanya Dia mendengar Rasulullah
bersabda : "Tiadalah seseorang mengaku bernasab kepada selain Ayahnya
sedangkan Dia mengetahui kecuali Dia telah kufur kepada Allah. Dan barang siapa
mengaku-ngaku keturunan suatu kaum sedangkan Dia tidak memiliki persambungan
nasab dengan mereka maka hendaklah silahkan memilih tempatnya di Neraka".
(HR. Bukhori hadis ke -3508, Muslim hadis ke -112,
redaksinya milik Bukhori)
NASAB AHLU ALBAIT NABI SAW DARI KELUARGA ALAWIYIN
1. Keturunan Nabi Muhammad Saw
Siapakah yang dinamai sebagai keturunan Muhammad Saw? Muhammad Saw dikaruniai 7 anak 3 laki-laki dan 4 perempuan, yaitu :
- Qasim, (pemberi Imbalan) wafat saat kecil
- Zainab, (indah dan Wangi) wafat usia 29 tahun
- Ruqaiyah, wafat saat perang Badar (ia isteri Usman bin Affan)
- Ummu Kultsum, dan
- Fathimah Azzahra.
- Abdullah wafat saat kecil
- Ibrahim wafat saat kecil
Sepanjang
hidupnya, Nabi Muhammad Saw telah dikaruniai 7 orang anak, 4 perempuan dan 3
laki-laki.seluruh anak Nabi berasal dari hasil pernikahannya dengan Sayyidah
Khadijah, kecuali Ibrahim yang dilahirkan oleh Sayyidah Mariyah al-Qitbhiyah
Setiap
keturunan atau anak berasal dari ayahnya, namun khusus untuk keturunan Sayyidatuna
Fathimah bersambung kepada Rasulullah merekalah keturunan Muhammad Saw.
Sebagaimana dalam hadits telah disebutkan bahwa
Rasulullah bersabda: “Setiap anak yang dilahirkan ibunya bernasab kepada
ayahnya, kecuali anak-anak dari Fathimah, akulah wali mereka, akulah nasab
mereka dan akulah ayah mereka”, (HR Imam Ahmad).
- Hasan
- Husain
- Muhsin
- Ummu Kalsum dan
- Zainab.
Hadis Riwayat lain menyatakan:
وَقَوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْه وَسَلَّمَ :" لِكُلِّ بَنِىٍّ اَبٌ
عُصْبَةٌ إلا ابني فاطمة فأنا و ليهما و عصبتهما *
Artinya: "Setiap anak laki-laki seorang ayah memiliki ashabah (penerima bagian ashabah), kecuali dua putera Fatimah, karena akulah wali keduanya dan ashabah mereka berdua." (HR Al-Hakim)
Hal mana sesuai dengan pengakuan Rasulullah saw,sendiri bahwa anak-anak Fathimah ra yakni Al Hasan dan Al Husain itu bernasab kepada beliau saw. Sehingga berbeda dengan orang-orang lain yang bernasab kepada ayahnya
Rasulullah Saw bersabda:
وَعَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : كُلُّ بَنِى اُنْثَى فَاِنَّ عُصْبَتَهُمْ لِاَبِيْهِمْ مَاخَلَاوَكَ فَاطِمَةُ فَاِنّيْ اَنَا عُصْبَتُهُمْ وَ اَنَااَبُوْهُمْ (رَوَاهُ الطَّبْرَنى)
Artinya “Semua bani Untsa (manusia) mempunyai ikatan keturunan ke ayahnya, kecuali anak-anak Fathimah, maka kepadakulah bersambung ikatan keturunan mereka dan akulah ayah-ayah mereka.” (HR. At Tabrani)
Dalam hadis dari Umar bin Khattab juga diterangkan:
عن النبي صلى الله عليه و سلم كل نسب و صهر ينقطع يوم القيامة إلا نسبى وصهرى (رواه اِبْنُ عَسَاكِيْرٍ)
Artinya: "Nabi shalallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Setiap nasab dan hubungan keluarga melalui perkawinan di hari Kiamat nanti akan putus, kecuali nasabku dan hubungan kekeluargaan melalui perkawinan denganku." (Riwayat Ibnu Asakir)
Pada suatu ketika, Sayyidina Umar ra datang kepada Imam Ali karamallahu wajhah dengan tujuan akan melamar putrinya yang bernama Ummu Kultsum ra.
Setelah Sayyidina Umar ra menyampaikan maksudnya, Imam Ali kw menjawab bahwa anaknya itu masih kecil. Selanjutnya Imam Ali kw menyarankan agar Sayyidina Umar ra melamar putri saudaranya (Ja’far) yang sudah besar.
Mendengar jawaban dan saran tersebut Sayyidina Umar ra menjawab, bahwa dia melamar putrinya, karena dia pernah mendengar Rasulullah saw bersabda:
“ Semua sebab dan nasab terputus pada hari kiamat, kecuali sebab dan nasabku.” (HR. At tobroni)
Dari konteks hadist tsb, hubungan pertalian dengan Rasulullah sangatlah penting, meskipun hubungan pertaliannya merupakan hubungan kekerabatan (sebab) dan bukan hubungan nasab. Akhirnya lamaran Sayyidina Umar ra tersebut diterima oleh Imam Ali kw dan dari perkawinan mereka tersebut, lahirlah Zeid dan Ruqayyah
Perkawinan tersebut membuktikan bahwa antara Imam Ali kw / Siti Fathimah ra dengan Sayyidina Umar ra telah terjalin hubungan yang sangat baik. Sebab apabila ada permusuhan antara Imam Ali kw / Siti Fathimah ra dengan Sayyidina Umar ra, pasti lamaran tersebut akan ditolak.
Bahkan dalam buku-buku sejarah disebutkan bahwa, Imam Ali kw dikenal sebagai penasehat Khalifah Umar Ibnul Khattab ra.
Bahkan Sayyidina Umar ra ketika mengawini Ummu Kultsum ra itu berkata kepada orang banyak: “Tidakkah kalian mengucapkan selamat kepadaku, sebab aku pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda:
“Setiap sebab dan nasab terputus pada hari kiamat, kecuali sebab dan nasabku.” (HR. At Tobroni)
Dengan demikian tidak benar jika ada orang yang mengatakan bahwa keturunan Rasulullah Saw atau Dzurriyyaturrasul itu sudah putus atau tidak ada lagi. Karena pendapat tersebut sangat bertentangan dengan keterangan-keterangan Rasulullah saw, yang diakui kebenarannya oleh para ulama dan para Ahli sejarah.
Imam Bukhari telah meriwayatkan dalam kitab shahih-nya bahwa Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu pernah berkata kepada Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu : “Sungguh aku lebih senang menyambung tali kekerabatan kepada keluarga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam daripada keluargaku sendiri” [HR Bukhari : 3712]
Masih dalam Shahih Bukhari bahwasanya Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu ketika pulang dari shalat Ashar ia melihat Hasan Radhiyallahu anhu sedang bermain-main bersama anak-anak yang lain di jalan. Lalu Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu menggendong Hasan Radhiyallahu ‘anhu di atas pundaknya sambil berkata “Demi bapakku yang menjadi tebusan, Hasan lebih mirip Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dibandingkan dengan Ali Radhiyallahu ‘anhu. Mendengar hal itu Ali Radhiyallahu ‘anhu hanya bisa tertawa” [HR Bukhari : 3542]
Dikutip dari salah satu Artikel telah diterbitkan SINDOnews.com bahwa Habib Zein bin Ibrahim bin Smith Al-Alawi Al-Husaini pernah menerangkan, ada banyak dalil menegaskan bahwa Fatimah merupakan jalur penerus keturunan Nabi Muhammad Saw. Berdasarkan berfirman Allah dalam Al-Qur'an ttg mubahalah :
فَمَنْ حَاجَّكَ فِيْهِ مِنْ بَعْدِ مَا جَائَكَ مِنَ الْعِلْمِ فَقُلۡ تَعَالَوۡا نَدۡعُ اَبۡنَآءَنَا وَاَبۡنَآءَكُمۡ وَنِسَآءَنَا وَنِسَآءَكُمۡ وَاَنۡفُسَنَا وَاَنۡفُسَكُمۡ ثُمَّ نَبۡتَهِلۡ فَنَجۡعَل لَّعۡنَتَ اللّٰهِ عَلَى الۡكٰاذِبِيۡنَ (آل عمران ٦١)
Artinya: "Siapa yang membantahmu (tentang kisah Isa) sesudah datang ilmu (yang meyakinkan kamu), Maka katakanlah (kepadanya): "Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, isteri-isteri kami dan isteri-isteri kamu, diri kami dan diri kamu; kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta." (QS Ali Imran: Ayat 61)
Para ahli tafsir menjelaskan, ketika ayat ini turun, Rasulullah SAW mengajak Ali, Fatimah, al-Hasan dan al-Husain. Beliau menggendong Al-Husain, menuntun Al-Hasan, Fatimah berjalan di belakang beliau sedangkan Ali (suamu Fatimah) berjalan di belakang mereka, dan beliau bersabda: "Ya Allah, mereka ini adalah keluargaku." Ayat ini adalah dalil yang tegas, bahwa anak-anak Fatimah dan keturunannya disebut anak-anak Nabi Muhammad dan mereka bernasab kepada nasab Rasulullah SAW secara benar dan bermanfaat di dunia dan akhirat.
Pada ayat lain, Allah berfirman:
اِنَّمَا يُرِيۡدُ اللّٰهُ لِيُذۡهِبَ عَنۡكُمُ الرِّجۡسَ اَهۡلَ الۡبَيۡتِ وَيُطَهِّرَكُمۡ تَطۡهِيۡرًا
Artinya: "Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu hai Ahlul Bait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya." (QS Al-Ahzab: 33)
Ungkapan Ahlul Bait dalam ayat di atas mencakup keluarga rumah tempat tinggal dan keluarga nasab Rasulullah SAW. Istri-istri beliau adalah keluarga rumah tempat tinggal, sedangkan kerabat-kerabatnya adalah keluarga karena pertalian nasab.
عن ابى سعيد الحدري رضي الله عنه قال: إن هذه الاية نزلت فى النبي صلى الله عليه وسلم وعلي وفاطمة والحسن والحسين رضي الله عنهم
Dari Abu Sa'id al-Khudri ia berkata: "Sesungguhnya ayat ini turun berkaitan dengan Nabi sholalllohu 'alaihi wasallam, Ali, Fathimah, Al-Hasan dan Al-Husain radhiyallahu 'anhum." (HR Ahmad)
إنه صلى الله عليه وسلم جعل على هؤلاء كساء وقال اللهم هؤلاء اهل بيتى وخاصتى اذهب عنهم الرجز وطهرهم تطهيرا
Dalam riwayat lain, sesungguhnya Rasulullah SAW selalu mendatangi rumah putrinya Fathimah, selama enam bulan pada setiap sholat Subuh. Beliau berseru: "Sholatlah hai Ahlul Bait, sesungguhnya Allah hendak menghilangkan dosa dari kamu, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya." (HR at-Tirmidzi dan Abu Dawud ath-Thayalisi dari Anas bin Malik)Artinya: "Sesungguhnya Nabi shollallahu 'alaihi wasallam mengemulkan sebuah kain pada mereka (Ali, Fathimah, al-Hasan dan al-Husain) dan bersabda: "Ya Allah, mereka adalah ahli baitku dan orang-orang khususku, hilangkan dari mereka noda dan bersihkan mereka sebersih-bersihnya."
Dikisahkan, Sulthan Harun Al-Rasyid dimasa pemerintahannya pernah bertanya kepada Musa al-Kadzim seraya berkata: "Bagaimana kamu berkata kami keturunan Rasulullah SAW padahal kamu adalah anak-anak Ali bin Abi Thalib. Seorang laki-laki hanya bernasab kepada datuk dari sisi ayah, bukan datuk dari ibu?" Lalu Imam Musa al-Kadzim menjawab:
اعوذ بالله من الشيطان الرجيم.بسم الله الرحمن الرحيم. ومن ذريته داود وسليمان وايوب ويوسف وموسى وهارون وكذلك نجزى المحسنين وزكريا ويحيى وعيسى وإلياس
Artinya: "Nabi Isa 'alaihissalam jelas tidak berayah, tetapi beliau dipertemukan dengan nasab para Nabi dari sisi ibundanya. Demikian juga kami dipertemukan dengan nasab Nabi Muhammad dari sisi ibu kami, Fatimah radhiyallahu 'anha. Dan masih ada tambahan lagi hai amirul mukminin, yaitu turunnya ayat mubahalah, saat itu Nabi tidak mengajak siapapun kecuali Ali, Fatimah, al-Hasan dan al-Husain ra."
Sebagai salah satu tinggalan Nabi Muhammad SAW untuk umatnya, keturunannya sudah selayaknya mendapat penghormatan dan rasa cinta seperti yang beliau terima. Sebagaimana anjuran dari sahabat termulia Rasulullah, Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq yang mengatakan, “Cintailah Muhammad melalui cinta kepada para keturunannya (Ahlul Bait).
Tak hanya itu, Al-Qur’an melalui surah Asy-Syura ayat 23 pun mengatur perintah untuk mencintai Ahlul Bait. Dalam ayat tersebut disebutkan, “Katakanlah (wahai Muhammad): Aku tidak meminta upah kepada kalian kecuali rasa cinta kepada kerabatku,”
قُلْ لَّآ اَسْـَٔلُكُمْ عَلَيْهِ اَجْرًا اِلَّا الْمَوَدَّةَ فِى الْقُرْبٰىۗ
Artinya: “Katakanlah (wahai Muhammad): Aku tidak meminta upah kepada kalian kecuali rasa cinta kepada kerabatku,” (QS Asy-Syura: 23)
Dalam tafsir disebutkan bahwa yang dimaksud kerabat disini adalah Ahlul Bait. Dengan demikian, jelas perintah memuliakan dan mencintai Ahlul Bait merupakan perintah langsung dari Allah yang wajib dipatuhi.
عَنْ جَابرٍ بِنْ عَبْدُاللهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ رَاَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِى حُجَّتِهِ يَوْمَ عَرَفَةَ وَهُوَ عَلَى نَاقِتِهِ الْقَصْوَاءِ يَخْطُبُ فَسَمِعْتُهُ يَقُوْلُ : يَااَيُّهَا النَّاسُ اِنِّيْ قَدْ تَرَكْتُ فِيْكُمْ مَا اِنْ اَخَذْتُمْ بِهِ لَنْ تَضِلُّوْا : كِتَابَ الله وَعتْرَتيْ اَهْلُ بَيْتيْ (رواه الترمذى و احمد)
Dari Jabir bin Abdullah ra. berkata ia “Aku lihat Rasulullah pada Hajjinya hari Arafah Sedangkan Beliau berada diatas untanya berkhutbah dan aku mendengar Beliau bersabda : “Wahai manusia, sesungguhnya aku tinggalkan pada diri kalian, jika kalian mengikutinya maka tidak akan tersesat selamanya yaitu Kitabullah (Al Qur’an) dan keturunanku Ahlul Baitku”.HR.At-Tirmidzi dan Ahmad)
عَنْ اَبِيْ سَعِيْدٍ الحدري رضي الله عنه قال قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اِنِّيْ تَاركٌ فِيْكُمُ الثَّقَلَيْنِ اَحَدُهُمَا اَكْبَرُ مِنَ الآخِرِ : كِتَابُ اللهِ حَبْلٌ مَمْدُوْدٌ مِنَ السَّمَاءِ اِلَى الْاَرْضِ وَعتْرَتيْ اَهْلُ بَيْتيْ وَاَنَّهُمَا لَنْ يَفْتَرِقَا حَتَّى تَرِدَا عَلَى الْحَوْضِ (رواه الترمذى و احمد وغيره)
Artinya Hadis dri Abi Said al-Khudri ia berkata Rasul Saw bersabda :”Aku tinggalkan pada diri kalian dua hal, salah satunya lebih besar dari yang lain yaitu Kitabullah (Alqur’an) sebuah tali penghubung yang dibentangkan dari langit ke bumi dan keturunanku Ahlul Baitku. Sesungguhnya keduanya tidak akan terputus hingga datang sewaktu telaga Hudl (HR. At-Tirmidzi, Imam Ahmad dan lainnya).
- Hasan
- Husein Ibunya Siti Fathimah binti Rasul saw.
- Muhsin (meninggal waktu kecil)
- Muhammad al-Hanafiah (Menurut satu pendapat keluarga Ba Qasyir di Hadramaut adalah keturunannya)
- Abbas
- Usman Syahid bersama saudaranya Husein
- Abdullah Ibunya ummu Banin binti Hazam al-Kilabiyah
- Ja'far
- Abdullah
- Abu Bakar
- Yahya
- Aun
- Umar al-Akbar (Ibunya ummu Habibah al-Taghlibiyah)
- Muhammad al-Ausath (Ibunya Amamah binti Abi Ash)
- Muhammad al-Asghor
- Hasan,
- Husain,
- Muhammad al-Hanafiyah,
- Abbas al-Kilabiyah dan
- Umar al-Tsa'labiyah.
Sedangkan anak perempuannya dalam riwayat yang disepakati berjumlah 18 orang, yaitu:
- Zainab,
- Ummu Kulsum,
- Ruqoyah,
- Ummu Hasan
- Ramlah al-Kubra,
- Ummu Hanni,
- Ramlah al-Sughro,
- Ummu Kulsum al-Sughro,
- Fathimah,
- Amamah,
- Khadijah,
- Ummu Khoir,
- Ummu Salmah,
- Ummu Ja'far,
- Jamanah
Isteri kedua Ali bin Abi Thalib bernama Laila
binti Mas’ud dari Bani Tamim, darinya lahirlah keturunan/anak yang bernama :
Ubaidillah dan Abu Bakar.
Isteri ketiga Ali bin Abi Thalib bernama
“Ummul Banin” binti Haram, darinya lahirlah keturunan/anak yang bernama :
Ja’far, Abbas, Abdullah, Utsman
Isteri keempat Ali bin Abi Thalib bernama Asma
binti Umays” darinya lahirlah keturunan/anak yang bernama : Yahya, Muhammad
Asghar
Isteri kelima Ali bin Abi Thalib bernama “Sahba
binti Rabi’a” darinya lahirlah keturunan/anak yang bernama : Umar dan Rukiyah
Isteri keenam Ali bin Abi Thalib bernama Umamah
binti Abil Ash” darinya lahirlah keturunan/anak yang bernama : Muhammad Awsad
Isteri ketujuh Ali bin Abi Thalib bernama “Maulah
binti Ja’far” darinya lahirlah keturunan/anak yang bernama : Muhammad al
Hanafiyah
Isteri kedelapan Ali bin Abi Thalib bernama “Ummu binti Urwah” darinya
lahirlah keturunan/anak yang bernama : Umul Hasan dan Ramlah Kubra
Isteri kesembilan Ali bin Abi Thalib bernama “Mahabba binti Amru’ul Qays darinya lahirlah keturunan/anak yang bernama : Puteri wafat saat kecil
You tobe “KISAH UBAIDILLAH BIN ALI BIN ABI THALIB RA | putra imam ali yang terlupakan dalam sejarah” https://www.youtube.com/watch?v=akNqd0yUqeo
Hasan Bin Ali Bin Abi Thalib.
Sayyidina Hasan lahir di Madinah sembilas belas hari sebelum peristiwa perang Badar. Beliau adalah cucu dan buah hati Rasulullah. Rasulullah mengakikahkan Hasan pada hari ketujuh dari kelahirannya. Sayyidina Hasan , sangat mirip sekali dengan Rasulullah, yaitu dari mulai pusarnya sampai kepalanya. Sedangkan Sayyidina Husien mirip beliau mulai dari pusar ke bawah.
- Abdullah,
- Qasim,
- Hasan Mutsanna,
- Zaid, Umar,
- Abdullah,
- Abdurahman,
- Ahmad,
- Ismail,
- Husain dan
- Aqil, dan seorang anak perempuan bernama
- Ummu Hasan. Sedangkan yang meneruskan keturunan Imam Hasan adalah: Zaid dan Hasan Mutsanna.
Menurut mereka, Husain
bukanlah pemberontak sembarangan yang mengorbankan hidupnya dan keluarganya
untuk keuntungan pribadi. Dia berdiri melawan penindasan. Dia tidak melanggar
perjanjian damai dengan Muawiyah, tetapi menolak untuk berjanji setia kepada
Yazid. Seperti ayahnya, dia percaya bahwa Tuhan telah memilih Ahlul Bait untuk
memimpin umat Muhammad, dan dia merasa berkewajiban untuk memimpin dengan
datangnya surat-surat kaum Kufi. Namun, dia sengaja tidak mencari kesyahidan
Husain dilahirkan 10 Januari 626 atau (3 Sya'ban 4 H) di Madinah,
Hijaz, Arabia
Meninggal/wafat 10
Oktober 680 (umur 54) (10 Muharram 61 H)
Peperangan Karbala,
Kekhalifahan Umayyah, Sebab meninggal
Dipancung saat Pertempuran Karbala
Pasangan isterinya bernma
: ShahrbanuUmmu RubabUmmu LaylaUmmu Ishaq
Pasangan suami-isteri Husain bin Ali dengan Shahrbanu Ummu Rubab Ummu Layla Ummu Ishaq (isteri) tersebut menurunkn 12 orang Anak
Putra-Putri Sayyidina Husein bin Ali dan
Fatimah Az-Zahra Putri Rasulullah SAW.
- Ali Al-Akbar
- Ali Zainal Abidin
- Abdullah Al-Ashgar
- Sukainah
- Fatimah
- Ja'far
- Muhammad
- Muhsin
- Zainab
- Ruqayyah
- Shafiyyah
- Khawlah.
Sayyidina Husein (Abu Abdillah) adalah cucu dan buah hati Rasulullah. Ia lahir pada hari kelima dari bulan Sya'ban tahun keempat hijriyah.
Al-Hakim mengemukakan sebuah hadits dalam kitab sahihnya, yang bersumber dari sahabat yahya al-'Amiri, bahwa Rasulullah SAW bersabda: " Husein dariku dan aku dari Husein. Ya Allah cintailah orang yang mencintai Husein. Husein adalah salah seorang asbath."
Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban, Ibnu Sa'ad, Abu Ya'la serta Ibnu Asakir dari Jabir bin Abdullah: "Saya telah mendengar Rasulullah bersabda: 'Barangsiapa suka melihat seorang pemimpin para pemuda ahli surga, maka hendaklah ia melihat kepada Husein bin Ali.'"
Sayyidina Husein gugur sebagai syahid, pada hari Jum'at, hari kesepuluh (Asyura) dari bulan Muharram, tahun enam puluh satu Hijriyah di padang Karbala –suatu tempat di Iraq yang terletak antara Hulla dan Kuffah.
Ibnu Hajar memberitahukan sebuah hadits dari suatu sumber yang diriwayatkan dari Ali, bahwa Rasulullah SAW telah bersabda " Pembunuh Husein kelak akan disiksa dalam peti api, yang beratnya sama dengan siksaan separuh penduduk dunia."
Abu Na'im meriwayatkan bahwa pada hari terbunuhnya Sayyidina Husein, terdengar Jin meratap dan pada hari itu juga terjadi gerhana matahari hingga tampak bintang-bintang di tengah hari bolong. Langit di bagian ufuk menjadi kemerah-merahan selama enam bulan, tampak seperti warna darah.
Sayyidina Husein sungguh telah memasuki suatu pertempuran menentang orang yang bathil dan mendapatkan syahidnya di sana. Menurut al-Amiri, Sayidina Husein dikarunia 6 anak laki-laki dan 3 anak perempuan. Dan dari keturunan Sayyidina Husein yang meneruskan keturunannya hanya Ali al-Ausath yang diberi gelar 'Zainal Abidin'. Sedangkan Muhammad, Ja'far, Ali al-Akbar, Ali al-Ashgor , Abdullah, tidak mempunyai keturunan (ketiga nama terakhir gugur bersama ayahnya sebagai syahid di karbala). Sedangkan anak perempuannya adalah: Zainab, Sakinah dan Fathimah.
Julukan Husain yang
terkenal adalah "Sarullah", "Safin al-Najah" (kapal
penyelamat), "Aba Abdullah", "Sayyid Syabab dari ahlul
janah" (penguasa pemuda surga), "yang tertindas" dan
"Sayyid syahada "(penguasa para martir).
Bacaan
Artikel “Nasab AHLU-BAIT Nabi dari Keluarga Alawiyin ’
https://ahlulbaitrasulullah.blogspot.com/2012/09/nasab-ahlu-bait-nabi-dari-keluarga.html
Artikel “Husain bin Ali” Dari Wikipedia bahasa
Indonesia, ensiklopedia bebas
Sayyidus Syuhadaa https://id.wikipedia.org/wiki/Husain_bin_Ali
4. Imam Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib as
(علي بن الحسين بن علي بن أبي طالب)
Imam setelahnya (Imam Ali bin Husain) adalah Imam Muhammad al-Baqir bin Imam Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib as
Ayahnya bernama Imam Husain bin Ali sedangkan Ibunya bernama Syahr Banu binti Yazdgerd
Saudaranya Imam Ali bin Husain bin Ali bernama Ali Akbar as • Ali Asghar • Ja'far dan Saudari Sukainah • Fatimah
Pasangan /isterinya bernama : Ummu Abdillah binti Hasan bin Ali bin Abi
Thalib as
Keduanya punya keturunan Putra : Muhammad al Baqir
- Muhammad al Baqir
- Hasan •
- Husain •
- Akbar •
- Zaid (Sohibul Mazhab Syi'ah Zaidiyah, mempunyai anak Isa dan Yahya)
- Umar al-Asyrof
- Husain al Ashgar (Ibunya bernama Sa'adah)
- Abdurahman •
- Sulaiman •
- Ali Ibunya bernama Zajlan
- Muhammad Ashgar dan Putri
- Khadijah •
- Fathimah •
- 'Illiyah •
- Ummu Kultsum
Anak dan Istri
Dalam sumber data sejarah disebutkan anak Imam Sajjad as berjumlah 15 orang (11 laki-laki dan 4 perempuan).Nama-nama anak dan istrinya menurut Syekh Mufid dan Syekh Thabarsi sebagai berikut :
Isteri Nasab Anak
Ummu Abdillah putri Imam Hasan ra Imam Muhammad al-Baqir as
--- Seorang Pembantu Abdullah, Hasan dan Husain Akbar
Jida Seorang Pembantu Zaid dan Umar
--- Seorang Pembnatu Husain Asghar, Abdurrahman dan Sulaiman
--- Seorang Pembantu Ali dan Khadijah
--- Seorang Pembantu Muhammad Asghar
Lakab Zainal Abidin • Sayid al-Sajidin • Dzu
al-Tsafanat • Al-Sajjad
Imam-Imam Syiah
Ali, al-Hasan, al-Husain, al-Sajjad, al-Baqir, al-Shadiq, al-Kazhim, al-Ridha, al-Jawad, al-Hadi, al-Askari, al-Mahdi
Menurut penjelasan Artikel “Imam Ali Zainal Abidin as” https://id.wikishia. net/view/Imam_Ali_Zainal_Abidin_as bahwa dikatakan :
Imam Ali Zainal Abidin ra. lahir Kamis, tanggal 5 Sya'ban 38 H/658, Ia lahir Madinah yaitu pada masa pemerintahan kakeknya Ali Bin Abi Thalib.dan Sayyidina Ali Zainal Abidin wafat pada tahun 94 Hijriyah, dalam usia 58 tahun dan Ia wafat syahid 20 Muharam 95 H/714 dimakamkan di Pemakaman Baqi.
Ali bin Husain bin Ali bin
Abi Thalib as yang terkenal dengan
sebutan Imam Sajjad dan Zainal Abidin adalah Imam Keempat Syiah (38-94
H/658-714). Ia menjadi imam selama 35 tahun. Ia hadir pada Peristiwa Karbala,
akan tetapi ia tidak turut berperang karena sakit. Pasukan Umar bin Saad paska
kesyahdian Imam Husain as membawanya ke Kufah dan Syam bersama rombongan
tawanan Karbala. Pidato Imam Sajjad as di Syam menyebabkan masyarakat paham
tentang kedudukan Ahlulbait.
Peristiwa Harrah,
Kebangkitan Thawwabin (orang-orang yang taubat) dan Kebangkitan Mukhtar terjadi
pada masa Imam Sajjad as. Kumpulan doa-doa dan munajat-munajatnya terbukukan
dalam kitab Shahifah Sajjadiyah. Risalah al-Huquq yang merupakan panduan buku
kecil mengenai tugas-tugas (takalif) para hamba di hadapan Tuhan dan makhluk
adalah karyanya.
Menurut riwayat-riwayat Syiah, Imam Sajjad as mati syahid karena racun yang diberikan kepadanya atas perintah Walid bin Abdul Malik. Ia dimakamkan di komplek pekuburan Baqi di samping kubur Imam Hasan al-Mujtaba as, Imam Muhammad al-Baqir as dan Imam Ja'far al-Shadiq as.
Imam Sajjad as memiliki banyak keutamaan. Misalnya ibadah dan bantuannya kepada orang-orang fakir banyak dilaporkan. Di sisi Ahlusunah, beliau juga memiliki kedudukan tinggi dan mereka menyanjung keilmuan, ibadah dan wara'nya.
Jannatul Baqi Sebelum
Penghacuran oleh Rezim Saudi
Biografi
Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib as yang masyhur dengan Imam Sajjad as atau Imam Ali Zainal Abidin as adalah Imam Keempat Syiah dan putra dari Imam Husain as. Berdasarkan pendapat yang masyhur ia lahir pada tahun 38 H. Namun berdasarkan riwayat-riwayat lain, kelahiran imam ke-4 Syiah diyakini terjadi sekitar tahun 36 atau 37 H atau 48 H. Oleh karena itu, ia mengalami sebagian masa kehidupan Imam Ali as dan juga periode keimamahan Imam Hasan Mujtaba as dan Imam Husain as. Terkait hari lahirnya Imam Sajjad as terjadi perbedaan pendapat. Sebagian peneliti menyebutkan hari Kamis 15 Jumadil Akhir sebagai hari lahirnya. Irbili meyakini hari lahir beliau tanggal 5 Syakban. Ada juga yang meyebutkan tanggal 9 Syakban.
Nama dan nasab ibunya termasuk dari masalah-masalah yang kontroversial. Syekh al-Mufid menyebutkan nama ibu Imam Sajjad as adalah Syahzanan putri Yazdger, putra Syahriyar bin Kisri dan Syekh al-Shaduq meyakini bahwa ia adalah putri Yazdgerd, putra seorang raja Iran, yang meninggal dunia saat melahirkan.
Julukan dan Gelar
Julukan-julukan yang diberikan kepala Ali bin Husain as adalah Abu al-Hasan, Abu al-Husain, Abu Muhammad dan Abu Abdillah.Sementara gelar-gelarnya adalah Zainal Abidin, Sayid al-Sajidin, Sajjad, Hasyimi, 'Alawi, Madani, Qurasyi dan Ali Akbar. Gelar lain yang diberikan kepadanya adalah Dzu al-Tsafinat, karena ia memiliki tanda di bagian tubuhnya yang sering dipakai sujud, hingga lututnya seperti lutut unta yang keras dan tebal sebagai akibat dari bekas ibadah dan salatnya yang banyak.Imam Sajjad as pada zamannya terkenal dengan sebutan Ali al-Khair, Ali al-Ashgar dan Ali al-'Abid.
Syahadah
Tanggal kesyahidan Imam Sajjad as tidak diketahui secara detail. Sebagian peneliti meyakini terjadi pada tahun 94 H dan yang lain menyakinya tahun 95 H. Mengenai hari kesyahidannya pun terjadi perselisihan pendapat; misalnya hari Sabtu 12 Muharram dan 25 Muharram. Laporan-lopran lain juga terlihat dalam beberapa sumber seperti tanggal 18, 19 dan 22 Muharram.
Imam Sajjad ra syahid diracuni atas perintah Walid bin Abd al-Malik. Ia dikuburkan di Pemakaman Baqi' di samping makam Imam Hasan al-Mujtaba ra, Imam Muhammad al-Baqir ra dan Imam Ja'far al-Shadiq ra.
Imamah
Keimamahan Imam Sajjad as bermula dengan kesyahidan Imam Husain as pada peristiwa Asyura tahun 61 H/681 dan berlanjut hingga masa kesyahidannya, yakni tahun 94 atau 95 H. Dikatakan masa keimamahannya 34 tahun.
Berdasarkan riwayat-riwayat yang tegas dalam sumber-sumber hadis Syiah, Imam Sajjad as merupakan pengganti dan washi Husain bin Ali ra. Dalam hadis-hadis yang dinukil dari Rasulullah saw tentang nama-nama para Imam Syiah, nama Imam Sajjad as juga disebutkan diantara nama-nama tersebut. Para teolog Syiah seperti Syekh al-Mufid menyakini bahwa keutamaan ilmu Imam Sajjad as atas orang lain setelah ayahnya merupakan dalil pertama atas keimamahannya.
Para penguasa pada masa Imam Sajjad ra antara lain adalah: Yazid bin Muawiyah (61-64 H/681-684), Abdullah bin Zubair (61-73 H/681-694), yang menjadi penguasa Mekah secara mandiri, Muawiyah bin Yazid (berkuasa hanya beberapa bulan pada tahun 64 H/684),Marwan bin Hakam (berkuasa sembilan bulan pada tahun 65 H/685), Abdul Malik bin Marwan (65-86 H/685-705), dan Walid bin Abdul Malik (86-96 H/705-715).
Peristiwa Karbala dan
Penawanan
Ketika terjadi peristiwa
Karbala dan pada hari ketika Imam Husain as dan para sahabatnya syahid, Imam
Ali bin Husain as sedang sakit parah. Sehingga ketika para musuh hendak
membunuhnya, sebagian dari mereka berkata, "Cukuplah baginya dengan
sakit yang dideritanya ini."
Kufah
Setelah Tragedi Karbala, seluruh keluarga Imam Husain ra ditawan dan dibawa ke Kufah dan Syam. Ketika tawanan dibawa dari Karbala ke Kufah, leher Imam Sajjad as diberi belenggu dengan Jamah, yaitu semacam belenggu atau borgol yang mengunci dan mengikat tangan serta leher secara bersamaan. Karena sakit dan tidak bisa menjaga dirinya di atas punggung unta, kedua kaki Imam Sajjad ra diikatkan ke perut unta.
Sebagian sejarawan
mengatakan Imam Sajjad ra. membacakan sebuah khutbah di Kufah. Namun, karena
keadaan Kufah dan pengekangan serta ketidakramahan para prajurit pemerintah
yang berkuasa, juga rasa takut penduduk Kufah terhadap mereka dan sikap tidak
bersahabat, maka khutbah yang penuh informasi itu sulit diterima. Selain itu,
disebutkan bahwa isi khutbah yang disampaikannya sama dengan khutbahnya di
masjid Damaskus. Oleh karena itu, dengan bergulirnya masa ada kemungkinan para
periwayat mencampuradukkan kejadian-kajadian tersebut.
Ibnu Ziyad memenjarakan Imam Sajjad ra dan para tawanan Karbala. Dia mengirim surat ke Syam dan meminta perintah Yazid selanjutnya. Yazid membalas suratnya supaya para tawanan dan kepala para syuhada Karbala dibawa ke Syam. Ibnu Ziyad merantai Imam Sajjad ra dan memasang belenggu di lehernya. Para tawanan Karbala pun dibawa ke Syam dengan pengawalan Muhaffar bin Tsa'labah.
Syam
Imam Sajjad ra memberikan
khutbah di masjid Syam. Ia memperkenalkan dirinya, ayahnya dan kakeknya kepada
masyarakat Syam. Ia juga mengatakan bahwa apa yang dikatakan oleh Yazid dan orang-orangnya
adalah tidak benar. Ayahnya bukanlah orang asing, dan ia tidak hendak menyerang
orang Islam serta menyebarkan fitnah di negeri Islam. Ia bangkit untuk kebenaran
dan atas undangan umat dengan menghilangkan bid'ah-bid'ah dalam agama, sehingga
kesucian masa Rasulullah saw pun bisa disampaikan.
Kembali ke Madinah
Menurut catatan Syekh
al-Mufid, akhirnya keluarga Imam Husain as pada hari Arbain bergerak dari Syam
menuju Madinah. Imam Sajjad ra. hidup selama 34 tahun setelah Peristiwa
Karbala. Selama itu pula ia berusaha terus menghidupkan dan menjaga ingatan
terhadap para syuhada Karbala. Setiap minum air ia selalu mengingat ayahnya,
dan senantiasa menangisi musibah yang menimpa Imam Husain ra.
Diriwayatkan dari Imam al-Shadiq ra, "Imam Zainal Abidin as menangis untuk ayahnya selama 40 tahun. Ia setiap hari berpuasa dan setiap malamnya melakukan salat. Ketika berbuka puasa, pembantunya membawakan air dan makanan untuknya dan berkata, "Silakan Tuan!" Imam Zainal Abidin ra berkata, "Putra Rasulullah saw terbunuh dalam keadaan lapar! Putra Rasulullah terbunuh dalam kondisi kehausan!" Kalimat ini diulang-ulangnya dan ia menangis sedemikian rupa sehingga air matanya bercampur dengan air minum dan makanannya. Hal ini terus menimpanya hingga ia meninggal dunia.”
Sayyidina Ali Zainal Abidin ialah seorang yang kekhusyu'annya dalam wudhu',
shalat dan ibadah sangatlah menakjubkan. Dalam sehari semalam ia shalat
(sunnah) seribu raka'at, yang ia kerjakan sampai akhir hayatnya. Ia sangat
takut kepada Allah, sampai-sampai bila ia berwudhu' maka menjadi pucat dan
gemetarlah seluruh anggota badannya. Ketika ditanya, kenapa tuan menjadi
demikian? Ia menjawab: Tahukah kalian di hadapan siapakah aku akan berdiri?
Ia juga dikenal dengan sebutan al-Sajjad (yang banyak sujud).
sumber Data :
Artikel “Imam Ali Zainal Abidin as” https://id.wikishia.net/view/Imam_Ali_Zainal_Abidin_as
Artikel “Nasab AHLU-BAIT Nabi dari Keluarga Alawiyin ’
https://ahlulbaitrasulullah.blogspot.com/2012/09/nasab-ahlu-bait-nabi-dari-keluarga.html
5. Imam Muhammad al-Baqir.
( محمد ألباقر إبن علي)
- Ja'far al-Shadiq
- Abdullah meninggal di waktu kecil
- Ibrahim meninggal di waktu kecil
- Zaid ( tidak mempunyai keturunan)
- Ali
- Abdullah
Artikel “Nasab AHLU-BAIT Nabi dari Keluarga Alawiyin https://ahlulbaitrasulullah.blogspot.com/2012/09/nasab-ahlu-bait-nabi-dari-keluarga.html
6. Imam Ja'far al-Shadiq bin Muhammad al-Baqir
Ja'far ash-Shadiq (Bahasa Arab: جعفر الصادق), nama lengkapnya adalah Ja'far bin Muhammad bin Ali bin Husain bin Ali bin Abu Thalib,
Ja'far ash-Shadiq bin Muhammad bin Ali Radhiyallahu Anhu Kun-yah Abu Abdillah. Nama Ja'far ash-Shadiq, Kebangsaan Umayyah, Abbasiyah, ia Imam Ahlusunnah, ia lahir di Madinah, 17 Rabiul awal 83 H atau ≈ 20 April 702 Masehi dan ia wafat/ meninggal 25 Syawal 148 H/ 4 Desember 765 Masehi dan dimakamkan /dikuburkan di Pekuburan Baqi Madinah
Masa hidup Sebelum Imamah: 31 tahun (83-114 H) mamah: 34 tahun (114-148 H), Gelarnya ash-Shadiq (Arab: Jujur), nama Ayahnya Muhammad al-Baqir, nama Ibunya Ummu Farwah (Fatimah binti Al-Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar) Melalui garis ibu, ia dua kali merupakan keturunan Abu Bakar, karena al-Qasim menikahi putri pamannya, Abdurahman bin Abu Bakar.
Silsilah Sunan
Kalijaga
Raden Syahid (Sunan Kalijaga)
bin Raden Ahmad Sahuri (Tumenggung Hariyo Wilatikta) bin Abdurrahman Aria Teja
bin Ahmad Jalaluddin Syah Syaikh Jali bin Mahmud Nasiruddin bin Makhdum Husein
Jalaluddin An-Naqwi bin Ahmad Al-Kabir bin Sayyid Hasan Jalaluddin Al-Bukhari bin Ali
Al-Mu'ayyid bin Ja'far bin Muhammad bin Mahmud bn Ahmad bin Abdullah At-Taqi
bin Ali Al-Asykar bin Ja'far Az-Zaki bin Ali Al-Hadi bin Muhammad Al-Jawad bin Ali
Ar-Ridha bin Musa Al-Kadzim
Referensi :
Keluarga
Ia memiliki saudara satu ibu yang bernama Abdullah bin Muhammad. Sedangkan saudara lainnya yang berlainan ibu adalah Ibrahim dan Ubaydullah yang beribukan Umm Hakim binti Asid bin al-Mughirah. Ali dan Zaynab beribukan wanita pembantu rumah tangganya, dan Umm Salamah yang beribukan wanita pembantu rumah tangganya pula.
Muhammad al-Dibaj, yang mendeklarasikan dirinya sebagai Amirul Mukminin setelah Salat Jumat pada tanggal 6 Rabiul akhir 200 Hijriyah, dan kemudian berperang melawan Khalifah Abbasiyah pada saat itu, al-Ma'mun, tetapi dengan cepat ia tertangkap dan dibawa ke Khurasan.
Kehidupan awal
Sejak kecil hingga berusia sembilan belas tahun, ia dididik langsung oleh ayahnya. Setelah kepergian ayahnya yang syahid pada tahun 114 H, ia menggantikan posisi ayahnya sebagai Imam bagi kalangan Muslim Syi'ah.
Pada masa remajanya, Ja'far ash-Shadiq, turut menyaksikan kejahatan dinasti Bani Umayyah seperti Al-Walid I (86-89 H) dan Sulaiman (96-99 H). Kedua-dua bersaudara inilah yang terlibat dalam konspirasi untuk meracuni Ali Zainal Abidin, pada tahun 95 Hijriyah. Saat itu Ja'far ash-Shadiq baru berusia kira-kira 12 tahun. Ia juga dapat menyaksikan keadilan Umar II (99-101 H). Pada masa remajanya Ja'far ash-Shadiq menyaksikan puncak kekuasaan dan kejatuhan dari Bani Umayyah.
Meninggalnya
Karena meninggal, Ia meninggal pada tanggal 25 Syawal 148 Hijriyah atau kurang lebih pada tanggal 4 Desember 765 Masehi di Madinah, menurut riwayat dari kalangan Syi'ah, dengan diracun atas perintah Khalifah Mansur al-Dawaliki dari Bani Abbasiyah.
Mendengar berita meninggalnya Ja'far ash-Shadiq, Al-Mansur menulis surat kepada gubernur Madinah, memerintahkannya untuk pergi ke rumah Imam dengan dalih menyatakan belasungkawa kepada keluarganya, meminta pesan-pesan Imam dan wasiatnya serta membacanya. Siapapun yang dipilih oleh Imam sebagai pewaris dan penerus harus dipenggal kepalanya seketika. Tentunya tujuan Al-Mansur adalah untuk mengakhiri seluruh masalah keimaman dan aspirasi kaum Syi'ah. Ketika gubernur Madinah melaksanakan perintah tersebut dan membacakan pesan terakhir dan wasiatnya, ia mengetahui bahwa Imam telah memilih empat orang dan bukan satu orang untuk melaksanakan amanat dan wasiatnya yang terakhir; yaitu khalifah sendiri, gubernur Madinah, Abdullah Aftah putranya yang sulung, dan Musa al-Kadzim putranya yang bungsu. Dengan demikian rencana Al-Mansur menjadi gagal.
Ia dimakamkan di pekuburan Baqi', Madinah, berdekatan dengan Hasan bin Ali, Ali Zainal Abidin, dan ayahnya Muhammad al-Baqir.
Masa keimaman
Situasi politik pada zaman itu sangat menguntungkannya, sebab di saat itu terjadi pergolakan politik di antara dua kelompok yaitu Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah yang saling berebut kekuasaan. Dalam situasi politik yang labil inilah Ja'far ash-Shadiq mampu menyebarkan dakwah Islam dengan lebih leluasa. Dakwah yang dilakukannya meluas ke segenap penjuru, sehingga digambarkan muridnya berjumlah empat ribu orang, yang terdiri dari para ulama, para ahli hukum dan bidang lainnya seperti, Abu Musa Jabir Ibn Hayyan, di Eropa dikenal dengan nama Geber, seorang ahli matematika dan kimia, Hisyam bin al-Hakam, Mu'min Thaq seorang ulama yang disegani, serta berbagai ulama Sunni seperti Sofyan ats-Tsauri, Abu Hanifah (pendiri Mazhab Hanafi), al-Qodi As-Sukuni, Malik bin Anas (pendiri Mazhab Maliki) dan lain-lain.
Di zaman Imam Ja'far, terjadi pergolakan politik dimana rakyat sudah jenuh berada di bawah kekuasaan Bani Umayyah dan muak melihat kekejaman dan penindasan yang mereka lakukan selama ini. Situasi yang kacau dan pemerintahan yang mulai goyah dimanfaatkan oleh Bani Abbasiyah yang juga berambisi kepada kekuasaan. Kemudian mereka berkampanye dengan berkedok sebagai "para penuntut balas dari Bani Hasyim".
Bani Umayyah akhirnya tumbang dan Bani Abbasiyah mulai membuka kedoknya serta merebut kekuasaan dari Bani Umayyah. Kejatuhan Bani Umayyah serta munculnya Bani Abbasiyah membawa babak baru dalam sejarah. Selang beberapa waktu, ternyata Bani Abbasiyah memusuhi Ahlul Bait dan membunuh pengikutnya. Imam Ja'far juga tidak luput dari sasaran pembunuhan. Pada 25 Syawal 148 H, Al-Mansur membuat Imam syahid dengan meracunnya.
"Imam Ja'far bin Muhammad, putra Imam kelima, lahir
pada tahun 83 H/702 M. Dia wafat pada tahun 148 H/757 M, dan menurut riwayat
kalangan Syi'ah diracun dan dibunuh karena intrik Al-Mansur, khalifah Bani
Abbasiyah. Setelah ayahnya wafat dia menjadi Imam keenam atas titah Illahi dan
fatwa para pendahulunya." [5]
Perkembangan Mazhab Dua Belas Imam
Perkembangan pesat Mazhab Dua Belas Imam
Selama masa keimaman Ja'far ash-Shadiq inilah, mazhab Syi'ah Dua Belas Imam atau dikenal juga Imamiah mengalami kesempatan yang lebih besar dan iklim yang menguntungkan baginya untuk mengembangkan ajaran-ajaran agama. Ini dimungkinkan akibat pergolakan di berbagai negeri Islam, terutama bangkitnya kaum Muswaddah untuk menggulingkan kekhalifahan Bani Umayyah, dan perang berdarah yang akhirnya membawa keruntuhan dan kemusnahan Bani Umayyah. Kesempatan yang lebih besar bagi ajaran Syi'ah juga merupakan hasil dari landasan yang menguntungkan, yang diciptakan Imam ke-5 selama 20 tahun masa keimamannya melalui pengembangan ajaran Islam yang benar dan pengetahuan Ahlul Bait. Sampai sekarang pun mazhab Syi'ah Imamiah juga dikenal dengan mazhab Ja'fari.
Murid-murid Ja'far ash-Shadiq
Imam telah memanfaatkan kesempatan ini untuk mengembangkan berbagai pengetahuan keagamaan sampai saat terakhir dari keimamannya yang bersamaan dengan akhir Bani Umayyah dan awal dari kekhalifahan Bani Abbasiyah. Ia mendidik banyak sarjana dalam berbagai lapangan ilmu pengetahuan aqliah (intelektual) dan naqliah (agama) seperti:
- Zararah,
- Muhammad bin Muslim,
- Mukmin Thaq,
- Hisyam bin Hakam,
- Aban bin Taghlib,
- Hisyam bin Salim,
- Huraiz,
- Hisyam Kaibi Nassabah, dan
Abu Musa Jabir Ibn Hayyan, ahli kimia. (di Eropa dikenal
dengan nama Geber)
Bahkan beberapa sarjana terkemuka Sunni seperti:
Sufyan ats-Tsauri,
Abu Hanifah (pendiri Madzhab Hanafi),
Qadhi Sukuni,
Qodhi Abu Bakhtari,
Malik bin Anas (pendiri Madzhab Maliki)
Mereka beroleh kehormatan menjadi murid-muridnya. Disebutkan bahwa kelas-kelas dan majelis-majelis pengajaranya menghasilkan empat ribu sarjana hadist dan ilmu pengetahuan lain. Jumlah hadist yang terkumpul dari Imam ke-5 dan ke-6, lebih banyak dari seluruh hadits yang pernah dicatat dari Imam lainnya.
Sasaran dari khalifah yang berkuasa
Tetapi menjelang akhir hayatnya, ia menjadi sasaran pembatasan-pembatasan yang dibuat atas dirinya oleh Al-Mansur, khalifah Bani Abbasiyah, yang memerintahkan penyiksaan dan pembunuhan yang kejam terhadap keturunan Nabi, yang merupakan kaum Syi'ah, hingga tindakan-tindakannya bahkan melampaui kekejaman Bani Umayyah. Atas perintahnya mereka ditangkap dalam kelompok-kelompok, beberapa dan mereka dibuang dalam penjara yang gelap dan disiksa sampai mati, sedangkan yang lain dipancung atau dikubur hidup-hidup atau ditempatkan di bawah atau di antara dinding-dinding yang dibangun di atas mereka.
Penangkapannya
Hisyam, khalifah Bani Umayyah, telah memerintahkan untuk menangkap Imam ke-6 dan dibawa ke Damaskus. Belakangan, Imam ditangkap oleh As-Saffah, khalifah Bani Abbasiyah dan dibawa ke Iraq. Akhirnya Al-Mansur menangkapnya lagi dan dibawa ke Samarra, Iraq untuk diawasi dan dengan segala cara mereka melakukan tindakan lalim dan kurang hormat dan berkali-kali merencanakan untuk membunuhnya. Kemudian Imam diizinkan kembali ke Madinah, di mana dia menghabiskan sisa hidupnya di Madinah, sampai dia diracun dan dibunuh melalui upaya rahasia Al-Mansur.
Riwayat mengenai Ja'far ash-Shadiq
Dari Malik bin Anas
Imam Malik menceritakan pribadi Imam Ja'far ash-Shadiq dalam kitab Tahdhib al-Tahdhib, Jilid 2, hlm. 104:
"Aku sering mengunjungi ash-Shadiq. Aku tidak pernah
menemui dia kecuali dalam salah satu daripada keadaan-keadaan ini:
dia sedang salat,
dia sedang berpuasa,
dia sedang membaca kitab suci al-Qur'an.
Aku tidak pernah melihat dia meriwayatkan sebuah hadits dari
Nabi SAW tanpa taharah. Ia seorang yang paling bertaqwa, warak, dan amat
terpelajar selepas zaman Nabi Muhammad SAW. Tidak ada mata yang pernah, tidak
ada telinga yang pernah mendengar dan hati ini tidak pernah terlintas akan
seseorang yang lebih utama (afdhal) melebihi Ja'far bin Muhammad dalam ibadah,
kewarakan dan ilmu pengetahuannya."
Dari Abu Hanifah
Pada suatu ketika khalifah Al-Mansur dari Bani Abbasiyah ingin mengadakan perdebatan antara Abu Hanifah dengan Imam Ja'far ash-Shadiq. Khalifah bertujuan untuk menunjukkan kepada Abu Hanifah bahwa banyak orang sangat tertarik kepada Imam Ja'far bin Muhammad karena ilmu pengetahuannya yang luas itu. Khalifah Al-Mansur meminta Abu Hanifah menyediakan pertanyaan-pertanyaan yang sulit untuk diajukan kepada Imam Ja'far bin Muhammad di dalam perdebatan itu nanti. Sebenarnya Al-Mansur telah merencanakan untuk mengalahkan Imam Ja'far bin Muhammad, dengan cara itu dan membuktikan kepada orang banyak bahwa Ja'far bin Muhammad tidaklah luas ilmunya.
Menurut Abu Hanifah,
"Al-Mansur meminta aku datang ke istananya ketika aku
tidak berada di Hirah. Ketika aku masuk ke istananya, aku melihat Ja'far bin
Muhammad duduk di sisi Al-Mansur. Ketika aku memandang Ja'far bin Muhammad,
jantungku bergoncang kuat, rasa gentar dan takut menyelubungi diriku terhadap
Ja'far bin Muhammad lebih daripada Al-Mansur. Setelah memberikan salam,
Al-Mansur memintaku duduk dan dia memperkenalkanku kepada Ja'far bin Muhammad.
Kemudian Al-Mansur memintaku mengemukakan pertanyaan-pertanyaan kepada Ja'far
bin Muhammad. Aku pun mengemukakan pertanyaan demi pertanyaan dan dia
menjawabnya satu persatu, mengeluarkan bukan saja pendapat ahli-ahli fiqih Iraq
dan Madinah tetapi juga mengemukakan pandangannya sendiri, baik dia menerima
atau menolak pendapat-pendapat orang lain itu sehingga dia selesai menjawab
semua empat puluh pertanyaan sulit yang telah aku sediakan untuknya."
Abu Hanifah berkata lagi,
"Tidakkah telah aku katakan bahwa dalam soal keilmuan,
orang yang paling alim dan mengetahui adalah orang yang mengetahui
pendapat-pendapat orang lain?"
Lantaran pengalaman itu, Abu Hanifah berkata,
"Aku tidak pernah melihat seorang ahli fiqih yang
paling alim selain Ja'far bin Muhammad."
Imam Ja'far ash-Shadiq sering berkata
"Hadits-hadits yang aku keluarkan adalah hadits-hadits
dari bapakku. Hadits-hadits dari bapakku adalah dari kakekku. Hadits-hadits
dari kakekku adalah dari Ali bin Abi Thalib, Amirul Mu'minin. Hadits-hadits
dari Amirul Mu'minin Ali bin Abi Thalib adalah hadits-hadits dari Rasulullah
SAW dan hadits-hadits dari Rasulullah SAW adalah wahyu Allah Azza Wa
Jalla."
‘Abdul Jabbar bin al ‘Abbas al Hamdani berkata,”Sesungguhnya
Ja’far bin Muhammad menghampiri saat mereka akan meninggalkan Madinah. Ia
berkata,’Sesungguhnya kalian, Insya Allah termasuk orang-orang shalih dari
Madinah. Maka, tolong sampaikan (kepada orang-orang) dariku, barangsiapa yang
menganggap diriku imam ma’shum yang wajib ditaati, maka aku berlepas diri
darinya. Barangsiapa menduga aku berlepas diri dari Abu Bakr dan ‘Umar, maka
aku pun berlepas diri darinya’.” Ad Daruquthni meriwayatkan dari Hanan bin
Sudair, ia berkata: “Aku mendengar Ja’far bin Muhammad, saat ditanya tentang
Abu Bakr dan ‘Umar, ia berkata,’Engkau bertanya tentang orang yang telah
menikmati buah dari surga’.
- Qasim
- Abdullah
- Abbas
- Yahya
- Muhsin Tidak mempunyai keturunan
- Ja'far
- Hasan
- Muhammad al-Ashgor Sedangkan yang memberi keturunan
- Ismail (Sohibul Mazhab Syi'ah Ismailiyah)
- Muhammad al-Akbar (gelarnya al-Dibaj)
- Ishaq (gelarnya al-Mu'taman)
- Musa al-Kadzim
- Ali (gelarnya al-Uraidhi
- Fatimah binti Ja'far
- Asma binti Ja'far
- Ummu Farwah binti Ja'far
Artikel “Nasab AHLU-BAIT Nabi dari Keluarga Alawiyin https://ahlulbaitrasulullah.blogspot.com/2012/09/nasab-ahlu-bait-nabi-dari-keluarga.html
al-Imam as-Sayyid Abu Abdillah Muhammad Jamaluddin al-Naqib al-Uraidhi, Nama asal محمد Muhammad bin Isa ar-Rumi ia lahir Madinah dan wafat /meninggal 857 M/243 H versi lain ia w.250H di Basra dan ia dikenal atas leluhur Bani Alawi, Pertama hijrah ke Basra Ia keponakan dari: Ismail, Musa al-Kadzim, Muhammad ad-Dibaj, Ishaq bin Ja'far dan Ia sepupu dari: Muhammad al-Wafi bin Ismail, Ali ar-Ridha, Ibrahim bin Musa
Nasab
Muhammad an-Naqib bin Ali bin Ja'far bin Muhammad bin Ali
bin Husain bin Fatimah binti Rasulullah bin Abdullah bin Abdul Mutthalib bin
Hasyim bin Abdu Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka'ab bin Lu'ay bin
Ghalib bin Fihr bin Malik bin An-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin
Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma'ad bin Adnan bin Ismail bin
Ibrahim.
Keturunan
Puteranya keturunan Muhammad an-Naqib diketahui melalui
beliau, terutama cabang Ba 'Alawi di Hadramaut.
- Isa al-Rummi
- Yahya
- Hasan
- Musa
- Ja'far
- Ibrahim
- Ishaq
- 'Ali
[Al-IIa adalah Abu Isa Muhammad bin Ali al-Uraidhi bin Imam Ja'far al-Shaddiq. Ia tinggal di Basrah, demikian juga anaknya Isa. Di sana pula Imam Ahmad al-Muhajir dilahirkan dan dibesarkan. Keturunan Imam Muhammad al-naqib ialah: Isa (gelarnya Ar-Rummi),Yahya, Hasan, Musa, Ja'far, Ibrahim, dan Ishaq dan Ali. Imam Muhammad al-Naqib wafat pada tahun 250 Hijriyah.mam Muhammad An-Naqib – Ali Al-‘Uraidhi – Ja’far
Ash-Shodiq – Muhammad Al-Baqir – Ali Zainal Abidin – Husain – Ali bin Abi
Thalib/Fatimah Az-Zahro – Muhammad SAW]
Beliau, Al-Imam Muhammad bin Ali Al-’Uraidhi, dilahirkan di
kota Madinah dan dibesarkan disana. Dari semenjak kecil beliau dididik langsung
oleh ayahnya sampai ayahnya pindah ke kota ‘Uraidh. Beliau sendiri akhirnya
lebih memilih untuk tinggal di kota Basrah.
Beliau adalah seorang yang zuhud terhadap dunia dan menjauhi
kepemimpinan. Beliau seorang yang sangat wara’ dan dermawan. Beberapa ulama
yang pernah menyebutkan nama beliau di antaranya Ibnu ‘Unbah, Al-’Amri, dan
juga para ahli syair banyak memujinya.
Adapun putra beliau, yaitu Isa bin Muhammad An-Naqib bin Ali
Al-’Uraidhi, adalah seorang imam yang sempurna, terkumpul pada dirinya berbagai
sifat mulia, dan permata bagi Al-Husainiyyin.
Beliau tinggal di Irak. Beliau dijuluki dengan Ar-Rumi,
dikarenakan kulitnya yang berwarna kemerahan. Beliau juga dijuluki Al-Azraq,
dikarenakan mata beliau yang berwarna biru.
Beliau adalah seorang yang sangat gemar menuntut ilmu,
sehingga beliau dapat menguasai berbagai macam keutamaan dan ilmu. Beliau juga
adalah seorang yang dermawan, tempat meminta fatwa dan tinggi kedudukannya.
Beliau beberapa kali menikah sehingga dikaruniai banyak
anak. Beliau meninggal di kota Basrah. Beliau meninggalkan 30 orang putra dan 5
orang putri.
Bacaan :
Artiel “Muhammad an-Naqib bin Ali bin Ja'far bin Muhammad” Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas https://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_an-Naqib
Artikel “Nasab AHLU-BAIT Nabi dari Keluarga Alawiyin https://ahlulbaitrasulullah.blogspot.com/2012/09/nasab-ahlu-bait-nabi-dari-keluarga.html
Artikel “Al-Imam Muhammad An-Naqib & putranya Al-Imam Isa Ar-Rumi” tgl. 19 November 2010, Habib Ahmad https://pondokhabib.wordpress.com/2010/11/19/al-imam-muhammad-an-naqib-putranya-al-imam-isa-ar-rumi/
9. Isa an- Naqib al-Rummi.
Isa bin Muhammad bin Ali bin Ja'far, adalah imam besar, terdidik dalam ilmu hadits, ilmu fiqih dan ilmu agama lain oleh ayahnya Imam Muhammad bin Ali. Imam Isa bin Muhammad mempunyai kulit berwarna putih kemerah-merahan yang merupakan sebaik-baiknya warna, sebagaimana perkataan Imam Ali bahwa warna kulit Rasulullah adalah putih kemerah-merahan.
Gelar
Beliau juga dinamakan al-Rumi dan al-Naqib,[3] karena beliau mempunyai rupa putih kemerah-merahan seperti pria yang berasal dari negeri Rum, sedangkan sebutan al-Naqib disebabkan kedudukannya sebagai pemimpin para kaum syarif yang selalu menjaga dan menjamin keamanan kaumnya, nama beliau juga merupakan nama salah satu nabi yaitu nabi Isa alaihi salam. Adapun gelar yang lain yaitu al-Azraq, karena beliau mempunyai mata yang berwarna biru.
Nasab
Isa bin Muhammad an-Naqib bin Ali bin Ja'far bin Muhammad bin Ali bin Husain bin Fatimah binti Rasulullah bin Abdullah bin Abdul Mutthalib bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka'ab bin Lu'ay bin Ghalib bin Fihr[5] bin Malik bin An-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma'ad bin Adnan bin Ismail bin Ibrahim
Keturunan
Imam al-Rumi dikaruniai tiga puluh orang anak laki-laki dan lima orang anak perempuan, diantaranya adalah Imam Ahmad al-Muhajir yang merupakan nenek moyang kaum Alawiyin di Hadramaut. Adapun anak laki-laki Imam Isa al-Rumi adalah
- Abdullah, tidak mempunyai keturunan.
- Abdurahman, tidak mempunyai keturunan.
- Abdullah al-Akbar, tidak mempunyai keturunan.
- Abdullah al-Ahwal, tidak mempunyai keturunan.
- Abdullah al-Asghor, tidak mempunyai keturunan.
- Daud, tidak mempunyai keturunan.
- Yahya, tidak mempunyai keturunan.
- Ali, tidak mempunyai keturunan.
- Abbas, tidak mempunyai keturunan.
- Yusuf, tidak mempunyai keturunan.
- Hamzah, tidak mempunyai keturunan.
- Sulaiman, tidak mempunyai keturunan.
- Ismail,
- Zaid,
- Qasim,
- Hamzah,
- Harun,
- Yahya, sebagian keturunannya tinggal di Madinah ketika Keamiran Muhanna menguasai kota itu sebagai Amir Syarif Husaini. Terutama keluarga Husain bin Yahya bin Yahya bin 'Isa ar-Rumi.
- Ali,
- Musa,
- Ibrahim,
- Ja’far,
- Ali al- Asghor,
- Ishaq,
- Husain,
- Abdullah,
- Muhammad,
- Muhammad al-Azraq, salah satu keturunannya adalah Syaikh Jamil Halim
- Isa,
- Ahmad al-Abah al-Muhajir, kakek dari 'Alawi.
Di antara keturunannya ialah penyebar Islam di tanah Jawa
yang kita kenal dengan sebutan Wali Songo, Al Imam Isa meninggal di kota
Bashrah sekitar tahun 298 Hijriah.
Artikel “Al Imam Isa ar-Rumi” https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Isa_ar-Rumi
Artikel “Nasab AHLU-BAIT Nabi dari Keluarga Alawiyin https://ahlulbaitrasulullah.blogspot.com/2012/09/nasab-ahlu-bait-nabi-dari-keluarga.html
10. Ahmad al-Abah al-Muhajir bin Isa an-Naqib ar-Rumi.
Ahmad al-Abah bin Isa an-Naqib bin Muhammad bin Ali al-Uraidi diberikan gelar an-Naffat dan “al-Naffat” karena ia berdagang minyak nafat (sejenis minyak tanah),
Menurut Arikel "Biografi Al-Imam Ahmad Al-Muhajir bin Isa Ar-Rumi bin Muhammad Naqib" bahwa Beliau menikah dengan seorang perempuan yang masih sepupunya sendiri bernama Zainab bin Abdullah bin Hasan al Uraidi dan dikaruniai banyak anak yang kelak akan menjadi penerusnya, Selain Abdullah nama panggilan kecilnya Ubaidillah anaknya. Dalam salinan Kitab al-Syajarah al-Mubarokah yang menuskrip aslinya (kitab primer) belum ditemukan. Kitab tersebut karya yang disimatkan pada Fakhruddin al-Razi seorang ulama abad ke 5-6 Hijriyah tidak menyebutkan / tidak membahas anak-anak Ahmad al-Abah bin Isa tetapi hanya menyebuitkan tiga keturunannya yang dicatat dengan Penulis yaitu: Muhammad al-Abah, Ali dan Husain.
Gus Rumail Abbas ketika dalam pengembaraannya ke Timur Tengah ia menemukan kitab naskah tua, yakni Sunan Tirmidzi yang ditulis 589 Hijriyah yang membuktikan keberadaan Sayyid Ali bin Jadid. kitab naskah tua dimaksud. “Naskah Perawi hadist” yang ditulis sekitar abad ke-V hijerah yang ditampilkan dalam Youtube : link : https://www.youtube.com/watch?v=102Bi1v23D4
---- (5) --- حَدَّثنَا عَلْوى بن عُبَيْد الله الْحَضْرَمِيُّ قال
حَدَّثنَا عَمِّيْ مخمد الاباهه سخ بن عيسى النقيب العَلْوى قال حَدَّثنَا محمد
بن نوح بمكة قال حَدَّثنَا ابو عيسى ابى محمد بن
عيسى بن سورة الترمذى قال حَدَّثنَا محمد ----
Disini disebutan bahwa”Seseorang telah mendapatkan sebuah hadist
dari Alwy bin Ubaidlllah
al Hadramy, maka berkata ia
(Alwy bin Ubaidlllah al Hadramy)
“Telah menghadiskan (memberitakn) kepada kami oleh Paman Saya yang bernama “Muhammad al-Abah bin Isa an-Naqib
al-Alawy ………………
Ket “Dijelaskan bahwa Muhammad al-Abah bin Isa an-Naqib al-Alawy adalah pamannya “Alwy bin Ubaidlllah al Hadramy” berarti juga bahwa “Muhammad al-Abah bersaudara kandung dengan Ubaidlllah al Hadramy. berarti juga bahwa anak-anak Isa an-Naqib ar-Rumi bukan tiga saja yaitu: Muhammad al Abah, Ali dan Husain seperti yang tertulis dalam kitab as-Syejarah al-Mubarakah dikarang oleh Fakhruddin ar-Razi tahun 597H tetapi lebih dari 3 orang.yakni 4-5 orang.
Menurut Artikel "5
Marga Keturunan Nabi Muhammad di Indonesia, Nomor 1 Paling Banyak".
ditulis oleh Rusman H Siregar menyatakan bahwa "Sejarah munculnya
keturunan Nabi Muhammad Saw dan marganya
bermula dari Hijrahnya Imam Ahmad bin Isa Al-Muhajir (wafat 345 H) dari Basrah
(Irak) ke Hadhramaut Yaman.
Ahmad al-Abah bin Isa adalah generasi ke-9 keturunan Nabi Muhammad Saw dari jalur Sayyidina Husein. Beliau berhijrah ke Hadhramaut lantaran banyaknya fitnahan di Irak pada masa Dinasti Abbasiyah Tahun 317 H (896 M). Imam Ahmad bin Isa Al-Muhajir adalah orang pertama yang datang ke Hadhramaut beserta keluarganya yang berjumlah 70 orang. Ikut serta dalam perjalanan beliau anaknya yang bernama Ubaidillah isim tasghir /nama kecil / nama yang lembut dari Abdullah dan ketiga cucunya Alwi, Jadid dan Basri. Imam Ahmad al-Abah al-Muhajir wafat pada tahun 345 Hijriyah, dan dikarunia keturunan. Al-Imam Ahmad al-Abah Al-Muhajir bin Isa Ar-Rumi bin Muhammad Naqib" bahwa
Menurut Kitab as-Syajarah al-Mubarokah karya Imam Al-Fakhrurazi (w. 604 H) menyatakan dengan tegas bahwa Ahmad al-Abah bin Isa mempunyai anak tiga orang dan namun tidak mengingkri anaknya yang lain yakni bernama Ubaidillah. Kutipan dari kitab itu sebagai berikut:
أما أحمد الابح فعقبه من ثلاثة بنين: محمد ابو جعفر بالري، وعلي
بالرملة، وحسين عقبه بنيسابور (الشجرة المباركة: 111(
“Adapun Ahmad al-Abah maka anaknya yang berketurunan ada tiga: Muhammad Abu ja’far yang berada di kota Roy, Ali yang berada di Ramallah, dan Husain yang keturunanya ada di Naisaburi.” (Al-Syajarah Al-Mubarokah: 127)
Menurut Arikel KH. Imam Jazuli, Lc. MA bahwa Ahmad al-Abah al-Muhajir bin Isa diperkirakan wafat pada 345 H./956 M., dan dimakamkan di Hadramaut, Yaman. Di sinilah awal mula polemik Kiai Imamd dimunculkan. Berdasarkan catatan tertua yang berhasil dikumpulkan Kiai Imad, Ahmad al-Muhajir memiliki tiga putra: Abu Ja'far Muhammad di Ray Iran, Husain di Naisabur Iran, dan Ali di Ramalah Palestina. Catatan Kiai Imad tersebut diambil dari sumber tertua, yaitu: kitab Al-Syajarah Al-Mubarakah fi Ansab al-Thalibiyah karangan Fakhruddin ar-Razi Abu Abdullah Muhammad bin Umar bin al-Husain al-Qursyi al-Thabaristani (w. 606 H./1209 M.).Berbekal kitab yang sama, Kiai Imad menantang para pendukung akademis maupun fanatis nasab Ba’alawi.
Tantangan Kiai Imad sangat sederhana, yaitu mempersilahkan kubu pro-nasab Ba’alawi untuk mendatangkan sumber yang lebih tua dari pada kitab al-Syajarah al-Mubarakah tersebut. Tampaknya, sampai tulisan ini dibuat, satu-satunya wacana tandingan (counterdiscourse) yang kuat datang setelah penemuan sebuah manuskrip Sunan Tirmidzi bertarik 589 H./1193 M.
Pada halaman awal manuskrip terdapat tulisan tangan Muhammad bin Ali Al-Qala'i Shahib Mirbath Ba'alawi (w. 592 H./1195 M.), yang memberikan ijazah kepada Syarif Abdullah Ba'alawi pada tahun 575 H./1179 M. Dengan demikian, tahun wafat al-Qala’i Shahib Mirbath Ba’alawi lebih awal 15 tahun dibanding wafatnya Fakhruddin ar-Razi. Begitupun pemberian ijazah tersebut lebih awal 31 tahun dibanding wafatnya Fakhruddin ar-Razi
Selain itu, eksistensi ijazah pada manuskrip Sunan Trimidzi jauh lebih tua dari kitab al-Syarajah al-Mubarakah sekitar 17 tahun. Ini dihitung sejak wafatnya pengarang kitab al-Syajarah, yaitu: 17 tahun kemudian. Sampai di sini, Kiai Imad semestinya menerima fakta material berupa ijazah dalam manuskrip sebagai sumber sejarah nasab Ba’alawi
Menurut (Penulis kitab Tuhafatutolib): Aku melihat dalam sebagian ta’liq (catatan pinggir sebuah kitab ditulis oleh santri dipinggir kitab ketika mendengar keterangan guru) tulisan yang bunyinya “Telah berkata al-muhaqqiqun dari cabang ilmu ini (nasab) dari ahli Yaman dan Hadramaut, seperti Imam Ibnu Samrah, al-Imam al-Jundi dan Ulama lainnya bahwa Sayyid Syarif Ahmad al Abah bin Isa pergi bersama anaknya, Abdullah, dalam rombongan para anak, kerabat, teman-teman, para pembantu dari Bashrah dan Iraq menuju Hadramaut. Jadi Beliau mempunyai putera, diantaranya yaitu
- Muhammad al-Abah
- Ali
- Husain
- Qasim
- Abdullah nama panggilan kecilnya Ubaidillah ( Abu Alawy )
Gus Rumail
Abbas dalam pengembaraannya ia menemukan kitab “Naskah Perawi hadist” yang
ditulis sekitar abad ke-V hijerah yang ditampilkan dalam Youtube : link :
https://www.youtube.com/watch?v=102Bi1v23D4
---- (5) --- حَدَّثنَا عَلْوى بن عُبَيْد الله الْحَضْرَمِيُّ قال
حَدَّثنَا عَمِّيْ مخمد الاباهه سخ بن عيسى النقيب العَلْوى قال حَدَّثنَا محمد
بن نوح بمكة قال حَدَّثنَا ابو عيسى ابى محمد بن
عيسى بن سورة الترمذى قال حَدَّثنَا محمد ----
Seseorang telah
mendapatkan hadis dari Alwy bin Ubaidlllah al Hadramy, maka berkata ia (Alwy
bin Ubaidlllah al Hadramy) “Telah menghadiskan kepada kami oleh Paman Saya yang
bernama “Muhammad al-Abah bin Isa an-Naqib al-Alawy ………………
Ket “Dijelaskan bahwa Muhammad al-Abah bin Isa an-Naqib al-Alawy adalah pamannya “Alwy bin Ubaidlllah al Hadramy” berarti juga bahwa “Muhammad al-Abah bersaudara kandung dengan Ubaidlllah al Hadramy. berarti juga bahwa anak-anak Isa an-Naqib bukan tiga saja seperti yang tertulis dalam kitab as-Sejarah al-Mubarakah tetapi 4 orang.
Kedua, Kitab al-Majdi fi Ansabittholibin karya Sayyid Syarif Najmuddin Ali bin Muhammad al-Umri an-Nassabah (w. 490), ketika menerangkan tentang keturunan Isa bin Muhammad an-Naqib ia menyebutkan bahwa keturunan dari Ahmad al-Abah bin Isa ada di Bagdad yaitu dari al-Hasan Abu Muhammad ad-Dallal Aladdauri bin Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Isa. Sama seperti al-Ubaidili, al-Umri belum menyebut nama Ubaidillah dan Alawi sebagai anak dan
cucu dari ahmad bin Isa. Kutipan lengkapnya seperti di bawah ini
وأحمد ابو القاسم الابح المعروف بالنفاط لانه كان يتجر النفط له بقية ببغداد من الحسن ابي محمد الدلال على الدور ببغداد رأيته مات بأخره ببغداد بن محمد بن علي بن محمد بن أحمد بن عيسى بن محمد بن العريضي. (المجدي في أنساب الطالبين، العمري، مكتبة آية الله عظمي المرعشي، 1422 ص. 337)
“Dan Ahmad Abul Qasim al-Abah yang dikenal dengan “al-Naffat” karena ia berdagang minyak nafat (sejenis minyak tanah), ia mempunyai keturunan di bagdad dari al-Hasan Abu Muhammad ad-Dalal Aladdauri di Bagdad, aku melihatnya wafat diakhir umurnya di Bagdad, ia anak dari Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Isa bin Muhammad (an-Naqib) bin (Ali) al-Uraidi.” (Al-majdi Fi Ansabittholibin, al-Umri, maktabah Ayatullah udzma al-mar’asyi, Tahun 1442 h. 337).
Perhatikan redaksi diatas, tertulis kalimat “Dan Ahmad Abul Qasim al-Abah……” Saya kira semua bisa mengerti makna Abul Qosim yaitu Ayah/Bapaknya Qosim, itu artinya ada juga anak dari Ahmad bin Isa yang bernama Qosim.
Beliau dilahirkan pada
tahun 260 Hijriyah. Di namakan al-Muhajir, karena beliau hijrah dari Iraq ke
Hadramaut sebagaimana kakeknya Rasulullah hijrah dari Mekkah ke Madinah.
Sebelum hijrah ke tujuan akhirnya Hadramaut, beliau tinggal di Madinah selama
satu tahun kemudian ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Dari Mekkah beliau
pergi ke Hajrain, kemudian ke Husaisah yang jaraknya setengah marhalah dari
Tarim.
Maksud tulisan ini adalah Artikel untuk membantah orang-orang yang menafikan/ mmenolak keabsahan nasab Habaib Aali Ba'alawi yang
ada di Indonesia.
Walaupun faktanya Ar Razi tidak pernah menyampaikan kesimpulan itu namun hanya menyebut 3 anak dari Sayyid Ahmad Bin Isa yaitu Muhammad, 'Ali dan Husain yang kalau dilihat dalam sejarahnya bahwa ke-3 anak tersebut tidak ikut hijrah ke Hadramaut Yaman selain Abdullah.
Berikut kami
sampaikan para Ulama Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang mendukung nasab Sayyid
Ubaidillah Bin Ahmad Bin Isa al Muhajir yang nama kecil lahirnya adalah
Abdullah. Beliau menjuluki dirinya sendiri dengan tashghir Ubaidillah karena
sangat rendah hati yang kalau diartikan artinya adalah hamba Allah yang kecil.
1. Imam Al Hafidz As Syakhawi
Beliau adalah murid Syekh Ibnu Hajar Al Asqallani, Beliau
Berkata dalam kitabnya Dhouul Lami' juz 5 halaman 59.
وقد ترجم في ضوئه 5/59 الترجمة برقم (
220 ) لأحد كبارهم فقـال:
"عبدالله بن محمد بن علي بن محمد بن أحمد
بن محمد بن علي بن محمد بن علي بن علوي بن محمد بن علوي بن عبيدالله بن أحمد بن عيسى
بن محمد بن علي بن جعفر الصادق بن محمد الباقر بن زين الـعـابدين علي بن الحسين بن
علي بن أبي طالب الحسيني الحضرمي ثم المكي نزيل الشبيكة منها، ويعرف بالشريف باعلوي.
Ketika beliau menyebutkan salah satu biografi Ulama kalangan
habaib beliau menukil nasab Sayid Abdullah yang merupakan putra Sayid Ahmad Bin
Isa Al Muhajir.
2. Syekh Al Imam Ibnu Hajar Al Haitami
Syekh Ibnu Hajar Al Haitami Asy Syafi'i mengakui nasab Sayyid
Ubaidillah Bin Ahmad Bin Isa dalam kitab Mu'jam beliau:
وأقره العلامة المحدث ابن حجر الهيتمي المكي
في معجمه حيث قـال عن الإمام أبي بـكـر الـعـيـدروس: "وهي عن الـقـطـب أبي بكر
بن عبدالله العيدروس بن أبي بكر بن عبدالرحمن السقاف بن محمد بن علوي بن محمد بن علي
بـن محمد بن علي بن علوي بن محمد بن علوي بن عبيدالله بن أحمد بن عيسى بن محمد بن علي
العريضي.
3. Imam Abu Salim Al Maghribi
Beliau mengakui Nasab Sayyid Ubaidillah Bin Ahmad Bin Isa
dalam kitab nasab yang diberi nama Bahjatul Mafakhir fii Ma'rifatin Nasab Ali
Alfakhir:
وقـال الإمام العلامة النسابة أبو سالم
الـعَـيّـاشِـيّ المغربي في رحلته المشهورة:
"قلت: وحيث جرى في هذه البطاقة ذكـر بعض
نسب شيخنا السيد محمد فلنذكـره إلى النبي صلى الله عليه وآله وسلم على ما في
"بهجة المفاخر في معرفة النسب العالي الفاخر"، وهو السيد محمد بن علوي بن
مـحـمـد بن أبي بـكـر بـن أحمد بن أبي بكر بن عبدالرحمن بن محمد بن علي بن علوي بن
محمد بن علي بن محمد بن علي بن علوي بن محمد بن علوي بن عبيد الله بن أحمد بن عيسى
بن محمد بن علي بن جعفر الصادق إلخ النسب". فانظره ص12 من المجلد الأول
.
4. Imam Ibnu 'Imad
Pengarang banyak kitab yang jadi rujukan pesantren ini juga
mengakui nasab Sayid Ubaidillah bin Ahmad bin Isa Almuhajir:
وقد ترجم ابن العماد في كتابه "شذرات
الذهب" لجمع من آل باعلوي، قال 8/78:
\"السيد الشريف الحسين بن عبدالله العيدروس،
ولد سنة 861 هـ
5. Imam Abdurrahman Bin Muhammad Al Khatib
Ulama ahli sejarah ini mengakui nasab Ali Ba'alawi dalam
kitab Al Jauharus Syafaf fii Fadhaili wa Manakibi Assadah Al Asyraf.
وللعلامة الـمـؤرخ الجليل أبي محمد عبدالرحمن
بن محمد الخطيب الأنصاري الحضرمي المتوفى عام 855 هـ كتاب "الجوهر الشفاف في فضائل
ومناقب السادة الأشراف".
6. Al Imam Al Allamah
Abubakar Almasyhur
Al Imam Al Allamah
Abubakar Almasyhur yang khusus menceritakan tentang Imam Ubaidillah bin
Ahmad Almuhajir, Judul kitab itu “Al-imam Ubaidillah bin Ahmad Almuhajir wa abna’uhu tsalastah Bashri wa
Jadid wa Alawi”
Pada awal kitab ini Al Allamah Imam Abubakar
Almasyhur memulai dengan menyebutkan silsilah nasab mulia Imam Abdullah (nama
kecilnya Ubaidillah), kelahirnya,bagaimana beliau tumbuh dan besar dibawah
asuhan ayahnya dll. Adapun nasab beliau
yaitu:
Abdullah bin Ahmad al-Abah Almuhajir bin Isa bin Muhmmad bin Ali
Aluraidihi bin Jakfar Ashadiq bin Muhammad Albaqir bin Ali Zainal Abidin bin
Alhusain Assibth bin Ali bin Abi thalib dan Fathimatuzzahra’ Albathul binti
Musthofa Muhammad shallallahu alaihi wa alihi wa sahbihi wa sallam.
Imam Ubaidillah bin
Ahmad al-Abah Almuhajir lahir di kota Basrah Iraq sejak dini beliau mendapatkan
perhatian dan bimbingan keilmuan khusus dari ayahnya, beliau adalah putra
terkecil dari Imam Ahmad Almuhajir beliau lahir pada sekitar tahun 295
Hijriyyah, dan beliaulah yang ikut berhijrah bersama ayahdanya (tanpa didampngi
ke-3 saudaranya) sampai ke Hadramaut ketika umur beliau 20 tahun. adapun
saudara saudara Imam Ubaidillah diantaranya ada yang bernama Muhammad,Ali dan
Husein mereka bertiga tetap tinggal di Bashrah Iraq dan tidak ikut berhijrah
bersama ayahnya ke Hadramaut.
7. As-Sayyid Mahdi ar-Roja’i, Ulama syiah ahli nasab asal Qum (Iran)
Menurut salah satu Artikel “Mengakhiri Polemik Nasab Ba Alawi” Timesindonesia , Jakarta bahwa Penggunaan kitab As Syajarah Al mubarokah Imam Fahrur Rozi untuk menafikan nasab Bani Alawi justru ditentang oleh As-Sayyid Mahdi ar-Roja’i , Ulama syiah ahli nasab asal Qum yang mentahqiq kitab as-Syajaroh al-Mubarokah yang dijadikan rujukan oleh pak Imaduddin untuk menafikan nasab Bani Alaw, dalam kitabnya al-Mu’qibun min Aal Abi Tholib beliau menyebutkan sosok Abdullah/ Ubaidllah sebagai putra Ahmad al-Abah bin Isa yang ikut hijrah bersama ayahnya ke Hadhromaut, serta memilki anak Jadid, Bashri dan Alawi, yang mana keturunan Alawi tersebar di berbagai belahan dunia.
Bahkan guru dari Sayyid Mahdi ar-Roja’i yang menemukan manuskrip as-Syajaroh al-Mubarokah, yaitu Ayatullah Mar’asyi yang merupakan Nassabah dari kalangan Syiah, juga mengakui dengan jelas keabsahan nasab Baalawi sebagai Asyrof keturunan Rosullah SAW. Artinya penemu manuskrip as-Syajarah al-Mubarokah dan pentahqiqnya pun tidak pernah memahami isi kitab as-Syajarah al-Mubarokah terkait keturunan Ahmad al-Abah bin Isa sebagaimana yang difahami pak Imaduddin yang menafikan nasab Ba Alawi. Bahkan mereka mengeluarkan surat resmi yang isinya mengklarifikasi kesahihan nasab Ba Alawi.
8. Sayyid Muhammad bin al-Husain as-Samarqandi
Dalam kitab Tuhfatuthalib Bima’rifati man Yantasibu Ila Abdillah wa Abi Thalib, karya Sayyid Muhammad bin al-Husain as-Samarqandi (w. 996) disebutkan seperti beriku
واما احمد بن عيسى بن محمد بن العريضي فقال ابن عنبة ابو محمد الحسن الدلال بن محمد بن علي بن محمد بن احمد بن عيسى الرومي من ولده وسكت عن غيره. قلت رايت في بعض التعاليق ما صورته قال المحققون بهذا الفن من اهل اليمن وحضرموت كالامام ابن سمرة والامام الجندي والامام الفتوحي صاحب كتاب التلخيص والامام حسين بن عبد الرحمن الاهدل والامام ابي الحب البرعي والامام فضل بن محمد البرعي والامام محمد بن ابي بكر بن عباد الشامي والشيخ فضل الله بن عبد الله الشجري والامام عبد الرحمن بن حسان: خرج السيد الشريف بن عيسى ومعه ولده عبد الله في جمع من الاولاد والقرابات والاصحاب والخدم من البصرة والعراق الى حضرموت واستقر مسكن ذريته واستطال فيهم بتريم بحضرموت بعد التنقل في البلدان والتغرب عن الاوطان حكمة الملك المنان. فأولد عبد الله علويا وعلوي اولد محمدا ومحمد اولد علويا وعلوي اولد عليا خالع قسم وعلي خالع قسم اولد محمد صاحب مرباط واولد محمد صاحب مرباط علويا وعليا فاما علوي فله اربعة اولاد احمد وله عقب وعبد الله ولا عقب له وعبد المالك وعقبه في الهند وعبد الرحمن وله عقب. واما علي فله الفقيه المقدم محمد وله عقب كثير (تحفة الطالب بمعرفة من ينتسب الى عبدالله وابي طالب، السيد محمد بن الحسين السمرقندي المدني، ص. 76-77)
“Adapaun Ahmad bin Isa bin Muhammad bin (Ali) al Uraidi maka Ibnu Anbah berkata: Abu Muhammad al-Hasan al-Dallal bin Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Isa ar-Rumi adalah dari keturunan Ahmad bin Isa, ia (Ibnu Anbah) diam tentang selain Abu Muhammad. Aku berkata (penulis kitab Tuhafatutalib): Aku melihat dalam sebagian ta’liq (catatan pinggir sebuah kitab ditulis oleh santri dipinggir kitab ketika mendengar keterangan guru) tulisan yang bunyinya “Telah berkata al-muhaqqiqun dari cabang ilmu ini (nasab) dari ahli Yaman dan Hadramaut, seperti Imam Ibnu Samrah, al-Imam al-Jundi, al-Imam al-Futuhi yang mempunyai kitab at-Talkhis, al-Imam Husain bin Abdurrahman al-Ahdal, al-Imam Abil Hubbi al-Bur’I, al-Imam Fadhal bin Muhammad al-Bur’I, al-Imam Muhammad bin Abi Bakar bin Ibad as-syami, Syekh Fadlullah bin Abdullah as-Syajari, dan al-Imam Abdurrahman bin Hisan bahwa Sayyid Syarif Ahmad bin Isa pergi bersama anaknya, Abdullah, dalam rombongan para anak, kerabat, teman-teman, para pembantu dari Bashrah dan Iraq menuju Hadramaut setelah berpindah dari berbagai daerah dan bersembunyi dari berbagai Negara, sebagai hikmah Tuhan raja yang maha memberikan anugrah. Maka kemudian Abdullah mempunyai anak bernama Alwi, dan Alwi mempunyai anak bernama Muhammad, Muhammad mempunyai anak Alwi (lagi), Alwi mempunyai anak Ali Khali’ Qosam, Ali Kholi’ Qosam mempunyai anak bernama Muhammad Shohib Mirbath, dan Muhammad Shohib Mirbath mempunyai anak bernama Alwi dan Ali. Maka adapun Alwi maka mempunyai empat anak: Ahmad dan ia berketurunan, Abdullah ia tidak berketurunan, Abdul Malik keturunannya di India, dan Abdurrahman dan ia berketurunan. Dan adapun Ali maka ia mempunyai anak al-Faqih al-Muqoddam Muhammad dan ia mempunyai banyak keturunan. (Tuhfatuttolib, Sayid Muhammad bin al-Husain, h. 76-77).
Kitab tersebut yang menyebutkan nama-nama yang lazim di keluarga Alawi seperti Alawi, Shahib Mirbat dan al-Faqih al-Muqaddam. Pengarang kitab Tuhfatuttalib ini ia menemukan catatan-catan yang ada nama-nama susunan nasab itu lalu ia masukan kedalam kitabnya, ia berkata “bahwa aku menemukan sebuah ta’liq” yaitu catatan santri pada sebuah kitab ketika mengaji dihadapan guru, Dari situlah mulai mashurnya keluarga Alawi sebagai keturunan Ahmad bin Isa.
9.Habib Ali al-Sakran
- Secara ilmu fiqh telah diatur bahwa cara pengakuan nasab adalah dengan syuhroh wal istifadhoh yakni telah terkenal secara luas dalam masyarakat di sebuah wilayah bahwa si Fulan adalah keturunan si Fulan tanpa ada bantahan dan sanggahan dari ulama yang otoritatif yang dibenarkan secara syariah.
- Kitab-kitab dari abad ke-5 sd. abad ke-9 tersebut memang objeknya tidak sedang membahas atau membicarakan semua anak-anak Ahmad al-Abah al-Muhajir bin Isa ar-Rumi, tetapi objek pembicaraannya membahas sebahagian keturunannya.yang ada pada Negeri/ ditempat Penulis Kitab berada dimasa tersebut.
- Abu Ismail Ibrahim bin Nasir ibnu Thobatoba, Sayyid Syarif Najmuddin Ali bin Muhammad al-Umri, bahwa al Ubaidili dan Alawi hidup ditempat yang berbeda (jauh dari penulis), sehingga dia tidak mengetahui apa masih adakah lagi keturunan Ahmad al-Abah di tempat yang lain yakni Hadramaut.
- Saat itu suasana politik negeri sangat mencekam membuat orang sulit bepergian keluar kota.
- Adanya Revolusi Zanji dimulai tahun 225 H pada masa Khalifah Abbasi al-Muhtadi yang menyebabkan petaka dan ketakutan bagi warga Kota Bashrah, Irak.
- Disusul datangnya fitnah Qaramithah pada tahun 278 H yang dipimpin oleh seorang laki-laki bernama Yahya bin Al-Mahdi di Bahrain.
- Jauhnya Jarak antara Hadramau Yaman dengan Bagdad atau Jauhnya Jarak antara Hadramaut Yaman dengan Roy Iran sehingga saat itu boleh jadi Para Penulis Kiab belum melakukan kunjungan penelitian Hadramaut Yaman untuk mengkonvirmasi anak-anak Ahmad al-Abah bin Isa
- Sebenarnya sudah claer dengan jawaban "Gus Rumail
Abbas ketika dalam pengembaraannya ke Timur Tengah ia menemukan kitab naskah tua, yakni Sunan Tirmidzi yang ditulis 589 Hijriyah yang membuktikan keberadaan Sayyid Ali bin Jadid. kitab
naskah tua dimaksud “ Yaitu “Naskah
Perawi hadist” yang ditulis sekitar abad ke-V hijerah yang ditampilkan dalam
Youtube : link : https://www.youtube.com/watch?v=102Bi1v23D4
---- (5) --- حَدَّثنَا عَلْوى بن عُبَيْد الله الْحَضْرَمِيُّ قال حَدَّثنَا عَمِّيْ مخمد الاباهه سخ بن عيسى النقيب العَلْوى قال حَدَّثنَا محمد بن نوح بمكة قال حَدَّثنَا ابو عيسى ابى محمد بن عيسى بن سورة الترمذى قال حَدَّثنَا محمد ----
Disini disebutan bahwa”Seseorang telah mendapatkan sebuah hadist dari Alwy bin Ubaidlllah al Hadramy, maka berkata ia (Alwy bin Ubaidlllah al Hadramy) “Telah menghadiskan (memberitakn) kepada kami oleh Paman Saya yang bernama “Muhammad al-Abah bin Isa an-Naqib al-Alawy ………………
Ket “Dijelaskan bahwa Muhammad al-Abah bin Isa an-Naqib al-Alawy adalah pamannya “Alwy bin Ubaidlllah al Hadramy” berarti juga bahwa “Muhammad al-Abah bersaudara kandung dengan Ubaidlllah al Hadramy. berarti juga bahwa anak-anak Isa an-Naqib ar-Rumi bukan tiga saja yaitu: Muhammad al Abah, Ali dan Husain seperti yang tertulis dalam kitab as-Syejarah al-Mubarakah tetapi lebih dari 3 orang.yakni 4-5 orang.
Lalu bagaimana perbandingan ilmu seseorang menolak keabsahan nasab Habaib dengan para ulama diatas yang
keilmuannya sudah diakui dan merupakan Ulama yang hidupnya lebih dekat zamannya
dengan Sayyid Ubaidillah bin Ahmad bin Isa Al Muhajir ? Wallahu Alam
a Ahmad al-Muhajir wafat pada tahun 345h (924 M) di Husayyisah, sebuah kota antara Tarim dan Seiyun, Hadramaut. Makamnya di atas sebuah bukit, umumnya salah-satu yang pertama kali diziarahi oleh para pengunjung yang datang ke Hadramaut.
- Artikel "Biografi Al-Imam Ahmad Al-Muhajir bin Isa Ar-Rumi bin Muhammad Naqib" https://www.laduni.id/post/read/73517/biografi-al-imam-ahmad-al-muhajir-bin-isa-ar-rumi-bin-muhammad-naqib#google_vignette
- Artikel “Nasab AHLU-BAIT Nabi dari Keluarga Alawiyin https://ahlulbaitrasulullah.blogspot.com/2012/09/nasab-ahlu-bait-nabi-dari-keluarga.html
- Artikel ini telah diterbitkan di halaman SINDOnews.com pada Jum'at, 22 Juli 2022 - 05:10 WIB oleh Rusman H Siregar dengan judul "5 Marga Keturunan Nabi Muhammad di Indonesia, Nomor 1 Paling Banyak". https://kalam.sindonews.com/read/833341/786/5-marga-keturunan-nabi-muhammad-di-indonesia-nomor-1-paling-banyak-1658426865
- Artikel “Bantah Imaduddin, Gus Luthfi: Para Ulama Sejak 5-6 Abad Lalu Mengakui Nasab Sayid Ubaidillah Bin Ahmad” Sabtu, 8 April 2023, Faktakini.info *Para Ulama Sejak 5-6 Abad Lalu Yang Mengakui Nasab Sayid Ubaidillah Bin Ahmad* Oleh Muhammad Luthfi Rochman https://www.faktakini.info/2023/04/bantah-imaduddin-gus-luthfi-para-ulama.html
- Artikel “Hikmah Fitnah Nasab Habaib, Nama Imam Ubaidillah Jadi Populer, Kitab tentang Beliau Diburu Umat” Jumat, 12 Mei 2023 https://www.faktakini.info/2023/05/hikmah-fitnah-nasab-habaib-nama-imam.html
- Artikel “Nasab Ba Alawi Terputus 550 Tahun Bisa Diyakini Dengan Husnudzon?” https://rminubanten.or.id/nasab-ba-alawi-terputus-550-tahun-bisa-diyakini-dengan-husnudzon/
- Artikel “Menjawab Ludfi Rochman Tentang Terputusnya Nasab Habib” https://rminubanten.or.id/menjawab-ludfi-rochman-tentang-terputusnya-nasab-habib/
- Artikel “Menjawab Ludfi Rochman Tentang Terputusnya Nasab Habib” https://rminubanten.or.id/menjawab-ludfi-rochman-tentang-terputusnya-nasab-habib/
- Artikel “Mengakhiri Polemik Nasab Ba Alawi” TIMESINDONESIA,
JAKARTA
Rabu,
05 Juli 2023 - 02:31 | 355.65k https://timesindonesia.co.id/kopi-times/460198/mengakhiri-polemik-nasab-ba-alawi
- Judul buku: Menakar kesahihan Nasab Habib Di Indonesia Penulis: KH Imaduddin Utsman Al Bantani, pengasuh pesantren Nahdlatul Ulum, Banten, https://www.alkhoirot.org/2023/05/menakar-kesahihan-nasab-habib-di.htm
- Artikel ”Mempertanyakan Keilmuan dan Moral Ilmiah KH. Imaduddin Utsman Albantani” Indonesiakitanews.com https://www.indonesiakitanews.com/menguji-metodologi-dan-mempertanyakan-moral-ilmiah-kh-imaduddin-utsman-albantani/
- Artikel “Polemik Nasab Ba’alawi dan Petaka Logika Kiai Imad” https://www.tribunnews.com/tribunners/2023/08/07/polemik-nasab-baalawi-dan-petaka-logika-kiai-imad Polemik Nasab Ba’alawi dan Petaka Logika Kiai Im
- https://id.wikipedia.org/wiki/Ahmad_al-Muhajir
واما احمد بن عيسى بن محمد بن العريضي فقال ابن عنبة ابو محمد الحسن الدلال بن محمد بن علي بن محمد بن احمد بن عيسى الرومي من ولده وسكت عن غيره. قلت رايت في بعض التعاليق ما صورته قال المحققون بهذا الفن من اهل اليمن وحضرموت كالامام ابن سمرة والامام الجندي والامام الفتوحي صاحب كتاب التلخيص والامام حسين بن عبد الرحمن الاهدل والامام ابي الحب البرعي والامام فضل بن محمد البرعي والامام محمد بن ابي بكر بن عباد الشامي والشيخ فضل الله بن عبد الله الشجري والامام عبد الرحمن بن حسان: خرج السيد الشريف بن عيسى ومعه ولده عبد الله في جمع من الاولاد والقرابات والاصحاب والخدم من البصرة والعراق الى حضرموت واستقر مسكن ذريته واستطال فيهم بتريم بحضرموت بعد التنقل في البلدان والتغرب عن الاوطان حكمة الملك المنان. فأولد عبد الله علويا وعلوي اولد محمدا ومحمد اولد علويا وعلوي اولد عليا خالع قسم وعلي خالع قسم اولد محمد صاحب مرباط واولد محمد صاحب مرباط علويا وعليا فاما علوي فله اربعة اولاد احمد وله عقب وعبد الله ولا عقب له وعبد المالك وعقبه في الهند وعبد الرحمن وله عقب. واما علي فله الفقيه المقدم محمد وله عقب كثير (تحفة الطالب بمعرفة من ينتسب الى عبدالله وابي طالب، السيد محمد بن الحسين السمرقندي المدني، ص. 76-77)
“Adapaun Ahmad bin Isa bin Muhammad bin (Ali) al Uraidi maka Ibnu Anbah berkata: Abu Muhammad al-Hasan al-Dallal bin Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Isa ar-Rumi adalah dari keturunan Ahmad bin Isa, ia (Ibnu Anbah) diam tentang selain Abu Muhammad. Aku berkata (penulis kitab Tuhafatutolib): Aku melihat dalam sebagian ta’liq (catatan pinggir sebuah kitab ditulis oleh santri dipinggir kitab ketika mendengar keterangan guru) tulisan yang bunyinya “Telah berkata al-muhaqqiqun dari cabang ilmu ini (nasab) dari ahli Yaman dan Hadramaut, seperti Imam Ibnu Samrah, al-Imam al-Jundi, al-Imam al-Futuhi yang mempunyai kitab at-Talkhis, al-Imam Husain bin Abdurrahman al-Ahdal, al-Imam Abil Hubbi al-Bur’I, al-Imam Fadhol bin Muhammad al-Bur’I, al-Imam Muhammad bin Abi Bakar bin Ibad as-syami, Syekh Fadlullah bin Abdullah as-Syajari, dan al-Imam Abdurrahman bin Hisan bahwa Sayid Syarif Ahmad bin Isa pergi bersama anaknya, Abdullah, dalam rombongan para anak, kerabat, teman-teman, para pembantu dari Bashrah dan Iraq menuju Hadramaut setelah berpindah dari berbagai daerah dan bersembunyi dari berbagai Negara, sebagai hikmah Tuhan raja yang maha memberikan anugrah. Maka kemudian Abdullah mempunyai anak bernama Alwi, dan Alwi mempunyai anak bernama Muhammad, Muhammad mempunyai anak Alwi (lagi), Alwi mempunyai anak Ali Khali’ Qosam, Ali Kholi’ Qosam mempunyai anak bernama Muhammad Shohib Mirbath, dan Muhammad Shohib Mirbath mempunyai anak bernama Alwi dan Ali. Maka adapun Alwi maka mempunyai empat anak: Ahmad dan ia berketurunan, Abdullah ia tidak berketurunan, Abdul Malik keturunannya di India, dan Abdurrahman dan ia berketurunan. Dan adapun Ali maka ia mempunyai anak al-Faqih al-Muqoddam Muhammad dan ia mempunyai banyak keturunan. (Tuhfatuttolib, Sayid Muhammad bin al-Husain, h. 76-77).
Inilah kitab pertama yang menyebut nama-nama yang lazim di keluarga Alawi seperti Alawi, Sohib mirbat dan al-Faqih al-Muqoddam.
هاجر الشريف أحمد بن عيسى النقيب من المدينة إلى البصرة في العشر الثانية من القرن الرابع الهجري وخرج منها هو وولد عبد الله إلى المشرق وألقى عصا التسيار باليمن واستقر بحضرموت (الروض الجلي في نسب بني علوي، ص 141)
- Alwi,
- Jadid dan
- Basri.
Abdullah (Ubaidillah) bin Ahmad adalah seorang yang diyakini sebagai keturunan dari Nabi Muhammad yang diisbatkan sebagai anak Ahmad Al Muhajir, yang hijrah dengan sebagian keluarga dan pengikutnya dari Basra ke Hadramaut.
al-Imam as-Sayyid Abdullah Sohibul Aradh Almuhajir Ilallah
Namanya عَبْدُ الْلّٰه / Abdullah dan nama kecilnya atau nama lembutnya “Ubaidillah” Ia lahir tahun 295 H di Basrah, Negara Iraq, berdomisili di Hadramaut dan Ia wafat /Meninggal tahun 383 H di Sumal Hadramaut, Republik Yaman
Al Allamah Imam Abubakar
Almasyhur memulai dengan menyebutkan silsilah nasab mulia Imam
Ubaidillah, kelahirnya,bagaimana beliau tumbuh dibawah asuhan ayahnya dll.
adapun nasab beliau yaitu: Adapun
Jadi Abdullah bin Ahmad Almuhajir bin Isa bin Muhmmad bin Ali
Aluraidihi bin Jakfar Ashadiq bin Muhammad Albaqir bin Ali Zainal Abidin bin
Alhusain Assibth bin Ali bin Abi thalib dan Fathimatuzzahra’ Albathul binti
Musthofa Muhammad shallallahu alaihi wa alihi wa sahbihi wa sallam.
Imam “Abdullah” atau Ubaidillah bin Ahmad Almuhajir lahir di kota Basrah Iraq sejak dini beliau mendapatkan perhatian dan bimbingan keilmuan khusus dari ayahnya, beliau adalah putra terkecil dari Imam Ahmad Almuhajir beliau lahir pada sekitar tahun 295 Hijriyyah, dan beliau berhijrah bersama ayahnya sampai ke Hadramaut ketika umur beliau 20 tahun. adapun saudara saudara Imam Ubaidillah diantaranya ada yang bernama Muhammad,Ali dan Husein mereka bertiga tetap tinggal di Bashrah Iraq dan tidak ikut berhijrah bersama ayahnya ke Hadramaut
Soal keberadaan nama anak Sayyid Ahmad bin Isa yang
bernama Abdullah/Ubaidillah yang tidak disebutkan dalam kitab As syajarah
mubarokah Imam Fahrur Rozi itu bukan dalil yang kuat, karena kitab tsb hanyalah
kitab ringkasan yang tidak bisa memuat semua nasab dzuriat Nabi Saw se dunia dan tidak
ada kata penafian sama sekali, dan tidak menyebutkan itu sama sekali bukan
berarti tidak ada,
Penggunaan kitab As Syajarah Al mubarokah Imam Fahrur Rozi untuk menafikan nasab Bani Alawi justru ditentang oleh As-Sayyid Mahdi ar-Roja’i , Ulama syiah ahli nasab asal Qum yang mentahqiq kitab as-Syajaroh al-Mubarokah yang dijadikan rujukan oleh pak Imaduddin, dalam kitabnya al-Mu’qibun min Aal Abi Tholib beliau menyebutkan sosok Ubaidllah sebagai putra Ahmad bin Isa yang ikut hijrah bersama ayahnya ke Hadhromaut,
Berkata Sayyid Ali bin Abubakar kepribadiannya : "Abdullah adalah orang yang menjaga dirinya dalam agama, paling terkemuka dalam kedermawanan dan keagungan ilmunya. Datuk para keturunan mulia, sumber kedermawanan, dan lautan ilmu, itulah tuan kami yang mulia."
Nasab
Abdullah (Ubaidillah) bin Ahmad bin Isa bin Muhammad bin Ali bin Ja'far bin Muhammad bin Ali bin Husain bin Ali (dan Fatimah bin Muhammad) bin Abdullah bin Abu Thalib bin Abdul Muthalib bin Hasyim
Keilmuan
Ia pertama mengambil ilmu dari ayahnya, Imam Ahmad. Selain itu, ia juga mengambil ilmu dari para ulama di kota Mekkah, ia berguru kepada Syeikh Abu Thalib Al Makki. Di bawah asuhan gurunya, ia berhasil menamatkan pelajaran dari kitab gurunya tersebut yang berjudul Kitab Guut Al Guluub. Setelah bertahun-tahun menuntut ilmu dari para ulama Mekkah dan Madinah, ia kembali ke Hadramaut. Setibanya di Hadhramaut, yang disambut hangat oleh sang ayah dan para pelajar di sana, ia diberi izin oleh ayahnya untuk mengajar dan memberikan fatwa kepada pelajar dan masyarakat setempat.
Kepribadian
Mengenai kedermawanannya, ia jika menggiling kurma dan meletakkannya di tempat penggilingan, maka kurma itu semuanya ia sedekahkan, meskipun jumlahnya banyak. Ia juga mewarisi sifat-sifat mulia dari ayahnya, baik itu di dalam kezuhudannya, ilmunya ataupun ibadahnya.
Tampak pada ia karomah, salah satunya ia suatu saat meletakkan tangannya pada orang yang sakit, lalu ia meniupnya dan mengusapkan di tubuhnya, maka sembuhlah si sakit itu.
Tinggal di Sumal
Tidak lama setelah ayahandanya meninggal, ia memutuskan untuk pindah ke kampung Sumal yang terletak tidak jauh dari kampung semula, Al-Husayisah. Sedangkan harta kekayaan berupa rumah dan perkebunan, semuanya dihibahkan pada pembantunya, Ja’far bin Makhdam. Di kampong barunya, Imam Ubaidillah membangun rumah dan membeli beberapa petak tanah yang kemudian dia tanami pohon kurma dan pepohonan lainya.
Setelah ia menetap di kampung Sumal, ia mempersunting gadis setempat. Kemudian ia dikarunia putra dari istri barunya yang diberi nama Jadid. Sebelum Jadid, ia juga telah dikarunia dua putra dari istri pertamanya yang diberi nama Ismail dan Alawi
Wafat
Imam Ubaidillah meninggal dunia pada tahun 383 H, dalam usia 93 tahun. Ia wafat meninggalkan istri dan 3 orang putra yaitu Ismail (Basri), Alawi dan Jadid.
Munculnya marga Habaib bermula dari Hijrahnya Imam Ahmad bin Isa (wafat tahun 345 H) dari Basrah ke Hadhramuat Yaman. Imam Ahmad bin Isa atau Imam Al-Muhajir ini merupakan generasi ke-8 keturunan Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra, putri Rasulullah SAW. Cucu Imam Ahmad yang bernama 'Alawi merupakan orang pertama dilahirkan di Hadhramaut Yaman. Oleh karena itu, anak-cucu 'Alawi digelari dengan Ba 'Alawi yang bermakna Bani Alawiyin (keturunan Alawi). Bani Alawiyyin ini menandai kumpulan keluarga besar dari cabang-cabang keluarga keturunan Nabi Muhammad SAW.
Dikutip dari sebuah Artikel bahwa banyak sekali testimoni ulama ahli sejarah yang menyebut nama Ubaidillah/Abdullah sebagai putra Ahmad bin Isa al-Muhajir Sejarawan Bahauddin al-Yamani (w. 732 H) menyebutkan dalam kitabnya al-Suluk fi Thabaqat al-‘Ulama wa al-Muluk:
منهم أبو الحسن علي بن محمد بن أحمد بن جديد بن علي بن محمد بن جديد بن عبد
الله بن أحمد بن عيسى بن محمد بن علي بن جعفر الصادق بن محمد الباقر بن علي زين
العابدين بن الحسين بن علي بن أبي طالب كرم الله وجهه ويعرف بالشريف أبي الجديد
عند أهل اليمن أصله من حضرموت من أشراف هنالك يعرفون بآل أبي علوي بيت صلاح وعبادة
على طريق التصوف وفيهم الفقهاء. (السلوك في طبقات العلماء والملوك، جزء 2 ص 135)
Sejarawan lain Malik Abbas bin Dawud al-Rasuli (w. 778) dalam al-‘Athaya al-Saniyyah juga menulis hal yang sama:
منهم أبو الحسن علي بن محمد بن أحمد بن جديد بن علي بن محمد بن جديد بن عبد
الله بن أحمد بن عيسى بن محمد بن علي بن جعفر الصادق بن محمد الباقر بن علي زين
العابدين بن الحسين بن علي بن أبي طالب كرم الله وجهه ويعرف بالشريف أبي الجديد
عند أهل اليمن أصله من حضرموت من أشراف هنالك يعرفون بآل أبي علوي بيت صلاح وعبادة
على طريق التصوف وفيهم علماء فضلاء. (العطايا السنية والمواهب الهنية في المناقب اليمنية، رقم
538 ص 460)
Ulama hadits terkemuka al-Sakhowi dalam al-Dlau’ al-Lami’ menyebutkan:
عبد الله بن محمد بن علي بن محمد بن أحمد بن محمد بن علي بن محمد بن علي بن
علوي بن محمد بن علوي بن عبيد الله بن أحمد بن عيسى بن محمد بن علي بن جعفر الصادق
بن محمد الباقر بن زيد العابدين علي بن الحسين بن علي ابن أبي طالب الحسيني
الحضرمي ثم المكي نزيل الشبيكة منها ويعرف بالشريف باعلوى. (الضوء اللامع، ج 2 ص 454)
Tidak ada pula keterangan dalam kitab-kitab yang dikutip oleh Imaduddin bahwa
ketika mereka tidak mencantumkan nama Ubaidillah berarti mereka mengingkari
keberadaannya. Justru yang ada Syaikh Murtadla a-Zabidi penulis Syarh Ihya
‘Ulum al-Din menukil bahwa al-Ubaidili penulis kitab Tahdzib al-Ansab yang
dikutip oleh Imaduddin mengakui Sayyid Muhajir Ahmad bin Isa memiliki putra
bernama Abdullah. Disebutkan:
هاجر الشريف أحمد بن عيسى النقيب من المدينة إلى البصرة في العشر الثانية
من القرن الرابع الهجري وخرج منها هو وولد عبد الله إلى المشرق وألقى عصا التسيار
باليمن واستقر بحضرموت (الروض الجلي في نسب بني علوي، ص 141)
Tidak terhitung ulama Ahlussunnah wal Jama’ah yang mengakui keabsahan nasab
Bani Alawi sebagai nasab yang paling baik dan paling terjaga. Ulama besar
Aswaja di Makkah Syaikh Yusuf al-Nabhani menulis persaksian tentang Bani Alawi
dengan mengatakan:
إن ساداتنا آل باعلوي قد أجمعت الأمة المحمدية في سائر الأعصار والأقطار
على أنهم من أصح أهل النبوة نسبا … ولا يمتر في صحة نسبهم وكثرة فضائلهم. (رياض الجنة في أذكار الكتاب
والسنة، ص 25)
Syaikhina Najih mengatakan bahkan Mbah Maimoen sendiri memiliki ta’alluq yang sangat kuat dengan syair Sayyid Abdullah bin Alawi al-Haddad:
Bacaan :
- Artikel “Nasab AHLU-BAIT Nabi dari Keluarga Alawiyin ’ https://ahlulbaitrasulullah.blogspot.com/2012/09/nasab-ahlu-bait-nabi-dari-keluarga.html
- Artikel “Ubaidillah bin Ahmad”Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas https://id.wikipedia.org/wiki/Ubaidillah_bin_Ahmad
- Artikel “Membantah IMANUDDIN USTMAN AL BANTANI tentang
keabsahan Jalur Nasab Ubaidillah bin Ahmad Almuhajir “ https://ahlulbaitrasulullah.blogspot.com/2023/05/membantah-imanuddin-ustman-al-bantani.html
- Artikel ini telah diterbitkan di halaman SINDOnews.com pada Jum'at, 30 September 2022 - 05:10 WIB oleh Rusman H Siregar dengan judul "Jumlah Marga Keturunan Nabi Muhammad SAW https://kalam.sindonews.com/read/899193/786/jumlah-marga-keturunan-nabi-muhammad-saw-berikut-nama-namanya-1664478569
- Artikel*MEMPERTEGAS KESAHIHAN PERNYATAAN KH. MUHAMMAD NAJIH MAIMOEN TENTANG KONSPIRASI SYI’AH, KOMUNIS DAN INDO CHINA DALAM PENOLAKAN NASAB BA’ALAWI DAN HAUL WALISONGO** HTTPS://RIBATHDEHA.WORDPRESS.COM/2023/08/01/MEMPERTEGAS-KESAHIHAN-PERNYATAAN-KH-MUHAMMAD-NAJIH-MAIMOEN-TENTANG-KONSPIRASI-SYIAH-KOMUNIS-DAN-INDO-CHINA-DALAM-PENOLAKAN-NASAB-BAALAWI-DAN-HAUL-WALISONGO/
*
12. Sayyidina Al-Imam Alwi Alawiyyin (Shahib Saml)
Imam Ahmad al-Abah al-Muhajir menetap di Bashrah, kota yang masyhur akan keilmuan Islam di negeri Irak. Setelah nilai-nilai ibadahnya semakin sempurna, batin beliau telah terpancari cahaya kewalian, disertai rahasia keistimewaan juga akal fikiran.
Negeri Irakseketika berubah menjadi negeri yang penuh akan noda darah, kekacauan mulai muncul di mana-mana, kekerasan dan pembunuhan merajalela dan tak terkendali. Tak luput dari itu, keluarga Imam Muhajir pun menjadi incaran bagi para kelompok liberalisme yang menganut faham Qaramithah. Mereka berkonspirasi untuk dapat membunuh ahlu bait. Kausalitas akan timbulnya kehancuran ini juga terjadi akibat kemunculan sekte Az-Zanji (aliran sesat) yang mulai kembali berkuasa pada masa Dinasti Abbasiyah.
Menanggapi keadaan krusial seperti ini, Imam Muhajir terdorong untuk berhijrah dengan membawa keluarganya serta para pengikutnya yang lain, di samping mematuhi perintah Tuhannya,
فَفِرُّوْا إِلَى اللهِ إِنِّي لَكُمْ مِنْهُ نَذِيْرٌ مُبِيْنٌ
“Maka segeralah kembali kepada (mentaa’ati) Allah. Sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu.” (QS. Adz Dzariyat: 50)
Juga mengikuti jejak kakeknya Rasulullah saw yang menyuruh berhijrah dari tempat-tempat yang penuh fitnah agama. Beliau berhijrah pada tahun 317 H. Dengan tekad yang kuat, beliau berhijrah beserta 70 orang sanak keluarga dan pengikutnya yang lain, menuju negeri Hijaz lalu dilanjutkan ke kota Madinah. Setelah itu berpindah lagi ke kota Mekkah dan pada akhirnya beliau berpindah ke desa-desa di Yaman, dari satu desa ke desa lainnya.
Kota awal yang beliau tempati adalah Hijrain, salah satu perkampungan di kota Kindah. Kemudian mengakhiri perjalanan terakhirnya di kota Husaisah dan bertempat tinggal di sana. Berkat keluasan ilmu dan cahaya ilahi yang terpendam pada diri Imam Muhajir, beliau mampu mematahkan pemikiran akidah Al-Ibadiyyah dan menyebar luaskan pemahaman akidah Ahlu Sunnah wal Jamaah.
Imam Ahmad al-Abah al-Muhajir memiliki putra salah satunya yang ikut brthijerah dengannya bernama Abdullah. Dari Abdullah (yakni Ubaidillah) tersebut lahirlah tiga orang putra yaitu Bashri, Jadid dan Alawi.
Sayyid Alwi Alawiyyin (Sayyid Alwi al Mubtakir) bin Abdullah (Ubaidillah) bin Ahmad Al-Muhajir, dilahirkan di daerah Saml atau Sumul, Hadramaut dan dibesarkan disana. Ayah beliau adalah Sayyid Ubaidillah bin Ahmad al-Abah Al-Muhajir bin Isa Ar-Rumi. Beliau terkenal sangat alim dan merupakan salah satu imam besar pada zamannya.
Sang Habib yang lahir
dikota Hadhramaut ini termasuk dari ulama-ulama yang menghiasi Taribeh hingga
Tarim dengan keilmuan beliau serta kedekatan beliau dengan penduduk setempat.
Mengenai biografi ayah beliau, telah disebutkan diatas. Namun jika ditilik dari
nasab ibu beliau, kita juga akan menemukan kembali mata rantai emas sebagaimana
ayah beliau.
Ibunda beliau adalah Ummul Banin
binti Muhammad bin Isa bin Muhammad an Nagib hingga bersambung kepada Sayyidah
Fatimah binti Rasulullah Saw. Semenjak kecil, beliau dididik langsung oleh
ayahnya, al Imam Ubaidillah bin Ahmad bin Isa dan berjalan mengikuti thariqah
yang telah ditempuh oleh ayahnya. Beliau gemar mendalami ilmu dan selalu
menyibukkan dirinya untuk menuntut ilmu, sehingga beliau berhasil menguasai
berbagai prinsip keilmuan. Beliau juga adalah seorang yang penghafal al Quran.
Setelah berkelana di berbagai tempat di beberapa daerah Hadhramaut, beliau
keluar demi meningkatkan keintelektualannya ke kota Mekkah dan Madinah.
Di samping kedalaman ilmunya, beliau adalah seorang yang banyak bermujahadah. Beliau banyak melakukan shalat dan puasa. Sifat wara’ dan banyak bersedekah juga menempel pada diri beliau.
Riwayat Keluarga
Dari pernikahan Sayyid Alwi Alawiyyin bin Abdullah (Ubaidillah) bin Ahmad Al-Muhajir dikaruniai seorang putra, yang bernama : Muhammad
Alawiyyin (bahasa Arab: العلويّن) adalah sebutan bagi kaum atau sekelompok orang yang memiliki pertalian darah dengan Nabi Muhammad melalui sayyidina Ali bin abi tholib yang telah di akui oleh ulama serta umat islam pada masa nya Sebutan bagi mereka adalah sayyid atau syarif. Sedangkan Ba' Alawi ialah nama keluarga bagi mereka yang memiliki nasab jalur laki-laki kepada Alawi bin 'Ubaidillah atau abdullah yang memiliki arti hamba Allah
Beliau adalah orang yang pertama kali diberi nama Alwi, nama yang asalnya diambil dari nama burung yang terkenal dengan keindahannya.
Dari beliau inilah turun segala dzuriah para habaib 'Alawiyyin Bani 'Alawi yang masyhur sepanjang masa. Maka kepada beliau inilah keluarga Junjungan Nabi SAW. keturunan Imam Husain dari jalur Imam 'Ali Al-'Uraidhi dinisbahkan sebagai Aali Ba 'Alawi (keluarga Ba 'Alawi) atau 'Alawiyyin. Keturunan mulia yang amat berjasa dalam dakwah dan penyebaran Islam di Nusantara adalah bernama :
Sayyid Muhammad
Sayyid Alwi Alawiyyin bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir diperkirakan meninggal pada tahun 410 H, beliau dimakamkan di Bait Jubair, Hadramaut
Semenjak kecil dididik langsung oleh ayahnya dan berjalan pada thariqah yang telah ditempuh oleh ayahnya. Beliau gemar mendalami ilmu dan selalu menyibukkan dirinya untuk menuntut ilmu, sehingga berhasil menguasai berbagai macam ilmu. Seorang hafidz (Penghafal Al-Quran). Selain menuntut ilmu di Hadramaut, juga menuntut ilmu sampai ke kota Makkah dan Madinah.
3.PERJALANAN HIDUP DAN DAKWAH
Sayyid Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir mewarisi sifat-sifat kebaikan dari ayah beliau. Beliau adalah seorang yang alim dalam berbagai cabang ilmu dan dan merupakan salah satu imam besar di jamannya. Disamping kedalaman ilmunya, beliau adalah seorang yang banyak bermujahadah. Beliau banyak mengerjakan shalat dan berpuasa, bersedekah, selalu beribadah di sepanjang malamnya, berbuat baik dan lemah lembut kepada kaum fakir dan miskin, teguh dalam menjalankan perintah agama, mempunyai kemuliaan yang sempurna, syekhnya kaum arifin, seorang faqih yang zuhud.
Beliau adalah seorang yang sempurna memadukan kemuliaan diri dan nasab. Keutamaan-keutamaan beliau terukir di berbagai lembaran tulisan. Banyak para ulama dan ahli sejarah yang memuji dan mengagungkan beliau.
Diceritakan dalam salah satu riwayat, yaitu ketika beliau hendak melaksanakan perintah haji dan berziarah ke makam kakeknya Rasulullah SAW. Ikut di dalam rombongan beliau sekitar 80 orang, belum termasuk para pembantu dan sanak kerabatnya. Ikut juga di dalamnya saudaranya yang bernama Jadid. Itu semua beliau yang menanggung biaya perjalanannya. Ditambah lagi beliau sering bersedekah kepada orang lain di saat perjalanan pulangnya. Beliau juga membawa unta-unta dalam jumlah yang banyak untuk dipakai buat orang-orang yang lemah dalam rombongannya.
Keturunan beliau tersebar ke seluruh penjuru dunia, nasab beliau terkenal seperti matahari yang bersinar di siang hari dan terangnya cahaya bulan di malam hari.
Di Suria terdapat suatu kaum yang diberi gelar Alawiyin, akan tetapi gelar tersebut dimanfaatkan oleh sekelompok orang yang berkhidmat kepada Imam Ali, nasab mereka tidak bersambung kepada Imam Ali, mereka dinamakan kaum Mutawalah atau Mutawaliyah dan kaum Nashiriyah.
Di Sanqit, suatu daerah di negeri Maghrib terdapat pula orang-orang yang menggunakan gelar Alawi. Nasab mereka bersambung kepada Muhammad Al-Hanafiah bin Ali bin Abi Thalib dan sebagian ada juga yang bersambung kepada Imam Hasan.
Menurut Syaikh Ar-Rabwah Abu Abdillah Muhammad bin Abi Thalib Al-Anshori Al-Damsyiqi dalam kitabnya Nuhbah Al-Dahr cetakan Leipzig tahun 1920 masehi dikatakan bahwa: 'Hijrahnya kaum Alawi ke beberapa negara terjadi pada masa khalifah Usman bin Affan'
Beliau dilahirkan di Hadramaut, dan yang pertama kali dinamakan Alwi. Keturunannya tersebar ke penjuru negeri, sedangkan keturunan saudaranya terputus pada awal kurun ke tujuh hijriyah. Imam Alwi bin Ubaidillah hanya mempunyai satu orang anak bernama Muhammad.
Bacaan :
Artikel “Silsilah Keilmuan Tarekat Ba'alawi di Bumi Hadramaut”, 13 Nov 2021 05:30 WIB 5159 https://sanadmedia.com/post/silsilah-keilmuan-tarekat-baalawi-di-bumi-hadramaut
Artikel “Nasab AHLU-BAIT Nabi dari Keluarga Alawiyin https://ahlulbaitrasulullah.blogspot.com/2012/09/nasab-ahlu-bait-nabi-dari-keluarga.html
Biografi Sayyid Alwi Alawiyyin bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir https://www.laduni.id/post/read/73519/biografi-sayyid-alwi-alawiyyin-bin-ubaidillah-bin-ahmad-al-muhajir
Artikel “Al Sayyid Alwi al Mubtakir bin Ubaidillah bin Ahmad al Muhajir “ isda.in https://isda.in › 2022/08/18 › al-say... https://isda.in/2022/08/18/al-sayyid-alwi-al-mubtakir-bin-ubaidillah-bin-ahmad-al-muhajir-bin-isa-5/
Artikel “Mengakhiri Polemik Nasab Ba Alawi” Rabu, 5 Juli 2023, 04:14 WIB, Penulis : Dr. KH. Ahmad Fahrur Rozi https://beritajatim.com/postingan-anda/mengakhiri-polemik-nasab-ba-alawi/
13. Sayyidina Al-Imam Muhammad (Shahib As-Shouma’ah)
Sayyid Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah dilahirkan di Sumul
pada tahun 390 Hijriyah. Ayah beliau adalah Sayyid Alwi Alawiyyin bin
Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir
Setelah menginjak dewasa Sayyid Muhammad bin Alwi Alawiyyin bin Ubaidillah melakukan hijrah dari Saml atau Sumul pindah ke Bait Jubair dan disana beliau mempunyai tanah pertanian yang luas.
Sayyid Muhammad bin Alwi Alawiyyin bin Ubaidillah mewarisi sifat-sifat kebaikan dari ayah beliau. Beliau adalah seorang yang menguasai dalam berbagai cabang ilmu dan dan merupakan salah satu imam besar di jamannya. Beliau seorang yang alim, soleh, menguasai ilmu fiqih, hadits dan tasawuf. Disamping kedalaman ilmunya, beliau adalah seorang yang banyak bermujahadah. Beliau banyak mengerjakan shalat dan berpuasa, bersedekah, selalu beribadah di sepanjang malamnya, berbuat baik dan lemah lembut kepada kaum fakir dan miskin, teguh dalam menjalankan perintah agama, mempunyai kemuliaan yang sempurna, syekhnya kaum arifin, seorang faqih yang zuhud.
Beliau adalah seorang yang sempurna memadukan kemuliaan diri
dan nasab. Keutamaan-keutamaan beliau terukir di berbagai lembaran tulisan.
Banyak para ulama dan ahli sejarah yang memuji dan mengagungkan beliau.
Riwayat Keluarga
Dari pernikahan Sayyid Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah dikaruniai seorang putra bernama
- Sayyid Alwi bin Muhammad bin Alwi Alawiyyin
Beliau dilahirkan di Sumul pada tahun 390 Hijriyah. Dari Sumul beliau pindah ke Bait Jubair dan mempunyai tanah pertanian yang luas. Beliau seorang yang alim, soleh, menguasai ilmu fiqih, hadits dan tasawuf. Imam Muhammad bin Alwi wafat pada umur 56 tahun di bait Jubair dan dikarunia satu orang anak yang bernama Alwi.
Sayyid Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah wafat pada tahun 446
H, beliau meninggal pada usia 56 tahun dan dimakamkan di bait Jubair Hadramaut
- Artikel “Nasab AHLU-BAIT Nabi dari Keluarga Alawiyin https://ahlulbaitrasulullah.blogspot.com/2012/09/nasab-ahlu-bait-nabi-dari-keluarga.html
- Artikel “Biografi Sayyid Muhammad bin Alwi Alawiyyin bin Ubaidillah” Launi.id lynanDokumentsi Ulma danKeislman https://www.laduni.id/post/read/80014/biografi-sayyid-muhammad-bin-alwi-alawiyyin-bin-ubaidillah
14. Sayyidina Alwi bin Muhammad bin Alwi (w.512H)
Beliau adalah Abu Ali, Alwi bin
Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad al-Muhajir bin Isa ar Rumi bin
Muhammad an Naqib bin Ali al ‘Uraidhi bin Ja’far ash Shodiq bin Muhammad al
Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali, suami dari sayyidatuna Fatimah
az Zahro binti Muhammad Saw. Sayyid Alwi berkelahiran di Bait Jubair sama
seperti tempat kelahiran ayahnya. Beliau lahir dibawah bimbingan yang baik.
Tarbiyah Nabawiyah selalu mengisi hari-hari beliau. Akhlak Rasulullah Saw yang
menjadi penerang jalan kehidupan beliau.
Anak Keturunan Beliau
Di antara keturunan putera dan puteri Sayyid Alwi bin Muhammad yang ikut serta meramaikan daftar nama para ulama-ulama Hadhramaut adalah :
- Syekh Ali Khali’ qasam
- Salim.
- Hubabah Fatimah.
Semoga Allah merahmati mereka semua.. Al Imam Abdullah bin Alwi al Haddad selalu menziarahi pemakaman al Sayyid Alwi bin Muhammad ini. Beliau jugalah yang menganjurkan kepada Habib Zainal Abidin al Idrus untuk membangun masjid didekat pemakaman Sayyid Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah ini agar daerah tersebut ramai orang yang beribadah kepada Allah swt.
- Artikel “Nasab AHLU-BAIT Nabi dari Keluarga Alawiyin https://ahlulbaitrasulullah.blogspot.com/2012/09/nasab-ahlu-bait-nabi-dari-keluarga.html
- Artikel “Al Sayyid Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah” - https://isda.in › 2022/09/07 https://isda.in/2022/09/07/al-sayyid-alwi-bin-muhammad-bin-alwi-bin-ubaidillah-bin-ahmad-al-muhajir-bin-isa-7/
15. Sayyid Ali Khali' Qasam bin Alwi.
Sayyidina Ali (Al-Imam Kholi Qasam w.527 H/1133 M
(السَيِّد علي خالع قسم بن علوي)
li bin Alwi, atau julukannya Ali Khali' Qasam (علي خالع قسم), adalah seorang ulama besar Ahlus Sunnah, ahli fiqih Syafi'i, serta manhaj Asy'ariyah, dan keturunan ahlul bait yang berasal dari Hadhramaut, Yaman. Nama lengkapnya adalah al-Imam Ali Khali' Qasam bin Alwi ats-Tsani bin Muhammad bin Alwi al-Awwal bin Abdullah (Ubaidillah) bin Ahmad al-Muhajir
Gelar Khali' Qasam (penanam Qasam) didapatkan karena ia membeli sebidang tanah yang dinamakannya Qasam, seperti nama tanah leluhurnya dulu di Basra, Irak; yang lalu ditanaminya dengan kurma.Qasam kemudian berkembang menjadi sebuah desa, dan kini termasuk dalam wilayah Kegubernuran Hadhramaut, Yaman.
Ali bin Alwi lahir dan dibesarkan di desa Bait Jubeir] Hadhramaut, yang dijuluki kota Alawiyin, berupa wadi yang subur dan banyak airnya. Ia belajar agama dari ayahnya, dan setelah dewasa ia sering berkunjung ke kota Tarim, hingga pada tahun 521 H ia pindah ke sana. Dengan demikian, ia lah yang pertama dari keluarga Ba' Alawi yang tinggal di Tarim bersama anak keturunannya.Ia memiliki beberapa orang anak, di antaranya yang juga menjadi ulama terkenal ialah Muhammad Shahib Mirbath.
Ali bin Alwi meninggal pada 527 H/1133 M, dan dimakamkan di pemakaman Zanbal, Tarim.
Imam Ali diberi gelar Khali' Qasam sebagai nisbah kepada negeri Qasam yang merupakan tempat mereka di negeri Basrah, di mana dari tempat itu ia mendapat harta dan membeli tanah di dekat kota Tarim di Hadramaut dengan harga 20.000 dinar dan ditanami pohon kurma untuk mengenang kota Qasam di Basrah yang pada awalnya dimiliki oleh kakeknya al-Imam al-Muhajir Ahmad bin Isa. Beliau adalah orang yang pertama dimakamkan di perkuburan Zanbal, Tarim
Dan Imam Ali Khali' Qasam, beliau dikaruniai tiga orang putera keturunan /anak yng bernama
- Abdullah ( tidak mempunyai keturunan)
- Husain ( tidak mempunyai keturunan)
- Muhammad ( dikenal dengan Shahib Mirbath ).
Menurut Habib Ahmad bin Jindan dalam ceramahnya di Majalis Garansi bahwa kitab yang dikarang oleh Syarif Ibrahim bin Mansyur al Hasyimi al Amir kitab “ Al-Madkhal ila Ilmin nasabiyah wa qawa iduhu wa qinayatul arabiyah “ (الْمَدْخَل الَى عِلْمِ النَّسَبيةِ وَقَوَاعِدُهُ وَغِنَايَةُىعَرَبِيَّةِ)
yang dalam kitab tersebut dinyatakan bahwa “Saadah al Uraydhy di Syam atau
Suriah bahwa mereka menetapkan kesahihan Nasab Silsilah Ba’alawy, Hal ini dilakukan tahun 521 H dimasa Sayyid Ali Qasam” masih hidup.
Artikel “Nasab AHLU-BAIT Nabi dari Keluarga Alawiyin https://ahlulbaitrasulullah.blogspot.com/2012/09/nasab-ahlu-bait-nabi-dari-keluarga.html
Artikel “Ali Khali' Qasam” dari Wikipedia bahasa Indonesia ensiklopedia bebas https://id.wikipedia.org/wiki/Ali_Khali%27_Qasam
Muhammad Shahib Mirbath adalah Ulama besar yang berasal dari Hadramaut, Yaman pada abad ke-12 Masihi. Nama lengkapnya ialah al-Imam Waliyullah Muhammad bin Ali Khali' Qasam bin Alwi ats-Tsani bin Muhammad bin Alwi al-Awwal bin Ubaidillah bin Ahmad al-Muhajir. Gelaran Shahib Mirbath diberikan kerana beliau bermukim dan bermastautin di suatu tempat yang disebut Mirbath di Dhafar, setelah berpindah dari Tarim. Kata shahib yang bersinonim dengan kata maula, bererti seseorang yang bermukim atau berkuasa di suatu tempat. Waliyullah al-Imam Muhammad Shahib Mirbath diperkirakan wafat di Mirbath pada tahun 556 Hijriah (1161 M)
Sebagaimana yang disebut oleh penulis buku al-Masyra' al-Rawy, Sayyid Muhammad bin Ali adalah Syaikh Masyayikhil Islam (guru besar ilmu agama Islam) dan Ilmul-'Ulama al-A'lam (ilmunya kaum Ulama kenamaan). Penulis tersebut juga menyatakan bahawa Syeikh Sahib Mirbath adalah "Seorang Ulama ahli syariat dan tarekat dan guru besar terkemuka bagi kaum penghayat ilmu hakikat, ahli fiqh dan mufti negeri Yaman, seorang penasihat dalam berbagai cabang ilmu dan pengetahuan agama di negeri itu …"
Keturunan
Syeikh Muhammad Shahib Mirbath dilahirkan di kota Tarim, Yaman. Beliau telah dikurniai empat orang anak lelaki, iaitu :
- Abdullah, tidak menurunkan keturunan
- Ahmad, tidak menurunkan keturunan
- Alwi dan
- Ali.
Abdullah dan Ahmad tidak menurunkan keturunan, sedangkan Alwi dan Ali menjadi cikal-bakal keturunan para Sayyid dari kaum Alawiyyin (Habaib), termasuk yang berada di kawasan Asia Tenggara.
Dua orang putera Sayyid Muhammad bin Ali yang yang menjadi pangkal keturunan kepada semua golongan Sayyid kaum Alawiyin ialah:
- Ali
- Muhammad, yang bergelar al-A'dham al-Faqih al-Muqaddam
- Alwi Ami al-Faqih, yang terkenal dengan sebutan `Ammul al-Faqih al-Muqaddam.
- Abdulmalik
- Abdullah
- Ali
- Abdurrahman
- Ahmad
Keturunannya di Indonesia
Di Indonesia, banyak para kyai pesantren yang dianggap
merupakan keturunan kepada Syeikh Shahib Mirbath melalui jalur keturunan para
Walisongo. Sedangkan para keturunannya dari kaum Alawiyin yang memakai gelaran
Syarif, Sayyid, Syeikh, Sidi, Habib, Wan dan lain-lain banyak pula yang menjadi
ketua agama Islam yang terkenal dan Raja-Raja di berbagai kerajaan Islam di
Nusantara
Artikel “Muhammad Shahib
Mirbath” dari pada Wikipedia,
ensiklopedia bebas. https://ms.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Shahib_Mirbath
Artikel “Nasab AHLU-BAIT Nabi dari Keluarga Alawiyin https://ahlulbaitrasulullah.blogspot.com/2012/09/nasab-ahlu-bait-nabi-dari-keluarga.html
Raden Maulana Makhdum Ibrahim (Sunan Bonang wafat pada tahun 1525 dan dimakamkan di Tuban,) adalah putra Sunan Ampel dan Dewi Candrawati.
Sunan Drajat memiliki nama asli Raden Qasim adalah putra Sunan Ampel dari istri kedua yang bernama Dewi Candrawati. Raden Qasim memiliki enam saudara seayah-seibu, antara lain Siti Syareat (istri R. Usman Haji), Siti Mutma'innah (istri R. Muhsin), Siti Sofiah (istri R. Ahmad, Sunan Malaka), dan Raden Maulana Makdum Ibrahim (Sunan Bonang).
Selain itu, ia memiliki dua saudara seayah dari ibunya, yaitu Dewi Murtasiyah (istri R. Fatah) dan Dewi Murtasimah (istri Sunan Giri). Sedangkan istri Sunan Drajad adalah Dewi Shofiyah, putri Sunan Gunung Jati.
1. SUNAN GRESIK
Terjadi perbedaan pendapat mengenai asal-usul Syaikh Maulana Malik Ibrahim, dengan satu pendapat menyatakan bahwa ia berasal dari Turki dan pendapat lainnya menyebutkan bahwa ia berasal dari Kashan, sebuah tempat di Persia (Iran), seperti yang tercatat dalam prasasti di makamnya.
Syaikh Maulana Malik Ibrahim adalah seorang ahli tata negara yang menjadi penasihat raja, guru bagi para pangeran, dan juga dermawan bagi fakir miskin. Menurut Babad ing Gresik, ia datang ke Gresik bersama dengan kawan-kawan dekatnya dan tiba pada tahun 1293/1371 M.
Ia juga dikenal sebagai Sunan Gresik dan menetap di Gresik untuk menyebarkan ajaran Islam hingga akhir hayatnya pada tanggal 12 Rabiul Awwal 822 H, yang bersamaan dengan tanggal 8 April 1419 M. Ia dimakamkan di desa Gapura, kota Gresik.
Syaikh Maulana Malik Ibrahim merupakan keturunan dari Ali Zainal Abidin, cucu Nabi Muhammad SAW. Hal ini dapat dijelaskan berdasarkan silsilah Wali Songo yang menunjukkan nasab Syaikh Maulana Malik Ibrahim hingga Nabi Muhammad SAW.
Suanan GRESIK juga merupakan keturunan Nabi Muhammad. Berikut adalah silsilah Wali Songo yang menunjukkan nasabnya,
مولانا مالك ابراهيم (اى سونان غَرْسيق) بن بركات زين العالم بن جمال الدين الحسينى (اى
مولانا اكبر) بن اجمد شاح جلال (جلال الدين خان) بن عبد الله عظمات خان بن عبد
الملك بن علوى عام لفقيه بن محمد صاحب مرباط
- Artikel “Habib Hamid bin Abbas
Bahasyim Kalimantan” From Wiki Aswaja // N http://wiki.laduni.id/Habib_Hamid_bin_Abbas_Bahasyim_Kalimantan
Artikel “Silsilah Sunan Kudus, Salah Satu Wali Songo yang
Mendapat Gelar Raden/ https://kumparan.com/sejarah-dan-sosial/silsilah-sunan-kudus-salah-satu-wali-songo-yang-mendapat-gelar-raden-20AGJJLjZud/full
- Artikel “Nama Asli Sunan Ampel adalah Raden Rahmat, Berikut Silsilah Keturunannya” /https://www.liputan6.com/hot/read/5261226/nama-asli-sunan-ampel-adalah-raden-rahmat-berikut-silsilah-keturunannya?page=2
Artikel “Silsilah Sunan Kudus, Salah Satu Wali Songo yang
Mendapat Gelar Raden/ https://kumparan.com/sejarah-dan-sosial/silsilah-sunan-kudus-salah-satu-wali-songo-yang-mendapat-gelar-raden-20AGJJLjZud/full
Imam Ali bin Muhammad lahir di
Tarim dan dibesarkan disana. Beliau ialah ayah dari Imam Muhammad al-Faqih
al-Muqaddam yang mempunyai kemuliaan, kedermawanan, selalu mengikuti jalan para
ulama Alawiyin sehingga para salafus salihin berkata beliau adalah mataharinya
kaum ahlul yakin dan bulannya kaum mujtahidin.
Imam Ali bin Muhammad dididik oleh
ayahnya dan para ulama mujtahidin zamannya. Beliau seorang yang sangat taat
dalam beribadah, baik shalat, puasa dan bersedekah, mempunyai akhlaq yang
mulia, tawadhu', qana'ah.
Waliyullah Asy-syaikh al-Imam Ali bin Muhammad Shahib Marbad dilahirkan di Tarim Hadramaut. Beliau dikenal dengan Sayyidina Ali Walidul Faqih dan Beliau hanya dikaruniai seorang anak lelaki an.
- Muhammad al-Faqih al-Muqaddam
Kemudian dari anak lelaki Beliau
tersebut yaitu al-Ustadz al-Mu'adzom Muhammad al-Faqih al-Muqaddam. Dari
satu-satunya anak lelaki beliau tersebut dapat menurunkan keturunan beliau
sebanyak kurang lebih 75 leluhur Alawiyin.
Beliau adalah seorang imam yang
penuh dengan kezuhudan. Beliau adalah seorang yang alim dan menjalani
kehidupannya sebagai seorang sufi. Beliau banyak dikaruniai asrar dan ahwal,
sehingga muncul pada diri beliau karomah-karomah. Selain itu beliau juga adalah
seorang yang pemurah dan dermawan. Kehidupan beliau penuh dengan akhlak yang
luhur. Sifat tawadhu selalu menghiasi diri beliau.
Beliau dilahirkan di kota Tarim dan dibesarkan disana. Beliau mengambil ilmu langsung dari ayahnya. Selain itu, beliau juga mengambil ilmu dari Asy-Syeikh Salim Bafadhal, As-Sayyid Salim bin Bashri, Asy-Syeikh Ali bin Ibrahim Al-Khatib, dan lain-lain. ulama lainnya seperti Asy-Syeikh Muhammad bin Ali (yang disemayamkan di kota Sihr), Asy-Syeikh Al-Imam Ali bin Abdullah Adh-Dhafariyyin, Asy-Syeikh Ali bin Ahmad Bamarwan, Al-Qadhi Ahmad bin Muhammad Ba’isa, Asy-Syeikh Ali bin Muhammad Al-Khatib.
Waliyullah Asy-syaikh al-Imam Ali bin Muhammad Shahib Marbad dilahirkan di Tarim Hadramaut. Beliau hanya dikarunia seorang anak lelaki yaitu al-Ustadz al-Mu'adzom Muhammad al-Faqih al-Muqaddam. Dari satu-satunya anak lelaki beliau tersebut dapat menurunkan keturunan beliau sebanyak kurang lebih 75 leluhur Alawiyin. Waliyullah Imam Ali bin Muhammad Shahib Marbad wafat di kota Tarim pada tahun 593 hijriah.
Bacaan :
Artikel “Manaqib Al Imam Ali Bin Muhammad Shahib
Mirbath’ https://ahlulbaitrasulullah.blogspot.com/2013/10/manaqib-al-imam-ali-bin-muhammad-shahib.html
Artikel “Nasab AHLU-BAIT Nabi dari Keluarga Alawiyin https://ahlulbaitrasulullah.blogspot.com/2012/09/nasab-ahlu-bait-nabi-dari-keluarga.html
18. Muhammad Bin Ali (al-Faqih al-Muqaddam)
Sayyidina Al-Imam Al-Faqih Al-Muqaddam Muhammad (574-653H(1232M)
Muhammad al-A'dham al-Faqih al-Muqaddam telah dilahirkan
pada tahun 574 Hijrah di Tarim sebuah kota di lembah Hadramaut, Yaman. Beliau
adalah putera tunggal kepada Ali bin Muhammad Shahib Mirbath yang menurunkan 75
leluhur kaum Alawiyin dan sesepuh semua kaum Alawiyin yang berada di Asia
Tenggara. Imam al-Faqih al-Muqaddam Muhammad bin Ali, meninggal dunia di kota
Tarim pada tahun 653 Hijriah (1232 Masihi)
Gelaran
Gelaran al-Faqih diberikan kerana beliau adalah seorang guru
besar yang menguasai banyak sekali ilmu-ilmu agama diantaranya ilmu fiqh. Salah
seorang guru beliau, Ali Bamarwan mengatakan, bahawa beliau menguasai ilmu fiqh
sebagaimana yang telah dikuasai oleh seorang Ulama besar iaitu al-Allamah
Muhammad bin Hasan bin Furak al-Syafi'i' yang meninggal dunia pada tahun 406
Hijrah.
Sedangkan gelaran al-Muqaddam berasal dari kata Qadam yang bererti lebih diutamakan, dalam hal ini Waliullah Muhammad bin Ali sewaktu hidupnya selalu diutamakan sehinggalah setelah beliau meninggal dunia di maqamnya yang berada di Zanbal Tarim. Maqam tersebut sering diziarahi oleh kaum muslimin sebelum menziarahi Maqam Waliullah yang lain.
Keilmuan
Sayyid Muhammad bin Ali yang terkenal dengan nama al-Faqih
al-Muqaddam ialah sesepuh kepada semua kaum Alawiyin. Beliau ialah seorang
penghafaz Al-Quran dan selalu sibuk menuntut berbagai macam cabang ilmu
pengetahuan agama hingga mencapai peringkat sebagai seorang mujtahid mutlak.[1]
Mengenai Imam al-Faqih al-Muqaddam Muhammad bin Ali, Sayyid
Idrus bin Umar al-Habsyi dalam kitabnya Iqdul Yawaqiet al-Jauhariyah telah
mengatakan: " Dari keistimewaan yang ada pada Sayyidina al-Faqih
al-Muqaddam adalah tidak suka menonjolkan diri, lahir dan batinnya dalam
kejernihan yang ma'qul (semua karya pemikiran) dan penghimpun kebenaran yang
manqul (nas-nas Alquran dan Sunnah).[1]
Penulis buku al-Masyra' al-Rawy berkata: "Beliau adalah
seorang mustanbith al-furu' min al-ushul (ahli merumuskan cabang-cabang hukum
syarak yang digali dari pokok-pokok ilmu fiqh. Beliau adalah Syaikh Syuyukh
al-syari'ah (mahaguru ilmu syari'ah) dan seorang Imam ahli hakikat, Murakiz
Dairah al-Wilayah al-Rabbaniyah, Qudwah al-'Ulama al-Muhaqqiqin (panutan para
Ulama ahli ilmu hakikat),Taj al-A'imah al-'Arifin (mahkota para Imam ahli
ma'rifat) dan dalam segala kesempurnaannya beliau berteladan kepada Amir
al-Mukminin (Imam Ali bin Abi Thalib). Thariqahnya adalah kefakiran yang hakiki
dan kema'rifatan yang fitrah
Keturunan Muhammad al-Faqih Muqaddam memiliki 5 orang putera iaitu:
- Alwi al-Ghuyur, meninggal dunia pada tahun 669 Hijrah.
- Ali, meninggal dunia pada tahun 673 H.
- Ahmad, meninggal dunia pada tahun 706 H.
- Abdullah
- Abdurrahman
Adapun Yang pertama kali dijuluki 'al-Faqih al-Muqaddam' adalah waliyullah Muhammad bin Ali bin Muhammad Shahib Marbad. Soal gelar yang disandangnya, karena waliyullah Muhammad bin Ali seorang guru besar yang menguasai banyak sekali ilmu-ilmu agama diantaranya ilmu fiqih. Salah seorang guru beliau Ali Bamarwan mengatakan, bahwa beliau menguasai ilmu fiqih sebagaimana yang dikuasai seorang ulama besar yaitu al-Allamah Muhammad bin Hasan bin Furak al-Syafi'i', wafat tahun 406 Hijriah. Sedangkan gelar al-Muqaddam di depan gelar al-Faqih yang berasal dari kata Qadam yang berarti lebih diutamakan, dalam hal ini waliyullah Muhammad bin Ali sewaktu hidupnya selalu diutamakan sampai setelah beliau wafat maqamnya yang berada di Zanbal Tarim sering diziarahi kaum muslimin sebelum menziarahi maqam waliyullah lainnya.Waliyullah Muhammad bin Ali dilahirkan di kota Tarim, beliau anak laki satu-satunya dari Imam Ali bin Muhammad Shahib Marbad yang menurunkan 75 leluhur kaum Alawiyin, sedangkan Imam Alwi bin Muhammad Shahib Marbad menurunkan 16 leluhur Alawiyin. Sayyid Muhammad bin Ali yang terkenal dengan nama al-Faqih al-Muqaddam ialah sesepuh semua kaum Alawiyin. Beliau dilahirkan pada tahun 574 H di Tarim. Beliau seorang yang hafal al-quran dan selalu sibuk menuntut berbagai macam cabang ilmu pengetahuan agama hingga mencapai tingkat sebagai mujtahid mutlak. Mengenai Imam al-Faqih al-Muqaddam Muhammad bin Ali, Sayyid Idrus bin Umar al-Habsyi dalam kitabnya Iqdul Yawaqiet al-Jauhariyah mengatakan: " Dari keistimewaan yang ada pada Sayyidina al-Faqih al-Muqaddam adalah tidak suka menonjolkan diri, lahir dan batinnya dalam kejernihan yang ma'qul (semua karya pemikiran) dan penghimpun kebenaran yang manqul (nash-nash Alquran dan Sunnah). Penulis buku al-Masyra' al-Rawy berkata: "Beliau adalah seorang mustanbith al-furu' min al-ushul (ahli merumuskan cabang-cabang hukum syara' yang digali dari pokok-pokok ilmu fiqih. Ia adalah Syaikh Syuyukh al-syari'ah (mahaguru ilmu syari'ah) dan seorang Imam ahli hakikat, Murakiz Dairah al-Wilayah al-Rabbaniyah, Qudwah al-'Ulama al-Muhaqqiqin (panutan para ulama ahli ilmu hakikat),Taj al-A'imah al-'Arifin (mahkota para Imam ahli ma'rifat) dan dalam segala kesempurnaannya beliau berteladan kepada Amir al-Mukminin (Imam Ali bin Abi Thalib). Thariqahnya adalah kefakiran yang hakiki dan kema'rifatan yang fitrah." Imam al-Faqih al-Muqaddam Muhammad bin Ali, wafat di kota Tarim tahun 653 hijriah.
Bacaan :
Artikel ”Muhammad al-Faqih
Muqaddam” Daripada Wikipedia, ensiklopedia bebas. ttps://ms.wikipedia.org/wiki/Muhammad_al-Faqih_Muqaddam
-BAIT Nabi dari Keluarga Alawiyin https://ahlulbaitrasulullah.blogspot.com/2012/09/nasab-ahlu-bait-nabi-dari-keluarga.html
19. Sayyidina Al-Imam Alwi Al-Ghuyur (w.669 H)
Sayyid Alwi Al-Ghuyur dilahirkan di Tarim,
Hadramaut, pada abad ke enam Hijriah. Ayah beliau adalah Sayyid Muhammad
Al-Faqih Mugaddam bin Ali bin Muhammad Shahib Mirbath. Ibunda beliau adalah
Sayyidah Zainab,yang dijuluki Ummul Fuqara, putri Sayyid Ahmad bin Muhammad
Shahib Mirbath bin Ali Khala’ Ghasam.
Salah seorang di antaranya ialah
Al - Imam Alwi bin Al – Faqih al – Muqaddam, yang mendapat julukan Al-Ghuyur,
yang berarti “ dicemburui “. Julukan itu diberikan kepadanya karena, ketika
itu, tidak seorang pun dari keluarga Bani Alawy di zamannya yang bernama Alwi.
Sehingga ketika ia dinamai Alwi; dan itu merupakan suatu kehormatan; banyak
orang cemburu kepadanya. Ketika itu, jika ada yang yang berniat memberi nama
Alwi kepada seorang anak, dan biasanya urung, memilih nama lain. Barangkali
juga lantaran ilmu agamanya yang sangat tinggi, sehingga banyak orang
“cemburu”, dalam arti positif, kepadanya.
Riwayat KeluargaImam Alwi bin
Muhammad mempunyai wilayah/kekuasaan mutlak yang diberikan oleh Allah swt.
Allah telah mengangkat derajatnya dengan memiliki rahasia ketuhanan dan alam
barzah, mengetahui kesengsaraan dan kebahagiaan seseorang, sehingga beliau
berkata: "Kedudukanku adalah sama dengan kedudukan al-Junaid".
al-Junaid adalah seorang pemimpin kaum sufi. Pada suatu hari ayahnya berkata
kepadanya dan ketika itu ia masih kecil: "Engkau mengetahui segala
kesusahan dan kebahagiaan, maka bacalah apa yang ada di keningku. Maka
dibacanya sesuatu yang mengandung kebahagiaan dan diberitahukan kepada
ayahnya".
SANAD ILMU DAN PENDIDIKAN
Imam Alwi bin Muhammad lahir di
Tarim, beliau dibesarkan dan dididik dalam asuhan ayahandanya. Beliau mendapat
pendidikan langsung, mengenai berbagai pengetahuan agama, sejak kecil beliau
sudah hafal Al-qur’an. Bahkan sejak muda beliau sudah mempelajari tarekat.
Itulah sebabnya, dia juga ahli zuhud, wali yang mempunyai maqam tinggi dan
karamah yang luar biasa.
Suatu hari, ayahandanya,
Muhammad Al-Faqih Mugaddam, memuji dan memberikan isyarat bahwa pada suatu saat
nanti anaknya akan menjadi seorang wali yang agung. Dan menurut para ulama,
rahasia keilmuan ayahandanya pindah ke dalam pribadi anaknya.
Ketika saudaranya Syaikh Abdullah bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam wafat, kepada beliau Rasulullah memberinya baju dan memerintahkan untuk memakaikannya sebagai kafan kepada saudaranya. Maka dipakaikannya baju tersebut kepada Syaikh Abdullah dan berkata: "Sesungguhnya saudaraku Abdullah adalah seorang wali quthub pada zamannya". Syaikh Abdullah bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam wafat pada malam Senin dua puluh Zulqoidah tahun 662 hijriyah. Beliau tidak mempunyai keturunan kecuali anaknya Muhammad An-nuqo'i dan Fathimah (ibu dari Syaikh Ahmad bin Abdullah bin Alwi bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam). Muhammad An-nuqo'i ialah seorang waliyullah, beliau sering bertemu dengan nabi Khiddir as. Karena rasa takutnya kepada Allah swt beliau sering tidak sadar dan jatuh ke tanah
Riwayat Keluarga
Dari pernikahannya Sayyid Alwi
Al-Ghuyur bin Muhammad Al-Faqih Mugaddam dengan Sayyidah Fatimah binti Ahmad
bin Alwi Ammul Faqih bin Muhammad Shahib Mirbath dikaruniai dua anak laki-laki,
yaitu
- Sayyid Ali Shohibud Dark
- Sayyid Abdullah
Wafat
Sayyid Alwi Al-Ghuyur
bin Muhammad Al-Faqih Mugaddam wafat pada hari jum’at 12 Zulkaidah 669 H / 1271
M. Jasad beliau disemayamkan di makam Zanbal, Tarim, disebelah timur makam
ayahandanya.
Bacaan referensi
Artikel “Biografi Sayyid Alwi Al-Ghuyur bin Muhammad Al-Faqih Mugaddam bin Ali” https://www.laduni.id/post/read/81042/biografi-sayyid-alwi-al-ghuyur-bin-muhammad-al-faqih-mugaddam-bin-ali
Artikel “Imam Alwi Al - Ghuyur bin Al - Faqih Al - Muqaddam Muhammad bin Ali Ra” https://www.facebook.com/ibnAliAlaydrus/photos/imam-alwi-al-ghuyur-bin-al-faqih-al-muqaddam-muhammad-bin-ali-ranasab-al-imam-al/101535 diposting 25 Des 2015
20. Syekh Ali (Shahibud Dark) w. Rabu 17 Rajab 709H /1289M
Beliau adalah Al-Imam Ali bin Alwi Al-Ghuyur bin Al-Faqih Al-Muqaddam Muhammad bin Ali bin Muhammad Shohib Mirbath bin Ali Khali’ Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Al-Imam Al-Muhajir Ahmad bin Isa, dan terus bersambung nasabnya sampai Rasulullah SAW. Beliau dijuluki dengan Shahibud Dark (orang yang sampai pada maqam dapat memberikan pertolongan kepada orang lain).
Beliau adalah seorang imam, guru
besar dan wali yang terkenal. Beliau adalah orang yang mahbub (dicintai) di
sisi Allah. Ibu beliau adalah seorang syarifah, yaitu Sayyidah Fatimah binti
Ahmad bin Alwi bin Muhammad Shahib Mirbath.
Beliau, Al-Imam Ali Shahibud Dark,
adalah termasuk orang-orang yang yang diberikan kekhususan. Beliau seorang
‘arif billah dan qutub. Beliau seorang yang kuat dalam ber-mujahadah dan suka
menyendiri dalam ber-muwajahah kepada Allah. Diri beliau adalah merupakan sosok
teladan bagi para muridin dan arifin.
Beliau dibesarkan dalam didikan
ayahnya. Beliau juga sempat hidup dengan kakeknya, Al-Faqih Al-Muqaddam, ketika
masih kecil. Dari keduanya, beliau mendapatkan banyak nafahat.
Suatu ketika saat berada di Mekkah,
beliau berdoa kepada Allah agar diberikan seorang anak yang sholeh. Spontan
setelah itu terdengar suara, “Doamu telah dikabulkan oleh Allah. Maka
kembalilah engkau ke negerimu.” Beliau pun kembali ke Tarim. Namun beliau masih
berlambat-lambat dalam menikah. Suatu ketika beliau berada di salah satu masjid
di kota Tarim sedang berdoa. Saat beliau hanyut dalam doanya dan ruhnya naik
keatas langit, beliau mendapat kabar gembira dengan akan diberikannya seorang
anak yang sholeh. Beliau lalu berkata, “Saya ingin melihat tandanya.” Lalu
beliau diberi 2 lembar kertas, sambil dikatakan kepada beliau, “Taruhlah salah
satu kertas itu diatas mata seorang wanita yang berada di dekatmu, maka ia akan
segera dapat melihat.” Dan memang di dekat beliau ada seorang wanita yang buta.
Beliau pun lalu menaruh salah satu kertas tersebut diatas matanya dan spontan
wanita itu dapat melihat kembali. Beliau pun kemudian menikah dengan wanita
tersebut dan memperoleh seorang anak yang sholeh yang bernama Muhammad.
Beliau, Al-Imam Ali Shahibud Dark,
banyak mempunyai karomah dan keajaiban. Beliau adalah orang yang suka
ber-khalwah (menyendiri) dan ber-zuhud terhadap dunia. Beliau sering berziarah
ke makam Nabiyallah Hud di bulan Rajab, Sya’ban dan Ramadhan.
Muhammad bin Abu As-Su’ud pernah
berkata,
“Suatu ketika beliau mendapatkan
harta. Lalu aku mendengar beliau berkata, ‘Ali bin Alwi dan dunia…Ya Allah,
jauhkan aku darinya, atau jauhkan ia dariku.’ Beliau meninggal 3 bulan setelah
itu.”
As-Syeikh Ibrahim bin Abu Qusyair
berkata,
“Aku bermimpi bertemu dengan Asy-Syeikh Ali bin Alwi, lalu aku bertanya, ‘Bagaimana Allah memperlakukanmu?. Beliau menjawab, ‘Sesuatu apapun tak dapat membahayakan orang yang mahbub (dicintai).’
Beliau meninggal pada hari Rabu, 17 Rajab 709 H. Beliau meninggalkan seorang isteri dan seorang putra dan 6 putri yang Kesemuanya berasal dari seorang ibu yang bernama Fatimah bin Sa’ad Balaits. yang masing-masing bernama :
- Muhammad Maulad Dawilah,
- Maryam,
- Khadijah,
- Zainab,
- Aisyah,
- Bahiyah dan
- Maniyah.
Manakib Al-Imam Ali Shahibud Dark
Beliau adalah seorang waliyullah yang lahir di Tarim, Hadramaut, beliau ulama besar yang menafikan kehidupan dunia, waktunya lebih banyak dimanfaatkan untuk menyendiri (khalwat) dan hidup sebagai seorang zahid, seperti ulama-ulama besar lainnya beliau juga sering berziarah kemaqam Nabi Hud as di bulan Rajab, Sya’ban, dan Ramadhan, tiada lain untuk menambah kedekatan (taqarrub) kepada Allah SWT, selama berkhalwat ibadah yang paling beliau tunaikan adalah memperbanyak amal kebajikan, terutama shalat sunnah dan wirid.
Imam Ali Shahibud-Dark atau Imam Ali bin Alwi Al-Ghuyur bin Faqih Al-Muqaddam Muhammad bin Ali bin Muhammad Shohib Mirbath bin Ali Khali’Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Al-Imam Al-Muhajir Ahmad bin Isa dan seterusnya, nasabnya bersambung sampai Rasulullah SAW, beliau di juluki Shahibud-Dark karena suka membantu dan menolong sesama.
Beliau juga dikenal sebagai guru besar bagi para ulama di Hadramaut, sehingga menjadi seorang wali yang mahbub, dicintai Allah. Beliau juga termasuk seorang waliyullah dengan posisi ‘Arif Billah dan Quthub, sosok keteladanan bagi para murudin (pengikut tarekat) dan ‘arifin (para ulama dan cendikiawan).
Sejak kanak-kanak beliau mendapat pendidikan agama dari ayahandanya, Syaikh Alwi Al-Ghuyur dan pada usia sembilan tahun sudah hafal Al-Qur’an, beliau juga sempat mengaji kepada kakeknya Al-Faqih Al-Muqaddam. Dari ayahanda dan kakeknya beliau mendapat banyak keutaman terutama ilmu hikmah dan tasawuf, setelah dewasa wajah dan pandangan matanya sejuk. Salah satu karamahnya ialah firasat yang tajam dan doanya yang mustajab.
Di usia dewasa ketika menunaikan ibadah haji terlihat berbagai karamah dan keutamaan-keutamaannya. Saat berangkat ke Makkah beliau banyak ditemani kawan-kawannya yang selalu minta di doakan. Dan setiap doanya makbul, sehingga kawan-kawannya selalu mengikutinya. Di tanah suci beliau berdoa agar diberikan seorang anak yang sholeh padahal ketika itu beliau belum menikah. Setelah itu keluar suara ghaib, “doamu telah dikabulkan oleh Allah, maka kembalilah ke negerimu!”.
Beliau pun langsung pulang ke Tarim, namun tak langsung menikah, hingga suatu ketika beliau berdoa di sebuah Masjid di tarim. Saat itulah beliau hanyut dalam doa dan ruhnya terasa membumbung naik kelangit. Pada kondisi kekhusu’an dan kefanaan itulah beliau mendapat kabar gembira akan dikaruniai seorang anak shalih.
“Saya ingin melihat tanda-tandanya,” katanya dalam hati, seketika itu juga beliau mendapat dua kertas dan terdengarlah suara ghaib, “taruhlah salah satu kertas itu di atas mata seorang wanita di dekatmu, maka beliau akan segera dapat melihat”. Benar ternyata di dekatnya ada seorang wanita buta, beliau lalu menaruh salah satu kertas itu di atas matanya dan spontan wanita itu dapat melihat kembali, beliaupun kemudian menikah dengan wanita tersebut dan memperoleh seorang anak yang shalih yang bernama Muhammad Mawla Dawilah.
Suatu ketika beliau mendapat harta cukup banyak, tapi kemudian berdoa kepada Allah,”Ali bin Alwi dan dunia. Ya Allah jauhkan aku daripadanya, jauhkan dunia dariku.” Tiga bulan setelah itu tepat pada 9 Rajab 709 H/1289 M, beliau wafat dan jenazahnya dimakamkan di makam Zanbal, Tarim, Hadramaut. Beliau meninggalkan seorang putra Muhammad Mawla Dawilah dan enam putri : Maryam, Khadijah, Zainab, Aisyah, Bahiyah, dan Maniyah dari seorang ibu Sayyidah Fatimah binti Ahmad bin Alwi bin Muhammad Shahib Mirbath.
Suatu hari seorang ulama terkemuka dari Tarim, syaikh Ibrahim bin Abu Qusyair, menceritakan suatu malam pernah bermimpi berjumpa syaikh Ali bin Alwi . lalu beliau bertanya , “bagaimana Allah memperlakukanmu?” dalam mimpi itu syaikh Ali Bin Alwi menjawab : suatu apa pun tak dapat membahayakan orang yang mahbub (dicintai Allah),
Radhiyallohu anhu wa ardhahjumpa syaikh Ali bin Alwi . lalu beliau bertanya , “bagaimana Allah memperlakukanmu?” dalam mimpi itu syaikh Ali Bin Alwi menjawab : suatu apa pun tak dapat membahayakan orang yang mahbub (dicintai Allah),”.
bacaan…
Artikel “Manakib Al-Imam Ali Shahibud Dark” majalah alkisah no.15/tahun IV/17-30 juli 2006 abdkadiralhamid@2012 https://ahlulbaitrasulullah.blogspot.com/2012/09/al-imam-ali-shahibud-dark-imam-ali.html
21. Syekh Muhammad (Maula Ad-Dawilah wafat 765 H))
MAULA AL-DAWILAH
- Abdurahman Assaqqaf,
- Ali,
- Abdullah dan
- Alwi.
SEJARAH ALHABIB MUHAMMAD MAULADAWILAH (AYAHNYA IMAM ABDURRAHMAN ASSEGAF)
Dari sini dikenal Fam Maulaadawilah,
beliau Wali Quthb di zamannya dan beliau adalah anak dari Al Habib Al Imam Ali
Sohibud Dark bin Imam Alwy Al Ghuyyur bin Al Faqih Al Muqoddam, Muhammad bin
Ali Ba’alawy
Ayahanda Imam Muhammad Maulaadawilah
adalah Imam Ali Shohibud Dark dan ibundanya bernama Fatimah binti Sa’ad
Balayts, seorang perempuan dari salah satu kabilah Arab yang berasal dari kota
Inat.
Alhabib Muhammad Maulaadawilah ini
mempunyai saudara yang kesemuanya perempuan dan berjumlah 6 orang, mereka
adalah :
1. Syarifah Alwiyah yang kemudian menjadi
Istri dari Al Imam Abu bakar Al Wara’ bin Ahmad bin Sayyidina Al Faqih Al
Muqaddam.
2. Syarifah Bahiyah yang kemudian menjadi
Istri dari Al Imam Muhammad Asadullah bin Hasan At Turobi bin Ali bin Sayyidina
Al Faqih Al Muqaddam.
3. Syarifah Khadijah yang kemudian menjadi
Istri dari Al Imam Abdullah bin Ahmad bin Abdurrahman bin Alwi Ammul Faqih
(datuknya Al Imam Al Aladdad).
4. Syarifah Aisyah, Beliau adalah Ibu dari
Al Imam Muhammad Jamalullail, Muqaddam Turbah Ghosam, Datuk Fam Jamalullail dan
Mengeluarkan Fam/keluarga: Baharun, Al Qodrie, As serrey
5. Syarifah Zainab, Beliau adalah Ibu dari
Al Imam Ahmad bin Alwi bin Ahmad bin Abdurrahman bin Alwi Ammul Faqih.
6. Hubabah Maryam.
Habib Muhammad Maulaadawilah Beliau
memiliki dua orang istri:
1. Hubabah Aisyah binti Abu Bakar Al Wara
bin Al Imam Ahmad bin Sayyidina Al Faqih Al Muqaddam.
Dari Hubabah Aisyah ini Habib Muhammad Maulaadawilah mempunyai 4 orang anak, yaitu :
1. As Syekh Al Imam Al Qutb Al Ghauts Abdurrahman Assegaff Datuk Asseggaf sedunia.
2. As Sayyid As-Sholeh Ali.
3. As Sayyid Al Arif billah Abdullah
4. Hubabah Alwiyah.
Istri keduanya adalah Hubabah Zainab binti Hasan At Turobi bin Ali bin Sayyidina Al Faqih Al Muqadaam.
Dari Hubabah Zainab ini mendapat anak bernama
Sayyidina Al Imam Alwi An Naasik.
Sejak kecil Habib Muhammad Maulaadawilah sudah yatim dan beliau kemudian di didik ilmu agama oleh pamannya yang juga seorang Wali Qutb saat itu yang bernama Imam Abdullah Ba’alwy.
dai Habib Abdullah Ba’alawy ini keturunannya Fam : Al chered, Baraqba, Barroom.
Imam Muhamad Mauladdawilah ini seorg Qutb dan di gelari Sohibul Ahwal, karena sering sekali fil Haal (tenggelam dalam lautan Makrifat Allah swt)
Dari beliau kluar fam : Al Hinduan, Bin Yahya, Maulachela, Asseggaf.
Di antara anak beliau yang memiliki Haal yang sangat agung adalah Al Imam As Seggaf, yang di beri gelar dengan sebutan Al Faqih Al Muqoddam Ats Tsani,
Qutbul Aqhtoob
Kitab Biografi Ulama-ulama Terkemuka Dunia dan Nasional” yang ditulis oleh “Syekh Samsul Afandi The source: hadhramaut.info/indo – 01/5/2008
Artikel "Sejarah Al-Habib Muhammad Maula Dawilah (Ayahnya Imam Abdurrahman Assygaf) https://www.nyantriyuk.id/2020/09/sejarah-alhabib-muhammad-mauladawilah/
22. Sayyidina Syekh Al-Imam Al-Qutb Abdurrahman Assyqqaf (1338-1416M)
Beliau adalah Al-Imam Al-Habib Abdurrahman Assegaf bin
Muhammad Maula Dawilah bin Ali Shohib al-Dark bin Alwi al-Ghuyur bin al-Faqih
al Muqaddam. Silsilah nasab beliau dan terus sambung hingga Rasulullah SAW.
Al-Imam Abdurrahman Assegaf dilahirkan pada tahun 739 H di
kota Tarim, Hadramaut. Beliau adalah orang pertama yang bergelar Assegaf.
Julukan Assegaf diambil dari kata as-Saqfu yang berarti atap atau langit. Nama
ini disandang beliau karena keunggulan ilmu dan derajatnya. Beliau bak atapnya
para auliya dan penaung para shalihin di zamannya.
Selain itu beliau dikenal sebagai Syaikh Wadi al-Ahqaf.
Beliau juga dijuluki al-Faqih al-Muqaddam ats-Tsani. Dalam sejarah hidupnya,
beliau telah mencapai derajat wali quthub di zamannya. Sejak kecil beliau sudah
menimba ilmu dari berbagai ulama besar. Syaikh Ahmad bin Muhammad al-Khatib
adalah salah satu gurunya.
Dari Syaikh Ahmad, beliau menghafal al-Quran, mempelajari
ilmu tajwid, serta qiraat. Ada pula Syaikh Muhammad bin Sa'id Ba Syakil, Syaikh
Muhanmmad bin Abi Bakar Ba'Abbad dan masih banyak lagi ulama yang menjadi
tempat rujukan beliau dalam menuntut ilmu.
Suatu hari Al-Imam Al-Habib Abdurrahman Assegaf menundukkan kepala agak lama. Setelah kembali sadar beliau berkata kepada anaknya , Imam Umar Al Muhdar (kala itu ada di sampingnya), “Ciumlah kakiku!”
Putranya menceritakan, “Aku mencium kedua kakinya. Ternyata terdapat pasir-pasir kuning yang baunya seperti minyak kasturi. Ayahku lalu berkata, ‘Tadi aku berjalan-jalan di surga.’”
Suatu hari beliau juga pernah berkata, “Demi Allah wahai
anak-anakku! Di zaman kita ini terdapat dua puluh orang wali yang bisa terbang
di udara. Sesungguhnya kakiku ini telah menginjak surga Firdaus tetapi aku
menganggap hal itu sebagai Istidraj.”
Putra beliau Ibrahim bercerita: Kakakku Ahmad mengatakan padaku, “Saksikanlah bahwa tidaklah rebana di pukulan pertama saat hadrah ayahmu Assegaf melainkan telah hadir ruh seribu orang wali di antara dua tiang masjidnya.”
Beliau pernah berkata, “Tersingkap bagiku kedudukan Al-Husain Al-Halaj. Sebelumnya aku mengira pada kaca hatinya terdapat keretakan. Ternyata kami dapatkan tetap lekat tanpa ada keretakan. Tersingkap bagiku kedudukan Syeikh Abul Ghaits Ibnul Jamil. Kami dapatkan kedudukannya di atas ucapannya. Tersingkap juga bagiku kedudukan Syeikh Sa’id bin Umar Balhaf. Kami dapatkan kedudukannya sesuai dengan ucapannya.”
Alkisah, selama 33 tahun Imam Abdurrahman Assegaf tidak tidur malam, hanya untuk beribadah. Beliau memiliki kebiasaan mengkhatamkan al-Quran sebanyak 2 kali di siang hari dan 2 kali di malam hari.
Di antara karamah Habib Abdurrahman Assegaf adalah beliau sering terlihat hadir di tempat-tempat penting di Makkah. Padahal saat itu beliau tengah berada di Hadhramaut.
Dikisahkan pula, beliau sering bertemu dengan Nabi Muhammad Saw dan para sahabat dalam keadaan terjaga setiap Senin dan Kamis.
Diriwayatkan, pada suatu hari Imam Abdurrahman Assegaf
sedang duduk di depan murid-muridnya. Tiba-tiba beliau melihat petir. Beliau
berkata pada mereka, “Bubarlah kamu sebentar lagi akan terjadi banjir di lembah
ini." Apa yang diucapkan oleh beliau itu terjadi seperti yang dikatakan.
Di antara kata-kata mutiara dan nasehat Imam Abdurrahman Assegaf adalah:
“Barang siapa yang tidak punya wirid maka ia seperti kera.”
“Barang siapa yang tidak mempelajari kitab Ihya', maka dia
tidak memiliki sifat haya’ (malu).”
Al-Imam Abdurrahman Assegaf wafat di Tarim pada hari Kamis, 23
Sya’ban 819 H. Jenazahnya dimakamkan di Zanbal pada keesokannya harinya. Beliau
meninggalkan sebanyak 13 orang putra dan 7 orang putri.
- Abu Bakar As-Sakran w.821H,
- Alwi,
- Ali, w.840H
- Aqil,
- Abdullah,
- Husain dan
- Ibrahim.
Silsilah Datu
Kelampayan
Abah
Guru Sekumpul
Abah Guru Sekumpul merupakan zuriat ke-8 Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, yaitu, KH. Muhammad
Zaini Ghani bin Abdul Ghani bin Abdul Manaf bin Muhammad Samman bin Saad bin
Abdullah Mufti bin Muhammad Khalid bin Khalifah Hasanuddin bin Syekh Muhammad
Arsyad Al Banjari atau Datu Kalampayan.
Bacaan :
- Kitab Biografi Ulama-ulama Terkemuka Dunia dan Nasional” yang ditulis oleh “Syekh Samsul Afandi The source: hadhramaut.info/indo – 01/5/2008
- Artikel “Imam Abdurrahman Assegaf, Sang Muqaddam Tsani Pengayom Para Wal “30 Dec 2020 12:09 WIB https://sanadmedia.com/post/imam-abdurrahman-assegaf-muqaddam-tsani-pengayom-para-wali
- Artikel Silsilah Guru Sekumpul dan Karomah Sang Ulama Besar asal Kalimantan Selatan / https://kumparan.com/sejarah-dan-sosial/silsilah-guru-sekumpul-dan-karomah-sang-ulama-besar-asal-kalimantan-selatan-20Ae7AVqBTc/3
23. Habib Ali bin Sayyid Abdurrahman Assegaf wafat 840H/1437M
Nasab
Habib 'Ali bin Abdurrahman Assegaf bin Syekh Muhammad (Maula Ad-Dawilah ) bin Syekh Ali (Shahibud Dark) bin Sayyidina Al-Imam Alwi Al-Ghuyur bin Sayyidina Al-Imam Al-Faqih Al-Muqaddam Muhammad bin Sayyidina Ali Walidul Faqih bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Shohib Mirbath bin Sayyidina Ali (Al-Imam Khali Qasam) bin Sayyidina Alwi bin Sayyidina Al-Imam Muhammad (Shahib As-Shouma’ah) bin Sayyidina Al-Imam Alwi Alawiyyin (Shahib Saml) bin Sayyidina Al-Imam Abdullah (Ubaidillah Shahibul Aradh) bin Sayyidina Al-Imam Al-Muhajir Ahmad bin Sayyidina Al-Imam Isa Ar-Rumi bin Sayyidina Al-Imam Muhammad An-Naqib bin Sayyidina Al-Imam Ali Al-Uraidhi bin Sayyidina Al-Imam Ja’far As-Shodiq bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Sayyidina Al-Imam Ali Zainal Abidin bin Al-Imam As-Syahid Syabab Ahlil Jannah Sayyidina Al-Husain bin Sayyidina Ali bin Abi Thalib dan Sayyidah Fatimah Az-Zahra binti Rasulullah Muhammad SAW ibni Abdullah
Al-Imam Abdurrahman Assegaf adalah ayah dari Habib "Ali Assegaf. Ayah Beliau meninggalkan sebanyak 13 orang anak laki-laki & puteri, dan 7 orang meneruskan keturunannya: salah satunya Habib Ali Assegaf. Beliau lahir - tumbuh dan besar serta berkeluarga dan punya anak keturunan di Tarim.
Menurut Artikel “Menelusuri Silsilah Suci Bani Alawi Sadah Aal Ba Alawy Aal Muhammad” ditulis oleh Al Habib Aidarus Almashoor bahwa Habib Ali bin Sayyid Abdurrahman Assegaf wafat 840H/1437M di Tarim Hadramaut. Beliau atau Habib "Ali ini mempunyai 3 orang anak laki-laki an.
- Abdurrahman (keturunannya terputus)
- Ahmad
- Muhammad
24. Habib Muhammad bin Ali bin Sayyid Abdurrahman Assegaf
Nasab
Habib Muhammad bin 'Ali bin Abdurrahman Assegaf bin Syekh Muhammad (Maula Ad-Dawilah bin Syekh Ali (Shahibud Dark) bin Sayyidina Al-Imam Alwi Al-Ghuyur bin Sayyidina Al-Imam Al-Faqih Al-Muqaddam Muhammad bin Sayyidina Ali Walidul Faqih bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Shohib Mirbath bin Sayyidina Ali (Al-Imam Khali Qasam bin Sayyidina Alwi bin Sayyidina Al-Imam Muhammad (Shahib As-Shouma’ah) bin Sayyidina Al-Imam Alwi Alawiyyin (Shahib Saml) bin Sayyidina Al-Imam Abdullah (Ubaidillah Shahibul Aradh) bin Sayyidina Al-Imam Al-Muhajir Ahmad bin Sayyidina Al-Imam Isa Ar-Rumi bin Sayyidina Al-Imam Muhammad An-Naqib bin Sayyidina Al-Imam Ali Al-Uraidhi bin Sayyidina Al-Imam Ja’far As-Shodiq) bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Sayyidina Al-Imam Ali Zainal Abidin bin Al-Imam As-Syahid Syabab Ahlil Jannah Sayyidina Al-Husain bin Sayyidina Ali bin Abi Thalib dan Sayyidah Fatimah Az-Zahra binti Rasulullah Muhammad SAW ibni Abdullah.
Kemudian Artikel “Menelusuri Silsilah Suci Bani Alawi Sadah Aal Ba Alawy Aal Muhammad” ditulis oleh Al Habib Aidarus Almashoor menyebutkan bahwa anak yang ke-3 atas nama Muhammad bin Ali bin Sayyid Abdurrahman Assegaf ia mempunyai 2 orang anak laki-laki / keturunan an.
- Abdullah dan keturunannya di Mukalla Yaman
- Abdurrahman
25. Habib Abdurrahman bin Muhammad bin Ali Assegaf
Menurut sumber di Awal Kesultanan
Banjar adalah masa pemerintahan sultan Suriansyah, bahwa “Habib asal Hadramaut yang datang
pertama kali berkunjung ke Negara Asia yakni Bandarmasih tujuannya berdagang dan mencari rempah-rempah
di awal abad ke-16 yakni tahun 1536 Masihi adalah orangtua Umar Ash-Shufy yakni
Abdurrahman bin Muhammad bin ‘Aly Assegaf. Beliau tidak lama menetap di kota
ini kemudian balik lagi. Beliau berasal dari Seiyun.
Kemudian Artikel “Menelusuri Silsilah Suci Bani Alawi Sadah Aal Ba Alawy Aal Muhammad" tersebut menyebutkan bahwa anak yang ke-2 dari Muhammad bin Ali Assegaf bernama Abdurrahman, ia mempunyai keturunan atau anak laki-laki atas nama :
- Aly dan Beliau ini kakeknya Keluarga As- Sakraan di Tarim dan Zili
- Umar ash-Shafy atau Umar ash-Shufy
Pada awal abad ke-16 tahun
1536 Masihi masa pemerintahan Sultan Suriansyah Raja Banjar pertama, menurut
salah satu sumber bahwa Pedagang 'Arab tersebut yakni Habib asal Hadramaut yang
datang pertama kali berkunjung ke Bandarmasih (sekarang Banjarmasin) tujuannya
berdagang dan mencari rempah-rempah dengan misi penting lainya berdakwah, ia
adalah orangtua Umar Ash-Shufy yakni Abdurrahman bin Muhammad bin ‘Aly Assegaf.
Beliau adalah Buyutnya al Faqih Muqaddam as-Tsani. Beliau tidak lama menetap di
kota ini, dan juga Beliau singgah Sungai Mesa kemudian balik lagi. Beliau
berasal dari Seiyundi. Menurut sumber
informasi lain bahwa Habib Umar Ash-Shufy bin Abdurrahman punya anak
diantaranya : Muhammad, Thaha, Segaf dan ..........
Menurut silsilah nasabnya
bahwa "Muhammad bin Umar as-shufy" tersebut punya anak an. Hasyim.
Dari Hasyim punya anak an. Hasan dan Idrus. Hasan punya anak Abu Bakar (Ayahnya
Habib Lumpangi) dan Abu Bakar punya anak an..Shaleh (ibunya dari Seiyun Tarim)
dan Muhammad Djamaluddin (Habib Lumpangi) dan (ibunya dari suku Dayak Langara
Lumpangi Loksado), yang dipanggil sehari “Muhammad” atau
"Djamiluddin" ia punya saudaara kandung bungsunya bernama
“Djalaluddin” kemudian Muhammad Djamiluddin punya anak an.Ahmad Suhuf yang
dipanggil sehari ”Ahmad”. Kemdian Ahmad punya anak an. Abu Bakar yang dipanggil
sehari “Abubakar as-Tsani’ sedangkan Thaha punya anak an. Umar, dari Umar punya
anak an. Thaha al Qadhi dan Thaha al Qadhi punya anak an. Umar. dari Umar punya
anak an. Muhammad al Qadh.
26. Habib Umar ash-Shafy atau ash-Shufy
Aal AL-SHAFI AL-SAQQAF
Mereka adalah keturunan waliyullah Umar al-Shafi bin Abdurahman al-Mualim bin Muhammad bin Ali bin Abdurahman al-Saqqaf.
Pemberian gelar al-Shofi karena beliau mempunyai kejernihan hati dan pikiran, kebersihan perasaan, kelembutan tabiat. Waliyullah Umar al-Shafi wafat di kota Tarim
Keluarga Assegaf yang ada di Taniran dan Habaib yang ada di Lumpangi Loksado dan Habib Losbatu pasar Kandangan Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalsel ini mayoritasnya berasal dari rumpun marga Assegaf ash-Shufy. Yang pertama kali menyandang marga ini adalah Habib Umar ash-Shafy.
Kalau kita lihat dari wafatnya Thaha anaknya tahun 1007H/1598M di Seiyun, maka dapat dipastikan bahwa Habib Umar ash-Shafy, beliau ini hidup di abad ke-16 yakni dihitung dari tahun 1501 sd.1600 Masihi di Seiwun atau Seiyun Hadramaut , dan ia dzuriat turunan nasab Nabi Saw yang ke-26 dari keluarga Saadaah aal Ba Alawi.
Kami belum menemukan hari dan tanggal lahir Habib Umar ash-Shafy atau ash-Shufy begiru juga Kami belum menemukan hari dan tanggal wafatnya tetepi kami hanya membndingkan dengan wafatnya Thaha anaknya tahun 1007H/1598M di Seiyun,seiyun lebih awal 10-20 tahun.
Awal Kesultanan Banjar adalah masa pemerintahan sultan Suriansyah, Menurut sumber bahwa “Habib asal Hadramaut yang datang pertama kali berkunjung ke Bandarmasih tujuannya berdagang dan mencari rempah-rempah diperkirakan awal abad ke-16 yakni tahun 1536 Masihi adalah orangtua Umar Ash-Shufy yakni Abdurrahman bin Muhammad bin ‘Aly Assegaf. Beliau tidak lama menetap di kota ini kemudian balik lagi. Beliau berasal dari Seiyun.
Seiyun (juga ditransliterasikan sebagai Saywun, Sayoun atau Say'un; Arab: pengucapan Hadhrami: [seːˈwuːn], Sastra Arab: [sæjˈʔuːn]; Arab Selatan Kuno: S¹yʾn) adalah sebuah kota di wilayah dan Kegubernuran Hadhramaut di Yaman. Terletak di tengah Lembah Hadhramaut, sekitar 360 km (220 mi) dari Mukalla, ibu kota Distrik Mukalla dan kota terbesar di wilayah tersebut, melalui jalur barat. Juga berjarak 12 km (7,5 mil) dari Shibam dan 35 km (22 mil) dari Tarim, kota-kota besar lainnya di lembah.
Lalu Artikel “Menelusuri Silsilah Suci Bani Alawi Sadah Aal Ba Alawy Aal Muhammad" tersebut menyebutkan bahwa anak yang ke-2 dari Abdurrahman bernama : Umar ash-Shafy atau Umar ash-Shufy dan Beliau juga punya anak laki-laki /keturunan atas nama :
- Muhammad dan
- Thaha. w.1007H/1598M akhir abad ke-16M di Seiwun atau Seiyun
Menurut Artikel yang lain bahwa selain Abdurrahman dan
Muhammad kedua anaknya, Habib Umar w.1052H bin Thaha w.1007H bin Umar ash-Shafy
juga punya anak bernma “Thaha al-Qadli” dari isterinya yang lain yang
dzuriatnya tersebar di pulau Jawa.
Bacaan :
- Artikel “Seiyun” From Wikipedia, the free encyclopedia This page was last edited on 12 February 2022, at 02:00 (UTC). https://en.wikipedia.org/wiki/Seiyun
- Artikel “Menelusuri Silsilah Suci Bani Alawi Sadah Aal Ba Alawy Aal Muhammad” ditulis oleh Al Habib Aidarus Almashoor/http://as-sadah.blogspot.com/2011/12/menelusuri-silsilah-suci-bani-alawi.htm
- kitab biografi "Ulama Terkemuka Dunia dan Nasional" oleh Syamsul Afandi
27. Habib Muhammad bin Umar ash-Shafy.bin Abdurrahman Assegaf
Lalu Artikel “Menelusuri Silsilah Suci Bani Alawi Sadah Aal Ba Alawy Aal Muhammad tersebut menyebutkan bahwa Keluarga Muhammad bin Umar ash Shafy Assegaf tersebut tersebar sekarang di Tarim, India, Siak, Kalimantan dan Jawa.
Nasab Habib Muhammad bin Umar ash-Shafy :
اَلْحَبِيْبُ مًحَمَّد [وفات ١٠٢٣ هج] بِنْ عًمَرَ الصُّوْفِيِّ [عُمَرُ الصَّافِيّ] بِنْ عَبْدُ الرَّحْمن بِنْ مُحَمَّد بِنْ عَلِيٍّ [وَفات ٨٤٠ هج] بِنْ سَيِّدِنَا اَلْاِمَامً الْفَقِّيْه الْمًقّدَّم الثانيّ عَبْدُ الرَّحْمن السَّقَّافُ ٧٣٩-٨١٩ هج/١٣٣٨-١٤١٦ م] بِنْ سَيِّدِنَا مًحَمَّد مَوْلَى اَلدَّوِيْلَةِ [وفات ٧٦٥ هج] بِنْ سَيِّدِنَا اَلْاِمَامً عَلِيٌّ صَاحِبُ الدَّرْكِ [وفات ٧٠٩ هج/١٢٩٨مٍ] بِنْ سَيِّدِنَا اَلْاِمَامً عَلْوِىْ الْغُيُوْرْ [وفات ٦٦٩ هج] بِنْ سَيِّدِنَا اَلْاِمَامً الْفَقِّيْه الْمًقّدَّم مًحَمَّد [٥٧٤-٦٥٣ هج/١٢٣٢م] بِنْ سَيِّدِنَا اَلْاِمَامً عَلِيٌّ الوَالِدُ االْفَقِيْهُ [وفات ٥٩٣ هج] بن سَيِّدِنَا الامام مًحَمّدْ الصّاحِبُ الْمِرْبَاطُ [وفات ٥٥٦ هج /١١٦١م] بن سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ عَلِيٌّ خَالِعُ قسْمٍ [وفات ٥٧٢ هج/1١١٣٣م] بن سيدنا اَلْاِمَامً عَلْوِيْ با عَلَوِيٌّ[وفات ٥١٢ هج/١١١٨م] بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ مًحَمّدْ الصَّاحِبُ الصُّمْعَةُ [وفات ٤٤٦ هج/١٠٥٤م] بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ عَلْوِيُ الْمُبْتَكِرُ الصَّاحِبُ السٌّمَل عَلَوِيّيْن[وفات ٤٠٠ هج] بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ عَبْدُاللهِ [اَىْ عُبَيْدُالله الصَّاحِبُ الْعَرْضِيُّ ٢٩٥-٣٨٥ هج/٩٩٣م] بنْ سَيِّدُنَا الْاِمَامُ أَحْمَدُ الْاَبَحُ الْمُهَاجِرُ [٨٢٠-٩٢٤م/٣٤٥هج] بِنْ سَيِّدُنَا الْاِمَامُ عِيْسَى الرُّوْمِيُّ [وفات ٢٧٠ هج/٨٨٣ م] بِنْ سَيِّدُنَا الْاِمَامُ مًحَمّدٌ النَّاقِبُ [وفات ٢٥٠ هج] بنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ عَلِيُّ الْعُرَيْضِيُّ [٧٦٥-٨١٨ م] بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ جعفر الصادق [٧٠٢-٧٦٥م/١٤٨ هج] بن سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ مًحَمّدْ الباقر [٦٧٦-٧٣٢ م] بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ زَيْنُ الـعـابدين عَلِِيٌّ [٦٥٨-٧١٣ م] بن سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ الْحُسَيْنُ [٦٢٥-٦٨٠ م] بنْ السَّيِّدِةُ فَاطِمَةُ الزَّهْرَاءُ [وفات١١ هج] بِنْتُ مًحَمّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ [وفات١١ هج] بِنْ عَبْدُ الله،
Muhammad bin Umar ash-Shafy berasal atau tinggal di Seiyun Hadramaut, Yaman atau Yordania dan wafat ditempat kelahirannya diperkirakan tahun 1023H awal abad ke-17. Salah satu keturunan atau Keluarga Habib Muhammad bin Umar ash Shafy Assegaf yang datang dari Seiyun Hadramaut, Yaman atau Yordania ke Asia Tenggara yakni Indonesia adalah Habib Hasyim dengan Keluarganya.
Habib Hasyim bin Muhammad bin Umar as-Shafy Assegaf, ia hidup abad ke-17 Masihi. Abad ke-17 dihitung dari tahun 1601-1700 Masihi. Ia dengan kedua anaknya yaitu Hasan dan Idrus datang dari Seiyun Hadramaut, Yaman atau Yordania, pada mulanya mereka mencari rempah-rempah dan berdagang dengan melalui perjalanan panjang dan tujuan utama mereka menyebarkan Islam dari moyang mereka dan Gujarat-India terus meliwati Singapore, Samudera Pasai Aceh terus ke Palimbang hingga akhirnya mereka tiba-sampai di Pulau Jawa dan berkhidmad di kota Semarang, dan ini terjadi dimasa Kesultanan Demak.
Sepanjang setengah awal abad ke-16, Demak berada pada puncak kejayaannya di bawah pemerintahan Trenggana. Pada masanya, ia melakukan penaklukkan ke pelabuhan-pelabuhan utama di Pulau Jawa hingga ke pedalaman yang mungkin belum tersentuh Islam (Kesultanan Demak)
Dan pada akhirnya Habib Hasyim bin Muhammad bin Umar as-Shufy
orang tua Habib Hasan, dengan saudara kandungnya Habib Idrus Assegaf wafat di kota ini dan keduanya barlokasi
makam di Kelurahan Randusari, Kec. Semarang Selatan, Kota Semarang Jawa Tengah.
Habib Hasyim adalah orang tuanya Habib Hasan.
Habib Muhammad bin Umar ash-Shafy. ini Beliau punya anak laki-laki /keturunan salah satunya atas nama : Hasyim.
Dikisahkan bahwa, dahulu kala Lembah Selattan Arabia (Hadramaut) merupakan Lembah yangi cukup subur untuk ukuran negeri Yaman yang umumnya padang pasir tandus dan tempat orang-orang barbar yang suka berperang dan saling membunuh. Kisah kejantanan dan keperkasaan mereka dalam perang selalu mereka banggakan dan mereka luapkan dalam bentuk puisi, sya'ir dan juga memberi pujian kepada pahlawan-pahlawan dari suku-suku dan kabilah mereka masing-masing.
Pada waktu itu di bagian selatan lembah Arabia tinggal seseorang yang paling ditakuti oleh semua keluarga, bani,
suku dan kabilah di seluruh arab. Orang tersebut bernama Amir Bin Qahtan, dia
ditakuti karena keberaniannya, kejeliannya dan keperkasaannya. Setiap kali Amir
Bin Qahtan berpartisipasi dalam sebuah perang maka tempat tersebut akan berubah
menjadi lembah kematian. Karena itulah suku-suku Arab pada waktu itu menamai
tempat Amir Bin Qahtan tinggal sebagai hadhramout yang berarti Hadhra=hadir
mout=kematian yaitu di mana Amir Bin Qahtan berada, di situ pula kematian hadir
bersamanya.
John Middleton dalam World Monarchies and Dynasties, menjelaskan bahwa nama lengkap wilayah ini adalah Hadhara al-Maut. Artinya, ‘kematian telah hadir.’ Kematian yang dimaksud dapat dimaknai nirbiologis. Walaupun kering dan terik, lembah sungai (wadi) Hadhramaut sering menjadi tujuan para pengembara.
Mereka mencari kesunyian untuk “mematikan” ambisi duniawi. Tafsir lainnya berdasarkan narasi dari EJ Brill’s First Encyclopaedia of Islam 1913-1936. Daerah yang sama terkenal dengan Kemenyan Arab (Frankincense) yang menurut legenda Yunani getahnya cukup “mematikan.” Lokasi tempat tumbuhnya pun dinamakan ‘tanah kematian’ alias Hadhr al-Maut
Pada masa pasca Kerasulan Muhammad Saw, kebanyakan dari penduduknya mereka memeluk
Islam dan menjadi pedagang dan petualang yang menghubungkan antara bagian timur
benua Afrika (Sudan, Somalia, Eritrea) dengan bagian selatan benua Asia (India,
Indonesia, Malaysia); dengan demikian menjadi pelaku Jalur Sutera laut.
Di Hadramaut tersebar ribuan keturunan Rasulullah yang berhijrah dari Makkah, dalam tujuan menghindari kekacauan yang ada di Makkah dan Madinah saat itu. Mereka adalah keturunan Sayyidina Husain yang melewati jalur nasab Sayyid 'Alawi bin Abdullah (Ubaidillah) bin Ahmad al Muhajir ila Allah bin Isa ar-Rumi bin Muhammad an-Naqib bin Ali al-Uraidhi al Husaini disebut Bani 'Alawi (Ba'alawi) atau Alawiyyin. Dan mereka, banyak yang berhijrah ke Nusantara.
Kebanyakan dari mereka berdagang dengan mengikuti arah angin barat dan timur. Hal inilah yang memaksa mereka menunggu selama beberapa bulan sebelum mereka kembali ke kampung halaman mereka. Selama masa penungguan inilah interaksi antara mereka dengan penduduk asli terjadi. Sebagian di antara para pedagang itu berdakwah dan juga menikahi gadis-gadis pribumi dan kebanyakan dari mereka menetap di sana.
Adapun kontur geografis Hadhramaut didominasi pantai berpasir dan tanah lapang dengan batu-batu yang gersang. Di pesisirnya, terbentang bukit-bukit yang memunggungi pegunungan tandus. Al-Arsyah merupakan gunung tertinggi di sana dan di sekitar sungai-sungai kecil, tanahnya cukup subur. Padang rumput dan kaktus kecil mudah dijumpai. Secara keseluruhan, Hadhramaut agak terisolasi dari sebagian besar Semenanjung Arab. Gurun Rub al-Khali menghalangi aksesnya dari sebelah utara dengan seluruh Arab.
Oleh
karena itu, kontak masyarakat setempat lebih intens terjadi via
pelabuhan-pelabuhan di sebelah selatan, utamanya Bandar asy-Syihr dan Mukalla.
Tidak mengherankan bila mereka dikenal luas sebagai bangsa pelaut. Para pelayar
Hadhramaut ikut andil dalam perdagangan maritim di Samudra Hindia,
setidak-tidaknya sejak abad kedelapan. Jalur yang dilaluinya menghubungkan
antara Arab, Persia, India, Nusantara, dan Cina.
Thaha bin Umar ash-Shafy w.1007H/1598M
Beliau punya anak an. Umar w.1052H dengan usia 63 tahun, Umar punya 2 anak an. Abdurrahman dan Muhammad, kemudian Muhammad punya 3 anak an. Abdullah, Alwi dan Saggaf w.1195H/1781M dan Saggaf punya anak an.Alwi
- Artikel “Menelusuri Silsilah Suci Bani Alawi Sadah Aal Ba Alawy Aal Muhammad” ditulis oleh Al Habib Aidarus Almashoor/http://as-sadah.blogspot.com/2011/12/menelusuri-silsilah-suci-bani-alawi.html
- Artikel "Geografi atau tempat Yaman ini adalah sebuah rintisan” dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia beba, https://id.wikipedia.org/wiki/Hadramaut
- Artikel “Sekilas tentang Asal Usul Hadramaut, Negeri Para Habib Hadramaut konon pernah dikuasai Kerajaan Saba” Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Nashih Nashrullah, https://khazanah.republika.co.id/berita/pz1c7h320/sekilas-tentang-asal-usul-hadramaut-negeri-para-habib
28. Habib Hasyim.bin Muhammad bin Umar ash-Shafy Assegaf
Nasab
الْحَبِيْب هَاشِمٍ [وفات ١٠٧٧هج] بِنْ مًحَمَّد بِنْ عًمَرَ الصُّوْفِيِّ [اى عُمَرُ الصَّافِيّ] بِنْ عَبْدُ الرَّحْمن بِنْ مُحَمَّد بِنْ عَلِيٍّ بِنْ اَلْاِمَامً عَبْدُ الرَّحْمن اى وَلِيُّ الله الْفَقِّيْه الْمًقّدَّم الثانيّ السَّقَّافُ بِنْ سَيِّدِنَا مًحَمَّد مَوْلَى اَلدَّوِيْلَةِ بِنْ سَيِّدِنَا عَلِيٌّ صَاحِبُ الدَّرْكِ بِنْ سَيِّدِنَا عَلْوِىْ الْغُيُوْرْ بِنْ سَيِّدِنَا الْفَقِّيْه الْمًقّدَّم مًحَمَّد بِنْ سَيِّدِنَا علي الوالد االفقيه بن سَيِّدِنَا الامام مًحَمّدْ صاحب مرباط بن سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ علي خالع قسم بن سيدنا عَلْوِيْ با عَلَوِيٌّ بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ مًحَمّدْ الصَّاحِبُ الصُّمْعَةُ بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ عَلْوِيُ الْمُبْتَكِرُعَلَوِيّيْن بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ عَبْدُاللهِ [عُبَيْدُالله الصَّاحِبُ الْعَرْضِيُّ] بنْ سَيِّدُنَا الْاِمَامُ أَحْمَدُ الْاَبَحُ الْمُهَاجِرُ بِنْ سَيِّدُنَا الْاِمَامُ عِيْسَى الرُّوْمِيُّ بِنْ سَيِّدُنَا الْاِمَامُ مًحَمّدٌ النَّاقِبُ بنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ عَلِيُّ الْعُرَيْضِيُّ بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ جعفر الصادق بن سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ مًحَمّدْ الباقر بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ عَلِيُّ زَينُ الـعـابدين بن سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ الْحُسَيْنُ بنْ السَّيِّدِةُ فَاطِمَةُ الزَّهْرَاءُ بِنْتُ مًحَمّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِنْ عَبْدُ الله،
Menurut folklor ceritera datu dan nenek kami bahari dan beberapa Artikel yang pernah saya baca bahwa Habib Hasyim bin Muhammad bin Umar ash-Shafy Assegaf tersebut, Beliau ini mempunyai 2 orang anak laki-laki /keturunan atas nama :
- Hasan dan
- Idrus,
Asal mereka lahir dan tinggal di Seiwun atau Seiyun Hadramaut. Kemudian mereka sambil berdagang kain tenun dan mencari rempah-rempah ke negeri Asia, melalui perjalanan panjang dari Gujarat India mereka berlabuh menuju Banua Asia Tenggara meliwati negeri Singapora terus berlabuh menuju Samudra Pasai, ke Palimbang hingga mereka tiba di malaka Demak. Mereka itu adalah Hasyim dan kedua anaknya Hasan dan Idrus dan juga cucunya yaitu Abu Bakar yang berhijerah diakhir abad ke-16 dari Hadramaut ke Negeri Asia yakni Pulau Jawa di masa Kesultanan Demak.
Adapun Habib Hasyim bin Muhammad Assegaf hidup abad ke-17 Masihi. Abad ke-17 dihitung dari tahun 1601-1700 Masihi. Ia dengan kedua anaknya diperkirakan datang dari Seiyun Hadramaut, Yaman atau Yordania dan mereka berdagang dengan misi menyebarkn Islam dan hingga berkhidmad di kota Semarang ini dimasa Kesultanan Demak.
Umar w.1052H bin Toha w.1007H bin Umar ash-Shafy adalah saudara sepupu dengan Hasyim bin Muhammad bin Umar ash-Shafy kedua cucunya as-Shafy ini hidup diakhir abad ke-16 hingga pertengahan abad ke-17 M.
Sepanjang setengah awal abad ke-16, Demak berada pada puncak kejayaannya di bawah pemerintahan Trenggana. Pada masanya, ia melakukan penaklukkan ke pelabuhan-pelabuhan utama di Pulau Jawa hingga ke pedalaman yang mungkin belum tersentuh Islam (Kesultanan Demak)
Dan hingga akhirnya Habib Hasyim bin Muhammad bin Umar as-Shufy dengan anaknya Habib Idrus Assegaf wafat di kota ini dan keduanya barmakam berlokasi Kelurahan Randusari, Kec. Semarang Selatan, Kota Semarang Jawa Tengah. Habib Hasyim wafat 1077H adalah orang tuanya Habib Hasan. Habib Hasan wafat dan makamnya berkubah di Taniran, Kec. Angkinang Kab. Hulu Sungai Selatan, Kalsel.
Artikel “Menelusuri Silsilah Suci Bani Alawi Sadah Aal Ba Alawy Aal Muhammad tersebut menyebutkan bahwa sedangkan Toha w.1007H di Seiwun atau Seiyun ,ia hanya punya satu anak yang bernama Umar w.1052H di Seiwun dengan usia 63 tahun, Umar punya 2 anak laki-laki :
- Abdurrahman
- Muhammad
Adapun bernama Abdurrahman, ia kakeknya keluarga Toha bin Syekh di Seiwun. Muhammad bin Umar bin Toha bin Umar ash- Shafy punya 3 orang anak an. :
- Abdullah keturunannya di Seiwun dan Singapora sedangkan
- Alwi keturunannya di Seiwun dan Jawa sedangkan
- Saqqaf w.1781M/1195H keturunannya di Seiwun dan ia punya anak an. Alwi
Selain Abdurrahman dan Muhammad anaknya tetapi Umar w.1052H bin Thaha w.1007H bin Umar ash-Shafy masih punya anak dari isterinya yang lain yang bernama "Thaha al Qadhi" dan Thaha punya anak yang diberi nama"Umar" dan ia juga punya anak yang bernama "Muhammad al Qadhi".
الْحَبِيْبُ مًحَمَّدْ جَميْلً الدِّيْن [وفات ١١٩٥هج] بِنْ اَبًوْ بَكْرٍ [وفات ١١٧٢هج] بِنْ حَسَنٍ [وَفات ١١٣٣هج] بِنْ هَاشِمٍ [وفات ١٠٧٧ هج] بِنْ مًحَمَّد [وفات ١٠٢٣ هج] بِنْ عًمَرَ الصُّوْفِيِّ [اى عُمَرُ الصَّافِيّ]
الْحَبِيْبُ صَالِحْ بِنْ اَبًوْ بَكْرٍ [وفات ١١٧٢هج] بِنْ حَسَنٍ [وَفات ١١٣٣هج] بِنْ هَاشِمٍ [وفات ١٠٧٧ هج] بِنْ مًحَمَّد [وفات ١٠٢٣ هج] بِنْ عًمَرَ الصُّوْفِيِّ [اى عُمَرُ الصَّافِيّ]
الْحَبِيْبُ مُحَمَّدْ القاضى بِنْ عُمَرُ بِنْ طه القاضى بِنْ عُمَرُ[وفات ١٠٥٢ هج] بِنْ طه [وفات ١٠٠٧ هج] بِنْ عًمَرَ الصُّوْفِيِّ [اى عُمَرُ الصَّافِيّ]
الْحَبِيْبُ عَلْوِيْ بِنْ سَقَّافُ [وفات ١١٩٥هج/١٧٨١م] بِنْ مُحَمَّدْ بِنْ عُمَرُ[وفات ١٠٥٢ هج] بِنْ طه [وفات ١٠٠٧ هج] بِنْ عًمَرَ الصُّوْفِيِّ [اى عُمَرُ الصَّافِيّ]
Keterangan Penulis "
Sebagian orang ada yang mengaitkan atau membelukkan silsilah Datu kami Hasyim bin Muhammad diatas dengan keluarga ..... Aal BAHASYIM
Mereka adalah anak cucu dari al-Habib Hasyim bin Abdullah bin Ahmad bin Alwi bin Ahmad bin Abdurahman bin Alwi Ammu al-Faqih. Ba Hasyim adalah gelar yang diambil dari nama datuk mereka Hasyim bin Abdullah bin Ahmad. Setiap orang dari keturunannya disebut Ba Hasyim.
Bacaan
- Artikel “Seiyun” From Wikipedia, the free encyclopedia This page was last edited on 12 February 2022, at 02:00 (UTC). https://en.wikipedia.org/wiki/Seiyun
- Artikel “Menelusuri Silsilah Suci Bani Alawi Sadah Aal Ba Alawy Aal Muhammad” ditulis oleh Al Habib Aidarus Almashoor/http://as-sadah.blogspot.com/2011/12/menelusuri-silsilah-suci-bani-alawi.html
- Artikel “Kesultanan Demak” Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas ………………https://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Demak
- Artikel"Sejarah Perjalanan ayahnya Habib Umar Ash-Shufy bin Abdurrahman bin Muhammad Assegaf ke Nusantara" https://draft.blogger.com/blog/post/edit/1776103061266680536/1797188491972678497
- kitab biografi "Ulama Terkemuka Dunia dan Nasional" oleh Syamsul Afandi
.
Menurut Folklor ceritra Datu-datu dan nenek kami menyebutkan bahwa Ia adalah seorang yang shaleh, dan ia seorang yang ta’at yang memelihara iman dan islam, ia amat kenal dengan Tuhannya, ia seorang yang bertanggungjawab kepada keluarganya dan ia selalu berusaha menjalankan syari’at yang diperintahkan Tuhannya secara ketat selama hidupnya, seperti shalat, puasa, zakat dan amaliah-amaliah dzahir dan bathin lainya.
Silsilah Nasab Sayyid Hasan bin Hasyim bin Muhammad bin Umar
as-Shufy bin Abdurrahman bin Muhammad bin ‘Aly Assegaf bersambung ke Rasulullah
Saw
الْحَبِيْب حَسَنٍ بِنْ هَاشِمٍ بِنْ مًحَمَّد بِنْ عًمَرَ الصُّوْفِيِّ [عُمَرُ الصَّافِيّ] بِنْ عَبْدُ الرَّحْمن بِنْ مُحَمَّد بِنْ عَلِيٍّ بِنْ اَلْاِمَامً عَبْدُ الرَّحْمن اى وَلِيُّ الله الْفَقِّيْه الْمًقّدَّم الثانيّ السَّقَّافُ بِنْ سَيِّدِنَا مًحَمَّد مَوْلَى اَلدَّوِيْلَةِ بِنْ سَيِّدِنَا عَلِيٌّ صَاحِبُ الدَّرْكِ بِنْ سَيِّدِنَا عَلْوِىْ الْغُيُوْرْ بِنْ سَيِّدِنَا الْفَقِّيْه الْمًقّدَّم مًحَمَّد بِنْ سَيِّدِنَا علي الوالد االفقيه بن سَيِّدِنَا الامام مًحَمّدْ صاحب مرباط بن سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ علي خالع قسم بن سيدنا عَلْوِيْ با عَلَوِيٌّ بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ مًحَمّدْ الصَّاحِبُ الصُّمْعَةُ بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ عَلْوِيُ الْمُبْتَكِرُعَلَوِيّيْن بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ عَبْدُاللهِ [عُبَيْدُالله الصَّاحِبُ الْعَرْضِيُّ] بنْ سَيِّدُنَا الْاِمَامُ أَحْمَدُ الْاَبَحُ الْمُهَاجِرُ بِنْ سَيِّدُنَا الْاِمَامُ عِيْسَى الرُّوْمِيُّ بِنْ سَيِّدُنَا الْاِمَامُ مًحَمّدٌ النَّاقِبُ بنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ عَلِيُّ الْعُرَيْضِيُّ بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ جعفر الصادق بن سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ مًحَمّدْ الباقر بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ عَلِيُّ زَينُ الـعـابدين بن سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ الْحُسَيْنُ بنْ السَّيِّدِةُ فَاطِمَةُ الزَّهْرَاءُ بِنْتُ مًحَمّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِنْ عَبْدُ الله
Ada yang mengatakan bahwa Islam mulai masuk ke Kalimantan
Selatan abad ke 15M. Kemudian sejak awal abad ke-16M tersebut yakni mulai 24 September 1526M, Kerajaan Banjar
berubah menjadi Kesultanan Banjar, Agama resmi kerajaan yang dulunya Hindu
berubah menjadi Agama Islam. Pengeran
Samudera setelah masuk Islam menjadi atau bergelar Pengeran Suriansyah. Nama
kotanya yang dulunya Bandarmasih menjadi Banjarmasin.
Karena terjadinya relasi atau hubungan yang baik dengan
Kesultanan Demak atau ada perjanjian bantuan Pasukan dulunya antara Kerajaan
Banjar dengan Kesultanan Demak, ketika Kerajaan Banjar melawan Kerajaan Nagara
Daha, perjanjian terebut adalah namun Banjar menang melawan Nagara Daha, maka
raja dan tentaranya memeluk Islam,
Kerajaan Banjar pun memperoleh kemenangan. Inilah salah satu alasan
Kesultanan Demak mengirim dan mengutus Para Habaib dan Syekh-syekh Islam ke
Kesultanan Banjar, diakhir abad ke-17 Masihi yaitu masa Raja Banjar yang ke-10
Sultan Tahmidullah I tahun 1700-1717 Masihi, diantaranya :
- Sayyid Abdullah bin Abu Bakar al-Aydrus dengan isterinya Siti Aminah menuju Desa Lok Gabang Martapura (mereka orang tua Datu Kelampayan).
- Habib Hasan dan Idrus serta Habib Abu Bakar bin Hasan bin Hasyim Assegaf anak kandungnya yang sudah lama menetap di Kesultanan Demak. Mereka menuju Sungai Mesa Kota Banjarmasin (Bandarmasih dahulu).
Sungai Mesa merupakan sebuah kampung tua di Kota Banjarmasin
(Bandarmasih dahulu). Kampung ini dibangun oleh seorang tokoh yang dikenal
dengan nama Kiai Mesa Jaladri. Tidak diketahui persis, kapan Kiai Mesa
membangun wilayah ini, yang jelas sejak itu Kampung Sungai Mesa menjadi wilayah
tempat tinggal yang strategis. Letaknya yang persis di tepi sungai Martapura,
membuat daerah ini menjadi semacam pelabuhan kecil tempat menaik-turunkan
barang dagangan dari perahu. Di seberang Sungai Mesa adalah Jalan Pasar Lama
Laut yang sekarang menjadi pusat perkantoran pemerintah Provinsi Kalsel
(Artikel Kajian al Kahfi)
Maka Sayyid Hasan bersama keluarganya hijerah dari kampung Sungai Mesa Bandarmasih diperkirakan diakhir abad ke-17 Masihi mereka mudik menyisir tepi sungai Barito dengan perahu jukung, membawa dagangannya berupa kain sarung dan perhiasan wanita, setiap ada tumpukan rumah penduduk di tepi sungai yang mereka lalui mereka singgahi, menawarkan dagangan yang mereka bawa. berhari-hari bahkan berminggu-minggu mereka mengayuh jukung, bahkan berbulan-bulan mereka meliwati kampung-kampung, melewati Desa-desa dan kota-kota. Seperti kota Nagara singgah, melewati desa Garis singgah, di desa Bangkau singgah, melewati desa Tawar singgah, di desa Sungai Kupang singgah kemudian menyisir sungai kecil menuju Sungai buntut Taniran, hingga tiba tepatnya di Rt.01 Desa Taniran. Kala itu arus tranportasi yang digunakan masyarakat melalui jalan laut dan sungai
Sebagian orang ada yang berkata bahwa : Usia Sayyid Hasan
sudah sepuh ketika ia datang ke Desa Taniran sekitar 70 tahunan, tetapi
kelihatan pisiknya sehat dan kuat, begitu juga usia anaknya Sayyid Abu Bakar
sekitar 40 tahunan lebih. Sayyid Abu Bakar sebelumnya tinggal di Kampung
Sungai Mesa. Orang-orang Banjar menyebut kampung tersebut dengan
sebutan "Kampung Arab". Kemudian , ia berniaga, bersama ayah dan pamannya hingga ia sampai ke Desa Taniran. Desa ini Ia membantu ayahnya
menyebarkan Islam di Desa Taniran sambil berniaga berupa kain sarung dan
perhiasan wanita. Usia Sayyid Hasan waktu wafat kurang lebih sekitar 93 tahun. Sayyid Hasan berada di desa
Taniran Kecamatan Angkinang dari 1700-1720 Masihi.
Silsilah nasab bahwa "Muhammad bin Umar as-shufy Assegaf" punya anak an. Hasyim. Hasyim punya anak an. Hasan dan Idrus. Hasan punya anak Abu Bakar dan Abu Bakar punya anak laki-laki an..
- Shaleh (ibunya dari Seiyun Tarim) dan
- Muhammad Djamiluddin (Habib Lumpangi) dan (ibunya dari suku Dayak Langara Lumpangi Loksado),
Ada yang berkata bahwa Abu Bakar bin Hasan (Datu Habib Lumangi) punya 9 anak/ keturunan, tetapi yang terkonvermasi saat ini baru anak pertama dan anak yang terakhir, sedang yang lainnya belum.
Muhammad Djamiluddin anak yang akhir ia dipanggil sehari “Muhammad” atau "Djamiluddin" ibunya bernama Milah atau Siti Jamilah wanita dari suku Dayak Langara Lumpangi Loksado), kemudian Muhammad Djamiluddin punya anak an.Ahmad Suhuf yang dipanggil sehari ”Ahmad”. Kemdian Ahmad punya anak an. Abu Bakar yang dipanggil sehari “Abubakar as-Tsani’
Sayyid Hasan bin Hasyim bin Muhammad bin Umar as-Shufy bin
Abdurrahman bin Muhammad bin ‘Aly bin Abdurrahman Assegaf Wafat
Makam Habib Hasan bin Hasyim Assegaf Desa Taniran w.1720M
Akhirnya diperkirakan Sayyid Hasan bin Hasyim Assegaf Wafat 19 Sya'ban 1132H/1720M atau pada awal abad ke-18. Saya beberapa kali datang kesana dan bertanya kepada orang-orang yang tua penduduk asli Desa Taniran Kubah RT.002/RW.001 yang dekat dengan makam Habib Hasan bin Hasyim bin Muhammad bin Umar as-Shufi Assegaf
https://draft.blogger.com/blog/post/edit/1776103061266680536/6319715668127213000
30. Habib Abu Bakar bin Hasan bin Hasyim.bin Muhammad bin Umar ash-Shaafy bin Abdurrahmn Assegaf (Datu Habib Lumpangi)
Seperti pada malam-malam ketika menjalani hukuman adat, Habib menjalankan misi Dakwahnya Balai Adat Balai Ulin, beliau membaur dengan masyarakat setempat dan setiap ada kesempatan beliau mulai Bakisah (berceritera) dalam Bahasa Malayu Banjar, ada syairnya /ada kata-kata mutiaranya dan pantunnya yang dibumbui sedikit homor dalam dakwahnya menyempaikan ttg Kehidupan Rasulullah Saw sebagai suri tauladan yang harus diikuti dan Peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi di Timur Tengah. misalnya Bakisah ttg Cinta Rabi'atul Adawiah dengan Hasan al Basri, dan lain-lainnya. Orang-orang penghuni Balai mulai datang, mendekat, duduk menghadap Habib dan mereka mulai senang, tertawa dan terhibur mendengarkan dengan kisah-kisah dan sedikit homoris dari Habib hingga waktu larut malam.
Berdakwah semacam ini dlakukan ketika ia tinggal bersama isterinya dalam Balai Adat “Balaii Ulin” saat itu dengan materi khusus ttg “Penanaman Aqidah Islam/tauhid” kepada Penghuni Balai. Dakwah tersebut ia lakuni hingga usia anak pertamanya 7 tahun, namun versi lain menyebutkan bahwa usia anak pertamanya berumur 14 tahun kemudian ia dan isterinya memisahkan diri atau pindah dari Balai Adat yakni membuat rumah sendiri dan Mushalla “Baiturrahman” yang tak jauh dari Balai Adat.
1. Tradisi Dayak dalam membangun rumah/balai adat
Salah satu yang menjadi tradisi adat Dayak dalam
membangun rumah/balai adat bahwa "muka rumah/ balai adat selalu menghadap
kearah matahari terbit, tak terkecuali Balai Adat "Balai Ulin" itu
mukanya juga mengadap kearah matahari terbit, dan balai itu dihuni oleh 7-10
kepala keluarga. Orang Dayak menjunjung tinggi semangat rasa kebersamaan dan
mereka memiliki dapur masing-masing. Balai Adat berbentuk panggung dengan
ukuran panjangnya diperkirakan 35-50 meter dan lebar 10-12 meter dan tinggi
lantai dari permukaan tanah 2 setengah hingga 3 meter dan 7 anak tangga kecil
untuk menolak Hantu kepala terbang. Tangga itu hanya dilewati 1 orang lebar
kurang lebih 50cm.
Karomah Habib Abu Bakar bin Hasan Assegaf.
Salah satu Karomah terbesar Habib Abu Bakar bin Hasan Assegaf adalah ia dapat menyembuhkan Puteri Milah yang sakit
keras dengan seketika dan berislamnya satu keluarga kepala suku Dayak Lumpangi
setelah peristiwa penyembuhan Puteri Milah
Diceriterakan bahwa saat berakhir masa tahanan Habib Abu
Bakar selama 10 hari dan 10 malam, Puteri Milah (Siti Jamilah) jatuh sakit,
mungkin ia kurang tidur dan sangat lelah menemani dan melayani tamu
istimewanya. Diang Milah jatuh sakit secara tiba-tiba, ia tak sadarkan diri, ia
pingsan dalam waktu cukup lama, Diang belum bisa sadar walaupun Tetuha Adat
(Penghulu Adat) ayahnya sendiri berusaha keras mengobatinya dengan melakukan Balian Basambui untuk menyembuhkan
Puteri kesayangannya. Balian Basambui maksudnya Puteri diobati secara kebatinan
orang Dayak, walaupun ia seorang tokoh adat yang mempunyai kemampuan mempuni dalam hal mengobati orang
yang sakit, namun dikala itu pengobatannya tidak membawa hasil apa-apa dan
bahkan membuatnya dan penghuni Balai prostasi dan putus asa.
Menurut Folklor ceritra Datu-datu dan nenek kami bahwa
“Melihat keadaan tersebut Habib Abu Bakar bin Hasan Assegaf, ia seorang tahanan
mereka, yang baru saja datang beberapa hari kewilayah itu. Ia mencoba
menawarkan diri kepada mereka untuk mengobatinya sang Puteri. Akhirnya dengan
perasaan was-was terlihat pada wajah mereka, namun mereka dengan berat hati
akhirnya mempersilahkannya. Habib meminta Secawan air putih, kemudian pada air itu ia
bacakan do’a hidzip
dan shalawat dan
juga ada yang ia bisikkan pada telinga sang puteri, kemudian air tersebut Habib
semburkan melalui mulutnya kearah kepala & tubuh pasennya hingga seketika
itu Puteri sadar dari pingsannya dan sembuh dari sakitnya.”
Peristiwa pengobatan Puteri tersebut tertuang dalam Artikel "Habib Abu Bakr Assegaf -
Cerita para wali dan datu' yang diposting Jum'at, 01 Maret 2013M yang
saya kutip menyatakan bahwa "Di kampung Lumpangi kala itu masih berupa
kehidupan Balai, yaitu "Balai Ulin; dan di sana terdapat tokoh yang
disebut penghulu Balai yang terkenal dengan kemampuannya mengobati orang sakit.
Ternyata, kemampuan medis habib yang baru datang ke wilayah itu lebih tinggi
darinya, sehingga warga Balai sangat terkesima dan akhirnya mau menerima Islam.
Bahkan, disebutkan bahwa di antara tokoh habib itu ada yang menikahi puteri
penghulu Balai Ulin.
Beliau (Habib) melihat dengan kacamata kesufiannya dan merasakan ada kesedihan yang dalam yang dirasakan dan menimpa pada Puteri Milah. Puteri sangat kuatir tidak berjumpa lagi dengan Sang pujaan hatinya. Inilah yang membuat hatinya khawatir dan membawanya frustasi dan juga stres. memikirkan kalau, kalau Habib Sang Pujaan hatinya pulang tidak kembali lagi kepadanya.
Mengetahui hal ini, setelah Puteri sembuh dari sakitnya.” segeranya Habib melamar dan menikahi gadis yang pernah melayaninya dan menemaninya siang dan malam, sewaktu menjalani hukuman adat. Habib menjelaskan lamaran dan perkawinan bisa terjadi dengannya bila Puteri Milah, Langara (wali nikah), dan 2 orang saudaranya yaitu Talib dan Anjah (2 orang saksinya) merima hidayah Islam. Akhirnya dengan adanya sedikit perjanjian dengan Habib, mereka menerima Islam dengan suka cita.
2. Balai Adat Balai Ulin di Renovasi
Balai Adat Balai Ulin itu berdiri sekitar tahun 1552
Masihi di desa Lumpangi tidaklah sampai 1 setengah abad Balai Adat Balai Ulin
ini berdiri karena adanya pengaruh Islamisasi terhadap kelompok Penghuninya kemudian
balai adat ini ditinggalkan orang atau bubar.
Pada pertengahan abad ke-17 Masihi Balai Adat
"Balai Ulin" Lumpangi Loksado direnovsi total oleh Regenerasi suku
Dayak. Sekitar tahun 1700 Masihi akhir abad ke-17 Balai Adat tersebut dipimpin
oleh seorang Kepala Suku Dayak atau Tetuha atau Penghulu Adat bernama Langara,
ia punya adik kandung bernama Ulang. Dayak Ulang ini punya anak bernama
Bumbuyanin dan Bayumbung, sedangkan
Dayak Langara menurut sumber data punya 3 anak pertama bernama Talib dan kedua
bernama Anjah dan ketiga bernama Aluh Milah.
Tetuha Adat Dayak pertama kampung Pantai Dusin Hulu
Banyu bernama Bumbuyanin, ia mempunyai 3 anak, dua laki-laki dan satu
perempuan. Adapun anak yang pertama bernama Ayuh atau Datu Ayuh atau Sang
Dayuhan, anak yang ke-2. Bambang Swara atau Bambang Basiwara dan anak yang ke-3
adalah perempuan bernama Umi Salamah (Diang Gunung), dia seorang puteri yang
sangat cantik jelita.
Seperti pada malam-malam menjalani hukuman adat, Habib menjalankan Dakwahnya, beliau mulai Bakisah (berceritera) dalam Bahasa Banjar, ada syairnya /kata-kata mutiara dan pantunnya yang dibumbui sedikit homor dalam dakwahnya ttg Kehidupan Rasulullah Saw sebagai tauladan yang harus diikuti dan Peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi di Timur Tengah. misalnya Bakisah ttg Cinta Rabi'atul Adawiah dengan Hasan al Basri, dan lain-lainnya. Orang-orang penghuni Balai mulai datang, mendekat, duduk menghadap Habib dan mereka mulai senang, tertawa dan terhibur mendengarkan dengan kisah-kisah dan sedikit homoris dari Habib hingga waktu larut malam.
Berdakwah semacam ini dlakukan ketika ia tinggal bersama isterinya dalam Balai Adat “Balaii Ulin” saat itu dengan materi khusus ttg “Penanaman Aqidah Islam/tauhid” kepada Penghuni Balai. Dakwah tersebut ia lakuni hingga usia anak pertamanya 7 tahun kemudian ia dan isterinya memisahkan diri atau pindah dari Balai Adat yakni membuat rumah sendiri dan Mushalla “Baiturrahman” yang tak jauh dari Balai Adat.
Pada pertengahan abad ke-18 Masihi ketika masa kecilnya
mereka bertiga pernah diutus atau dikirim orang tuanya ke Desa Lumpangi untuk
menuntut Ilmu Islam beserta sepupu-sepupunya an. Habib Abu Bakar as-Tsani bin
Ahmad Assegaf dan anak-anak lainnya kepada Habib Muhammad Djamiluddin bin Abu
bakar Assegaf oleh karenanya mereka ini mengenal Islam dengan baik.
3. Adapun Silsilah Nasab Habib Abu Bakar bin Hasan bin Hasyim bin Muhammad bin Umar ash-Shaafy bin Abdurrahman Assegaf
الْحَبِيْب اَبًوْ بَكْرٍ[وفات ١٧٥٩مٍ] بِنْ حَسَنٍ بِنْ هَاشِمٍ بِنْ مًحَمَّد بِنْ عًمَرَ الصُّوْفِيِّ [عُمَرُ الصَّافِيّ] بِنْ عَبْدُ الرَّحْمن بِنْ مُحَمَّد بِنْ عَلِيٍّ بِنْ اَلْاِمَامً عَبْدُ الرَّحْمن اى وَلِيُّ الله الْفَقِّيْه الْمًقّدَّم الثانيّ السَّقَّافُ بِنْ سَيِّدِنَا مًحَمَّد مَوْلَى اَلدَّوِيْلَةِ بِنْ سَيِّدِنَا عَلِيٌّ صَاحِبُ الدَّرْكِ بِنْ سَيِّدِنَا عَلْوِىْ الْغُيُوْرْ بِنْ سَيِّدِنَا الْفَقِّيْه الْمًقّدَّم مًحَمَّد بِنْ سَيِّدِنَا علي الوالد االفقيه بن سَيِّدِنَا الامام مًحَمّدْ صاحب مرباط بن سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ علي خالع قسم بن سيدنا عَلْوِيْ با عَلَوِيٌّ بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ مًحَمّدْ الصَّاحِبُ الصُّمْعَةُ بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ عَلْوِيُ الْمُبْتَكِرُعَلَوِيّيْن بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ عَبْدُاللهِ [عُبَيْدُالله الصَّاحِبُ الْعَرْضِيُّ] بنْ سَيِّدُنَا الْاِمَامُ أَحْمَدُ الْاَبَحُ الْمُهَاجِرُ بِنْ سَيِّدُنَا الْاِمَامُ عِيْسَى الرُّوْمِيُّ بِنْ سَيِّدُنَا الْاِمَامُ مًحَمّدٌ النَّاقِبُ بنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ عَلِيُّ الْعُرَيْضِيُّ بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ جعفر الصادق بن سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ مًحَمّدْ الباقر بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ عَلِيُّ زَينُ الـعـابدين بن سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ الْحُسَيْنُ بنْ السَّيِّدِةُ فَاطِمَةُ الزَّهْرَاءُ بِنْتُ مًحَمّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِنْ عَبْدُ الله،
Abu Bakar adalah nama yang diberikan kedua orang tuanya, tempat ia lahir diperkirakan tahun 1068H/1658M di Seiyun Hadramaut, Yaman, Yordania. Setelah dewasa ia menikah dengan perempuan shalehah dan punya anak an. Shaleh. Kemudian Abu Bakar dimasa mudanya ikut berpetualang berdagang dan mencari rempah-rempah bersama kakeknya Habib Hasyim dan ayahnya Sayyid Hasan ke Negeri Asia hingga Asia Tenggara. Dari Gujarat India melalui Singapore.terus ke Samudera Pasai Aceh ke Pelembang terus ke Demak Jawa Tengah di masa Kesultanan Demak diakhir abad ke-17 tahun 1690M. Ia adalah dzuriat Nabi Saw yang ke-30, yang hidup di dua abat ke17-18M.Setelah lama singgah di Semarang, di kota inilah kakeknya Habib Hasyim berkhidmat hingga wafat tepatnya Kelurahan Randusari, Kec. Semarang Selatan, kota Semarang Jawa Tengah. Sayyid Abu Bakar pasih berbahasa Melayu dan Jawa. Kemudian ia menyebarang ke Kesultanan Banjar. Kedatangannya ke Kesultanan Banjar hampir bersamaan Sayyid Abdullah bin Abu Bakar al-Aydrus dan isterinya Siti Aminah orang tua Datu Kelampaiyan.
4. Balai Adat Balai Ulin pernah Simpan Biji Padi Sebesar Kelapa
Diceritakan
bahwa dahulu kala Balai Adat Balai Ulin sewaktu dipimpin
oleh seorang Kepala Suku Dayak atau Kepala Balai atau Penghulu Adat yang bernama Langara,
mereka pernah
memiliki dan menyimpan peninggalan benda prasejarah, berupa tiga buah biji banih seukuran kelapa
yang dinamakan “Banih
kelapa atau Banih Nyiur”.yang diletakan
ditengah-tengah Kindai Banih dirungan tengah Balai.yang dijadikan sebagai “Ajimat
pipikat sakti”. Banih
Nyiur itulah yang
memanggil ruh-ruh kawannya /membawai nyawa kawannya sehingga Kindai Banih tidak
pernah kosong atau habis. Dengan ikhtiar Pemiliknya bahuma yang luas dan
hasilnya selalu melimpah. Konon masa itu benda-benda banyak yang berukuran
jumbo.
Orang-orang dahulu
kalau ingin memasak nasi dari banih kelapa itu, maka banih itu dipipiki satu persatu dari
tangkainya dan ditaruh dalam lasung kayu baru ditumbuk dengan Halu hingga lanik
dan ditampi dengan nyiru dahulu baru beras itu dimasak.
Dan dari ketiga buah biji padi tersebut atas permintaan Dayak Ulang kepada kakaknya Langara, bahwa ia dan keluarganya saja yang memeliharanya, maka buah biji Banih itu masing-masing dibawa Dayak Ulang satu biji padi ke desa Ulang, dan dibawa Dayak Bumbuyanin ke Pantai Dusin Hulu Banyu satu biji padi dan juga satu biji padi dibawa Dayak Bayumbung ke Harantan Hilir Banyu saat Balai Adat bubar. Namun masyarakat sekarang tetap percaya bahwa beras yang kecil saat ini, dahulunya adalah beras besar tersebut. Walaupun sudah tidak ada lagi bukti – fakta sejarah tersebut sampai saat ini, namun masih banyak masyarakat yang mempercayainya Walaupun benda yang tinggal tiga biji tersebut sudah musnah, akibat musibah banjir dan kebakaran balai Adat..
5. Balai Adat Balai Ulin di Rinovasi
Balai Adat Balai Ulin itu berdiri sekitar tahun 1552
Masihi di desa Lumpangi tidaklah sampai 1 setengah abad Balai Adat Balai Ulin
ini berdiri karena adanya pengaruh Islamisasi terhadap kelompok Penghuninya kemudian
balai adat ini ditinggalkan orang atau bubar.
Pada pertengahan abad ke-17 Masihi Balai Adat
"Balai Ulin" Lumpangi Loksado direnovsi total oleh Regenerasi suku
Dayak. Sekitar tahun 1700 Masihi akhir abad ke-17 Balai Adat tersebut dipimpin
oleh seorang Kepala Suku Dayak atau Tetuha atau Penghulu Adat bernama Langara,
ia punya adik kandung bernama Ulang. Dayak Ulang ini punya anak bernama
Bumbuyanin dan Bayumbung, sedangkan
Dayak Langara menurut sumber data punya 3 anak pertama bernama Talib dan kedua
bernama Anjah dan ketiga bernama Aluh Milah.
Tetuha Adat Dayak pertama kampung Pantai Dusin Hulu
Banyu bernama Bumbuyanin, ia mempunyai 3 anak, dua laki-laki dan satu
perempuan. Adapun anak yang pertama bernama Ayuh atau Datu Ayuh atau Sang
Dayuhan, anak yang ke-2. Bambang Swara atau Bambang Basiwara dan anak yang ke-3
adalah perempuan bernama Umi Salamah (Diang Gunung), dia seorang puteri yang
sangat cantik jelita.
Pada pertengahan abad ke-18 Masihi ketika masa kecilnya
mereka bertiga pernah diutus atau dikirim orang tuanya ke Desa Lumpangi untuk
menuntut Ilmu Islam beserta sepupu-sepupunya an. Habib Abu Bakar as-Tsani bin
Ahmad Assegaf dan anak-anak lainnya kepada Habib Muhammad Djamiluddin bin Abu
bakar Assegaf oleh karenanya mereka ini mengenal Islam dengan baik.
Versi lain menyebutkan, menurut sumber data bahwa sesudah Balai Adat Balai Ulin bubar maka beberapa tahun kemudian datanglah Dayak Ulang dan Bumbuyanin ke Lumpangi membawa ketiga anaknya agar diajari tentang Islam kepada Habib dan menemui kakaknya Muhammad Langara dan mohon agar Balai Adat Balai Ulin yang tidak berfungsi itu bisa dipindahkan ke Pantai Dusin Hulu Banyu.
6. Anak-anak keturunan Datu Habib Lumpangi Abu Bakar bin Hasan bin Hasyim bin Muhammad bin Umar ash-Shaafy bin Abdurrahman Assegaf
Adapun anak-anak Datu Habib Lumpangi dari isteri pertama dari Seiyun dan isteri terakhir dari suku Dayak antara lain :
- Shalih (ibunya dari Seiyun Hadramaut)
- Muhammad Djamiluddin
- Sy. Ummi Badar,
- Sy. Amas (Mastora) dan
- Ahmad Djalaluddin, anak yang paling bungsu
Adapun anak laki-laki Datu Habib Lumpangi Abu Bakar bin Hasan Assegaf yang terkomvirmsi saat ini akhir tahun 2023 abad ke-21 Masihi dan silsilah nasabnya tercatat dengan baik antara lain ”
- Shalih
- Muhammad Djamiluddin
- Ahmad Djalaluddin
Menurut ceritera yang pernah aku dengar dari Habaib dan ceritera datu dan nenek kami bahari bahwa Habib Abubakar bin Hasan punya banyak isteri dan punya anak hingga 9 orang anak-keturunan, tetapi yang terkonvermasi dari isteri-isterinya dan anak-anaknya hanya 2 orang yaitu isteri pertamanya dari Seiyun melahirkan anakyang bernama Saleh dan isterinya yang terakhirnya bernama Siti Jamilah dari suku Dayak Lumpangi melahirkan anak yang bernama Jamiluddin. Sy. Amas (Mastora/ Umi Badar) dan Ahmad Jalaluddin.
Menurut folklor ceritera datu dan nenek kami bahari bahwa pada awal abad ke-18M yang pertama kali datang berkunjung dan menetap di Lumpangi Loksado Kalimantan Selatan Indonesia dari golongan habib/ syarif adalah (keluarga) Aal-ALSAQQAF آل السقاف (dibaca Assegaf/al Seggaf), yaitu Abu Bakar bin Hasan bin Hasyim. Gelar kehormatannya "Datu Habib Lumpangi". Baliau menikahi puteri Dayak Tetuha Balai atau Penghulu Adat Balai Ulin Lumpangi Loksado an. Milah (Siti Jamilah).
“Yang pertama kali digelari al-saqqaf ialah waliyullah al-Muqaddam al-Tsani al-Imam Abdurahman bin Muhammad Maula Dawilah bin Ali bin Alwi bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam (Afandi 2008).”
Maka keberadaan Sayyid Abu Bakar kala itu datang pada Masa Pamali, oleh karenanya ia mendapat hukuman adat Dayak yakni ia ditahan selama 10 hari 10 malam tidak boleh keluar dari Balai Adat dan dikenakan membayar denda.
Kedatangan Sayyid Abu Bakar di Desa Lumpangi pada tahun 1705 Masihi.Ketika Beliau datang ke Desa Lumpangi, menurut salah satu sumber informasi bahwa usia Beliau sekitar 43-45 tahunan kala itu, tetapi pisik dan muka Beliau kelihatan muda seperti usia 25-30 tahun.
Salah satu tradisi/adat Dayak ketika itu, bagi kaum laki-laki lajang diperbolehkan tidur satu kamar dengan wanita lajang puteri dari Tetuha Adat sebagai bentuk penghormatan terhadap tamu atau sahabat, tak terkecuali dengan Habib, beliau tidur ditemani oleh Aluh Milah sepanjang malam, tetapi pagar ayu puteri Milah tetap terjaga dengan baik. Habib tidak mau mengganggu dan apalagi mempermainkan puteri Milah.
Menurut folklor tutuha kami dan masyarakat sekitarnya diceriterakan bahwa saat berakhir masa tahanan Sayyid Abu Bakar 10 hari dan 10 malam, Diang Milah (Siti Jamilah) jatuh sakit secara tiba-tiba, ia tak sadarkan diri/pingsan dalam waktu cukup lama, Diang belum bisa sadar walaupun Tetuha Adat (Penghulu Balai) berusaha keras melakukan BALIAN Basambui untuk menyembuhkan Puterinya diobati secara kebatinan, walaupun ia seorang tokoh adat yang mempunyai kemampuan mempuni mengobati orang yang sakit, namun dikala itu tidak membawa hasil apa-apa dan membuatnya putus asa. Tak terkecuali Sayyid Abu Bakar bin Hasan Assegaf, seorang tahanan mereka, yang baru datang beberapa hari kewilayah itu. Ia mencoba menawarkan diri kepada mereka untuk mengobatinya sang Puteri. Akhirnya dengan perasaan was-was terlihat pada wajah-wajah mereka, namun mereka dengan berat rasa hati mempersilahkannya hingga Puteri sadar dari pingsannya dan sembuh dari sakitnya.
Peristiwa pengobatan Puteri tersebut tertuang lebih awal dalam Artikel "Islam Loksado dan Sayyid Abu Bakr bin Hasan Assegaf" yang diposting 20 Februari 2011 menyebutkan ”Di kampung Lumpangi kala itu masih berupa kehidupan Balai, yaitu Balai Ulin; dan di sana terdapat tokoh yang disebut penghulu Balai yang terkenal dengan kemampuannya mengobati orang sakit. Ternyata, kemampuan medis habib yang baru datang ke wilayah itu lebih tinggi darinya, sehingga warga Balai sangat terkesima dan akhirnya mau menerima Islam. Bahkan, disebutkan bahwa di antara tokoh habib itu ada yang menikahi puteri penghulu Balai Ulin (Harisuddin 2011).
Bekata Tanqir Ghawa kepada anak cucunya bahwa kakeknya ibrahim baucap “Syukur alhamdu lillaah banar kita ine cucuai, jaka kada datang habib membawa Islam dan datung kita ada yang balaki lawan habib lalu ia maislamakan datu nine bubuhan kita Dayak lumpamgi, jaka kada baislam maka kita rugi banar, kita akan dimasukakan ke dalam Naraka, nauudzu billaahi mindzaalik” Menurut Beliau bahwa “Ucapan yang seperti ine telah diucapan pula oleh datu ninenya bahari sebelumnya."
Perkawinan inilah yang sangat merekatkan hubungan suku Dayak Langara dengan Habib. Adanya ikatan perkawinan tersebut Islam berkembang dengan cepat. Akhirnya mereka karena merasa berkelurga dengan Habib, merasa badangsanak dengan Habib, mereka tertarik dengan Islam dan menerima Islam dengan sukacita dan juga hasil perkawinan itu membuahkan keturunan/ anak an. "Muhammad". Namun versi lain menyebutkan bahwa anak itu bernama : "Muhammad Djamiluddin" dan dzuriatnya yang bersambung dan nasabnya tercatat dengan baik sampai saat ini.
Saggaf w.1195H/1781Masihi bin Muhammad bin Umar w.1052H bin Toha w.1007H bin Umar ash-Shafy adalah saudara sepupu dengan Habib Abu Bakar w.1759M bin Hasan w.1720M bin Hasyim bin Muhammad bin Umar ash-Shafy kedua intahnya as-Shafy ini hidup diakhir abad ke-16 hingga pertengahan abad ke-17 M.
7. Habib Abu Bakar bin Hasan bin Hasyim bin Muhammad bin Umar ash-Shaafy bin Abdurrahman Assegaf wafat thn 1759M/ 1172H
Habib Abu Bakar bin Hasan Assegaf wafat di kampung Balai
Ulin Lumpangi hari Jum'at, tanggal 17 Dzul Hijjah 1172H, dipertengahan akhir
abad ke-18 Masih. Bertepatan dia wafat 10 Agustus tahun 1759 Masihi. Haulan
Beliau terebut dilaksanakan oleh Ahlul Bait setiap tanggal 17 Dulhijjah. Dan ia
dimakamkan berdampingan dengan Siti Jamilah binti Muhammad Langara isterinya di
kampung Balai Ulin Lumpangi. Ia sangat setia menjalani hukum adat Dayak yang ia
sepakati, saat ia ingin mengislamkan Tetuha Adat, Puteri dan kedua saudara
puteri yakni tidak akan meninggalkan mereka hingga ajal menjemputnya. Titik
Koordinat makam 2,80928, 115,41767,
146,7m, 8 derajat
daftar Bacaan :
- Artikel "Wisata Riligi Sayyid Abu Bakar bin Hasan Assegaf ayahnya Habib Lumpangi" oleh Habib H.Hasan BasribinM.Muhammad Barsih Assegaf Loksadohttps://draft.blogger.com/blog/post/edit/1776103061266680536/5125307868326461194
- Artikel "Islamnya Orang-orang Hulu Banyu Kec. Loksado di akhir abad ke-18 Masihi" Ahad, 1 Ramadhan 1443H/3 April 2022oleh H.Hasan Basri bin H.M.Barsih Assegaf https://naib-h-hasan-al-baseri.blogspot.com/2022/04/islamnya-orang-orang-hulu-banyu-kec.html
31. Habib Muhammad Jamiluddin (Habib Lumpangi) bin Abu Bakar bin Hasan bin Hasyim bin Muhammad bin Umar as-Shaafy bin Abdurrahman Assegaf
Setelah Habib Abu Bakar bin Hasan Assegaf selesai menjalani masa tahanan Adat Dayak Langara, ia mengislamkan Tetuha Balai /Penghulu Balai Adat sebagai wali nikah anaknya "Siti Jamilah" kemudian kedua saudara laki-laki anaknya Talib dan Anjah setelah menerima hidayah Islam diberi nama "Abu Thalib dan Hamzah" sebagai saksi pernikahannya secara Islam tahun 1705 Masihi.
Kemudian Habib Abu Bakar bin Hasan Assegaf mempersunting Puteri Milah binti Muhammad Langara seorang gadis Dayak dari Balai Adat Balai Ulin Lumpangi Loksado. Dari hasil pernikahannya dengan Puteri Milah ini, lahirlah seorang putra yang bernama “Djamiluddin”.
Kelahirannya sangat dinanti dan ditubggu oleh keluarga muslim dan keluarga Dayak. Ketika ia hadir sanak keluarganya sangat bersukaria dengan menghadirkan jamuan hidangan dari seekor payau /menjangan. Ketiika ia berumur 7 tahun namun versi lain menyebutkan ia berumur 14 tahun ayah dan ibunya baru memisahkan diri atau pindah dari Balai Adat. Mereka membuat rumah sendiri dan membangun Mushalla “Baiturrahman” tempat belajar dan mengajar yang tak jauh dari Balai Adat. Ketika ia berumur 14-15 tahun Balai Adat mulai bubar.
a. Habib Muhammad
Djamiluddin bin Abu Bakar bin Hasan bin
Hasyim bin Muhammad bin Umar as-Shaafy bin Abdurrahman Assegaf Lahir
Menurut Folklor ceritra
Datu-datu dan nenek kami bahwa
"Djamiluddin" adalah
Putera pertama dari Habib Abu Bakar bin Hasan bin Hasyim bin Muhammad bin Umar
as-Shufy dengan isterinya Siti Jamilah binti Muhammad Lanagara. Namun versi
lain menyebutkan bahwa anak itu bernama : "Muhammad Djamiluddin" Ia lahir dimasa pemerintahan raja banjar Sultan Suria Alam alias Sultan Tahmidullah 1 bin Sultan Tahirullah bin al-Maliku'llah adalah
Raja Banjar yang memerintah tahun 1700-1717 Masihi. Muhammad Djamiluddin dilahirkan di Lumpangi, hari Senin, 13 Syawwal 1118H /1707Masihi dan
dibesarkan di Desa Lumpangi, ia lahir ditengah-tengah keluarga yang baru
menemukan hidayah Islam. Ia adalah orang yang shalih, ia memperoleh pengajaran
agama Islam langsung dari orang tuanya dan kedua Kakeknya M. Langara dan Sayyid
Hasan ketika ia berada di Desa Taniran dan juga paman Ayahnya Habib Idrus.
Kelahirannya sangat dinanti dan ditubggu oleh keluarga muslim dan
keluarga Dayak. Ketika ia hadir sanak keluarganya sangat bersukaria dengan
menghadirkan jamuan hidangan dari seekor payau /menjangan. Ketiika ia berumur 7
tahun ayah dan ibunya memisahkan diri atau pindah dari Balai Adat. Membuat
rumah sendiri tak jauh dari Balai Adat. Ketika ia berumur 14-15 tahun Balai
Adat mulai bubar.
b. Silsilah Nasab Habib Muhammad Djamiluddin bin Abu Bakar bin Hasan bin Hasyim bin Muhammad bin Umar as-Shaafy bin Abdurrahman Assegaf Sampai ke Rasulullah Muhammad Saw :
الْحَبِيْب مًحَمَّدْ جَميْلً الدِّيْن بِنْ اَبًوْ بَكْرٍ بِنْ حَسَنٍ بِنْ هَاشِمٍ بِنْ مًحَمَّد بِنْ عًمَرَ الصُّوْفِيِّ [اي عُمَرُ الصَّافِيّ] بِنْ عَبْدُ الرَّحْمن بِنْ مُحَمَّد بِنْ عَلِيٍّ بِنْ اَلْاِمَامً عَبْدُ الرَّحْمن اى وَلِيُّ الله الْفَقِّيْه الْمًقّدَّم الثانيّ السَّقَّافُ بِنْ سَيِّدِنَا مًحَمَّد مَوْلَى اَلدَّوِيْلَةِ بِنْ سَيِّدِنَا عَلِيٌّ صَاحِبُ الدَّرْكِ بِنْ سَيِّدِنَا عَلْوِىْ الْغُيُوْرْ بِنْ سَيِّدِنَا الْفَقِّيْه الْمًقّدَّم مًحَمَّد بِنْ سَيِّدِنَا علي الوالد االفقيه بن سَيِّدِنَا الامام مًحَمّدْ صاحب مرباط بن سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ علي خالع قسم بن سيدنا عَلْوِيْ با عَلَوِيٌّ بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ مًحَمّدْ الصَّاحِبُ الصُّمْعَةُ بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ عَلْوِيُ الْمُبْتَكِرُعَلَوِيّيْن بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ عَبْدُاللهِ [عُبَيْدُالله الصَّاحِبُ الْعَرْضِيُّ] بنْ سَيِّدُنَا الْاِمَامُ أَحْمَدُ الْاَبَحُ الْمُهَاجِرُ بِنْ سَيِّدُنَا الْاِمَامُ عِيْسَى الرُّوْمِيُّ بِنْ سَيِّدُنَا الْاِمَامُ مًحَمّدٌ النَّاقِبُ بنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ عَلِيُّ الْعُرَيْضِيُّ بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ جعفر الصادق بن سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ مًحَمّدْ الباقر بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ عَلِيُّ زَينُ الـعـابدين بن سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ الْحُسَيْنُ بنْ السَّيِّدِةُ فَاطِمَةُ الزَّهْرَاءُ بِنْتُ مًحَمّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِنْ عَبْدُ الله،
Menurut folklor tutuha kami dan masyarakat sekitarnya diceriterakan bahwa Ia dilahirkan Senin, 13
Syawwal 1118H /1707Masihi dan dibesarkan di Desa Lumpangi, ditengah-tengah
keluarga yang baru menemukan hidayah Islam. Ia adalah orang yang shalih, ia
memperoleh pengajaran Islam langsung dari orang tuanya dan Kakeknya Sayyid
Hasan ketika ia berada di Desa Taniran dan juga pamannya Habib Idrus.
"Djamiluddin" adalah Putera pertama dari pasangan suami-isteri Habib Abu
Bakar bin Hasan bin Hasyim bin Muhammad bin Umar as-Shufy dengan isterinya Siti
Jamilah binti Muhammad Lanagara. Namun versi lain menyebutkan bahwa anak
itu bernama : "Muhammad Djamiluddin" Ia lahir dimasa pemerintahan
raja banjar Sultan Suria Alam alias Sultan Tahmidullah 1 bin Sultan Tahirullah
bin al-Maliku'llah adalah Raja Banjar yang memerintah tahun 1700-1717 Masihi.
Menurut sumber data bahwa semua ilmu Habib Abu Bakar ayahnya,
Habib Hasan kakeknya, Habib Idrus pamannya dan ilmu Muhamamad Langara kakeknya
telah tertuang dan tercurah pada Habib Muhammad Djamaluddin (Habib Lumpangi),
berkata ( Beliau keturunan Syarifah asal Amawang) Muhammad Bahrudin bin Marsal
salah seorang yang ikut menanam nisannya bahwa "Habib Djamaluddin adalah
orang yang paling alim / orang yang paling berpengetahuan diantara semua
penghuni makam di Kampung Balai Ulin ini, hal ini kalau bisa disembunyikan."
Setelah Muhammad Jamaluddin dewasa, Ia juga termasuk orang
berpengaruh di Lumpangi setelah ayahnya. Dan ia berada di desa yang sangat
terisolasi dari keramaian kota, ia tinggal diudik sungai Kali Amandit yang
sangat jauh, kalau berpergian masa itu selalu jalan kaki. Isterinya Siti Sarah
seorang muslimah yang shalehah keturunan asli Dayak Balai Ulin Lumpangi, begitu
juga kedua orang tua muslim. Siti Sarah binti Abu Thalib bin Muhammad
Langara, ia seorang perempuan dari kampung Batu Tangah Desa Lumpangi.
Perkawinan sepupu tersebut membuahkan keturunan anak laki-laki, ia lahir
di Lumpangi, Jum'at, 10 Jumadil Awwal 1155H/1742M.an. Habib Ahmad Suhuf yang
panggilan sehari-harinya Habib Ahmad.
Syekh Habib Abu Bakar datang ke Balai Ulin pada awal abad ke-18 Masihi. Islam masuk di bawa ke Desa Lumpangi tahun 1705-1759M oleh Sayyid Abu Bakar, ia mengislamkan suku Dayak Langara, Balai Adatnya saat itu bernama "Balai Ulin". suku dayak ini adalah bagian dari pancaran dari suku dayak Maanyan, suku dayak tertua yang hidup di pulau Kalimantan.
Syekh Habib Abu Bakar datang ke Balai Ulin pada awal abad ke-18
Masihi. Islam masuk di bawa ke Desa Lumpangi tahun 1705-1759M oleh Sayyid Abu
Bakar, ia mengislamkan suku Dayak Langara, Balai Adatnya saat itu bernama
"Balai Ulin". suku dayak ini adalah bagian dari pancaran dari suku
dayak Maanyan, suku dayak tertua yang hidup di pulau Kalimantan Selatan. Habib Muhammad Djamiluddin bin Abu Bakar bin Hasan
Assegaf diperkirakan wafat Jum'at, 10 Syawal 1195H atau 1781 Masihi di kampung
Balai Ulin Desa, dengan usia 64 tahun dan ia dimakamkan kampung Balai Ulin
Lumpangi Kec. Loksado.
الْحَبِيْب عَبْدُ القَدِيْر الْجَيْلَانِيِّ بِنْ عَلْوِىْ بِن زَيْنْ بِنْ عَلِيٍّ بِنْ عَلْوِىْ بِنْ عَبْدِاللهِ بِنْ صَالِح بِنْ اَبًوْ بَكْرٍ بِنْ حَسَنٍ بِنْ هَاشِمٍ بِنْ مًحَمَّد بِنْ عًمَرَ الصُّوْفِيِّ [عُمَرُ الصَّافِيّ] بِنْ عَبْدُ الرَّحْمن بِنْ مُحَمَّد بِنْ عَلِيٍّ بِنْ اَلْاِمَامً عَبْدُ الرَّحْمن اى وَلِيُّ الله الْفَقِّيْه الْمًقّدَّم الثانيّ السَّقَّافُ بِنْ سَيِّدِنَا مًحَمَّد مَوْلَى اَلدَّوِيْلَةِ بِنْ سَيِّدِنَا عَلِيٌّ صَاحِبُ الدَّرْكِ بِنْ سَيِّدِنَا عَلْوِىْ الْغُيُوْرْ بِنْ سَيِّدِنَا الْفَقِّيْه الْمًقّدَّم مًحَمَّد بِنْ سَيِّدِنَا علي الوالد االفقيه بن سَيِّدِنَا الامام مًحَمّدْ صاحب مرباط بن سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ علي خالع قسم بن سيدنا عَلْوِيْ با عَلَوِيٌّ بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ مًحَمّدْ الصَّاحِبُ الصُّمْعَةُ بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ عَلْوِيُ الْمُبْتَكِرُعَلَوِيّيْن بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ عَبْدُاللهِ [عُبَيْدُالله الصَّاحِبُ الْعَرْضِيُّ] بنْ سَيِّدُنَا الْاِمَامُ أَحْمَدُ الْاَبَحُ الْمُهَاجِرُ بِنْ سَيِّدُنَا الْاِمَامُ عِيْسَى الرُّوْمِيُّ بِنْ سَيِّدُنَا الْاِمَامُ مًحَمّدٌ النَّاقِبُ بنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ عَلِيُّ الْعُرَيْضِيُّ بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ جعفر الصادق بن سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ مًحَمّدْ الباقر بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ عَلِيُّ زَينُ الـعـابدين بن سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ الْحُسَيْنُ بنْ السَّيِّدِةُ فَاطِمَةُ الزَّهْرَاءُ بِنْتُ مًحَمّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِنْ عَبْدُ الله
d. Ada beberapa tradisi Suku Dayak Pegunungan Meratus yang Unik dan masih berlaku di sebagian Kalimantan
Dilansir dari berbagai sumber, bahwa suku Dayak memiliki berbagai tradisi unik, tetapi tradisi ini ditinggalkan oleh Dayak Maratus dan dibatalkan dimasa keberadaan Habib Djamiluddin bin Abu Bakar bin Hasan bin Hasyim Assegaf dan anak cucunya kecuaali tradisi Tarian Gantar (batandik),.
e. KAROMAH HABIB LUMPANGI YANG BERLAKU HINGGA SAAT INI
Oleh karenanya salah satu Karomah Habib Muhammaad Jamiluddin bin Abu Bakar bin Hasan bin Hasyim Assegaf yang terbesar adalah "Beliau dapat membatalkan beberapa tradisi Suku Dayak Pegunungan Meratus yang berlaku berabad-abad.”
Ia (Habib Muhammaad Jamiluddin) juga tampil sebagai tokoh muda yang sangat dihormati disukai dan dicintai dari kalangan keluarga Muslim dan dari kalangan keluarga Dayak sehingga apa yang ia ucapkan selalu diikuti-disetujui oleh banyak orang. Ia dengan mudahnya Membatalkan tradisi Suku Dayak Pegunungan Meratus berlaku berabad-abad yang dianggap merugikan banyak pihak dan Para keluarga suku Dayak, mereka menerimanya dengan suka rela mereka meninggalkannya, tradisi dimaksud yakni "Tradisi Memuliakan Tamu Nginap, Tradisi Kuping Panjang, Tradisi Tato, Tradisi Tiwah, Tradisi Ngayau, dan Mantat Tu’Mate dan dapat mempersaudarakan orang-orang muslim dengan orang-orang Dayak".,
Dilansir dari berbagai sumber, bahwa suku Dayak memiliki berbagai tradisi unik, tetapi tradisi ini ditinggalkan oleh Dayak Maratus dan dibatalkan dimasa keberadaan Habib Muhammaad Jamiluddin bin Abu Bakar bin Hasan bin Hasyim Assegaf dan anak cucunya kecuali tradisi Tarian Gantar (batandik),.
Beberapa tradisi yang ditinggalkan di antaranya meliputi:
1. 1. Tradisi Memuliakan Tamu Nginap
Salah satu tradisi/adat Dayak ketika itu, bagi Tamu yang Nginap untuk kaum laki-laki lajang diperbolehkan tidur satu kamar/ satu kelambu dengan wanita lajang puteri dari Tetuha Adat. Bila tidak punya anak gadis maka isterinya yang menemani tidur tamunya. (kalua tamunya sudah beristeri maka ia tidur satu kamar dengan isteri sahabatnya) sebagai bentuk penghormatan terhadap tamu atau sahabat, tak terkecuali dengan Habib, beliau tidur ditemani oleh Aluh Milah sepanjang malam, tetapi pagar ayu puteri Milah tetap terjaga dengan baik. Habib tidak mau mengganggu dan apalagi mempermainkan puteri Milah.
Adat Dayak adalah sangat meghormati dan memulikan tamu, Puteri Milah adalah seorang gadis Dayak yang lemah lembut, ia seorang gadis ramah dan homoris dan sulit untuk dilupakan.
Hal semacam ini dikuatkan oleh ceritera teman saya, dia seorang Serjana dibidang agama Islam. Dia berceritera kepada saya bahwa tamu laki-laki lajang yang nginap di rumah suku Dayak, ia diperbolehkan tidur satu kamar atau satu kelambu dengan wanita lajang anak Dayak sebagai bentuk penghormatan tuan rumah. Tradisi atau Adat Dayak tersebut masih berlaku hingga sekarang tahun 2020 disebagian suku Dayak Kalimantan.
Temannya berceritera bahwa ketika ia berada dipedalaman pulau Kalimantan tahun 2020, bekerja sebagai penebang pohon kayu jenis Meranti dan Ulin. Ia mulai bersahabat baik dan akrab dengan suku Dayak penduduk asli. Sahabatnya mengajaknya menginaf dirumahnya. Di rumah sahabatnya ini ia menginaf, makan, minum dan cuci pakaian. Ketika malam hari ia ingin tidur di salah satu ruangan, ia disuruh sahabat barunya tidur satu kelambu dengan anak perempuannya yang gadis lajang. Kemudian iapun tidur dengannya tetapi ia tidak berani mencumbu rayu, dan juga ia tidak mau merusak pagar ayu dan menggagahi anak perempuan sahabatnya.
Tradisi ini ditinggalkan oleh Dayak Maratus dan dibatalkan dimasa keberadaan Habib Abu Bakar bin Hasan bin Hasyim Assegaf dan anak cucunya.
2. Tradisi Kuping Panjang
Telingaan Aruu adalah tradisi adat Suku Dayak dengan cara memanjangan telinga. Untuk memanjangkan daun telinga, mereka menggunakan anting-anting berbentuk gelang yang terbuat dari tembaga. Anting-anting berukuran besar tersebut dalam bahasa kenyah disebut belaong.h
Di Kalimantan Timur, perempuan Dayak memiliki tradisi unik memanjangkan telinga mereka. Keyakinan di balik tradisi ini adalah bahwa telinga yang panjang membuat perempuan terlihat semakin cantik.
Selain untuk aspek kecantikan, memanjangkan telinga juga memiliki nilai simbolis dalam menunjukkan status kebangsawanan dan melatih kesabaran.
Proses memanjangkan telinga melibatkan penggunaan logam sebagai pemberat yang ditempatkan di bawah telinga atau digunakan untuk anting-anting.
Perempuan Dayak diperbolehkan memanjangkan telinga hingga dada, sementara laki-laki bisa memanjangkan telinga hingga bawah dagu.
Tradisi ini juga ditinggalkan oleh Dayak Maratus dan dibatalkan dimasa keberadaan Habib Abu Bakar bin Hasan bin Hasyim Assegaf dan anak cucunya.
3. Tradisi Tato
Tato atau rajah adalah simbol kekuatan, hubungan dengan Tuhan, dan perjalanan kehidupan bagi suku Dayak. Tradisi tato ini masih dilakukan baik oleh laki-laki maupun perempuan Dayak.
Proses pembuatan tato terkenal karena masih menggunakan peralatan sederhana, di mana orang yang akan ditato akan menggigit kain sebagai pereda sakit, dan tubuhnya akan dipahat menggunakan alat tradisional.
Setiap gambar tato memiliki makna khusus, misalnya tato bunga terong menandakan kedewasaan bagi laki-laki, sementara perempuan mendapatkan tato Tedak Kassa di kaki untuk menandakan kedewasaan mereka.
Dalam konteks sejarah, dikatakan bahwa suku Dayak Iban menggunakan tato ini selama peperangan untuk membedakan antara teman dan musuh.
Tradisi ini ditinggalkan oleh Dayak Maratus dan dibatalkan dimasa keberadaan Habib Abu Bakar bin Hasan bin Hasyim Assegaf dan anak cucunya.
4. Tradisi Tiwah
Kwangkey atau Kuangkay ialah upacara kematian yang dilakukan Suku Dyaka Benuaq yang tingga di pedalaman Kalimantan Timur. Tradisi ini berasal dari kata ke dan angkey, artinya adalah melakukan atau melaksanakan dan bangkai.
Menurut istilah bahasa daerah setempat, Kwangkey mempunyai makna buang bangkai. Maknay yang ingin disampaikan adalah melepaskan diri dari kedukaan dan mengakhiri masa berkabung
Tiwah adalah upacara pemakaman masyarakat Dayak Ngaju yang melibatkan pembakaran tulang belulang kerabat yang telah meninggal.
Tradisi ini dilakukan sesuai dengan kepercayaan Kaharingan dan dipercaya membantu arwah orang yang meninggal untuk menuju dunia akhirat atau disebut juga dengan nama Lewu Tatau.
Selama pelaksanaan Tiwah, keluarga yang ditinggalkan akan menari dan bernyanyi sambil mengelilingi jenazah.
Proses pembakaran tulang belulang jenazah dilakukan secara simbolis, sehingga tidak semua tulang jenazah ikut dibakar dalam upacara Tiwah.
Tradisi suku Dayak ke-4 ialah Tiwah yang upacara pemakaman yang dilakukan oleh masyarakat Dayak Ngaju. Dalam upacara ini, mereka akan membakar tulang belulang dari kerabat yang telah meninggal dunia. Menurut kepercayaan Kaharingan, tradisi Dayah Tiwah, dipercaya mampu mengantarkan arwah dari orang yang telah meninggal agar mudah menuju dunia akhirat atau disebut pula dengan nama Lewu Tatau. Ketika melaksanakan tradisi Tiwah, biasanya keluarga yang ditinggalkan akan menari dan bernyanyi sambil mengelilingi jenazah. Proses pembakaran tulang belulang jenazah hanya dilakukan secara simbolis sehingga tidak semua tulang jenazah akan ikut dibakar dalam upacara Tiwah.
Tradisi Penguburan
Dalam sejarahnya terdapat tiga budaya penguburan di Kalimantan:
1. penguburan tanpa wadah dan tanpa bekal, dengan posisi kerangka dilipat
2. penguburan di dalam peti batu (dolme
3. penguburan dengan wadah kayu, anyaman bambu, atau anyaman tikar. Ini merupakan sistem penguburan yang terakhir berkembang.
Masyarakat Dayak Ngaju mengenal tiga cara penguburan, yakni:
1. dikubur dalam tanah
2. diletakkan di pohon besar
3. dikremasi dalam upacara tiwah
Prosesi penguburan sekunder
1. Tiwah adalah prosesi penguburan sekunder pada penganut Kaharingan, sebagai simbol pelepasan arwah menuju lewu tatau (alam kelanggengan) yang dilaksanakan setahun atau beberapa tahun setelah penguburan pertama di dalam tanah.
2. jambe adalah prosesi penguburan sekunder pada Dayak Maanyan. Belulang dibakar menjadi abu dan ditempatkan dalam satu wadah.
3. Marabia
4. Mambatur (Dayak Maanyan)
Tradisi ini juga ditinggalkan oleh Dayak Maratus dan dibatalkan dimasa keberadaan Habib Abu Bakar bin Hasan bin Hasyim Assegaf dan anak cucunya. Terkecuali pengubur mayat dalam tanah
5. Tradisi Ngayau
Tradisi berburu kepala ini, yang pernah ada tetapi sekarang sudah dihentikan, melibatkan pemburuan kepala musuh oleh beberapa rumpun Dayak, seperti Ngaju, Iban, dan Kenyah.
Tradisi ini penuh dendam turun-temurun sebab anak akan memburu keluarga pembunuh ayah mereka dan membawa kepala musuh ke rumah. Ngayau juga menjadi syarat agar pemuda Dayak bisa menikahi gadis yang mereka pilih.
Pemuda Dayak diwajibkan untuk berpartisipasi dalam tradisi berburu kepala sebagai cara untuk membuktikan kemampuannya dalam memuliakan keluarganya dan meraih gelar Bujang Berani.
Larangan terhadap tradisi ini dihasilkan dari musyawarah Tumbang Anoi pada tahun 1874, yang bertujuan menghindari perselisihan di antara suku Dayak.
Ke-5 tradisi tersebut sudah ditinggalkan oleh Dayak Maratus dan dibatalkan dimasa keberadaan Habib Abu Bakar bin Hasan bin Hasyim Assegaf dan anak cucunya kecuaali tradisi Tarian Gantar
6. Manajah antang
Tradisi dari suku Dayak selanjutnya ialah manjah antang, tradisi ini merupakan suatu ritual untuk mencari di mana musuh berada ketika berperang. Menurut cerita masyarakat Dayak, ritual manajah antang merupakan ritual pemanggilan roh leluhur dengan burung Antang, di mana burung tersebut dipercaya mampu memberitahukan lokasi musuh. Selain dipakai ketika berperang, tradisi manajah antang pun dipakai untuk mencari petunjuk-petunjuk lainnya.
7. Mantat Tu’Mate
Seperti halnya Tiwah, tradisi mantat tu’mate merupakan tradisi untuk mengantarkan orang yang baru saja meninggal dunia. Namun mantat tu’mate berbeda dengan Tiwah. Sebab, mantat tu’mate dilakukan selama tujuh hari dengan konten acara iring-iringan musik serta tari tradisional. Setelah upacara selama tujuh hari selesai, barulah jenazah kemudian akan dimakamkan
Ket. Referinsi No. 6-7 Artikel Tradisi Suku Dayak & Asal-Usul Suku Dayak
8. Tari Gantar
Tari Gantar adalah salah satu tarian khas Suku Dyak. Tarian ini adalah tari pergaulan muda-mudi Suku Dayak Benuaq dan Dayak Tunjung di Kabupaten Kutai Barat.
Tarian Gantar mengekspresika kegembiraan serta keramahan dalam menyambut tamu, baik wisatawan atau tamu kehormatan. Tari ini juga berfungis untuk menyambut pahlawan dari medan perang. Ada tiga jenis tarian Gantar, yakni Gantar Rayat, Gantar Busai, dan Gantar Senak dan Kusa
b Saudara kandung Muhammad Djamiluddin bin Abu Bakar Assegaf
Adik
kandung Muhammad Djamiluddin antara lain
: Sy. Ummi Badar, Sy. Amas (Mastora) dan yang paling bungsu bernama Ahmad Djalaluddin, ia dilahirkan
bersamaan tahun dengan kelahiran Ahmad Suhuf bin Muhammad Djamiluddin yakni 10 Sya’ban
1149H/1736M di Desa Lumpangi, dan kedua anak ini tumbuh dan dibesarkan
dilingkungan orang-orang muslim yang
taat Agama islam di Desa Lumpangi, silsilah nasabnya tercatat dengan baik.
Menurut
catatan Habib Ahmad Ilham bin Janggi Ali Assegaf bahwa “Ahmad Djalaluddin salah
satu anak laki-laki Habib Abu Bakar bin Hasan bin Hasyim Assegaf.” Hal ini
dapat dilihat catatan silsilah nasabnya yakni Ahmad Ilham bin Janggi Ali bin
Jambran bin Jama’in bin Ahmad bin Ali bin Abdullah bin Husain bin Ahmad
Djalaluddin bin Abu Bakar bin Hasan bin Hasyim bin Muhammad Assegaf……..
الْحَبِيْب اَحْمَدْ اِلْحَامْ بِنْ جنغِيْ عَلِيٍّ بِنْ جَمْبارَان بِنْ جَمَاعِيْن بِنْ اَحْمَدْ بِنْ عَلِيٍّ بِنْ عَبْدُاللهِ بِنْ حُسَيْنُ بِنْ اَحْمَدْ جَلَالُ الدِّيْن بِنْ اَبًوْ بَكْرٍ بِنْ حَسَنٍ بِنْ هَاشِمٍ بِنْ مًحَمَّد بِنْ عًمَرَ الصُّوْفِيِّ [عُمَرُ الصَّافِيّ] بِنْ عَبْدُ الرَّحْمن بِنْ مُحَمَّد بِنْ عَلِيٍّ بِنْ اَلْاِمَامً عَبْدُ الرَّحْمن اى وَلِيُّ الله الْفَقِّيْه الْمًقّدَّم الثانيّ السَّقَّافُ بِنْ سَيِّدِنَا مًحَمَّد مَوْلَى اَلدَّوِيْلَةِ بِنْ سَيِّدِنَا عَلِيٌّ صَاحِبُ الدَّرْكِ بِنْ سَيِّدِنَا عَلْوِىْ الْغُيُوْرْ بِنْ سَيِّدِنَا الْفَقِّيْه الْمًقّدَّم مًحَمَّد بِنْ سَيِّدِنَا علي الوالد االفقيه بن سَيِّدِنَا الامام مًحَمّدْ صاحب مرباط بن سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ علي خالع قسم بن سيدنا عَلْوِيْ با عَلَوِيٌّ بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ مًحَمّدْ الصَّاحِبُ الصُّمْعَةُ بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ عَلْوِيُ الْمُبْتَكِرُعَلَوِيّيْن بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ عَبْدُاللهِ [عُبَيْدُالله الصَّاحِبُ الْعَرْضِيُّ] بنْ سَيِّدُنَا الْاِمَامُ أَحْمَدُ الْاَبَحُ الْمُهَاجِرُ بِنْ سَيِّدُنَا الْاِمَامُ عِيْسَى الرُّوْمِيُّ بِنْ سَيِّدُنَا الْاِمَامُ مًحَمّدٌ النَّاقِبُ بنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ عَلِيُّ الْعُرَيْضِيُّ بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ جعفر الصادق بن سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ مًحَمّدْ الباقر بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ عَلِيُّ زَينُ الـعـابدين بن سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ الْحُسَيْنُ بنْ السَّيِّدِةُ فَاطِمَةُ الزَّهْرَاءُ بِنْتُ مًحَمّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِنْ عَبْدُ الله
Selatan
Artikell “Wisata Riligi Habib Djamiluddin dzuriat Dayak
Lumpangi Loksado” oleh H.asaan Bari, S.Ag bin Muhammad Barsih Assegaf https://draft.blogger.com/blog/post/edit/1776103061266680536/3816174999477533885
silsilah nasab catatan Habib Ahmad Ilham bin Janggi Ali Assegaf tercatat dengan baik
32. Habib Ahmad Suhuf bin Muhammad Jamiluddin bin Abu Bakar bin Hasan bin Hasyim bin Muhammad bin Umar as-Shaafy bin Abdurrahman Assegaf.
1. Habib Ahmad Suhuf bin
Muhammad Djamiluddin bin Abu Bakar bin Hasan bin Hasyim bin Muhammad bin
Umar as-Shaafy bin Abdurrahman Assegaf Lahir
Menurut Folklor ceritra
Datu-datu dan nenek kami menyebutkan bahwa Habib Ahmad Suhuf dilahirkan Ahad,10
Jumadil Awal 1149H/1736M di Desa Lumpangi, dan ia tumbuh dan dibesarkan
dilingkungan orang-orang muslim yang taat Agama islam di Desa
Lumpangi, ia berada di desa yang sangat terisolasi dari keramaian kota
Kandangan, berada diudik sungai Kali Amandit yang jauh, kalau berpergian masa
itu selalu jalan kaki. Isterinya Diang Galuh Aminah bin Abdullah bin Hamzah, ia
adalah buyut Datu Muhammad Lngara.
Sayyid Ahmad Suhuf adalah nama panjangnya, sedangkan Ahmad adalah
nama panggilannya sehari-hari. Kedua orang tuanya memberinya nama Ahmad Suhuf.
Nama ayahnya adalah Muhammad Djamiluddin (Habib Lumpangi) dan ibunya bernama
Siti Sarah binti Abu Thalib bin Muhammad Langara. Ahmad adalah keturunan
ke-3 atau cucu tersayang Habib Abu Bakar bin Hasan Assegaf. Kakek dan
kedua orang tuanya menaruh harapan besar kepadanya.
2. Silsilah Nasab Habib Ahmad Suhuf bin Muhammad Djamiluddin bin Abu Bakar bin Hasan bin Hasyim bin Muhammad bin Umar as-Shaafy bin Abdurrahman Assegaf Sampai ke Rasulullah Muhammad Saw
الْحَبِيْب اَحْمَدْ صُحُفٍ بِنْ مًحَمَّدْ جَميْلً الدِّيْن بِنْ اَبًوْ بَكْرٍ بِنْ حَسَنٍ بِنْ هَاشِمٍ بِنْ مًحَمَّد بِنْ عًمَرَ الصُّوْفِيِّ [عُمَرُ الصَّافِيّ] بِنْ عَبْدُ الرَّحْمن بِنْ مُحَمَّد بِنْ عَلِيٍّ بِنْ اَلْاِمَامً عَبْدُ الرَّحْمن اى وَلِيُّ الله الْفَقِّيْه الْمًقّدَّم الثانيّ السَّقَّافُ بِنْ سَيِّدِنَا مًحَمَّد مَوْلَى اَلدَّوِيْلَةِ بِنْ سَيِّدِنَا عَلِيٌّ صَاحِبُ الدَّرْكِ بِنْ سَيِّدِنَا عَلْوِىْ الْغُيُوْرْ بِنْ سَيِّدِنَا الْفَقِّيْه الْمًقّدَّم مًحَمَّد بِنْ سَيِّدِنَا علي الوالد االفقيه بن سَيِّدِنَا الامام مًحَمّدْ صاحب مرباط بن سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ علي خالع قسم بن سيدنا عَلْوِيْ با عَلَوِيٌّ بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ مًحَمّدْ الصَّاحِبُ الصُّمْعَةُ بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ عَلْوِيُ الْمُبْتَكِرُعَلَوِيّيْن بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ عَبْدُاللهِ [عُبَيْدُالله الصَّاحِبُ الْعَرْضِيُّ] بنْ سَيِّدُنَا الْاِمَامُ أَحْمَدُ الْاَبَحُ الْمُهَاجِرُ بِنْ سَيِّدُنَا الْاِمَامُ عِيْسَى الرُّوْمِيُّ بِنْ سَيِّدُنَا الْاِمَامُ مًحَمّدٌ النَّاقِبُ بنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ عَلِيُّ الْعُرَيْضِيُّ بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ جعفر الصادق بن سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ مًحَمّدْ الباقر بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ عَلِيُّ زَينُ الـعـابدين بن سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ الْحُسَيْنُ بنْ السَّيِّدِةُ فَاطِمَةُ الزَّهْرَاءُ بِنْتُ مًحَمّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِنْ عَبْدُ الله،
3. Habib Ahmad Suhuf bin
Muhammad Djamiluddin bin Abu Bakar bin Hasan bin Hasyim bin Muhammad bin
Umar as-Shaafy bin Abdurrahman Assegaf Mendapatkan Pengajaran Ilmu Agama
Dimasa kecinya Habib
Ahmad Suhuf bin Muhammad Djamiluddin bin Abu Bakar Assegaf berada di
bawah asuhan orang tuanya di Desa Lumpangi, ia ingin mengembara, ke Negeri orang, kata orang tuanya bahwa “Kalau kau ingin merantau, kau harus
banyak basango ilmu, supaya kembalinya kau selamat,” maka iapun
telah membekali dirinya dengan giat belajar dan bertanya tentang ilmu-ilmu
agama kepada orang tuanya, kepada kakeknya dan pamannya dan juga kepada orang
lain tentang ilmu akhlak, ilmu tauhid dan ilmu hakekat.
Habib Ahmad Suhuf Mendapatkan Pengajaran Ilmu Agama langsung dari : -Muhammad Djamiluddin / Siti Raudah ayah-ibunya, -Abu Bakar kakeknya –Ahmad Jaluddinn pamannya. Oleh karenanya Dia pandai baca Al-Qur’an dan baca tulis arab Malayu.
4. Tetuha Adat Dayak Pang Ayuh bin Bumbuyaninin bin Ulang, ia asal mula penguasa Pegunungan Meratus di Kalimaantan Selatan
Berkata Muhammad Bahrudin
bin Marsal ( Beliau keturunan Syarifah asal Amawang) bahwa "Habib Djamaluddin adalah orang yang paling berprngaruh, ia orang
yang paling alim dan ia orang yang paling berpengetahuan agama
diantara semua penghuni makam di Kampung Balai Ulin ini, Ia memperoleh
pengajaran langsung dari ayahnya, kakeknya dan pamannya. hal ini kalau bisa
disembunyikan."
Menurut folklor ceritera datu dan nenek kami bahwa berkata sebahagian orang Lumpangi masa itu bahwa “Tiada ada Orang yang memilki keilmuan yang paling dalam dan luas tentang Islam kecuali dimiliki oleh Muhammad Djamiluddin bin Abu Bakar Assegaf".Ia memperoleh pengajaran dan bimbingan (suluk, riiyadhah) ilmu Islam langsung dari ayahnya, kakeknya dan pamannya
Bumbuyanin
adalah nama Tetuha Adat Dayak yang mempunyai 3 anak, dua laki-laki dan satu
perempuan yakni Pang Ayuh, Bambang Basiwara dan Diang Gunung.
Menurut folklor ceritera datu dan nenek kami bahari bahwa “Dimasa kecilnya mereka bertiga pernah diutus atau dikirim orang tuanya ke Desa Lumpangi untuk menuntut Ilmu Islam kepada Habib Muhammad Djamiluddin bin Abu Bakar Assegaf, hingga masa mereka menuntut ilmu Islam bertahun-tahun, oleh karenanya mereka sangat mengenal Islam dengan baik dan mereka bisa baca Al Qur’an dan pandai baca tulis Arab Malayu”.. Dan juga Dimasa pendidikan (menuntut ilmu Islam) inilah Habib Abu Bakar ast-Tsani bin Ahmad Suhuf mulai mengenal dan menyukai Umi Salamah (Diang Gunung) sepupunya sendiri.
Adapun anak Bumbuyanin yang pertama bernama Ayuh atau Datu Ayuh atau Dayuhan
atau Pang Ayuh, digambarkan orang
bahwa dia seorang lelaki yang berfisik kuat, gemar berkelahi atau berperang
tetapi kurang cerdas, mudah/gampang marah, sulit menerima hal-hal yang positif,
tetapi ia berhati baik dan dari dia menurunkan suku dayak Gunung
Meratus yang ada
sekarang ini.
Sedangkan anak yang ke-2. Bambang Swara atau Bambang Basiwara. digambarkan
orang bahwa dia berfisik agak lemah tetapi sangat homoris, punya otak berlian
dan cerdas dan menerima hal-hal yang positif. Ketiga anak sudah mengenal Islam
dengan baik tetapi Datu Ayuh belum berani berislam. Sebab takut kehilangan
kesaktian-kesaktin yang dia miliki turun-temurun.
Dan yang ke-3 adalah perempuan bernama Umi Salamah (Diang Gunung), dia
seorang puteri yang sangat cantik yang dinikahi oleh Habib Abu Bakar ast-Tsani
bin Ahmad Suhuf bin Muhammad Djamaluddin bin Habib Abu Bakar Assegaf pada
pertengahan abad ke-18 Masihi. Melalui perkawinan ini Bambang Basiwara sebagai
wali dari adik perempuannya. Bambang Basiwara ini ia menjadi seorang muslim dan dia menurunkan
suku Banjar.
Versi lain ada yang punya berpendapat bahwa ceritera
ketiga anak ini dikenal oleh sebagian masyarakat Dayak Maratus yang pertama
bernama Ayuh atau Datu Ayuh atau Pang Ayuh, dia seorang lelaki yang berfisik
kuat, gemar berkelahi atau berperang tetapi kurang cerdas, sulit menerima
hal-hal yang positif, sosok ini di sebut
Dayuhan. Yang ke-2. Bambang Swara atau Bambang Basiwara. dia berfisik
agak lemah tetapi punya otak berlian dan cerdas dan menerima hal-hal yang
positif dan sangat homoris, sosok ini dikenal dengan nama "Paluy"
sedangkan yang ke-3 adalah perempuan bernama Diang Gunung, dia seorang puteri
yang sangat cantik rupawan, sosok ini disebut "Intingan".
5. Habib Ahmad Suhuf bin Muhammad Djamiluddin
bin Abu Bakar bin Hasan bin Hasyim bin Muhammad Assegaf Menikah dengan Siti Aminah
Menurut sumber data bahwa Habib Ahmad Suhuf yang panggilan sehari-harinya Habib Ahmad telah menikah
masa remaja - hingga dewasa, untuk medapatkan anak keturunan ia dikawinkan pula
dengan Diang Galuh Aminah adalah bu mendapatyut Muhammad Langara
Menurut Folklor ceritra Datu-datu dan nenek kami menyebutkan bahwa di usia 24 tahun Sayyid Ahmad Suhuf sudah menikah dan bekeluarga dan juga bertahun-tahun masa perkawinannya pasangan suami –isteri ini belum juga punya keturunan. Karena tidak punya anak, kemudian ia menikah lagi di usianya 40 tahunan dengan sepupunya Galuh Siti Aminah cucu Hamzah, asal desa Muara Lumpangi, Senin, 10 Muharam 1190H atau 1776M. Kemudian hasil perkawinan tersebut lahirlah seorang anak laki-aki yang diberi nama Sayyid Abu Bakar. kemudian untuk membedakan nama anak ini dengan nama Kakeknya maka diujung namanya ditambah kalimat 'as-Tsani artinya yang ''kedua' maka namanya menjadi Sayyid Abu Bakar. as-Tsani
6. Tradisi Unik Suku Dayak
Pegunungan Meratus yang Membudaya dimasa Habib Abu Bakar bin Hasan bin Hasyim bin Muhammad bin Umar
as-Shaafy bin Abdurrahman Assegaf
Dilansir dari berbagai
sumber atau data, bahwa suku Dayak memiliki berbagai unik, tetapi tradisi tersebut
ditinggalkan oleh Dayak Pegunungan Maratus dan tradisi itu dibatalkan dimasa
keberadaan Habib Lumpangi yaitu Muhammad Djamiluddin bin Abu Bakar bin Hasan
bin Hasyim Assegaf dan anak cucunya kecuaali tradisi Tarian Gantar (batandik),
Beberapa tradisi yang ditinggalkan di antaranya meliputi :
1. a. Tradisi
memuliakan Tamu Nginap
Salah satu tradisi/adat
Dayak ketika itu, bagi Tamu Nginap untuk kaum laki-laki lajang
diperbolehkan tidur satu kamar/ tidur satu kelambu dengan wanita lajang puteri
dari Tetuha Adat. Bila tidak punya anak gadis maka isterinya yang menemani tidur
tamunya. (kalau tamunya sudah beristeri maka ia tidur satu kamar dengan isteri
sahabatnya) sebagai bentuk penghormatan terhadap tamu atau sahabat, tak
terkecuali dengan Habib, beliau tidur ditemani oleh Aluh Milah sepanjang malam,
tetapi pagar ayu puteri Milah tetap terjaga dengan baik. Habib tidak mau
mengganggu dan apalagi mempermainkan puteri Milah.
2. b. Tradisi Kuping
Panjang
Telingaan Aruu adalah
tradisi adat Suku Dayak dengan cara memanjangan telinga. Untuk memanjangkan
daun telinga, mereka menggunakan anting-anting berbentuk gelang yang terbuat
dari tembaga. Anting-anting berukuran besar tersebut dalam bahasa kenyah
disebut belaong.
Di Kalimantan Timur,
perempuan Dayak memiliki tradisi unik memanjangkan telinga mereka. Keyakinan di
balik tradisi ini adalah bahwa telinga yang panjang membuat perempuan terlihat
semakin cantik. Selain untuk aspek kecantikan, memanjangkan telinga juga
memiliki nilai simbolis dalam menunjukkan status kebangsawanan dan melatih
kesabaran.
Proses memanjangkan telinga
melibatkan penggunaan logam sebagai pemberat yang ditempatkan di bawah telinga
atau digunakan untuk anting-anting. Perempuan Dayak diperbolehkan memanjangkan
telinga hingga dada, sementara laki-laki bisa memanjangkan telinga hingga bawah
dagu.
3. c. Tradisi Tato
Tato atau rajah adalah
simbol kekuatan, hubungan dengan Tuhan, dan perjalanan kehidupan bagi suku
Dayak. Tradisi tato ini masih dilakukan baik oleh laki-laki maupun perempuan
Dayak.
Proses pembuatan tato
terkenal karena masih menggunakan peralatan sederhana, di mana orang yang akan
ditato akan menggigit kain sebagai pereda sakit, dan tubuhnya akan dipahat
menggunakan alat tradisional.
Setiap gambar tato memiliki
makna khusus, misalnya tato bunga terong menandakan kedewasaan bagi laki-laki,
sementara perempuan mendapatkan tato Tedak Kassa di kaki untuk menandakan
kedewasaan mereka.
Dalam konteks sejarah,
dikatakan bahwa suku Dayak Iban menggunakan tato ini selama peperangan untuk
membedakan antara teman dan musuh.
4. d. Tradisi Tiwah
Kwangkey atau Kuangkay ialah upacara kematian yang dilakukan Suku Dayak Benuaq yang tinggal di pedalaman Kalimantan Timur. Tradisi ini berasal dari kata ke dan angkey, artinya adalah melakukan atau melaksanakan dan membung bangkai hidup.
Menurut istilah bahasa
daerah setempat, Kwangkey mempunyai makna buang bangkai. Maknaya yang ingin
disampaikan adalah melepaskan diri dari kedukaan dan mengakhiri masa berkabung
Tiwah adalah upacara
pemakaman masyarakat Dayak Ngaju yang melibatkan pembakaran tulang belulang
kerabat yang telah meninggal.
Tradisi ini dilakukan
sesuai dengan kepercayaan Kaharingan dan dipercaya membantu arwah orang yang
meninggal untuk menuju dunia akhirat atau disebut juga dengan nama Lewu Tatau. Selama
pelaksanaan Tiwah, keluarga yang ditinggalkan akan menari dan bernyanyi sambil
mengelilingi jenazah.
Proses pembakaran tulang
belulang jenazah dilakukan secara simbolis, sehingga tidak semua tulang jenazah
ikut dibakar dalam upacara Tiwah.
Tradisi suku Dayak ke-4
ialah Tiwah yang upacara pemakaman yang dilakukan oleh masyarakat Dayak Ngaju.
Dalam upacara ini, mereka akan membakar
tulang belulang dari kerabat yang telah meninggal dunia. Menurut kepercayaan
Kaharingan, tradisi Dayah Tiwah, dipercaya mampu mengantarkan arwah dari orang
yang telah meninggal agar mudah menuju dunia akhirat atau disebut pula dengan
nama Lewu Tatau. Ketika melaksanakan tradisi Tiwah, biasanya keluarga yang
ditinggalkan akan menari dan bernyanyi sambil mengelilingi jenazah. Proses
pembakaran tulang belulang jenazah hanya dilakukan secara simbolis sehingga
tidak semua tulang jenazah akan ikut dibakar dalam upacara Tiwah.
Tradisi Penguburan
Dalam sejarahnya terdapat tiga budaya penguburan di
Kalimantan:
•penguburan tanpa wadah dan tanpa bekal, dengan posisi
kerangka dilipat
•penguburan di dalam peti batu (dolmen)
•penguburan dengan wadah kayu, anyaman bambu, atau
anyaman tikar. Ini merupakan sistem penguburan yang terakhir berkembang.
Masyarakat Dayak Ngaju mengenal tiga cara penguburan,
yakni:
•dikubur dalam tanah
•diletakkan di pohon besar
•dikremasi dalam upacara tiwah
Prosesi penguburan sekunder
a. Tiwah adalah prosesi penguburan sekunder pada
penganut Kaharingan, sebagai simbol pelepasan arwah menuju lewu tatau (alam
kelanggengan) yang dilaksanakan setahun atau beberapa tahun setelah penguburan
pertama di dalam tanah.
b. Ijambe adalah prosesi penguburan sekunder pada Dayak
Maanyan. Belulang dibakar menjadi abu dan ditempatkan dalam satu wadah.
c. Marabia
d. Mambatur (Dayak Maanyan)
1. e. Tradisi Ngayau
Tradisi berburu kepala ini,
yang pernah ada tetapi sekarang sudah dihentikan, melibatkan pemburuan kepala
musuh oleh beberapa rumpun Dayak, seperti Ngaju, Iban, dan Kenyah.
Tradisi ini penuh dendam
turun-temurun sebab anak akan memburu keluarga pembunuh ayah mereka dan membawa
kepala musuh ke rumah. Ngayau juga menjadi syarat agar pemuda Dayak bisa
menikahi gadis yang mereka pilih.
Pemuda Dayak diwajibkan
untuk berpartisipasi dalam tradisi berburu kepala sebagai cara untuk
membuktikan kemampuannya dalam memuliakan keluarganya dan meraih gelar Bujang
Berani.
Larangan terhadap tradisi
ini dihasilkan dari musyawarah Tumbang Anoi pada tahun 1874, yang bertujuan
menghindari perselisihan di antara suku Dayak.
Ke-5 tradisi tersebut sudah
ditinggalkan oleh Dayak Maratus dan dibatalkan dimasa keberadaan Habib Abu
Bakar bin Hasan bin Hasyim Assegaf dan anak cucunya kecuaali tradisi Tarian
Gantar
f. Manajah antang
Tradisi dari suku Dayak selanjutnya ialah manajah
antang, tradisi ini merupakan suatu ritual untuk mencari dan memastikan di mana
musuh/seteru/lawan berada ketika berperang. Menurut cerita masyarakat Dayak,
ritual manajah antang merupakan ritual pemanggilan roh para leluhur dengan
burung Antang, di mana burung tersebut dipercaya dan diyakini mampu
memberitahukan lokasi musuh/lawan. Selain dipakai ketika berperang, tradisi
manajah antang pun dipakai untuk mencari petunjuk-petunjuk lainnya.
g. Mantat Tu’Mate
Seperti halnya Tiwah, tradisi mantat tu’mate merupakan
tradisi untuk mengantarkan orang yang baru saja meninggal dunia. Namun mantat
tu’mate berbeda dengan Tiwah. Sebab, mantat tu’mate dilakukan selama tujuh hari
dengan konten acara iring-iringan musik serta tari tradisional. Setelah upacara
selama tujuh hari selesai, barulah jenazah kemudian akan dimakamkan
Ket. Referinsi No. 6-7 Artikel Tradisi Suku Dayak &
Asal-Usul Suku Dayak
https://www.gramedia.com/best-seller/tradisi-suku-dayak/
h. Tari Gantar
Tari Gantar adalah salah
satu tarian khas Suku Dyak. Tarian ini adalah tari pergaulan muda-mudi Suku
Dayak Benuaq dan Dayak Tunjung di Kabupaten Kutai Barat.
Tarian Gantar mengekspresika
kegembiraan serta keramahan dalam menyambut tamu, baik wisatawan atau tamu
kehormatan. Tari ini juga berfungis untuk menyambut pahlawan dari medan perang.
Ada tiga jenis tarian Gantar, yakni Gantar Rayat, Gantar Busai, dan Gantar
Senak dan Kusa
7. Habib Ahmad Suhuf bin Muhammad Djamiluddin bin Abu Bakar bin Hasan bin Hasyim bin Muhammad bin Umar as-Shaafy bin Abdurrahman Assegaf Wafat
Menurut Folklor ceritra Datu-datu dan nenek
kami menyebutkan bahwa
Habib Ahmad Suhuf bin
Muhammad Djamiluddin Assegaf atau dipanggil sehari-harinya "Ahmad" Ia
wafat Ahad,13 Jumadil Awal 1211H/ 1796M di usia 60 tahun dan dimakamkan berdampingan
dengan isterinya Diang Galuh Siti Aminah di kampung Balai Ulin Desa Lumpangi Loksado. Titik
Koordinat, makam 2,80926, 115,41769, 144,7m,
134 derajat
Tidaklah banyak yang Penulis ketahui tentang kehidupan Beliau,
sejak Beliau lahir, masa kanak-kanak, masa remajanya, masa tuanya sampai
wafatnya. Penulis hanya berharap dan mendo’akan semoga Allah Swt mema’afkan dan
mengampuni kesalahannya, kesalahan – kesalahan orang tuanya, kesalahan
datuk-neneknya, dan kesalahan – kesalahan orang-orang yang pernah dekat
dengannya dan kesalahan – kesalahan dzuriat-dzuratnya hingga akhir zaman,
begitu juga semoga Allah Swt mengampuni dosa-dosa kita dan dosa-dosa
orang-orang muslimin dan muslimat semuanya. Aamiin Aamiin yaa rabbal aalamiin
Bacaan :
- Artikel “Historis & Nasab Dzuriat Datu Habib Lumpangi Kec. Loksado” oleh H.Hasan Basri bin H.Muhammad Barsih bin Ahmad Baderi Assegaf, https://draft.blogger.com/blog/post/edit/1776103061266680536/399424488025472071
- Artikell “Islamnya Orang-orang Hulu Banyu Kec. Loksado di akhir abad ke-18 Masihi” oleh H.asaan Bari, S.Ag bin Muhammad Barsih Assegaf https://draft.blogger.com/blog/post/edit/1776103061266680536/7986183751908153577
33. Habib Abu Bakar ast-Tsani bin Ahmad Suhuf bin Muhammad Djamiluddin bin Abu Bakar bin Hasan bin Hasyim bin Muhammad Assegaf
Menurut Folklor ceritra
Datu-datu dan nenek kami menyebutkan bahwa Ia adalah seorang yang shaleh, dan ia seorang yang
ta’at yang memelihara iman dan islam, ia amat kenal dengan Tuhannya, ia seorang
yang bertanggungjawab kepada keluarganya dan ia selalu berusaha menjalankan
syari’at yang diperintahkan Tuhannya secara ketat selama hidupnya, seperti
shalat, puasa, zakat dan amaliah-amaliah bathin lainya
a. Silsilah Nasab Sayyid Abu Bakar ast-Tsani bin Ahmad Suhuf bin Muhammad Djamiluddin bin Abu Bakar Assegaf bersambung ke Rasulullah Saw
الْحَبِيْب اَبُوْ بَكْرٍ الثَّاني بِنْ اَحْمَدْ صُحُف بِنْ مًحَمَّدْ جَميْلً الدِّيْن بِنْ اَبًوْ بَكْرٍ
بِنْ حَسَنٍ بِنْ هَاشِمٍ بِنْ مًحَمَّد بِنْ عًمَرَ الصُّوْفِيِّ [عُمَرُ الصَّافِيّ]
بِنْ عَبْدُ الرَّحْمن بِنْ مُحَمَّد بِنْ عَلِيٍّ بِنْ اَلْاِمَامً عَبْدُ الرَّحْمن
اى وَلِيُّ الله الْفَقِّيْه الْمًقّدَّم الثانيّ السَّقَّافُ بِنْ سَيِّدِنَا مًحَمَّد
مَوْلَى اَلدَّوِيْلَةِ بِنْ سَيِّدِنَا عَلِيٌّ صَاحِبُ الدَّرْكِ بِنْ سَيِّدِنَا
عَلْوِىْ الْغُيُوْرْ بِنْ سَيِّدِنَا الْفَقِّيْه الْمًقّدَّم مًحَمَّد بِنْ سَيِّدِنَا
علي الوالد االفقيه بن سَيِّدِنَا الامام مًحَمّدْ صاحب مرباط بن سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ
علي خالع قسم بن سيدنا عَلْوِيْ با عَلَوِيٌّ
بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ مًحَمّدْ الصَّاحِبُ الصُّمْعَةُ بِنْ سَيِّدُنَا
اَلْاِمَامُ عَلْوِيُ الْمُبْتَكِرُعَلَوِيّيْن بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ عَبْدُاللهِ
[عُبَيْدُالله الصَّاحِبُ الْعَرْضِيُّ] بنْ سَيِّدُنَا الْاِمَامُ أَحْمَدُ الْاَبَحُ
الْمُهَاجِرُ بِنْ سَيِّدُنَا الْاِمَامُ عِيْسَى الرُّوْمِيُّ بِنْ سَيِّدُنَا الْاِمَامُ
مًحَمّدٌ النَّاقِبُ بنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ عَلِيُّ الْعُرَيْضِيُّ بِنْ سَيِّدُنَا
اَلْاِمَامُ جعفر الصادق بن سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ مًحَمّدْ الباقر بِنْ سَيِّدُنَا
اَلْاِمَامُ عَلِيُّ زَينُ الـعـابدين بن سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ الْحُسَيْنُ بنْ السَّيِّدِةُ
فَاطِمَةُ الزَّهْرَاءُ بِنْتُ مًحَمّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِنْ عَبْدُ
الله
b. Sayyid Abu Bakar ast-Tsani bin Ahmad Suhuf bin Muhammad
Djamiluddin bin Abu Bakar Assegaf Lahir
Menurut Folklor ceritra
Datu-datu dan nenek kami menyebutkan bahwa Habib Abu Bakar ast-Tsani adalah anak pertama dari pasangan suami
isteri Habib bin Ahmad Suhuf Assegaf dengan Diang Galuh Aminah, asal desa Muara Lumpangi, pasangan suami isteri ini menikah Senin,
10 Muharam 1190H atau 1776M. Abu Bakar ast-Tsani lahir hari Rabu, 15 Dzulhijjah 1191H/ 1778 Masihi di Lumpangi. Dan Abu Bakar ast-Tsani adalah keturunan ke-3 atau cucu tersayang Habib Muhammad
Djamiluddin bin Abu Bakar (Habib
Lumpangi) Ia adalah buyut dari Habib Abu Bakar Bin Hasan bin Hasyim bin
Muhammad bin Umar ash-Shaafy Assegaf.
Sedangkan nama Abu Bakar adalah nama pemberian dari kedua orang tuanya. Dan ia menjadi nama panggilannya sehari-hari, as-Tsani artinya yang kedua, yang disisipkan dibelakang namanya. Hal ini diberikan adalah sebagai nama pembeda dengan Datuknya Sayyid Abu Bakar. Oleh karenanya ia juga berwajah-serupa dan postur tubuhnya dan prilakunya persis sama dengan Datuknya Sayyid Abu Bakar Assegaf. Maka orang-orang sekelilingnya dan sahabatnya menyebutnyai "Abu Bakar as-Tsani" yakni " Abu Bakar yang kedua".
c. Sayyid Abu Bakar ast-Tsani bin Ahmad Suhuf bin Muhammad
Djamiluddin bin Abu Bakar Assegaf Menerima (Menimba) Ilmu Agama
Sayyid Abu Bakar ast-Tsani adalah
seorang anak cerdas dan shalih yang
membanggakan orang tuanya, ia memperoleh pengajaran ttg Islam langsung dari
ayah dan kakeknya.
Menurut Folklor ceritra
Datu-datu dan nenek kami menyebutkan bahwa Sayyid Abu Bakar ast-Tsani Assegaf
mendapatkan pengajaran Agama langsung dari : - Diang Galuh Aminah ibunya, - Ahmad Suhuf ayahnya, - Muhammad
Djamiluddin dan Ahmad Jalaluddin kakeknya.
Dan guru-guru agama disekitarnya. Sejak kecil iapun telah membekali dirinya
dengan giat belajar ilmu-ilmu agama kepada orang yang lebih tua dari nya, juga
kepada orang lain tentang ilmu fiqih, ilmu akhlak, ilmu tauhid dan ilmu
hakekat. Oleh karenanya ia pandai baca Al-Qur’an dan baca tulis arab Malayu.
Menurut Folklor ceritra
Datu-datu dan nenek kami menyebutkan bahwa Ia adalah seorang yang shaleh, dan ia seorang yang
ta’at yang memelihara iman dan islam, ia amat kenal dengan Tuhannya, ia seorang
yang bertanggungjawab kepada keluarganya dan ia selalu berusaha menjalankan
syari’at yang diperintahkan Tuhannya secara ketat selama hidupnya, seperti
shalat, puasa, zakat dan amaliah-amaliah bathin lainya
Dimasa Pemerinahan Sultan Adam Al-Watsiq Billah bin Sultan Sulaiman Saidullah II adalah Sultan Banjar yang memerintah (abad ke-19 Masehi) selang tahun 1825-1 November 1857. Sultan Adam dilahirkan di desa Karang Anyar, Karang Intan, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, Indonesia. “Ada salah seorang dari keluarga Assegaf bernama Alwi (w.1842M) bin Abdillah bin Saleh bin Abubakar (dzuriat isteri Beliau pertama dari Seiyun) dilaporkan melalui perjalanan panjang dari Hadramaut-Turki-Palembang-Gresik sebelum menyinggahi Banjarmasin dan sempat bermukim di Kampung Sungai Mesa. Alwi kemudian menetap di Martapura (Kampung Melayu) dan mendapat hadiah tanah dari Sultan Adam di daerah Karang Putih. Kelak ia dan anak cucunya bermakam di tanah pemberian sultan tersebut (makam Karang Putih Jl Menteri Empat Martapura) ”
d. Perkawinan Sayyid Abu Bakar ast-Tsani bin Ahmad Suhuf bin Muhammad
Djamiluddin bin Abu Bakar Assegaf dengan Umi Salamah (asal Dayak an. Diang
Gunung) binti Bumbuyanin bin Olang.
Habib Alwi bin Abdillah w.1842M dan Habib Abubakar as-Tsani w.1902M bin Ahmad Suhuf keduanya adalah buyut dari Habib Abu Bakar bin Hasan Assegaf (Datu Habib Lumpangi w.1759M). Berarti kedua habib ini bersaudara sepupu Habib Alwi bin Abdillah bin Shalih dan Habib Abubakar as-Tsani bin Ahmad Suhuf.
Menurut ceritera Habib Muhammad
Jamberi dan yang dikuatkan ceritera Habib Muhammad Burhanuddin bin Ahmad Baderi
Assegaf yang saya temui dan saya wawancarai di kediamannya Desa Tabihi tentang
asal sebahagian orang-orang Hulu Banyu menerima hidayah Islam. Dan beliau berceritera
ceritera dari sepupunya Habib Muhammad Djamberi bin Ahmad Darani Assegaf bahwa
Habib Abu Bakar as-Tsani adalah buyut Habib Abu Bakar bin Hasan Assegaf kawin
dengan Umi Salamah (nama asal dayak : Diang Gunung) binti Bumbuyanin bin Ulang
dari Hulu Banyu kampung Pantai Dusin yang telah menerima Islam (puteri ini
adalah sepupu Habib sendiri). Hasil perkawinan ini menurunkan nasab, tiga anak
laki-laki an. :
- Ibrahim, nama kehormatannya Abu Tha'am
- Abdullathif, nama kehormatannya Abu 'Aly
- Aly (Abdullah), nama kehormatannya Abu Tayau
e. Sayyid Abu Bakar ast-Tsani bin Ahmad Suhuf bin Muhammad
Djamiluddin bin Abu Bakar bin Hasan bin Hasyim Assegaf Wafat
Sumber lain ada yang menyebutkan bahwa Habib Abu Bakar ast-Tsani dengan
usianya lanjut, tua renta lebih dari 1 abad, tetapi ada yang menyebutkan bahwa
Beliau wafat yakni Jum'at, 14 Januari 1875M atau bertepatan 17 Dzulhijjah
1292H.
Menurut Folklor ceritra
Datu-datu dan nenek kami menyebutkan bahwa Sayyid Abu Bakar ast-Tsani diberikan Allah
Swt umur panjang hingga ia tua renta dan ia sudah punya buyut an.Habib Tanqir Ghawa bahkan ada menyebutkan bahwa Beliau sudah
punya pipit (intah) an.Habib Ahmad Karji saat tua rentanya,
Beliau menutup matanya meninggalkan anak cucu, buyut, intahnya hari Kamis, tanggal 27 Maret tahun 1902M/1319H dengan usia Beliau
124 tahun Masihi ketika wafat. Beliau dimakamkan kampung Balai Ulin Lumpangi
Loksado. Haulan Beliau tersebut dilaksaaanakan oleh Ahlul Bait setiap tanggal
17 Dulhijjah.
a.Tragedy runtuhnya Balai Adat Hulu Banyu pecehan Balai Ulin
Selanjutnya di ceriterakan orang
bahwa pada zaman dahulu, setelah
pecah dan bubarnya Balai Adat di Balai
Ulin Lumpangi, kemudian berdiri Balai
Adat yang kedua di kampung Pantai Dusin Hulu Banyu, balai Adat tersebut
dibangun di tepi sungai,
berdekatan dengan kampung Datar Laga dan
kampung Datar Mangkung. Tetuha Adat
pertama bernama Bumbuyanin,
dia adalah anak sulung Tetuha Adat
Ulang.
Pada masa cucu dan buyutnya Bumbuyanin, yang bernama
Dusin (Pang Dusin) sebagai
kepala balai, Balai Adat ini mengalami tragedy mencekam terjadi banjir
besar. Ketika itu Balai beserta
penghuninya hanyut (larut) di bawa
air bah (ba'ah) besar, mungkin
6-7 kepala keluarga penghuninya yang hanyut, mereka tidak dapat
menyelamat diri.
Sebagian orang ada yang berkata bahwa Tragedy Balai Adat
Hulu Banyu pecehan Balai Ulin Lumpangi Loksado terjadinya 7 Rajab 1247H/1831
Masihi. Dengan adanya sebab akibat dan
bergesirnya waktu tempu dulu maka penghuni
Balai Adat Bumbuyanin pecah terbagi dua kelompok. ada penghuninya yang bertahan
dan memindah Balai Adat tidak jauh lokasi Pantai Dusin yakni (Balai Adat Tanginau)
dan kelompok kedua memindah jauh dari lokasi awal, sekarang Balai Adat tersebut
beralamat di desa Kemawakan Kec. Loksado.
b. Letak Geografis Balai Adat Bumbuyanin
Menurut ceritera Habib Basrani Noor bin H.Muhammad
Barsih Assegaf (Usia 57 tahun) yang saya wawancarai bahwa Balai Adat Pertama
sesudah Balai Ulin Lumpangi di Hulu
Banyu Loksado adalah Balai Adat Bumbuyanin yang terletak di Pantai Dusin.
Pantai ini terletak dihulu kampung Uling setelah kampung Majulung, ia berseberangan dan
dekat kampung Tar Laga dan kampung Tar
Mangkung. Di kampung Pantai Dusin inilah Bumbuyanin sebagai Tetuha Adat
membangun Balai Adat yang terletak ditepi udik tiga muara sungai Amandit.
Menurut Ahmad atau Amat yang saya wawancarai, ia asal
dayak Bayumbung yang sudah muslim bahwa "Letak Balai Adat Pantai Dusin
itu, kalau kita berada dari kampung Lambuk menuju hulu sungai ke Tar Mangkung
terus ke kampung Tar Laga terus ke kampung Uling terus kehulu lagi hingga
Pantai Dusin, dan dihulu Pantai Dusin itu sekarang Balai Adat Tanginau".
c. Kisah sebelum terjadinya Banjir besar.
Konon di ceriterakan bahwa ada seorang istri Tetuha Balai muda kampong Pantai
Dusin dan menentunya sedang hamil muda (ngidam) secara bersamaan.keduanya sering
muntah-muntah dan pusing-pusing kepala dan tidak mau/tidak ada nafsu makan bahkan berhari-hari,
membuat suaminya khawatir dan pusing kepala. Kedua istri yang ngidam ini pingin sekali memakan
iwak hidup yang (dipalan) dimasak dalam seruas batang buluh.
Akhirnya untuk memenuhi hasrat isteri dan menentunya yang
hamil muda, maka suami an.Dusin (Pang Dusin) dan anak lelakinya an.Uling (Pang Uling).
Dipagi hari yang cerah mereka pergi ke sungai dengan membawa sebuah jala (lunta)
mencari iwak hidup. Kepergian keduanya diikuti oleh seekor anjing setianya
bernama si “Balang”
Konon bahwa Penghuni Balai Adat ini memakan anak orang (dalam bentuk seekor
iwak sili-sili sebesar buah Bunglay berkepala seperti anak Naga atau
ikan berkepala yang aneh). Yang mereka
peroleh dengan menjala (melonta) di sungai.
Di ceriterakan bahwa Penjala tidak memperoleh ikan
“Tidak seperti biasanya, setelah berkali-kali ia melepas jaring jalanya ke
sungai dan menariknya pelan-pelan, tetapi ia tidak merasakan dan menemukan
adanya ikan yang tersangkut dijaring jalanya, kecuali seekor ikan sili-sili
sebesar buah bunglay yang berbentuk aneh (berkepala seperti anak Naga). Ikan
itu dilepas kembali ke sungai, mereka semakin jauh berjalan menuju hilir sungai. Sehingga
menghabiskan waktu berjam-jam, menjala ikan,
tapi tak seekorpun jenis ikan yang dicari didapat, hingga perut mereka merasakan
lapar. Bahasa orang Banjar “Ujar anaknya, parut ulun sudah lapar banar,
amun kaya ini bahay, kita kada kulihan iwak saikung-ikung. baik kita bulikan haja ke rumah, bahay.
Ujar nang abah, hadangi dahulu nakay, aku masih panasaran, sakali laginah aku menimbai lonta. Lalu Lonta itu
ditimbai ketengah sungai dan ditarik pelan-pelan, ternyata ikan Aneh itu lagi yang terjaring. Ujar nang
abah jangan dibawa! nakkai iwak itu” tetapi ujar nang anak, "Napa bah kita
lauk makan hari ini, bini ulun kada mau makan saharian".
Kita bawa haja ke rumah, Ulun berkeyakinan bahay bahwa
jenis iwak nang kaya ini banyak terdapat di sungai ini sebab lain-lain warnanya
iwak nang kena di jaring kita walaupun iwak itu sama ganalnya, yang pertama
iwak nang kena jaring kita warna kehitam-hitaman, kemudian iwak itu kita lapas,
yang kedua iwak nang kena jaring kita warnanya hitam campur putih, yang ketiga yang kena jaring kita warnanya
hitam campur ungu, dan warna lainnya. Sedangkan terakir nang kena jaring kita warnanya
keemasan, ulun lihat lebih dari 5 warna nang kena jaring kita seperti lagenda warna
naga dalam warna pelangi, jadi rasanya kada mungkin bahay iwak jalmaan.
Kemudian.
iwak hidup itu dibawa pulang oleh ayahnya, sedangkan Uling singgah dipahumaan dan
sesampainya ke Balai, Dusin disambut istrinya riang gembira. Iwak hidup disiangi,
dipotong-potong dan (dipalan) dimasak dalam seruas batang buluh muda, tak lama
setelah itu tercium dengan bau aromanya yang lezat dan siap dimakan
bersama-sama hingga habis, dan lupa menyisakan untuk Uling anaknya.
Sejurus kemudian datanglah seorang laki-laki tua bungkuk
berpakaian serba putih dan bertongkat, dari arah hilir sungai, ia berjalan tergopuh-gopuh dengan
tongkatnya sedang mencari anaknya yang hilang, dan ia bertanya-tanya kepada
orang-orang yang ditemuinya tetapi jawaban orang selalu tidak kenal dan tidak
pernah melihatnya. Kemudian ia masuk ke teras balai dan bertanya kepada Penghuni Balai Adat Bumbuyanin kala itu yang
berlokasi di pantai dusin. Kakek tua itu menjelaskan kepada mereka bahwa “ia orang tarlaga (tar-laga
artinya rumah naga) dan ciri-ciri anaknya an.Mangkung "Berkepala Naga dan berbadan ikan
sili-sili sebesar buah Bunglay, akibat dari kena kutukannya.
Ia pernah berkata
kepada anaknya" Hai Mangkung anakku, kamu akan selamanya (berbentuk)
menjadi iwak sili-sili berkepala naga terkecuali jika kau besar nanti ditemukan
orang dan kau dimakan oleh dua perempuan sedang hamil muda (ngidam) baru kau
dapat beringkarnasi /menetis/menjelma hidup normal kembali lewat kedua Rahim
perempuan hingga kamu dilahirkan dari perempuan tersebut. Baru kutukan
terhadapmu akan berakhir.
Karena merasa malu dan bersalah dengan orang tua itu mereka
menyembunyiannya terhadap apa mereka perbuat, Kata Penghuni Balai “kami tiada
melihat anak sampian”, kata orang tua itu "Kau bohong, Kalian semua berdusta
"
Disini terjadi perdabatan sengit, yang akhirnya kata
orang tua itu "Iwak yang kalian makan itu adalah anakku, tetapi adakah
lagi sisanya atau tulang-tulangnya ? "Aku mohon aku pinta kembalikan
kepadaku" kata orang tua itu. Kata Penghuni Balai “semuanya kami makan, habis
tiada tertinggal sedikitpun”, padahal tulang-belulangnya masih ada.tetepi
sedang dimakan Kucing, kata orang tua itu, ‘Sebagai gantinya anakmu dan cucumu”
yang masih dalam kandungan itu akan aku bawa ke Negeriku, nanti keduanya setelah
besar akan aku jadikan Pengiran dan Ratu dinegeri kerajaanku " karena
Kalian masih berbohong" tetapi jika benar bahwa kalian tidak berbohong,
maka Tongkatku ini tidak akan bisa mengeluarkan air.
Pak Tua itupun turun dari Balai menuju halaman, ia memajamkan
matanya lalu bibirnya kumat-kamit membaca mantera dan mengangkat tongkatnya
tinggi-tinggi disambut sembaran kilat dan patir menggalagar, lalu orang tua itu
menghunjamkan tongkatnya ke tanah, maka keluarlah mata air yang melimpah disertai
angin dan hujan dengan derasnya selama 3 hari dan tiga malam tidak
henti-hentinya dan orang tua itu merubah bentuk menjadi seekor Naga sebesar
pohon Enau, dan panjang sepanjang pohon kelapa tua, lalu ia merobohkan bangunan
Balai dengan mengikat tiang-tiangnya dengan ekornnya dan menghilang dikedalaman
air. Kemudian terjadilah air ba’ah yang besar, sunami yang besar secara
tiba-tiba, hingga Balai Adat kampung
Pantai Dusin dan Penghuninya hanyut
ditelan air ba'ah yang dahsyat.
Selamat dan beruntunglah Uling dari musibah air ba’ah
yang besar, tapi ia bersedih kehilangan anak dan isteri dan juga keluarganya. Ketika
itu tanaman padi sudah setinggi dada (banih sudah rangkumkupak) ia pulang dari
melonta bersama Dusin ayahnya, hari menjelang senja Uling dan seekor anjing
setianya si “Balang”singgah menjenguk pahumaannya, dan ketika sesampainya disana, ia
menghidupkan parapian (balaman api) sambil membakar ubikayu untuk mengganjal
perutnya hingga ia tertidur pulas hingga pagi dipondok humanya. Di hari itu
turun hujan sangatlah deras selama 3 hari dan tiga malam tidak henti-hentinya
dan disertai angin kencang, ia lihat air sungai pun yang melimpah dan
membuatnya tidak bisa pulang ke Balai beberapa hari.
Selanjutnya menurut Baliau bahwa diperkirakan keberadaan
Balai Adat kampung Pantai Dusin yang di bangun oleh Bumbuyanin dan diturunkan
kepada anak tertuanya Datu Ayuh atau nama lainnya sang Dayuhan, tidak sampai
dari satu abad, Balai Adat dan penghuninya ini kena musibah banjir, semuanya
telah hanyut diterjang banjir besar, kecuali orang-orang yang selamat adalah
orang-orang yang masih tinggal ( badim dipahumaan).
d.Warna air ba'ah itu putih seperti susu
kehitam-hitaman
Sebagian ada yang berkata menurut Datu-Nenek kami bahari
bahwa "Warna air ba'ah itu putih seperti susu kehitam-hitaman dan sangat
kalat rasanya, seperti bercampur
belirang atau bau batu bara sehingga mata iwak-iwak atau ikan -ikan kabur, maka
banyak ikan-ikan yang naik ke tepi sungai untuk menyelamatkan diri dan akhirnya
mati terkapar, akibat matanya tidak dapat melihat lagi dalam air karena
pengaruh kalatnya air ba'ah itu. Hal ini sangat menggembirakan dan
menguntungkan masyarakat Lumpangi mereka panen ikan sa'at itu".
Dafar bacaan :
- Artikel “Historis & Nasab Dzuriat Datu Habib Lumpangi Kec. Loksado” Oleh H.Hasan Basri bin H.M.Barsih Assegaf https://draft.blogger.com/blog/post/edit/1776103061266680536/39942448802547207
- Artikell “Islamnya Orang-orang Hulu Banyu Kec. Loksado di akhir abad ke-18 Masihi” oleh H.asaan Bari, S.Ag bin Muhammad Barsih Assegaf https://draft.blogger.com/blog/post/edit/1776103061266680536/7986183751908153577
- Arikel “Adam dari Banjar” https://p2k.unkris.ac.id/id3/1-3065-2962/Sultan-Adam_40214_p2k-unkris.html
- Artikel Sejarah Ahlul Bait (Keturunan) Sayyidina Muhammad Saw di Indonesia oleh ”(Fakhrul 04-2012M)
- https://naib-h-hasan-al-baseri.blogspot.com/2022/05/historis-tragedy-balai-adat-hulu-banyu.html
34. Habib Abu Tha'am Ibrahim bin Abu Bakar ast-Tsani bin Ahmad Suhuf bin Muhammad Jamiluddin bin Abu Bakar bin Hasan Assegaf
Menurut Folklor ceritra Datu-datu dan nenek kami menyebutkan bahwa Ia adalah seorang yang shaleh, dan ia seorang yang ta’at yang memelihara iman dan islam, ia amat kenal dengan Tuhannya, ia seorang yang bertanggungjawab kepada keluarganya dan ia selalu berusaha menjalankan syari’at yang diperintahkan Tuhannya secara ketat selama hidupnya, seperti shalat, puasa, zakat dan amaliah-amaliah bathin lainya
a.Silsilah Nasab Sayyid Abu Tha'am Ibrahin bin Abu Bakar ast-Tsani bin Ahmad Suhuf Assegaf bersambung ke Rasulullah Saw
الْحَبِيْب اَبًوْ طَعَامٍ اِبْرَاهِيْمَ بِنْ اَبُوْ بَكْرٍ الثَّاني بِنْ اَحْمَدْ صُحُف بِنْ مًحَمَّدْ جَميْلً الدِّيْن بِنْ اَبًوْ بَكْرٍ بِنْ حَسَنٍ بِنْ هَاشِمٍ بِنْ مًحَمَّد بِنْ عًمَرَ الصُّوْفِيِّ [عُمَرُ الصَّافِيّ] بِنْ عَبْدُ الرَّحْمن بِنْ مُحَمَّد بِنْ عَلِيٍّ بِنْ اَلْاِمَامً عَبْدُ الرَّحْمن اى وَلِيُّ الله الْفَقِّيْه الْمًقّدَّم الثانيّ السَّقَّافُ بِنْ سَيِّدِنَا مًحَمَّد مَوْلَى اَلدَّوِيْلَةِ بِنْ سَيِّدِنَا عَلِيٌّ صَاحِبُ الدَّرْكِ بِنْ سَيِّدِنَا عَلْوِىْ الْغُيُوْرْ بِنْ سَيِّدِنَا الْفَقِّيْه الْمًقّدَّم مًحَمَّد بِنْ سَيِّدِنَا علي الوالد االفقيه بن سَيِّدِنَا الامام مًحَمّدْ صاحب مرباط بن سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ علي خالع قسم بن سيدنا عَلْوِيْ با عَلَوِيٌّ بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ مًحَمّدْ الصَّاحِبُ الصُّمْعَةُ بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ عَلْوِيُ الْمُبْتَكِرُعَلَوِيّيْن بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ عَبْدُاللهِ [عُبَيْدُالله الصَّاحِبُ الْعَرْضِيُّ] بنْ سَيِّدُنَا الْاِمَامُ أَحْمَدُ الْاَبَحُ الْمُهَاجِرُ بِنْ سَيِّدُنَا الْاِمَامُ عِيْسَى الرُّوْمِيُّ بِنْ سَيِّدُنَا الْاِمَامُ مًحَمّدٌ النَّاقِبُ بنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ عَلِيُّ الْعُرَيْضِيُّ بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ جعفر الصادق بن سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ مًحَمّدْ الباقر بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ عَلِيُّ زَينُ الـعـابدين بن سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ الْحُسَيْنُ بنْ السَّيِّدِةُ فَاطِمَةُ الزَّهْرَاءُ بِنْتُ مًحَمّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِنْ عَبْدُ الله
b.ISayyid Abu Tha'am Ibrahin bin Abu Bakar ast-Tsani bin Ahmad Suhuf Assegaf Lahir
Menurut Folklor ceritra
Datu-datu dan nenek kami menyebutkan bahwa Habib Abu Tha’am Ibrahim adalah anak pertama dari pasangan suami
isteri Habib Abu Bakar ast-Tsani bin Ahmad Suhuf Assegaf dengan Umi Salamah (Namanya
Diang Gunung seorang perempuan Dayak Pegunungan Maratus asal Pantai Dusin Hulu
Banyu Loksado), Ibrahim lahir
di Desa Lumpangi hari
Senin tanggal 9 Rajab tahun 1213 Hijeriah/ 17 Desember tahun 1798 Masihi. Ia adalah buyut dari
Habib Abu Bakar Bin Hasan Assegaf.
Ia adalah salah seorang dzuriat yang ke-12 dari al Faqih al
Muqaddam al Tsani. yakni Habib Abu
Tha'am Ibrahim bin Abu Bakar as-Tsani bin Ahmad Suhuf bin Muhammad Djamiluddin
bin Abu Bakar bin Hasan bin Hasyim bin Muhammad bin Umar as-Shufy bin
Abdurrahman bin Muhammad bin ‘Aly bin Sayyid Abdurrahman Assegaf bergelar al
Faqih al Muqaddam al Tsani. ia termasuk dzuriat Nabi Saw yang hidup
di abad ke-19 Masihi.
c.Sayyid Abu Tha'am Ibrahin bin Abu Bakar ast-Tsani bin Ahmad Suhuf
Assegaf Menerima (Menimba) Ilmu Agama
Menurut Folklor ceritra
Datu-datu dan nenek kami menyebutkan bahwa Sayyid Abu Tha'am Ibrahin Assegaf mendapatkan pengajaran Agama
langsung dari : -Umi Salamah ibunya, - Abu Bakar ast-Tsani ayahnya, -
Ahmad Suhuf kakeknya. Dan guru-guru agama disekitarnya. Sejak kecil
iapun telah membekali dirinya dengan giat belajar ilmu-ilmu agama kepada orang yang
lebih tua dari nya, kepada pamannya dan juga kepada orang lain tentang ilmu fiqih,
ilmu akhlak, ilmu tauhid dan ilmu hakekat. Oleh karenanya ia pandai baca
Al-Qur’an dan baca tulis arab Malayu.
Habib Abu Tha’am Ibrahim tumbuh dan besar di desa Lumpangi. Ia adalah seorang anak cerdas dan shalih yang membanggakan orang tuanya, ia memperoleh pengajaran ttg Islam langsung dari ayah dan kakeknya.
d.Kuniyah Sayyid Abu Tha'am Ibrahin bin Abu Bakar ast-Tsani bin
Ahmad Suhuf Assegaf
Namanya adalah “Ibrahim” nama lengkapnya adalah Abu Tha'am Ibrahim
bin Abu Bakar ast-Tsani bin Ahmad Suhuf bin Muhammad Djamiluddin bin Abu Bakar
bin Hasan Assegaf. “Abu Tha'am" adalah Kuniyah atau Gelar nama kehormatan
yang disimatkan pada awal namanya ia adalah orang yang senang sekali makan
makanan. Cumilan hingga setiap ia pergi berteman atau pergi kemana saja, ia
selalu membawa makanan. Ibrahim adalah
nama asli yang diberikan kedua orang tuanya. Namun orang-orang disekelilingnya,
dan teman-temannya memberinya gelar kehormatan “Abu Tha’am”. Hal ini terjadi
berkenaan dengan kegemaran masa muda dan hobynya selalu memikirkan makan melulu
dan suka makan-makan (berupa Nasi ataupun Cimilan), hingga ia menjadi
orang yang gemuk, mereka memberinya nama “Bapa yang suka makan” yakni “Abu
Tha’am”.
Sayyid Abu Tha'am Ibrahim juga diberi gelar oleh keluarga dekatnya
dengan nama "Ambatha'an atau Ambutha'an" artinya "Menanti atau
Lambat punya Anak" Yakni Orang yang menanti kelahiran anak atau lambat
punya anak. Hampir puluhan tahun lebih mereka hidup suami-isteri tetapi belum
dikaruniai anak.
Pangeran Nata, yang dengan dukungan Belanda memaklumatkan dirinya sebagai Sultan Tahmidullah II. Setelah Sultan Hidayatullah ditipu Belanda dengan terlebih dahulu menyandera Ratu Siti (Ibunda Pangeran Hidayatullah) dan kemudian diasingkan ke Cianjur
e.Pasar Jum’at Lumpangi yang ramai dikunjungi oleh Para Pedagang
dari Kandangan, Kayu Abang, Bamban, Pakuan dan Pedagang lainnya.
Menurut Folklor ceritra
Datu-datu dan nenek kami menyebutkan bahwa Diawal abad ke-19 orng-orang Kandangan, Kayu Abang, Bamban,
Pakuan mereka telah banyak berdatangan ke desa Lumpangi untuk berniaga,
dagangan mereka berupa beras, pakaian, sarung, ikan, iwak kering, iwak pakasam,
iwak samu dan lainnya. Mereka para pedagang tersbut berjalan kaki berombongan membawa
dagangan mereka dan melewati jalan setapak dari desa Mu’ui barabai terus menuju
ke pasar “Jum’at Lumpangi”.
Saat musim panen tiba bahwa orang-orang Lumpangi mencari tenaga
upahan menuai (mangatam) padi, maka berdatanganlah orang-orang dari Bamban,
Pakuan unuk mengambilupah mengatam, dan mereka datang sambil berniaga
menjajakan iwak/ikan. Mereka bisa bertahan 1 atau 2 minggu di desa ini, mereka
menjadi buruh memanen padi (mengambil upah mengatam). Salah satu yang datang
sambil menjajakan iwak/ikan hasil tangkapan mereka sendiri.yakni keluarga Diang
Tangang. Mereka
menjadi buruh memanen padi pada salah satu tokoh penduduk yang memeliki ladang
panen padi (pahumaan) yang luas.
Ketika pasar “Jum’at
Lumpangi” tiba,
Habib lewat di depan orang jualan iwak, matanya tertuju pada salah seorang
wanita setengah tua cantik rupawan sedang duduk menanti pembeli jualannya an.
orang tua Diang. Habib mendekatinya dan menyapanya, setelah terjadi dialog
basa-basi anak muda, iapun memborong ikan/iwak dagangan orang tua Diang
tersebut. Setelah transaksi selesai, orang tua Diang bertanya 'Untuk apa nang kau nukar iwak sebanyak ini? jawab Habib :"Ulun cilai handak memberi makan upahan
orang yang mengatam diwadah ulun !' Kata orang tua Diang "Umpat pang nang, acil mengatam lawan ikam".
Acil sambil bahaluya atau bagaya.
Habib bertanya "Macam apa cil menagkap iwak sebanyak
ini? ada iwak haruan, ada iwak papuyu,
ada iwak sapat siam, ada iwak pentet," Kata Penjual, Naah ham sidin
batakun kaya apa manangkapnya! Iwak ini Nangai ditangkap dengan lukah, tampirai, ringgi, lalangit, hancau, jambih, lonta,
membanjur atau maunjun. Ulun kada suah tahu "Nangkaya
apa cil nangaranya Tampirai
itu ? tanya Habib.
Naah "Tampirai itu Nangai nangkaya ini nah dan ada pupukiannya di tengah-tengahnya, namun sampian rasa panasaran
terhadap alat-alat
itu kaina ulun
bawa, sampian bailang ke rumah di Bamban sana".
f.Sayyid Abu Tha'am Ibrahin bin Abu Bakar as-Tsani bin Ahmad Suhuf Assegaf Menikah dengan Diang Tangang
Menurut Folklor ceritra
Datu-datu dan nenek kami menyebutkan bahwa setelah selesai panen raya sekitar tahun 1828 Masihi Habib rihlah
(bajalanan) ke Bamban bersama rombongan pedagang untuk melihat peralatan menangkap ikan dan salajur
mencari tantaran unjun paring kala'i. Sesampainya disana, maksudnya dirumah
Acil Penjual iwak di Bamban, ia bertemu dan berkenalan dengan seorang dara muda
yang bernama Siti Rahmah (Diang Tangang) sedang menumbuk padi dilasung di muka
rumahnya anak Acil Penjual iwak. dan Habib langsung jatuh hati kepadanya.
Acil Penjual iwak menjelaskan kepada Habib bahwa “Siti Rahmah
anaknya, Dia seorang janda muda yang sudah beranak ditinggalkan mati suaminya
dua tahun yang lalu”. Ia banyak punya saudara dan kelurga, ia seorang yang
cantik rupawan memikat dan menyejukkan hati kalau dipandang, dipasca musim
panen inilah awal perkenalannya dengan Habib, kemudian Diang Tangang
dipersunting dan dikawini Habib Ibrahim bin Abu Bakar ast-Tsani.
Diceritakan bahwa "Ketika menginjak dewasa Habib Ibrahim
menikah dengan seorang wanita shalihah an. Siti Rahmah (Diang Tangang) tahun
1828M atau Ahad, 14 Jumadil Awal 1228H. Dan Perkawinan itu punya anak / keturunan
tunggal an. Muhammad dan ia lahir tahun 1829 Masihi.kemudian ia ditinggal mati
oleh isterinya.
g.Dzurriat Keturunan Sayyid Abu Tha'am Ibrahin bin Abu Bakar
as-Tsani bin Ahmad Suhuf Assegaf
Konon diceriterakan bahwa Habib ini menikah lagi dengan dengan
Diang Bulan wanita shalihah. dan berkat usaha dan ikhtiar mereka untuk punya
anak, akhirnya Penikahan ini membuahkan beberapa orang anak keturunan yang
sangat lama dinantikannya.
Anak pertama mereka lahir an. Syarifah Khadijah. Penikahan Habib
membuahkan keturunan anak yang shalih
dan shalihah antara lain :
Habib Abu Tha’am Muhammad beranak an.Tanqir Ghaw
Habib …………………..Usup (Supiyan) beranak Pa Jala, beranak an.Jalaluddin muara lumpangi
2.Datu Pandai Besi, beranak
Muhammad
Habib H.Mastur punya anak antara lain 1.Ismail (Julak Iing) dan
2.Hambali beranak
an.Mas’ud (Uut)
dan Anto sepupu kayi Tanqir Ghawa
Ketika
"Abdullathif" atau Abu 'Aly) berada di Negeri orang, Aliadam
anaknya ikut bersama kakak tertuanya yakni Sayyid Abu Tha'am Ibrahim. Dimasanya
anak kemenakannya an.Habib Ali Adam ikut berbersamanya tinggal di desa
Lumpangi, kemudian Ia membagi kampung Balai Ulin menjadi 4 bagian.
Masing-masing menerima 1 bagian tanah dari ke-3 anaknya dan anak kemenakannya
satu bagian.
h.Sayyid Abu Tha'am Ibrahin bin Abu Bakar as-Tsani bin Ahmad Suhuf
Assegaf Menikah dengan Diang Tangang
Menurut Folklor ceritra
Datu-datu dan nenek kami menyebutkan bahwa setelah selesai panen raya sekitar tahun 1828 Masihi Habib rihlah
(bajalanan) ke Bamban bersama rombongan pedagang untuk melihat peralatan menangkap ikan dan salajur
mencari tantaran unjun paring kala'i. Sesampainya disana, maksudnya dirumah
Acil Penjual iwak di Bamban, ia bertemu dan berkenalan dengan seorang dara muda
yang bernama Siti Rahmah (Diang Tangang) sedang menumbuk padi dilasung di muka
rumahnya anak Acil Penjual iwak. dan Habib langsung jatuh hati kepadanya.
Acil Penjual iwak menjelaskan kepada Habib bahwa “Siti Rahmah
anaknya, Dia seorang janda muda yang sudah beranak ditinggalkan mati suaminya
dua tahun yang lalu”. Ia banyak punya saudara dan kelurga, ia seorang yang
cantik rupawan memikat dan menyejukkan hati kalau dipandang, dipasca musim
panen inilah awal perkenalannya dengan Habib, kemudian Diang Tangang
dipersunting dan dikawini Habib Ibrahim bin Abu Bakar ast-Tsani.
Diceritakan bahwa "Ketika menginjak dewasa Habib Ibrahim menikah dengan seorang wanita shalihah an. Siti Rahmah (Diang Tangang) tahun 1828M atau Ahad, 14 Jumadil Awal 1228H. Dan Perkawinan itu punya anak / keturunan tunggal an. Muhammad dan ia lahir tahun 1829 Masihi.kemudian ia ditinggal mati oleh isterinya
i.Masa Remaja Sayyid Abu Tha'am Ibrahin dan Kedua Adiknya bin Abu
Bakar ast-Tsani bin Ahmad Suhuf Assegaf
Abu Tha'am Ibrahim Assegaf, Ia adalah salah seorang yang tidak
suka merantau-mengembara ke Negeri orang, ia takut perutnya sering kosong kalau
berada di Negeri orang. Tidak seperti kedua adik laki-lakinya Habib Abdullathif
dan 'Aly Abdullah (Datu Tayau) gemar merantau-mengembara ke Negeri orang.
Keduanya telah mengembara ke Pulau Emas (Pulau Sumatera) menuju gunung Kerinci,
konon di kaki gunung inilah keduanya mengadu nasif, mendulang emas. Pada lokasi
pendulangan Emas, tersebut dijaga oleh sekelumpuk Harimau. Tepatnya pada desa
Kersik Tuo Kec. Kayu Aro. Disana ada Pos Penjagaan TNKS (Taman Nasional Kernci
Sabjat). Tepatnya sekarang perbatasan Kabupaten Gadang dengan Kabupaten
Kerinci, Provinsi Jambi, sungainya yang besar dan lebar terkenal dengan nama
sunagi Batanghari.
Diceritakan Abdullathif adalah anak kedua dari Habib Abu Bakar ast-Tsani
bin Ahmad Suhuf, Tetapi banyak juga orang-orang memanggilnya gelar “Abu 'Aly”
Ketika "Abdullathif" atau Abu
'Aly sudah dewasa, ia menikah dan punya anak laki-laki an. Habib Aliadam, Abdul
Karim dan Abdullah, (yang makam Habib
Aliadam sekarang beralamat Desa Cantung Kec. Kelumpang Pulau Laut (Kotabaru),
kemudian Abu Aly ditnggalkan isterinya wafat, ia sangat bersedih hati yang
mendalam, dalam kesedihannya itu adiknya mengajaknya dan membawanya ke Pulau
Emas merantau-mengembara ke Negeri orang.
Dimasanya Sayyid Abu Tha'am Ibrahim telah terjadi Banjir besar,
air sunami yang sangat mencekam, dan banyak menelan korban. Balai Pantai Dusin
Hulu Banyu bekas tinggal ibunya dan sebagian keluarganya telah hanyut dibawa
air bah. Di Lumpangi disamping rumahnya air bah itu, mampu membelah dua arus,
hingga terjadi Erosi (Erosi merupakan proses terkikisnya lapisan permukaan
tanah yang disebabkan oleh pergerakan air, angin, es, dan gravitasi serta
berlangsung secara alamiah). Erosi membuat sungai baru. Sehingga adanya
peristiwa itu halaman Masjid yang dulunya sungai, telah berubah menjadi pantai.
Sebagai akibat dari peristiwa banjir besar itu ikan-ikan sungai
banyak yang mati terkapar. Sebagian ada yang berkata menurut Datu-Nenek kami
bahari bahwa "Warna air ba'ah itu putih seperti susu kehitam-hitaman dan
sangat kalat rasanya, seperti bercampur
belirang atau bau batu bara sehingga mata iwak-iwak atau ikan -ikan tak bisa
melihat atau kabur, maka banyak ikan-ikan yang naik ke tepi sungai untuk menyelamatkan
diri dan akhirnya mati terkapar, akibat matanya tidak dapat meliat lagi dalam
air karena pengaruh kalatnya air ba'ah itu.
b. Halaman Masjid dan sekitarnya menjadi
Pantai
Akibat terjadinya Erosi. Fostur tanah tempat berdirinya
Balai Adat "Balai Ulin Lumpangi" dan sekelilingnya menjadi rendah
atau talabuh atau tanahnya terkikis sebagai akibat air ba’ah itu.
Sebagian erosi
dilakukan oleh air, angin, dalam bentuk gletser adalah sebuah bongkahan atau
endapan tanah yang besar dan tebal yang terbentuk di atas permukaan tanah.
Selain itu, erosi juga dipengaruhi oleh letak astronomis.
Maka menjadi keuntungan bagi masyarakat Desa lumpangi. Sebab disaat itu desa Lumpangi ini sudah lama
berdiri sebuah Mesjid tua bernama Jannatul Anwar. Dulu masjid ini dibangun ditepi sungai Amandit, kemudian akibat air ba’ah yang besar (ba’ah/banjir), maka
sungai kali Amandit pindah mendekati bukit batu Langara, dan arus sungai dekat
pasar dan sebagai akibat erosi tanah, arus sungai di bawah-halaman Masjid
menjadi pantai. Yaitu sebuah bongkahan atau endapan tanah yang besar dan tebal
yang terbentuk di atas permukaan tanah.
Sehingga arus sungai sekarang ini jauh dari Masjid. Sedangkan bukti
sungai itu pindah sendiri bahwa bukti masih ada. Dan terlihat jurang
tanah bekas dinding sungai dibelakang/samping WC Masjid tersebut. Ini adalah
salah satu karamah masjid yang dibangun mula-mula oleh Datu Habib Lumpangi dan
anak cucunya ,bersama masyarakat di sekitarnya
j.Sayyid Abu Tha'am Ibrahin bin Abu Bakar bin Ahmad Suhuf Assegaf Wafat
Sebahagian orang ada berkata bahwa Sayyid Abu Tha'am Ibrahin Assegaf,
ia mulai sakit-sakitan yang sangat
serius diusia 45 tahun dan akhirnya ia wafat Jum'at, 5 Rajab 1252 H bertepatan
7 November 1834M. Ia dikebumikan di kampong Balai Ulin Desa Lumpangi.
Tidaklah banyak yang Penulis ketahui tentang tokoh Sayyid Abu
Tha'am Ibrahim bin Abu Bakar bin Ahmad Suhuf bin Muhammad Djamiluddin bin Abu Bakar bin Hasan Assegaf ini, waku
Beliau masa kanak-kanak, masa remajanya, masa tuanya sampai ajalnya.
Penulis hanya berharap dan mendo’akan semoga Allah Swt mema’afkan
dan mengampuni kesalahannya, kesalahan – kesalahan orang tuanya, kesalahan
datuk-neneknya, dan kesalahan – kesalahan orang-orang yang pernah dekat
dengannya dan kesalahan-kesalahan dzuriat-dzuratnya hingga akhir zaman, begitu
juga semoga Allah Swt mengampuni dan mema'afkan kesalahan-kesalahan/ dosa-dosa
kita dan dosa-dosa orang-orang muslimin dan muslimat semuanya. Aamiin Aamiin
yaa rabbal aalamiin Allahumma Aamiin aamiin ya rabbal aalamiin.
- Artikel “Habib Abu Tha'am Ibrahim bin Abu Bakar as-Tsani bin Ahmad Suhuf Assegaf Desa Lumpangi Loksado” Oleh H.Hasan Basri bin H.M.Brsih, https://draft.blogger.com/blog/post/edit/1776103061266680536/3577321678027002228
- Artikell “Islamnya Orang-orang Hulu Banyu Kec. Loksado di akhir abad ke-18 Masihi” oleh H.asaan Bari, S.Ag bin Muhammad Barsih Assegaf https://draft.blogger.com/blog/post/edit/1776103061266680536/7986183751908153577
- https://naib-h-hasan-al-baseri.blogspot.com/2022/05/historis-tragedy-balai-adat-hulu-banyu.html
35. Habib Abu Thair Muhammad bin Abu Tha'am Ibrahim bin Abu Bakar ast-Tsani bin Ahmad Suhuf bin Muhammad Djamiluddin Assegaf
Ia seorang yang shaleh, dan ia seorang yang ta’at beragama yang sangat memelihara iman dan islam, ia amat dekat dan kenal dengan Tuhannya, ia seorang yang bertanggungjawab kepada keluarganya dan ia selalu berusaha menjalankan syari’at yang diperintahkan Tuhannya secara ketat selama hidupnya, seperti shalat, puasa, zakat dan amaliah-amaliah dzahir dan amaliah-amaliah bathin lainya
a. Nasab Sayyid Abuthair Muhammad bin Abutha'am Ibrahim Assegaf
الْحَبِيْب اَبًوْ طَيْرٍمُحَمَّدْ بِنْ اَبًوْ طَعَامٍ اِبْرَاهِيْمَ بِنْ اَبُوْ بَكْرٍ الثَّاني بِنْ اَحْمَدْ صُحُف بِنْ مًحَمَّدْ جَميْلً الدِّيْن بِنْ اَبًوْ بَكْرٍ بِنْ حَسَنٍ بِنْ هَاشِمٍ بِنْ مًحَمَّد بِنْ عًمَرَ الصُّوْفِيِّ [عُمَرُ الصَّافِيّ] بِنْ عَبْدُ الرَّحْمن بِنْ مُحَمَّد بِنْ عَلِيٍّ بِنْ اَلْاِمَامً عَبْدُ الرَّحْمن اى وَلِيُّ الله الْفَقِّيْه الْمًقّدَّم الثانيّ السَّقَّافُ بِنْ سَيِّدِنَا مًحَمَّد مَوْلَى اَلدَّوِيْلَةِ بِنْ سَيِّدِنَا عَلِيٌّ صَاحِبُ الدَّرْكِ بِنْ سَيِّدِنَا عَلْوِىْ الْغُيُوْرْ بِنْ سَيِّدِنَا الْفَقِّيْه الْمًقّدَّم مًحَمَّد بِنْ سَيِّدِنَا علي الوالد االفقيه بن سَيِّدِنَا الامام مًحَمّدْ صاحب مرباط بن سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ علي خالع قسم بن سيدنا عَلْوِيْ با عَلَوِيٌّ بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ مًحَمّدْ الصَّاحِبُ الصُّمْعَةُ بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ عَلْوِيُ الْمُبْتَكِرُعَلَوِيّيْن بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ عَبْدُاللهِ [عُبَيْدُالله الصَّاحِبُ الْعَرْضِيُّ] بنْ سَيِّدُنَا الْاِمَامُ أَحْمَدُ الْاَبَحُ الْمُهَاجِرُ بِنْ سَيِّدُنَا الْاِمَامُ عِيْسَى الرُّوْمِيُّ بِنْ سَيِّدُنَا الْاِمَامُ مًحَمّدٌ النَّاقِبُ بنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ عَلِيُّ الْعُرَيْضِيُّ بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ جعفر الصادق بن سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ مًحَمّدْ الباقر بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ عَلِيُّ زَينُ الـعـابدين بن سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ الْحُسَيْنُ بنْ السَّيِّدِةُ فَاطِمَةُ الزَّهْرَاءُ بِنْتُ مًحَمّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِنْ عَبْدُ الله
b. Habib Abu Thair
Muhammad bin Abu Tha’am Ibrahim
bin Abu Bakar as-Tsani Assegaf Lahir
Menurut ceritera Datu-datu
dan Nenek kami bahwa Habib
Abu Thair Muhammad bin Abu Tha'am Ibrahim Assegaf di Desa Lumpangi
kelahirannya awal abad ke-19M tahun 1829 Masihi dan wafatnya tahun
1942 Masihi
Sumber data lain ada
yang menyebutkan bahwa Habib Abu Thair Muhammad bin Abu Tha’am
Ibrahim Assegaf lahir di Desa Lumpangi hari Jum'at, tanggal 14 Ramadhan tahun 1252 H/23 Desember 1836 Masihi.
Nama ayahnya adalah Habib Abu Tha’am Ibrahim Assegaf sedangkan nama ibunya Siti Rahmah (Diang Tangang), yang aslinya orang Tangang Bamban Kec. Angkinang. Sebelumnya ibunya bekerja sebagai Pedagang atau penjual Iwak yang ia bawa sendiri dengan lanjung dari Tangang Bamban ke pasar “Jum'at Lumpangi” setiap minggunya.
c. Habib Abu
Thair Muhammad bin Abu
Tha’am Ibrahim bin Abu Bakar as-Tsani
Assegaf Menerima Pengajaran ilmu Agama
Sejak
kecil Habib Abu Thair Muhammad Assegaf, ia bercita-cita ingin merantau ke Negeri orang, kata
orang tuanya hai
Habib Abu Thair Muhammad bahwa “Kalau kau ingin merantau,
kau harus banyak basango
ilmu, supaya kembalinya kau selamat,” maka iapun
telah membekali dirinya dengan giat belajar ilmu-ilmu agama kepada orang
tuanya, kepada kakeknya dan pamannya dan juga kepada orang lain tentang ilmu
akhlak, ilmu tauhid dan ilmu hakekat.
Dimasa kecil (lahir)nya Habib Abu Thair Muhammad
bin Abu Tha’am Ibrahim
bin Abu Bakar as-Tsani Assegaf berada di bawah
asuhan kedua orang tuanya bersembunyi
di
Desa Lumpangi, dimasa penjajahan Belanda datang ke Kalimantan.
Ia Mendapatkan Pengajaran Agama langsung dari : -Abu Tha’am
Ibrahim/
Siti Rahmah ayah-ibunya, -Abu Bakar as-Tsani kakeknya -Abdullatif pamannya. Dan -Abu Ali pamannya. Oleh karenanya Dia pandai
baca Al-Qur’an dan baca tulis arab Malayu”.
d. Masa muda Remaja Habib
Abu Thair Muhammad bin Abu Tha’am Ibrahim bin Abu Bakar as-Tsani Assegaf
Masa muda Habib Abu Thair
Muhammad bin Abuthair Ibrahim Assegaf di pertengahan abad ke-19 Masihi sekitar
tahun 1852, "Beliau hidup dimasa penjajahan Belanda dan menemui awal Jepang
menjajah Indonesia."
Sebahagian orang tua desa Lumpangi ada yang berkata
"Keadaan fisik postur tubuh Abu Thair Muhammad dimasa mudanya :
Tingginya tidak jauh berbeda dengan anaknya Tanqir Ghawa, dan bertubuh
besar, kekar, berdada bidang, ganteng, bermuka ceria, berkulit putih sawu
matang, rambut sedikit ikal dan berumbak dan sedikit homoris."
Menurut salah satu
sumber, ada yang mengatakan bahwa Abu Thair Muhammad, ia
berumur tidak kurang dari 110 tahun
Hijeriah bahkan lebih. Yang pastinya tentu saja, lebih tua 25-26
tahun usianya dari kelahiran anaknya Tanqir Ghawa 1862M.
Menurut
ceritera Datu-datu dan Nenek kami Desa Lumpangi "Ketika warga desa Amawang
Kandangan banyak yang menghindar dari kesewenangan Penjajah Belanda dan mereka
memilih menetap menjadi orang pegunungan di Desa Lumpangi.
Habib Abu
Thair Muhammad adalah duriat Habib Lumpangi yang ke-5 yang diberikan umur yang
panjang, ia berusia lebih dari satu abad. Ada
yang mengatakan/ berpendapat bahwa keberadaan Habib Abu Thair
Muhammad bin Abu Tha'am Ibrahim Assegaf di Desa Lumpangi
Berkata Abuthair Muhammad kepada anak cucunya bahwa “Syukur alhamdu lillaah banar kita ine cucuai, jaka kada datang habib membawa Islam dan nine kita ada yang balaki habib lalu maislamakan datu nine bubuhan kita Dayak lumpamgi, jaka kada baislam maka kita rugi banar akan dimasukakan ke dalam Naraka, nauudzu billaahi mindzaalik” ucapannya ine telah d iucapan pula oleh datu nine kita bahari sebelumnya kepada anak cucunya
e. Pernikahan Habib Abu Thair Muhammad bin Abu Tha’am Ibrahim bin Abu Bakar as-Tsani Assegaf dengan ibunda Siti Tiadah (Siti Siyadah /Qiyadah)
Berkata
Habib Husni bin Manshur bin Hasan bin Aliadam bin Abdul Latif bin Abu Bakar as-Tsani
Assegaf bahwa “Habib Aliadam punya 2 orang saudara laki-laki yaitu Habib Abdul
Karim dan Habib Abdullah. Habib Abdul Karim pernah tinggal lama di Amuntai.”
Menurut
ceritera Datu-datu dan Nenek kami bahari bahwa ketika Sayyid Abu Thair Muhammad muda berprofisi
Arsetiktor Bangunan (Tukang) sekitar tahun 1860 Masihii ia berwisata lewat Nagara menuju ke
kota Raja Amuntai dan Candi Agung di Hulu Sungai Utara Amuntai, ia menjumpai
sepupunya yang juga berprofisi Arsetiktor Bangunan (Tukang) dan Dagang yaitu Habib
Abdul Karim bin Abdul Latif Assegaf yang tinggal sudah lama di desa Candi Agung
Amuntai Tengah. Ketika ia berada di Amuntai, ia bekerja beserta sepupunya membangun
Proyek Balai Rung Permaisuri Raja, saat bekerja itulah ia berjumpa, berkenalan dan jatuh hati
dengan seorag Dayang Permaisuri Raja, seorang gadis dara bernama "Siti Siadah/Tiadah atau Siti Qiadah"
ia adalah gadis
asli orang Candi Agung Amuntai Tengah, ia berprofisi asal Dayang Pemayungan Permaisuri Raja Kuripan Amuntai. Ia
berhenti bekerja di masa mudanya karena ia dipersunting dan dikawini oleh
Sayyid Abu Thair Muhammad di tahun 1860 M.
Konon diceritakan tahun itu bahwa setelah ia mempersunting dan mempersteri atau mengawini an. Siti Siadah atau Tiadah, sebagai Isterinya, sekitar tahun 1861 Masihi saat itu, tanaman banih/ padi telah tinggi dan buah hijaunya sudah ada yang keluar, orang menyebutnya tanaman itu“rangkum kupak”, ia ajak isterinya yang hamil muda keladang (pahumaan) di Mantata’i. Saat isterinya berdiri ladang di atas pondok tinggi tersebut, isterinya melihat seekor Rosa atau Kijang berkulit indah memikat hatinya, sedang makan buah bilaran di tepi ladangnya. Ketika sudah pulang, berada dirumah, isterinya ingin sekali memakan hati (ghawa dalam bahasa arab) seekor Rosa yang pernah dilihatnya. Mungkin karena belum kesampaian hajatnya. Maka setelah anaknya lahir Senin. 12 Rabi'ul Awal 1279 Hijeriyah berjenis kelamin laki-laki, maka anaknya diberikan nama “ Tanqir Ghawa” artinya “Hati sedikit tergoda.” Pasangan suami-isteri ini hanya punya satu anak semata wayang mereka yang diberinama "Tanqir Ghawa."
f. Masa muda Remaja Habib
Abu Thair Muhammad bin Abu Tha’am Ibrahim bin Abu Bakar as-Tsani Assegaf
Masa muda Habib Abu Thair
Muhammad bin Abuthair Ibrahim Assegaf di pertengahan abad ke-19 Masihi sekitar
tahun 1852, "Beliau hidup dimasa penjajahan Belanda dan menemui awal Jepang
menjajah Indonesia."
Sebahagian orang tua desa Lumpangi ada yang berkata
"Keadaan fisik postur tubuh Abu Thair Muhammad dimasa mudanya :
Tingginya tidak jauh berbeda dengan anaknya Tanqir Ghawa, dan bertubuh
besar, kekar, berdada bidang, ganteng, bermuka ceria, berkulit putih sawu
matang, rambut sedikit ikal dan berumbak dan sedikit homoris."
Menurut salah satu
sumber, ada yang mengatakan bahwa Abu Thair Muhammad, ia
berumur tidak kurang dari 110 tahun
Hijeriah bahkan lebih. Yang pastinya tentu saja, lebih tua 25-26
tahun usianya dari kelahiran anaknya Tanqir Ghawa 1862M.
Menurut
ceritera Datu-datu dan Nenek kami Desa Lumpangi "Ketika warga desa Amawang
Kandangan banyak yang menghindar dari kesewenangan Penjajah Belanda dan mereka
memilih menetap menjadi orang pegunungan di Desa Lumpangi.
Habib Abu
Thair Muhammad adalah duriat Habib Lumpangi yang ke-5 yang diberikan umur yang
panjang, ia berusia lebih dari satu abad. Ada
yang mengatakan/ berpendapat bahwa keberadaan Habib Abu Thair
Muhammad bin Abu Tha'am Ibrahim Assegaf di Desa Lumpangi
Berkata Abuthair Muhammad kepada anak cucunya bahwa “Syukur alhamdu lillaah banar kita ine cucuai, jaka kada datang habib membawa Islam dan nine kita ada yang balaki habib lalu maislamakan datu nine bubuhan kita Dayak lumpamgi, jaka kada baislam maka kita rugi banar akan dimasukakan ke dalam Naraka, nauudzu billaahi mindzaalik” ucapannya ine telah diucapan pula oleh datu nine kita bahari sebelumnya kepada anak cucunya
g. Masa Habib Abu Thair Muhammad
Assegaf terjadi Banjir
besar pada Sungai Kali Amandit.
Dimasanya Sayyid Abu
Bakar as-Tsani, Abu Tha'am Ibrahim dan Abu Thair Muhammad telah terjadi Banjir
besar, air sunami yang sangat mencekam, dan banyak menelan korban. Balai Pantai
Dusin Hulu Banyu bekas tinggal ibunya dan sebagian keluarganya telah hanyut
dibawa air bah. Tragedy Balai Adat Hulu Banyu pecehan Balai Ulin
Lumpangi Loksado diperkirakan terjadinya 1247H/1831 Masihi.
Menurut beberapa sumber yang
kami himpun bahwa Akibat air sunami tersebt, di Lumpangi khususnya
sebahagian petanahan pedatuan H. Bustani yang dulunya menyatu dengan tanah
Balai Ulin telah terkikis menjadi belahan sungai baru akibat air bah (banyu
ba'ah) atau banjir besar itu. Sisa satu batang tiang Bekas Balai Adat yang
dijadikan sebagai simbol Balai Ulin yang berdiri ditepi sungai belahan
sungai yang baru itu tiangnya bergesir atau kena air bah itu hingga
condong dan rebah kedasar sungai. Dan fostur tanah tempat berdirinya bekas
Balai Adat Balai Ulin dan sekelilingnya menjadi rendah atau talabuh atau
terkikis sebagai akibat ganasnya air bah itu. Kemudian tiang balai yang
terandam didasar sungai itu diambil dan dijadikan tiang suku guru atau
tiang utama masjid Jannatul Anwar dan diletakkan ditengah-tengah
sebagai penyangga atau pananggak kubah saat
perihapan masjid
Air bah itu, mampu
membelah dua arus, hingga terjadi Erosi (Erosi merupakan proses terkikisnya
lapisan permukaan tanah yang disebabkan oleh pergerakan air, angin, es, dan
gravitasi serta berlangsung secara alamiah). Erosi membuat sungai baru.
Sehingga adanya peristiwa itu halaman Masjid yang dulunya sungai, telah
berubah menjadi pantai.
Setelah sungai jauh dari
Masjid, maka Masid itu direhap total dan dibangun kembali tiang, atap dan
dinding menggunakan kayu ulin, kubah bundar atap siraf dan diatasnya dilengkapi
dengan aksisoris, lantainya tihal yang dibeli oleh Habib Tanqir Ghawa dari Surabaya
dan selesai diawal abad ke-20 Masihi sekitar tahun 1902 Masihi. Menurut
ceritera datu nenek kami bahwa ada beberapa tokoh orang Lumpangi yang berperan
ikut andil membangun Masjid Jannatul Anwar Lumpangi kala itu antara lain :
Habib Abu Thair Muhammad sebagai ketua Pembangunan, Habib Tanqir Ghawa, H.
Bustani, H.Mastur, H.Ahmad dan tokoh masyarakat lainnya sebagai anggota.
Setelah peristiwa banjir
besar tersebut maka timbullah inisiatif untuk memugar atau merombak Masjid.
Peristiwa pemogaran dan perombakan Masjid Pertama Lumpangi terjadi di masa
Habib Abu Thair Muhammad dan Tanqir Ghawa anaknya akhir abad ke-19 sekitar
tahun 1895-1902 Masihi atas kesepakatan bersama masyarakat Lumpangi,
Masjid Jannatul Anwar direhap total, semua bahan bangunannya dari kayu
Ulin, beratap dan kubahnya sirap.
Aksisoris
kobah Masjid Jannatul Anwar Lumpangi dari terbuat almanium dan
lantainya tihal yang dibeli oleh Habib Tanqir Ghawa dari Surabaya. Ini adalah
menurut ceritera atau penuturan Habib Bahriansyah Assegaf.
Makam Muhammad bin Ibrahim Assegaf
(Habib Abuthair Assegaf)
h. Habib Abu Thair Muhammad bin Abu Tha’am Ibrahim bin Abu Bakar as-Tsani Assegaf Merehab Masjid Jannatul Anwar Desa Lumpangi
Sebelum terjadinya banjir besar Masjid Jannatul Anwar
Desa Lumpangi sudah beberapa kali diperbaiki oleh Masyarakat sekitarnya. Tetapi
beberapa tahun setelah terjadinya air ba'ah besar itu maka Masjid Jannatul
Anwar Desa Lumpangi dipugar kembali atau di Rehap total dan dibangun kembali oleh
Habib Abu Thair dan Masyarakat sekitarnya dengan Arsitik yang bagus.
Menurut ceritera penuturan Habib Bahriansyah
Assegaf.yang saya temui dirumahnya bahwa “Aksisoris petaka kubah atau manara
kubah Masjid Jannatul Anwar Lumpangi
dari terbuat almanium hitam berbentuk buah-buah teruntai dan lantainya dari
tihal yang didatangkan atau dibeli oleh Habib Tanqir Ghawa dari Surabaya.”
Adapun tiang-tiang Masjid, atap dan dinding menggunakan
kayu ulin yang sudah modern, ada seni pahatan dan ukirannya khususnya pada
lis-lis dinding atap juga atap kubah sirap yang diberi petaka dan aksesoris
diatas kubahnya dan lis-lis kubah, jendela kaca dan aksesoris didalamnya (bawah
kubah) berupa lampu-lampu lilin digantung dengan rantai besi. Proses renovasi
itu dengan mendatangkan Tukang-tukang seni pahat dari kota Kandangan dan masjid
tersebut selesai direnovasi bangunannya diawal abad ke-20 Masihi sekitar tahun
1902 Masihi.
Menurut sumber data bahwa ada beberapa tokoh orang
Lumpangi yang berperan aktif ikut andil membangun merihab total Masjid Jannatul
Anwar Lumpangi kala itu antara lain : Habib Abu Thair sebagai ketua rehap
pembangunan masjid, H.Ahmad sebagai sekretaris, dan H.Mastur sebagai bendahara,
Habib Tanqir Ghawa, anggota, H. Bustani (menjabat Penghulu dan pengembangan
dakwah) merangkap anggota, Kayi Sarman anggota
dan tokoh masyarakat lainnya sebagai anggota
Menurut sumber
data yang kami dapatkan bahwa ".Sebagai akibat banjir besar
tersebut sisa satu batang tiang bekas Balai Adat itu untuk simbol bahwa di Lumpangi pernah
berdiri sebuah Balai Adat Dayak, tiang itu condong dan bergesir hingga rebah ke dasar sungai, dari belahan
sungai yang baru terbentuk akibat kuatnya terjangan banjir "..
Berkata Habib H.Hasan Basri Assegaf “Andaikata Muhammad
Langara (mantan Tetuha Adat Dayak) ia lupa berniat/ ia tidak berkeinginan menjadikan tiang Masjid Lumpangi dari sisa satu batang
tiang bekas Balai Adat tersebut sebagai
simbol, maka dapat dipastikan bahwa “satu batang tiang itu pastilah hanyut
ditelan air ba’ah yang ganas itu.”
Kemudian dimasa Habib Abu Bakar as-Tsani masih hidup, dan cucunya Abu Thair dan Tanqir Ghawa buyutnya bahwa "1 batang tiang Balai Adat yang terandam didasar sungai itu diangkat dan dijadikan tiang utama atau tiang suku Guru masjid dan diletakkan ditengah-tengah sebagai Simbol atau penyangga atau pananggak kubah saat renovasi pembangunan masjid"Jannatul Anwar" Desa Lumpangi
i. Karomah Siti Tiyadah (Siti Siyadah/ Siti Qiyadah Ibunda Sayyid Tanqir Ghawa
Assegaf.
Salah satu Karomah Siti Tiadah Ibunda
Sayyid Tanqir Ghawa Assegaf adalah Menurut ceritera Kayi Sepuh Lumpangi kelahiran 1935M (Habib Husni bin Ahmad Karji bin Tanqir Ghawa
bin Muhammad Assegaf) konon diceriterakan bahwa ketika Datung Siti Tiadah atau
Datung Qiadah, mandengar anaknya Sayyid Tanqir Ghawa saat
merantau di Kampung orang, ia berkalahi (dituduh berbuat onar) dan mendapat masalah di negeri orang, maka Datung Tiadah
datang menjemput (maambili) anaknya Sayyid Tanqir ke Pulau Laut
(Batulicin). Kata orang bahwa Ibu Sayyid Tanqir Gawa, ia hanya balarut mengayuh
jukung yang sangat sedarhana, konon ia bisa dengan mudah dan cepat sampai ke
sana, dengan bantuan sahabatnya para tentara Buaya. Beliau orang sakti atau
harat, menurut penglihatan orang-orang ketika itu, ia bisa barjalan di atas
permukaan air (banyu.) dengan cepat.
j. Habib Abu Thair Muhammad bin Abu Tha’am Ibrahim bin Abu Bakar as-Tsani Assegaf Wafat.
Sebagian
orang berkata bahwa "Saat Muhammad Basih buyutnya berumur kurang lebih 5
tahun Habib Abu Thair Muhammad telah wafat." Masmurah
isteri cucunya telah melahirkan seorang bayi laki-laki yang diberinama
“Muhammad Barsih”. tahun 1937 M.
Habib Muhammad Burhan
Rabbani bermimpi datuknya Habib Abuthair
Muhammad bin Abu Tha'am
Ibrahim Assegaf Tanggal 14 April tahun 2022M telah terjadi wangsit lagi,
setelah beberapa kali ia mendapati buyutnya lewat sebuah mimpi, ia memberi
isyarat bahwa “Ia pulang hari ini, 16 Ramadhan”. Kemudian Buyutnya Habib
Muhammad Burhan Rabbani bermusyawarah dikeluarganya. Kemudian hasilnya ia
mengumpulkan orang-orang untuk mengadakan jamuan makan dan di iringi do’a -
do’a pada haulnya setiap tanggal 16 Ramadhan, khususnya di tahun tersebut.
Sebagian orang ada yang
menyebutkan bahwa Habib Abuthair Muhammad bin Abu Tha'am Ibrahim Assegaf berusia cukup lanjut, kurang lebih usianya
sekitar 113 tahun, dan ia wafat di Desa Lumpangi, 16 Ramadhan 1361H/
Ahad, 27 September 1942 Masihi. Dimakamkan di Kuburan Muslimin, di kanan Masjid
atau bawah jalan bahari sekitar lingkungan Masjid Jannatul Anwar Lumpangi.
Adapun nama
Isteri Abu Thair Muhammad yang terakhir adalah "Siti
Aisyah" asal orang Tangang Desa Bambam Kecamatan Angkinang, ia juga orang
yang diberi umur panjang. Berdasarkan beberapa sumber : ia wafat diakhir tahun
1960-an di makamkan di Kandangan Hulu.
Artikel ” Biografi Habib Abu Thair Muhammad bin Abu Tha'am Ibrahim bin Abu Bakar as-Tsani bin Ahmad Suhuf Assegaf” Oleh H.Hasan Basri bin H. Muhammad Barsih. https://draft.blogger.com/blog/post/edit/1776103061266680536/5885826888060684400
tps://draft.blogger.com/blog/post/edit/1776103061266680536/2066556271083741883
36. Habib Tanqir Ghawa bin Abu Thair Muhammad bin Abu Tha'am Ibrahim bin Abu Bakar ast-Tsani bin Ahmad Suhuf bin Muhammad Djamiluddin bin Abu Bakar bin Hasyim bin Muhammad Assegaf
Ia adalah seorang yang shaleh, dan ia seorang yang
ta’at yang memelihara iman dan islam, ia amat kenal dengan Tuhannya, ia seorang
yang bertanggungjawab kepada keluarganya dan ia selalu berusaha menjalankan
syari’at yang diperintahkan Tuhannya secara ketat selama hidupnya, seperti
shalat, puasa, zakat dan amaliah-amaliah bathin lainya
Nasab Sayyid Tanqir Ghawa Assegaf
Tanqir Ghawa bin Abu Thair Muhammad bin Abu Tha'am Ibrahim bin Abu Bakar as-Tsani bin Ahmad Suhuf bin Muhammad Djamiluddn bin Abu Bakar bin Hasan bin Hasyim bin Muhammad bin Umar as-Shafy bin Abdurrahman bin Muhammad bin 'Aly bin al Imam al-Quthby Sayyid Abdurrahman Assegaf bergelar : al Faqih al Muqaddam Al Tsani bin Syekh Muhammad (Maula Ad-Dawilah) bin Syekh Ali (Shahibud Dark) bin Sayyidina Al-Imam Alwi Al-Ghuyur bin Sayyidina Al-Imam Al-Faqih Al-Muqaddam Muhammad bin Sayyidina Ali Walidul Faqih bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Shohib Mirbath bin Sayyidina Ali (Al-Imam Khali Qasam bin Sayyidina Alwi bin Sayyidina Al-Imam Muhammad (Shahib As-Shouma’ah) bin Sayyidina Al-Imam Alwi Alawiyyin (Shahib Saml) bin Sayyidina Al-Imam Abdullah (Ubaidillah Shahibul Aradh) bin Sayyidina Al-Imam Al-Muhajir Ahmad bin Sayyidina Al-Imam Isa Ar-Rumi bin Sayyidina Al-Imam Muhammad An-Naqib bin Sayyidina Al-Imam Ali Al-Uraidhi bin Sayyidina Al-Imam Ja’far As-Shodiq bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Sayyidina Al-Imam Ali Zainal Abidin bin Al-Imam As-Syahid Syabab Ahlil Jannah Sayyidina Al-Husain bin Sayyidina Ali bin Abi Thalib dan Sayyidah Fatimah Az-Zahra binti Rasulullah Muhammad SAW ibni Abdullah.
Sayyid Tanqir Ghawa Assegaf Lahir
Tanqir Ghawa lahir di Lumpangi, Senin, 19 Rabi'ul Awwal 1279
Hijeriyah Berdasarkan informasi
beberapa sumber catatan bahwa Sayyid Tanqir Ghawa lahir di Lumpangi
ditengah-tengah keluarga yang sangat sedarhana, hari Senin, 19
Rabi'ul Awwal 1279 H bertepatan dengan tanggal 13 Oktober 1862 Masihi. Dia
seorang duriat Nabi Saw yang diberi umur panjang 126 tahun Hijeriyah atau 123
tahun Masihi.
Desa Lumpangi. dulu wilayah
Kec. Padang Batung, sekarang menjadi wilayah Kec. Loksado, Ia
dipangil sehari-hari dengan nama Tanqir. Namun orang-orang dari anak cucunya
memberinya gelar “Kayi Pancau”
Dua hari sesudah wafatnya Pangeran Antasari bin Pangeran
Masohut (Mas'ud) bin Pangeran Amir. Seorang Pahlawan Nasional yang berjuang
melawan Belanda di tanah Banjar, ia wafat yaitu 11 Oktober 1862 Masihi di Tanah
Kampung Bayan Begok, Sampirang, dalam usia lebih kurang 53 tahun. Menjelang
wafatnya, dia terkena sakit paru-paru dan cacar yang dideritanya. Wafatnya
Pangeran Antasari hampir bersamaan dengan kelahirannya Tanqir Ghawa bin
Muhammad Assegaf
Nama panjangnya : Tanqir Ghawa bin Abu Thair Muhammad bin Abu Tha'am Ibrahim bin Abu Bakar as-Tsani bin Ahmad Suhuf bin Muhammad Djamiluddn bin Abu Bakar bin Hasan bin Hasyim bin Muhammad bin Umar as-Shufy bin Abdurrahman bin Muhammad bin 'Aly bin al Imam al-Quthby Sayyid Abdurrahman Assegaf yang bergelar : al Faqih al Muqaddam Al Tsani. Sedangkan nama ibunya adalah "Siti Siadah/Tiadah atau Siti Qiadah" ia adalah asli orang Amuntai, ia berprofisi asal Pemayungan Permaisuri Raja Kuripan Amuntai. Ia berhenti bekerja di masa mudanya karena ia dipersunting dan dikawini oleh Sayyid Abu Thair Muhammad tahun 1860 M. Pasangan suami-isteri ini hanya punya satu anak semata wayang mereka yang diberinama "Tanqirr Ghawa."
Keadaan fisik postur tubuhnya Habib Tanqir Ghawa
Sejak kecil Sayyid Tanqir Ghawa Assegaf, ia bercita-cita ingin mengembara, merantau ke
Negeri orang, kata orang tuanya bahwa “Kalau kau ingin merantau,
kau harus banyak basango
ilmu, supaya kembalinya kau selamat,” maka iapun telah
membekali dirinya dengan giat belajar ilmu-ilmu agama kepada orang tuanya,
kepada kakeknya dan pamannya dan juga kepada orang lain tentang ilmu akhlak,
ilmu tauhid dan ilmu hakekat.
Orang-orang ada yang berkata bahwa “Keadaan fisik postur tubuhnya masa mudanya : Tinggi hampir 2 meter dan bertubuh besar, dada bidang, kekar, ganteng, bermuka ceria, berkulit putih sawu matang, rambut sedikit ikal dan berumbak, sedikit homoris. Dia sangat memuliakan tamu, khususnya tamu dari anak cucunya, ia tidak membolehkan pulang anak cucunya pulang sebelum makan dan minum ditempatnya
Habib Tanqir Ghawa Mendapatkan Pengajaran Agama
Dimasa kecinya Tanqir berada di Desa Lumpangi, kemudian dibawa
orang tuanya ke Kandangan, dimasa Belanda datang ke Kalimantan, ia dibawa lagi
ke Desa Lumpangi untuk bersembunyi.
Ia Mendapatkan Pengajaran Agama langsung dari : -Abu Thair
Muhammad ayahnya, -Abu Tha’am Ibrahim kakeknya -Abdullatif paman ayahnya. Dan
Aliadam pamannya. Oleh karenanya Dia pandai baca Al-Qur’an dan baca tulis arab Malayu”.
Keberadaannya Habib Tanqir Ghawa ditengah-tengah keluarga sangat
sedarhana dan ia disukai dan disayangi oleh keluarga dan masyarakat sekitarnya
di kala itu. Dimasanya orang-orang masih sangat mamamerkan
dan membanggakan “Kekuatan pisik, kesaktian, kejagauan (jago),
banyak bandet dan begal, orang sering marah tanpa sebab, iri dengki yang
berlebihan dan suka menindas yang lemah.”
Masa-masa Muda Remaja Habib Tanqirr Ghawa Assegaf
Konon ketika usia Tanqirr Ghawa. 18 tahun, ia dikawinkan oleh orang tuanya. Kemudian ayahnya pergi merantau ke Pulau Laut (Kotabaru) meninggalkannya
& ibunya cukup lama dan kabar berita, yang berakibat ibunya tidak tahan
menunggunya, pada akhirnya ibunya bercerai dengan ayahnya.
Menurut Folklor ceritra
Datu-datu dan nenek kami menyebutkan bahwa Habib Tanqir Ghawa" ia dijodohkan (dikawinkan) oleh orang tuanya
diusia muda sekiar 18 tahun dengan seorang perempuan lebih muda darinya yang bukan kemauannya & bukan wanita pujaan hatinya,
untuk tidak mengeciwakan hati orang
tuanya, ia pun menikahinya
dan punya anak " sekitar 5-7 tahun suami-isteri
tersebut hidup rukun berumah tangga (bertahan), mungkin ada masalah dengan
orang pihak ke-3 mertuanya, kemudian ia meninggalkan anak & dan isteri pertamanya
asal orang Amawang.
Ayah dan ibu Sayyid Tanqir Ghawa menikah lagi
1. Ibunda Sayyid Tanqir Ghawa menikah
Setelah cerai dengan suaminya Abu Thair Muhammad, Ibunya Siti
Siadah/Tiadah menikah pada kali keduanya beberapa tahun kemudian ia cerai lagi.
Kemudian Siti Siadah menikah lagi dengan orang yang lebih muda darinya,
beberapa tahun kemudian ia punya dua anak laki-laki dan perempuan
an. Juhri dan Fatmah. Oleh karenanya :
1. Selisih tahun
kelahirannya 5-7 tahun lebih tua Nanang Karji bin Tanqir Ghawa antara dengan
Juhri dan Fatmah adik seibunya Tanqir Ghawa.
2. Muhammad Barsih Cucu
Sayyid Tanqir Ghawa selisih usia tahun kelahiran tidak jauh beda dengan
anak-anak Kayi Juhri dan Neng Fatmah.
Dia merupakan anak sulung dari tiga bersaudara seibu atas nama
Tanqir Ghawa, Juhri dan Fatmah dari Ibunya yang
bernama Siti Siadah/Tiadah.
2. Ayahanda Sayyid Tanqir Ghawa menikah
Ketika Abu Thair Muhammad ayahnya Tanqir pulang dari
Pulau Laut, atas saran keluarga dari pihak ibunya di Desa Tangang, agar ia
segera beristeri, kemudian ia menikah dengan Siti Aisyah orang Tangang Bamban
Kec. Angkinang. Dan pasangan suami-isteri ini, tidak punya keturunan, keduanya
tinggal di dekat Masjid Desa Lumpangi, sebagai tokoh masyarakat dan tokoh agama
dan juga berprofisi Dagang di muka rumahnya.
Keturunan (dzurriat) Sayyid Tanqir Ghawa bin Abu Thair Muhammad
Assegaf
1.Keturunan atau anak isteri pertama
Adapun Ahmad Karji adalah anak pertama dari Tanqir Ghawa bin Muhammad bin Ibrahim bin Abu Bakar bin Ahmad Suhuf bin Muhammad Djamiluddin bin Abu Bakar Asseaf, setelah dewasa ia menikah Maimunah punya anak :
- Husni (Utuh Gunung)
- Ahmad
- Unan
- Misran (Imis) bin Maisyarah isteri kedua setelah isteri pertama wafat.
Kemudian Habib Ahmad Karji (Julak Nanang Karji) bin Tanqir Ghawa Assegaf setelah isterinya wafat, ia menikah lagi dengan Maisyarah perempuan asal Desa Tilahan Kec. Hantakan Barabai punya anak tunggal bernama Misran (Imis). Sedangkan Habib Husni bin Ahmad Karji bin Tanqir Ghawa Assegaf menikah dan punya anak : Habib H.Bastami dan Sy. Nur Aida. Adapun Habib H.Bastami bin Husni bin Ahmad Karji bin Tanqir Ghawa Assegaf menurunkan anak bernama Toni Jemain dan Beny.
2. Keturunan atau anak isteri Kedua
Sayyid Tanqir Ghawa menikahi Siti Khadijah seorang janda muda. Versi lain juga menyebutkan bahwa sekitar tahun 1909 ia menikah dengan perempuan janda yang ditinggal mati suaminya janda itu bernama Siti Khadijah asal orang Kandangan Hulu yang berdomisili di Lumpangi keluarga ini karena takut dengan kesewenangan Penjajah Belanda mereka berhijrah ke hulu banyu..”Maka dipihak keluarga memutuskan bahwa Tanqir Ghawa harus segera dikawinkan.. Akhirnya ia menikah dengan Siti Khadijah seorang janda beranak satu an. Ahmad Karjah. Dan dari hasil perkawinannya dengan janda itu kemudian ia punya keturunan 6 anak a
- Ahmad Baderi,
- Bahar,
- Badariah,
- Bahur,
- Maswati dan
- Salmiati
Hal senada sebagaimana yang diebutkan oleh Habib Muhammad Burhan
Rabbani Assegaf dan Beliau ceritera dari ayahnya bahwa "Siti Khadijah adalah seorang janda kembang, muda dan cantik, beranak satu yang
ditinggalkan mati oleh suaminya kemudian ia dikawinkan dengan Sayyid Tanqir
Ghawa, kemudian dari Perkawinan itu mempunyai anak 6 orang salah satunya Ahmad
Baderi."
Karomah Habib Tanqir Ghawa bin Abu Thair Muhammad Assegaf
Ketika saya datang bersilaturrahmi dengan Habib Muhammad
Burhanuddin bin Ahmad Baderi Assegaf dikediamannya Desa Tabihi, Beliau adalah
paman saya Beliau bercerita kepada saya bahwa kakeknya Habib Tanqir
Ghawa, ketika dibawa ke desa Rasau Barabai oleh anaknya Habib Ahmad Baderi.
Beliau adalah orang yang sangat tua, sudah sepuh, berumur ratusan tahun lebih,
tetapi beliau sehat, masih dapat berjalan sendiri, makan, mandi dan ke- WC
sendiri. Setelah beberapa hari tinggal bersama anak dan cucu-cucunya. Kemudian
ada orang yang melihat keadaan datu Tanqir Ghawa dan berkata 'buat apa
membawa orang tua ke kampung ini, menyanyasaki banua dan mahaharani baras.'
ucapan orang itu didengar oleh salah satu cucu perempuan beliau. peristiwa itu
dilaporkan kepada ayahnya an. Ahmad Baderi. Kata Ahmad Baderi 'jangan
ditanggapi nakai pemandiran orang itu'. kada'ai bahai ulun muar banar, padahal
kayi kada marugian apa-apa orang itu, maka baucap kaya itu.' kada sempat
satu minggu, orang itu sakit panas dan muntah darah, kemudian orang itu datang
kerumah minta tatambai dan 2 hari kemudian sembuh.
Habib Tanqir Ghawa bin Abu Thair Muhammad
Assegaf wafat
Habib Tanqir Ghawa bin Abu Thair Muhammad bin Abu Tha’am Ibrahim Assegaf wafat hari Ahad, tanggal 13 Januari 1985 Masihi, atau 21 Rabi'ul Awwal 1405H dirumah anaknya Habib Ahmad Baderi Assegaf di Rasau Kec. Pandawan Barabai, dimakamkan di Pakuburan Muslimin Desa Matang Ginalon Barabai. Dengan usia 126 tahun Hijeriah lebih atau kalau dihitung tahun masihi berumur 123 tahun Masihi
acaan :
- Artikel ”Biografi Habib Tanqir Ghawa bin Abu Thair Muhammad bin Abu Tha'am Ibrahim Assegaf” Oleh H.Hasan Baseri bin H. Muhammad Barsih. https://draft.blogger.com/blog/post/edit/1776103061266680536/1013731233961871700
- Artikell “Islamnya Orang-orang Hulu Banyu Kec. Loksado di akhir abad ke-18 Masihi” oleh H.asaan Bari, S.Ag bin Muhammad Barsih Assegaf https://draft.blogger.com/blog/post/edit/1776103061266680536/7986183751908153577
37. Habib Ahmad Baderi bin Tanqir Ghawa bin Abu Thair Muhammad bin Abu Tha'am Ibrahin bin Abu Bakar as-Tsani bin Ahmad Suhuf Assegaf
Ia adalah seorang yang shaleh, dan ia seorang yang ta’at yang memelihara iman dan islam, ia amat kenal dengan Tuhannya, ia seorang yang bertanggungjawab kepada keluarganya dan ia selalu berusaha menjalankan syari’at yang diperintahkan Tuhannya secara ketat selama hidupnya, seperti shalat, puasa, zakat dan amaliah-amaliah bathin lainya.
a. Sayyid Ahmad Baderi bin Tanqir Ghawa Assegaf Lahir
Ahmad Baderi lahir Jum'at, tanggal 8 November 1918 Masihi atau bertepatan dengan 4 Shafar 1337 Hijeriyah di kota Kandangan, Kab. Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan. Ia adalah salah seorang dzuriat yang ke-6 dari Habib Lumpangi yakni Habib Muhammad Djamiludin bin Abu Bakar bin Hasan Assegaf, ia termasuk dzuriat Nabi Saw yang hidup di abad ke-19 Masihi.
Konon nama “Ahmad”
adalah nama yang diberikan oleh anak cucunya dan Bidan Kampung saat memutus
(memotong) tali pusatnya waktu ia lahir. Ketika kedua orang tuanya mengadakan
tasmiahan (pemberian nama pada anak) sesudah tujuh hari kelahirannya, maka ia
diberi nama “Adjun Baderit Sasaran Kembang” oleh orang
tuanya, saat itu nama ini dianggap keren. Tetapi orang-orang sekelilingnya dari
masa anak-anak hingga dewasa memanggilnya "Baderi" atau "Utuh Ibat" nama itu
maknanya “Bulan”
maksud tafa'ulnya :
Agar kehidupannya bersinar terang seperti rembulan menerangi gelap gulita di
malam hari.
Ia adalah salah seorang dzuriat yang ke-15 dari al Faqih al
Muqaddam al Tsani. yakni Habib Ahmad
Baderi bin Tanqir Ghawa bin Abu Thair Muhammad bin Abu Tha'am Ibrahim bin Abu
Bakar as-Tsani bin Ahmad Suhuf bin Muhammad Djamiluddin bin Abu Bakar bin Hasan
bin Hasyim bin Muhammad bin Umar as-Shufy bin Abdurrahman bin Muhammad bin ‘Aly
bin Sayyid Abdurrahman Assegaf bergelar al Faqih al Muqaddam al Tsani. ia
termasuk dzuriat Nabi Saw yang hidup di abad ke-19 Masihi.
b. Nasab Habib Ahmad Baderi bin Tanqir Ghawa Assegaf
الْحَبِيْب اَحْمَدْ بَدْريْ بِنْ تَنْقِرُ الْغَوَى بِنْ اَبًوْ طَيْرٍمُحَمَّدْ بِنْ اِبْرَاهِيْمَ اي اَبًوْ طَعَامٍ بِنْ اَبُوْ بَكْرٍ الثَّاني بِنْ اَحْمَدْ صُحُفٍ بِنْ مًحَمَّدْ جَميْلً الدِّيْن بِنْ اَبًوْ بَكْرٍ بِنْ حَسَنٍ بِنْ هَاشِمٍ بِنْ مًحَمَّد بِنْ عًمَرَ الصُّوْفِيِّ [عُمَرُ الصَّافِيّ] بِنْ عَبْدُ الرَّحْمن بِنْ مُحَمَّد بِنْ عَلِيٍّ بِنْ اَلْاِمَامً عَبْدُ الرَّحْمن اى وَلِيُّ الله الْفَقِّيْه الْمًقّدَّم الثانيّ السَّقَّافُ بِنْ سَيِّدِنَا مًحَمَّد مَوْلَى اَلدَّوِيْلَةِ بِنْ سَيِّدِنَا عَلِيٌّ صَاحِبُ الدَّرْكِ بِنْ سَيِّدِنَا عَلْوِىْ الْغُيُوْرْ بِنْ سَيِّدِنَا الْفَقِّيْه الْمًقّدَّم مًحَمَّد بِنْ سَيِّدِنَا علي الوالد االفقيه بن سَيِّدِنَا الامام مًحَمّدْ صاحب مرباط بن سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ علي خالع قسم بن سيدنا عَلْوِيْ با عَلَوِيٌّ بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ مًحَمّدْ الصَّاحِبُ الصُّمْعَةُ بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ عَلْوِيُ الْمُبْتَكِرُعَلَوِيّيْن بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ عَبْدُاللهِ [عُبَيْدُالله الصَّاحِبُ الْعَرْضِيُّ] بنْ سَيِّدُنَا الْاِمَامُ أَحْمَدُ الْاَبَحُ الْمُهَاجِرُ بِنْ سَيِّدُنَا الْاِمَامُ عِيْسَى الرُّوْمِيُّ بِنْ سَيِّدُنَا الْاِمَامُ مًحَمّدٌ النَّاقِبُ بنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ عَلِيُّ الْعُرَيْضِيُّ بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ جعفر الصادق بن سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ مًحَمّدْ الباقر بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ عَلِيُّ زَينُ الـعـابدين بن سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ الْحُسَيْنُ بنْ السَّيِّدِةُ فَاطِمَةُ الزَّهْرَاءُ بِنْتُ مًحَمّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِنْ عَبْدُ الله،
Ahmad Baderi Assegaf
c. Habib Ahmad Baderi bin Tanqir Ghawa Assegaf Mendapatkan Pengajaran
Agama
Dimasa kecinya Ahmad Baderi bin Tanqir Ghawa berada di bawah
asuhan orang tuanya di Desa Lumpangi, kemudian ia dibawa orang tuanya ke
Kandangan, untuk sekolah SR, masa itu Kalimantan belum merdeka.
Habib Ahmad Baderi
mendapatkan pengajaran Agama langsung dari : -Siti Khadijah ibunya, -Tanqir
Ghawa ayahnya, -Abu Thair Muhammad kakeknya. Dan guru-guru agama disekitarnya.
Sejak kecil iapun telah membekali dirinya dengan giat belajar ilmu-ilmu agama
kepada orang tuanya, kepada kakeknya dan pamannya dan juga kepada orang lain
tentang ilmu fiqih, ilmu akhlak, ilmu tauhid dan ilmu hakekat. Oleh karenanya
Dia pandai baca Al-Qur’an dan baca tulis arab Malayu dan Bahasa Indonesia”.
d. Masa-masa Remaja Habib Ahmad Baderi bin Tanqirr Ghawa Assegaf dikawinkan diusia dini.
Menurut Folklor ceritra Datu-datu dan nenek kami menyebutkan bahwa Konon ketika usia Ahmad Baderi antara 17-18 tahun, ia baru tamat SR (Sekolah Rakyat) 6 tahun, ia dijodohkan dan dikawinkan oleh orang tuanya diusia dini dengan seorang perempuan lebih muda darinya. Diawal tahun 1936 ia menikahi seorang perempuan bernama Masmurah (usia 16-17 tahun) binti H. Bustani orang Kandangan Hulu.
Wanita ini dipinang dan dikawini oleh Habib Ahmad Baderi bin Tanqir Ghawa Assegaf pada Januari 1936M /Ahad, 24 Syawwal 1354H yang silam hingga ia hamil. Maka dalam kurun waktu 9 bulan dan 9 hari, lahirlah seorang anak laki-laki pada tanggal 30-07-1937/Jum’at, 22 Jumadil Awal 1356H yang diberi nama “Muhammad Barsih”.
Perkawinan Habib Ahmad Baderi dan Masmurah, orang tua Muhammad Barsih tidaklah bertahan lama, kurang lebih 3-4 tahun, perkawian mereka bubar.
e. Riwayat pendidikan & Profisi Sayyid Ahmad Baderi bin Tanqir Gawa Assegaf
Pada satu hari saya berkunjung ke rumah Habib Muhammad Burhanuddin
bin Ahmad Baderi Assegaf di Desa Tabihi Kec. Padang Batung, beliau bercerita
kepada saya bahwa “Pada mulanya ia setelah menamatkan SMP dan memiliki Izaah
SMP, Saat itu Kalimantan baru merdeka 17 Mei 1949, sekolah SMA belum ada di
Kandangan, kemudian ia masuk anggota
tentara Brimub lewat cabang Kandangan dan ia diterima. Kemudian ia beserta
rombongnnya dikirim ke Jawa (Surabaya) untuk mendapatkan pendidikan &
pelatihan-pelatihan Keprajuritan disana kurang lebih 3 tahun. Selama pelatihan
di Jawa inipun ia beristeri tetapi tidak punya keturunan. Beliau pernah dikirim
ke Irian Barat untuk Gelombang yang ke-3, tetapi rombongannya dapat pulang
dengan selamat.
Selesai menempuh pendidikan
& pelatihan-pelatihan Keprajuritan di Jawa (Surabaya) ia berada disana kurang
lebih 3 tahun, Ia dipulangkan dari Jawa (Surabaya) ke Kalimantan, ia bekerja
sebagai Brimub mula-mula ditempatkan di Kecamatan Padang Batung, Kab. Hulu Sungai
Selatan. Kemudian ditahun itu ia dimutasi ke Nagara sebagai Brimub.
Pada satu hari saya
berkunjung ke rumah Habib Muhammad Burhan Noor bin Ahmad Baderi Assegaf di Desa
Tabihi Kec. Padang Batung, beliau bercerita kepada saya bahwa Pada mulanya saat
Instansi Brinub disipilkan yakni tempat Sayyid Ahmad Baderi bekerja berubah menjadi
Sipil yakni orang yang bekerja disebut PNS. Ia mutasi ke Kacamatan Kasarangan
Kab. Hulu Sungai Tengah Barabai, tetapi ia tinggal di Pantai Hambawang.
Kemudian ia mutasi ke Pantai Hambawang, disini ia sempat diangkat sebagai Camat
Pantai Hambawang. kemudian ia mutasi Haruyan selama di Pemda Hulu Sungai
Tengah Barabai, ia pernah dipercaya menjabat Camat Haruyan.
f. Habib Ahmad Baderi bin Tanqir Ghawa Assegaf menikahi Gadis Nagara
Tidaklah ia begitu
lama keberadaannya di Nagara sekitar
tahun 1953 Masihi Ia mulai berkenalan dengan janda muda cantik & imut an.
Maslianoor binti Usman Desa Tumbukan Banyu Nagara
Kemudian di awal tahun 1953 tersebut, ia melamar janda muda cantik
kelahiran Nagara dan Ahad, 12 Sya'ban 1372H ia mengawininya an. Maslianoor asal
Desa Tumbukan Banyu Kec. Daha Selatan Kab. HSS. Setelah kawin Maslianoor, ia
ikut bersama suaminya Ahmad Baderi tinggal di Kandangan Hulu. Kabupaten Hulu
Sungai Selatan. Menurut penuturan Habib Muhammad Burhan Noor Assegaf anaknya
bahwa ibunya setelah kawin dengan ayahnya ia pernah kena guna-guna atau kena
santet bekas suaminya. Satu tahun kemudian setelah pernikahannya, tanggal 13
Juli 1955M atau bertepatan dengan hari Rabu, 23 Dzulqa’idah 1374H lahirlah anak
pertamanya berjenis kelamin laki-laki diberi nama “Muhammad Burhan Noor”.
Ibuda
Maslian Noor binti Usman
Muhammad Burhan Noor
Assegaf
Perkawinan Habib Ahmad Baderi dengan Maslianoor binti Usman tersebut dari 1953 – 1993M (kurang lebih 40 tahun) ia telah dikaruniai 7 orang anak, 3 orang laki-laki dan 4 orang perempuan antara lain :
- Habib Muhammad Burhan Noor (l.13 Juli 1955M)
- Sy Rumaynoor
- Habib Drs.H.Tajuddin Noor,MM
- Habib Syahruddin Noor L.1963
- Sy Nurlianti (Nunur)
- Sy Nor Jatunnisa
- Sy Nur Izzati Rahmi, S.H.I (Untung)
Makam
Datu Tanqir Ghawa dan Ahmad Baderi Assegaf anaknya
Desa Matang Ginalon Barabai HST
g. Sayyid Ahmad Baderi bin Tanqir Gawa Assegaf wafat
Ia wafat dihadiri isteri dan anak-anaknya di desa Rasau Kec.
Pandawan Barabai, diusianya yang cukup tua sekitar 75 tahun dan ia dimakamkan
berdampinagan dengan ayahnya Habib Tanqir Gawa di Pakuburan Muslimin Desa
Matang Ginalon Kec. Pendawan, Barabai, Kab. Hulu Sungai Tengah Barabai
Kalimantan Selatan. Hari Senin, tanggal 6 Shafar 1414H. bertepatan
dengan tanggal 26 Juli1993 M.
Daftar Bacaan :
1. Artikel "Biografi Habib Ahmad Baderi bin Tanqir Ghawa Assegaf" / https://draft.blogger.com/blog/post/edit/1776103061266680536/2153512720285419769
3. Artikel “Mengungkap Historis Datu Habib Lumpangi Abu Bakar Kec. Loksado" https://draft.blogger.com/blog/post/edit/1776103061266680536/1894353615762240499
38. Habib H.Muhammad Barsih bin Ahmad Baderi bin Tanqir Ghawa bin Abu Thair Muhammad Abu Tha'am Ibrahin bin Abu Bakar ast-Tsani bin Ahmad Suhuf Assegaf
Ia adalah seorang yang shaleh, dan ia seorang yang ta’at yang memelihara iman dan islam, ia amat kenal dengan Tuhannya, ia seorang yang bertanggungjawab kepada keluarganya dan ia selalu berusaha menjalankan syari’at yang diperintahkan Tuhannya secara ketat selama hidupnya, seperti shalat, puasa, zakat dan amaliah-amaliah bathin lainya.
a. Habib Muhammad Barsih bin Ahmad Baderi bin Tanqir Ghawa Assegaf
Lahir dan Masa Anak-anak
Habib H. Muhammad Barsih lahir di Kandangan, hari Jum'at, 30 Juli 1937
Masihi sekitar Jam 06 pagi atau bertepatan dengan 22 Jumadil Awal 1356 Hijeriyah
kota Kandangan, Kab. Hulu Sungai Selatan, Prov. Kalimantan Selatan.
b. Sekilas perkawinan Habib Ahmad Baderi bin Tanqir Ghawa Assegaf dengan Masmurah binti H. Bustani diusia didini.
Menurut Folklor ceritra
Datu-datu dan nenek kami menyebutkan
bahwa Konon ketika
usia Ahmad Baderi antara 17-18 tahun, ia baru tamat SR (Sekolah Rakyat) 6
tahun, ia dikawinkan oleh orang
tuanya dengan seorang perempuan lebih muda darinya. Diawal tahun 1936 Masihi ia menikahi seorang
perempuan bernama Masmurah (usia
16-17 tahun) binti H. Bustani orang
Kandangan Hulu.
Mertuanya H. Bustani (w.1947M) aslinya orang Dayak Islam Lumpangi
dan berprofisi (Juragan bambu) pedagang Paring. Ia membeli dan mengumpulkannya
dari penjual yang berlabuh ke Kandangan. Ia membawa /malabuh lanting dari
Kandangan, ke Nagara hingga Kuin Banjarmasin.
Dan juga ia ditokohkan masyarakat Kandangan Hulu sebagai orang
yang punya pengetahuan agama Islam yang luas dan ia menjabat Penghulu di desa
Kandangan Hulu sekitar tahun 1920-1947-an. Ia punya 3 anak, salah satu anak
perempuan yang cantik rupawan an. Masmurah yang menjadi isteri Habib Ahmad
Baderi. Karena ia memiliki paras cantik rupawan, rambu ikal mayang, postur
tubuh yang bagus padat berisi dan tinggi kurang lebih 155-160cm lebih maka ia
termasuk wanita idaman bagi anak-anak muda dimasanya. Wanita ini dipinang dan
dikawini oleh Habib Ahmad Baderi bin Tanqir Ghawa Assegaf pada Januari 1936M
/Ahad, 24 Syawwal 1354H yang silam hingga ia hamil. Maka dalam kurun
waktu 9 bulan dan 9 hari, lahirlah seorang anak laki-laki pada tanggal
30-07-1937/Jum’at, 22 Jumadil Awal 1356H yang diberi nama “Muhammad Barsih”.
Perkawinan Habib Ahmad Baderi dan Masmurah, orang tua Muhammad Barsih tidaklah bertahan lama, kurang lebih 3-4 tahun, perkawian mereka bubar, menurut informasi yang saya dapatkan disalah satu pihak bahwa karena ada ikut campur tangan dari pihak ketiga (pada keluarga itu sendiri) dalam membangun dan membina sebuah keluarga.
c. Habib Muhammad Barsih bin Ahmad Baderi Assegaf mendapatkan Pengajaran Agama
Habib Muhammad Barsih mendapatkan pengajaran Agama langsung dari :
-Masmurah ibunya, -Ahmad Baderi ayahnya, - H. Bustani dan Tanqir Ghawa kedua kakeknya.
Dan guru-guru agama disekitarnya. Sejak kecil hingga remaja iapun telah membekali dirinya dengan
giat belajar ilmu-ilmu agama kepada orang tuanya, kepada kakeknya dan pamannya
dan juga kepada orang lain tentang ilmu fiqih, ilmu akhlak, ilmu tauhid dan
ilmu hakekat. Oleh karenanya Dia pandai baca Al-Qur’an dan Bahasa Indonesia”
d. Riwayat pendidikan & Profisi Habib Muhammad Barsih bin Ahmad Baderi bin Tanqir Gawa Assegaf
Dimasa kecil hingga remajanya Muhammad Barsih bin Ahmad Baderi Assegaf
berada di bawah asuhan orang tuanya dan kedua kakeknya di Kandangan, untuk
setelah menamatkan sekolah SR 6 tahun
dan SMP 3 tahun kemudian ia mengikuti pelatihan tenaga MEDIS bidang Kesehatan selama
1 tahun di Kandangan.
Pada mulanya ia setelah menamatkan selesai pelatihan tenaga MEDIS
bidang Kesehatan selama 1 tahun di Kandangan, Muhammad Barsih berprofi sebagai
Mantri suntik dan sunat yang ditugaskan diwilayah Kec. Loksado : ada Balai
Kesehatan Harantan-Lumpangi ada Balai Kesehatan, di desa Tarbelimbing ada Balai
Kesehatan Tarbelimbing hingga Loksado ada Balai Kesehatan (sekarang namanya
Puskesmas) Loksado.
e. Nasab Silsilah Habib H.Muhammad Barsih bin Ahmad Baderi bin Tanqir Ghawa Assegaf bersambung ke Rasulullah Saw
f. Sekilas tentang Keluarga
H. Bustani kakek Habib H.Muhammad
Barsih bin Ahmad Baderi Assegaf
Kayi H.Bustani,
Kayi Sarman dan Masnah (Mama Masni jagau)
adalah 3 orang bersaudara.
Mereka salah satu dzuriah Datu Lumpangi dzuriat yang keenam tetapi dari pihak
perempuan. Dulu mereka memiliki tanah yang tidak jauh dari lokasi makam kubah
Datu Lumpangi di lokasi yang berbeda. Tanah Kayi Sarman berseberangan dengan
kubah, ia berprofisi Pandai besi (menitik parang) sedangkan dulu tanah H,
Bustani masih menyatu dengan tanah kampung Balai Ulin, tetapi akibat banjir
besar, sungai yang berada muka Balai Ulin membelah dua. Tanah H. Bustani
menjadi pulau /murung terjadi dihilir kubah. Ia berprofisi pedagang dan juga ia
pernah ditokohkan menjabat Penghulu di desa Kandangan Hulu, disekitar tahun 1920-1947-an.
Menurut ibu saya Hj. Masitah binti Salamat (umur 83 thn),
yang saya wawancarai dirumah Beliau di jalan Alfalah Kandangan
mengatakan, ia dari ucapan Mardiah isteri Kayi H. Bustani bahwa Kayi H. Bustani
ayahnya “Majeri” atau kakeknya “Dina” meninggal dunia ketika Habib Muhammad
Barsih berusia sekiar 10 tahun lebih
duduk di klas 3 SD
H. Bustani w.1947 Masihi dan Ia kawin dengan perempuan an. Datung
Diah (Mardiah) dan punya 2 anak perempuan yang cantik rupawan an. Masmurah dan
Basnah. Ketika dewasa Masmurah karena memiliki paras cantik rupawan, postur
tubuh yang bagus padat berisi dan tinggi kurang lebih 160cm maka ia termasuk
wanita idaman bagi anak-anak muda dimasanya. Ia menikah dengan Habib dan tanggal
30-07-1937Masih, Masmurah melahirkan seorang bayi laki-laki yang diberinama
“Muhammad Barsih”. atau Jum'at, 22 Jumadil Awal 1356H. Ia lahir di Kandangan
sekitar 09.00 pagi. Satu tahun kemudian Datung Diah ibunya Masmurah juga
melahirkan seorang anak laki-laki diberinama “Majeri”.
g. Masa Remaja Habib Muhammad Barsih bin Ahmad Baderi Assegaf dan Pertemuan perkenalannya dengan Masitah binti Salamat Gadis Dara Kayu Abang
Konon ketika usia Habib Muhammad Barsih 23 tahun, ia dikawinkan oleh orang tuanya dengan perempuan
bernama Masitah binti Salamat seorang gadis dara desa Kayu Abang.
Pertemuan
pertama Muhammad Barsih dengan Masitah, diawali pandangan pertamanya ketika
bersamaan ingin naik mobil taxi puar saat itu, ditaxian mobil Padang Batung.
ketika mobil akan berangkat menuju kota
Kandangan. Ketika itu Masitah dan keluarganya dari Paniungan desa Lokbahan
menuju Desa Kayu Abang sedangkan Habib dari Lumpangi menuju kota Kandangan
Perkenalan kedua Muhammad Barsih dengan Masitah, ketika ia tolak
maunjun (mamncing) iwak Papuyu ke Panggang Hijau Desa Kayu Abang, Tak sengaja
dan tak terbayang saat itu Masitah sedang menumbuk padi di muka rumahnya. saat
itu Masitah seorang janda muda yang belum disentuh oleh mantan suaminya dan
belum datang haid, ia cantik rupawan memikat hati yang dipersunting Habib.
Kemudian Muhammad Barsih melamar dan menikah sekitar awal tahun 1960M dengan
seorang wanita an. Masitah binti Salamat asal desa Kayu Abang, Kec. Angkinang. sedangkan
Salamat ayahnya asal orang Pakuan Kec. Telaga Langsat.
Hj. Masitah binti Salamat asal Desa Kayu Abang, lahir di Kayu
Abang tanggal 01-01-1940 Masihi, sekarang di tahun 2022 Masihi Beliau masih sehat
wal 'afiat, ia tinggal bersama anaknya disekitar anaknya yang lain. Semoga
Beliau diberikan Iman-Islam yang bertambah - tambah dan juga diberikan
kesehatan. Aamiin Aamiin Allahumma Aamiin.
h. Anak Keturunan Habib H.Muhammad Barsih bin Ahmad Baderi bin Tanqir
Ghawa bin Abu Thair Muhammad Assegaf
Kedua dari pasangan suami-isteri Habib H. Muhammad Barsih dengan Hj. Masitah binti Salamat.. Kedua pasangan ini dikaruniai 9 orang anak, 6 orang anak laki-laki dan 3 orang anak perempuan. Dari 9 anak yang dimaksud dengan nama :
- Habib Basuni (Meninggal saat kecil),
- Habib Baseraninoor perjaan swasta,
- Habib H.Hasan Baseri,S.Ag perjaan PNS,
- Habib H.Muhammad Nurdin Efendi perjaan PNS Guru (w. th.2012M),
- Syarifah Taniyah (Nia Kurnia) perjaan Wiraswasta,
- Syarifah Maimunah (Meninggal saat kecil),
- Habib Dzulkifli Lubis perjaan swasta,
- Syarifah Hj. Nursinah,S.Pd perjaan PNS Guru (w.th.2014M),
- Habib Muhammad Ariatim (Arya Nurhadi,S.Pd) perjaan PNS Guru
i. Habib Muhammad Barsih bin Ahmad Baderi bin Tanqir Ghawa bin
Abu Thair Muhammad Assegaf Wafat
Muhammad Barsih Ia berprofi Pegewai Negeri Sipil (PNS ia bertugas sebagai
Mantri suntik yang ditugaskan di
Lumpangi hingga Loksado. Sekitar tahun
1975 an ia punya isteri kedua yang janda an. Sarimpay asal kampung Lambuk Hulu Banyu. Kala itu kami anak-anak
Baliau tinggal di Lumpangi tidak jauh dari makam Habib Abu Bakar Assegaf hanya
di halat Sungai Kali Amandit.
Dulu Lumpangi adalah sebuah desa yang terisolasi, desa yang jauh
dari pusat keramainan kota, bersih udaranya dan sangat sejuk, air sungai yang
bening, desaku terpencil yang sangat
sedikit penduduknya. Disaat malam hari cuacanya sangat dingin… Lumpangi nama
desaku. dan tempat tingglku, dan tempat ayahku di makamkan.
Habib Muhammad
Barsih Assegaf
wafat jam 09.00 pagi kena serangan jantung, Rabu. 02 May 1978M/ 24 Jumadil Awwal 1398H di Hulu Banyu Balai Puskesmas Desa Datar
Balimbing, mayatnya dibawa labuh dihari itu dengan rakit bambu ke Desa Lumpangi
dan dimakamkan hari Kamis, 03 May 1978M
di desa Lumpangi...
Adapun anak Hj. Masitah binti Salamat yang kedua dari 9 orang bersaudara bernama Basrani Noor bin H.Muhammad Barsih bin Ahmad Baderi Assegaf. Ia menikah dengan Ainah binti Kasran asal orang Malinau dan punya anak 4 orang, 2 laki-laki dan 2 perempuan an.
- Sy Farida Hayati
- Habib Syahril Majid,
- Habib Ali Marzuki, dan
- Sy Eva.
Adapun Syahril Majid bin Basrani Noor bin H.Muhammad Barsih bin Ahmad Baderi Assegaf menikah dengan Diana binti Ayau asal orang Lumpangi dan punya anak 1 orang laki-laki an. Ajril Majid. Sedangakan adiknya Ali Marzuki menikah dengan Saidah Hasanah dan punya anak 1 orang laki-laki an.Muhammad Angga Saputra.
39. Habib H.Hasan Baseri bin Muhammad Barsih bin Ahmad Baderi bin Tanqir Ghawa bin Abu Thair Muhammad bin Abu Tha'am Ibrahin bin Abu Bakar ast-Tsani bin Ahmad Suhuf Assegaf
Sayyid Hasan Baseri adalah seorang Serjana (S1) berprofisi Pegawai Negeri Sipil pada Kementerian Agama, 21 tahun ia bekerja di Kementerian Agama Kab. Tapin (PPN/Penghulu KUA) kemudian mutasi ke Kementerian Agama Kab. Hulu Sungai Selatan tahun 2021. Ia seorang yang shaleh, dan ia seorang yang ta’at beragama yang sangat memelihara iman dan islam, ia amat dekat dan kenal dengan Tuhannya, ia seorang yang bertanggungjawab kepada keluarganya dan ia selalu berusaha menjalankan syari’at yang diperintahkan Tuhannya secara ketat selama hidupnya, seperti shalat, puasa, zakat dan amaliah-amaliah dzahir dan amaliah-amaliah bathin lainya.
1. Nasab Sayyid H.Hasan Baseri bin H.Muhammad Barsih bin Ahmad Baderi Assegaf
الْحَبِيْب حَسَنْ بصْرِىْ بِنْ مًحَمَّدْ بَرْسِيْه بِنْ اَحْمَدْ بَدْريْ بِنْ تَنْقِرُ الْغَوَى بِنْ اَبًوْ طَيْرٍمُحَمَّدْ بِنْ اَبًوْ طَعَامٍ اِبْرَاهِيْمَ بِنْ اَبُوْ بَكْرٍ الثَّاني بِنْ اَحْمَدْ صُحُف بِنْ مًحَمَّدْ جَميْلً الدِّيْن بِنْ اَبًوْ بَكْرٍ بِنْ حَسَنٍ بِنْ هَاشِمٍ بِنْ مًحَمَّد بِنْ عًمَرَ الصُّوْفِيِّ [عُمَرُ الصَّافِيّ] بِنْ عَبْدُ الرَّحْمن بِنْ مُحَمَّد بِنْ عَلِيٍّ بِنْ اَلْاِمَامً عَبْدُ الرَّحْمن اى وَلِيُّ الله الْفَقِّيْه الْمًقّدَّم الثانيّ السَّقَّافُ بِنْ سَيِّدِنَا مًحَمَّد مَوْلَى اَلدَّوِيْلَةِ بِنْ سَيِّدِنَا عَلِيٌّ صَاحِبُ الدَّرْكِ بِنْ سَيِّدِنَا عَلْوِىْ الْغُيُوْرْ بِنْ سَيِّدِنَا الْفَقِّيْه الْمًقّدَّم مًحَمَّد بِنْ سَيِّدِنَا علي الوالد االفقيه بن سَيِّدِنَا الامام مًحَمّدْ صاحب مرباط بن سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ علي خالع قسم بن سيدنا عَلْوِيْ با عَلَوِيٌّ بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ مًحَمّدْ الصَّاحِبُ الصُّمْعَةُ بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ عَلْوِيُ الْمُبْتَكِرُعَلَوِيّيْن بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ عَبْدُاللهِ [عُبَيْدُالله الصَّاحِبُ الْعَرْضِيُّ] بنْ سَيِّدُنَا الْاِمَامُ أَحْمَدُ الْاَبَحُ الْمُهَاجِرُ بِنْ سَيِّدُنَا الْاِمَامُ عِيْسَى الرُّوْمِيُّ بِنْ سَيِّدُنَا الْاِمَامُ مًحَمّدٌ النَّاقِبُ بنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ عَلِيُّ الْعُرَيْضِيُّ بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ جعفر الصادق بن سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ مًحَمّدْ الباقر بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ عَلِيُّ زَينُ الـعـابدين بن سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ الْحُسَيْنُ بنْ السَّيِّدِةُ فَاطِمَةُ الزَّهْرَاءُ بِنْتُ مًحَمّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِنْ عَبْدُ الله
Habib H.Hasan Basri, S.Ag bin H. Muhammad Barsih bin Ahmad Baderi (Adjun Baderit Sasaran Kambang) bin Tanqirr Gawa bin Abuthair Muhammad bin Abu Tha’am Ibrahim bin Abu Bakar as-Tsani bin Ahmad Suhuf bin Muhammad Djamiluddin bin Sayyid Abu Bakar bin Hasan bin Hasyim bin Muhammad bin Umar as-shufy bin Abdurrahman bin Muhammad bin ‘Aly bin Abdurrahman Assegaf bergelar Al Faqih al Muqaddam Tsani. bin Syekh Muhammad (Maula Ad-Dawilah) bin Syekh Ali (Shahibud Dark) bin Sayyidina Al-Imam Alwi Al-Ghuyur bin Sayyidina Al-Imam Al-Faqih Al-Muqaddam Muhammad bin Sayyidina Ali Walidul Faqih bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Shohib Mirbath bin Sayyidina Ali (Al-Imam Khali Qasam bin Sayyidina Alwi bin Sayyidina Al-Imam Muhammad (Shahib As-Shouma’ah) bin Sayyidina Al-Imam Alwi Alawiyyin (Shahib Saml) bin Sayyidina Al-Imam Abdullah (Ubaidillah Shahibul Aradh) bin Sayyidina Al-Imam Al-Muhajir Ahmad bin Sayyidina Al-Imam Isa Ar-Rumi bin Sayyidina Al-Imam Muhammad An-Naqib bin Sayyidina Al-Imam Ali Al-Uraidhi bin Sayyidina Al-Imam Ja’far As-Shodiq bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Sayyidina Al-Imam Ali Zainal Abidin bin Al-Imam As-Syahid Syabab Ahlil Jannah Sayyidina Al-Husain bin Sayyidina Ali bin Abi Thalib dan Sayyidah Fatimah Az-Zahra binti Rasulullah Muhammad SAW ibni Abdullah.
Kalau pihak ibu, Habib H.HASAN BASRI, S.Ag bin Hj. Masitah binti Sabariah binti Salamat. Sabariah binti ( Butatil dengan Siti Khadijah ).
2. Kelahiran Sayyid H.Hasan Basri bin H.Muhammad Barsih bin Ahmad
Baderi binTanqir Ghawa Assegaf
Sayyid H.Hasan Baseri lahir di Lumpangi, manakala data Raport awal
hilang, maka Kepala Sekolah SD ibu angkatnya menulis data di Ijazah SD sebagai
berikut : Nama Hasan Baseri, Tempat dan tanggal lahir : Kandangan, 27 Oktober 1968M/ 6 Sya’ban 1388M sesuai dengan Akta Kelahiran dan
Izajahnya. Ia lahir dari pasangan suami isteri shalih dan
shalihah Habib H.Muhammad Barsih dengan Hj.Masitah. Kalau pihak ibu, Habib H.Hasan Baseri,S.Ag bin Hj.Masitah binti Sabariah binti Butatil dengan Siti Khadijah. Sedangkan Hj.Masitah binti Salamat bin Ahmad.
3. Sayyid H.Hasan Basri bin H.Muhammad Barsih bin Ahmad Baderi
Assegaf diasuh/ diangkat anak oleh KH.Zarkasi Anshor bin Busyra dan Ibunda Hj.Mayuri binti Muhsmmad
Said
Tahun 1980M Habib Hasan Basri diasuh dan diangkat anak oleh Tuan Guru KH. Zarkasi Anshor
dan isterinya an. Hj. Maryuri binti Muhammad Said. Waktu itu KH. Zarkasi Anshor
wakil Kepala Sekolah SMPN Karang Jawa dan Hj. Maryuri isterinya adalah Kepala
SDN Karang Jawa Muka, alamat tempat tinggal Beliau Desa Karang Jawa Muka, Hasan bersekolah SD
di Karang Jawa Muka ini dan tamat SDN tahun 1981. Tuan Guru KH. Zarkasi Anshor
bin Busyra w,1995M dan isterinya an. Hj. Maryuri binti Muhammad Said, keduanya adalah
orang tua angkat saya. Saya adalah anak yang ke 10 dari 9 putra/putri kandung
beliau. Guru KH. Zarkasi Anshor adalah sosok Ulama Tauhid dan Fiqih, kalau di
sekolah umum SMP beliau mengajar Pak Pancasila/ilmu akhlak. Hampir tidak ada waktu yang kosong bagi Guru
ini. Beliau mengajari murid-muridnya baik dirumah, di Langgar ataupun di Masjid
secara ruten. Beliau mengajar dahulu pakai sepeda laki yang saya pakai,
sekarang Beliau mengajar pakai Vesva warna putih kehijauan
Saya tinggal bersama Beliau mulai tahun 1980M sampai dengan tahun 1991M, saya diajari Ilmu Nahwu dengan syahid dan ilmu sharafnya, saya dilatih membuat kalimat Indonesia diterjemahkan ke bahasa Arab. Selain itu saya juga belajar Ngaji al Qur'an secara khusus dengan Tuan Guru H. Shagir, beliau adalah Ulama ahlul Qur'an dibidang huruf, yang beralamat di Desa Karang Jawa Muka
4. Habib H.Hasan Baseri bin H.Muhammad Barsih bin Ahmad Baderi Assegaf Mendapatkan Pengajaran ilmu Agama
Dimasa kecil (lahir)nya Habib H.Hasan Baseri Assegaf hingga tahun 1980 berada di Desa Lumpangi,
kemudian dibawa orang tuanya ke Kandangan, diakhir tahun 1981 an tamat SDN
Karang Jawa Muka. Ia Mendapatkan Pengajaran Agama langsung dari : -Kedua orang
tua angkatnya an. KH.Zarkasi Ansor dan Ibunda Hj.Mayuri binti Muhsmmad Said.
Belajar baca Al Qur’an awal pada guru Samlan. Nawawi, Baihaqi,
Muhammad Asri. Oleh karenanya Dia pandai baca Al-Qur’an dan baca tulis arab”..
Guru-guru yang pernah ia datangi dengan sepeda laki (sepeda Unta laki kepunyaan Tuan Guru KH. Zarkasi Anshor) untuk belajar ilmu agama Islam al. :
- Tuan Guru KH. Zarkasi Ansor Bin Busyra (Desa Karang Jawa Muka) Kecamatan Padang Batung. Beliau adalah orang tua akat saya, saya tinggal di rumah Beliau kurang lebih sepuluh tahun. Beliau ngajar ilmu dasar dalam bahasa Arab, Ilmu Alat atau Nahwu (Basyahid), al Kawakib, al Bajuri dan Ianah dan Fathul Muin dllnya.
- H. ABDULLAH (Penghulu Desa Kerasikan) Kec. Sei Raya Kandangan. Beliau ngajar dari niat mandi, niat wudu, bacaan shalat wajib dan wirid-wiridnya dengan cara si murid membacanya hafalan hingga si murid fasih membaca tentang huruf dan makhrajnya. Dari Beliaulah, saya dapat izajah lisan dan ijin, boleh menjadi Imam shalat di Langgar atau di Masjid tahun 1985M. Teman belajar Muhammad Zaini, Muksin.
- H. DURJANI, Belajar kitab Jurmiyah, Kitab Kailani, dan Kitab Kawakib tahun 1985M... beralamat Desa Teluk Pinang Hamalau Kandangan, teman Muhammad Fadli.
- KH. ABDUL GANI Lc, Belajar bahasa arab, ngaji al Qur'an 1985 teman Rusri/Iyus.
- H. AHMAD ZAINI, Alamat Jambu Jembatan Merah, saya belajar lagu al Barjani dan Takhtim, misalnya lagu Usak, lagu Ras dan lagu Zarkah.
- H. MAIMUN, Beliau alumnus Bangil, alamat Teluk Masjid Kandangan, saya belajar kitab Aqa'idul Iman, Kitab Amal Ma'rifat, Kitab Aqidatun Najin dan Matan Al Bukhari tahun 1987M.
- KH. MAKKIE HEKMI,BA membaca Kitab Durratun Nasehen, Kitab al Azkar Nawawi dan Kitab Tanbihul Ghafilin dan Bahasa Arab, tempat belajar ruang kelas PGA Kandangan setiap Minggu pagi mulai jam 08.00-
- BELAJAR LAGU - LAGU SENI BACA AL QUR'AN, Ia belajar 8 lagu antara lain : misalnya lagu Husain-husaini, lagu Bayati, lagu Saba, lagu Nahwan, lagu Ras, lagu Sikah, lagu Dzarkah dan lagu Usak pada al Barjanji. Saya belajar pada guru a.Iman Ds.Hamalau, b.Abdul Majid, Ds. Paku, c.Syamsul Bh, d.H.A.Zaini Ds. Jambu, e.Dengan Kawan-kawan.
- KH. ABDUL AZIZ SARBINI, Beliau alumnus Mekkah al Mukarramah, alamat Pulau Sepakat Kandangan, Kitab yang dibaca Risalah Qusyairiyah, Tafsir Murahul Labid, Tafsir Shawi dan Ihya Ulumuddin.
- KH. NURHANI, Beliau disebut orang dengan KAMUS BERJALAN, Karena Beliau setiap ada pertanyaan/ masalah dijawab langsung tanpa membuka kamus dan kitabnya, maksudnya beliau menguasai kamus dan hukum yang berkenaan dengan pertanyaan orang tsb. Saya belajar dengan beliau Kitab Mursyidul Amin dan Kitab Riyadus Shalihin (Hadis).
- TUAN GURU KH. QASIM, beralamat Sungai Kalang Kandangan, kitab-kitab yang dibaca antara lain : - Kitab I'anah Thalibin, - Kitab Sirajut Thalibin, - Kitab Ibnu Aqil/al Hudari, - Kitab al Ighna (kitab fiqih), -Kitab Sunan Abu Daud.
5. Riwayat Pendidikan Habib H.Hasan Baseri bin H.Muhammad Barsih bin Ahmad Baderi binTanqir Ghawa bin Abuthair Muhammad bin Abu Tha'am Ibrahim Assegaf
Habib H.Hasan Baseri tamat SD 6 tahun di “SDN Karang Jawa Muka” tahun 1981M,pejabat Kepala SDN bernama Hj.Mayuri. tamat SMP 3 tahun di “SMPN Karang Jawa” tahun 1984M pejabat Kepala SMPN bernama H.Amir Ali.BA, dan tamat MAN 3 tahun di “MAN Sungai Paring” Kandangan tahun 1987M, pejabat Kepala MAN bernama H.Rusdi.BA. Tamat Kuliah Serjana S.1 tahun 1998M Fakultas Syari'ah Jurusan Ahwlus Syakhsiyah pada Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI Darul 'Ulum Kandangan).
Setelah tamat Madrasah Aliyah
tahun 1987 ia masuk kuliah di IAIN Antasari
Banjarmasin di terima di Fakultas Tarbiyah, Fakultas yang sulit dimasuki atau
Fakultas rebutan ketika itu, karena 90% orang yang lulus di Fakultas itu
diterima sebagai PNS Guru. Ketika test masuk IAIN saya lulus di 10 besar dari
200 orang peserta test. Kurang lebih 5 bulan di Fakultas Tarbiyah ini ia dapat bertahan, disinilah awal sakit paru-prunya pertengahan tahun 1988M. Akhirnya ia berhenti kuliah di IAIN Antasari Banjarmasin, ia terbaring sakit lebih 3 bulan lebih, setelah
sehat ia masuk Kuliah di STIS Darul 'Ulum Kandangan yang
masih ikut Kopertais wilayah IV Surabaya yang lulusannya bergelar Drs.......
Lima tahun berlalu Sekolah Tinggi Islam Swasta)
STIS berubah namanya menjadi STAI Darul 'Ulum Kandangan (Sekolah Tinggi Agama
Islam) dan menjadi Kopertais wilayah 11 Banjarmasin, yang lulusannya bergelar
S.Ag. Jumlah temannya waktu masuk kuliah ada 42 orang
Mahasiswa- Mahasiswi. Selama 11 tahun ia kuliah di fakulas ini, 40 orang Mahasiswa berhenti dan 2 orang
meninggal dunia.
Tahun 1998 ia tamat S1 Fakultas Syariah jurusn Perdata
Islam, ia lulusan terbaik, ditahun itu juga ia megajar di berikan 2 Fak mata
Kuliah oleh Dosennya Drs.H.Bustani Iman
untuk mengajar di STAI Darul Ulum Kandangan
Bulan Oktober tahun 1998M tersebut ia ikut Test CPPN untuk formasi Kab. Tapin, Rantau di Asrama Haji Banjarmasin dan lulus. Tanggal 1 April 1999 SK. PNSnya keluar yang ia ditempatkan di KUA Binuang Kab. Tapin
:
6. Habib H.Hasan Baseri bin H.Muhammad Barsih bin Ahmad Baderi Assegaf Menikah dengan Hj.Maslina binti H.Muhammad Yusuf) bin H.Abdul Syukur
Pada hari Kamis, tanggal 7 Maret 1991M/ 20 Sya'ban 1411H pagi, ia menikah dengan seorang perempuan bernama Masliana (nama kecilnya Maslina asal kota Raden Tengah Amuntai) binti (H.Muhammad Yusuf) atau H.Yusuf bin (H.Abdul Syukur) atau H. Syukur di KUA Kec. Kandangan.
Nama lengkapnya isteri adalah "Hj.Masliana binti H.Muhammad Yusuf bin H.Syukur atau dari pihak ibu : Hj. Masliana binti Hj.Maimunah (asal Alabio Amuntai) binti Karkawi bin Jantera atau Hj. Masliana binti Hj.Maimunah binti Masmulia. Sekarang tahun 2007 saya punya 6 orang anak, 3 orang anak lki-laki dan 3 orang anak perempuan
- Habib Muhammad Ibnu Mubarak,S.Pd dan lahir Selasa, 29 Juni 1993M/ 9 al Muharram 1414H.
- Habib Ibnu Salam,S.Pd,M.Pd dan lahir Rabu, 21 Oktober 1998M/ 1 Rajab 1419H
- Habib Muhammad Ibni 'Athaillah,S.T dan lahir Kamis, 05 Juli 2001M/ 13 Rabiul Akhir 1422H
Dan 3 anak perempuan syarifah an. :
- Siti Fatimah, anak pertama (meninggal saat lahir)
- Sulaihah, anak ketiga (meninggal saat lahir)
- Mawaddah, (meninggal saat lahir) .
Habib H.Hasan Basri H.Muhammad Barsih bin Masmurh (Murah) binti H.Bustani dengan Mardiah (Diah) H.Bustani pernah menjabat sebagai
Penghulu di Kandangan Hulu sekitar tahun 1920-1947-an hingga ia wafat tahun 1947M.
Muhammad Ibnu Mubarak Assegaf, S.Pd
7. Habib H.Hasan Baseri bin H.Muhammad Barsih bin Ahmad Baderi bin Tanqir Ghawa Assegaf Mengkaji Ilmu Ma'rifah jalan Thariqat Sufi al Junaidiyah
Ketika ia dimutasi tempat kerjanya ke Miawa Kec. Piani Kab. Tapin sebagai PPN dan keluarganya tinggal di Kandangan, ia punya banyak waktu luang untuk belajar ilmu agama baten. Pada tahun 2003M inilah ia mulai mencari Guru Mursyid tasauf untuk amal baten. Mengapa ia mencari Guru Tasauf ?..............??????????? Jawabnya adalah pada bulan antara Pebruari-Maret awal tahun 2003 ia dengan Gr. Ahmad Sarpani datang berkujung ke Majelis KH.Qasim Ds. Sungai Kalang Kandangan, Beliau adalah guru kami. Beliau adalah seorang Ulama yang memponi, sangat dalam dan luas ilmunya, sangat banyak kitabnya dan juga muridnya. Kami shalat Ashar berjama'ah dengan beliau, kemudian kami mohon ijin minta waktu ada hajatan dengan beliau, akhirnya Beliau mempersilahkan kami duduk menghadap Beliau. Beliau bertanya " Ada apa ?" Kami jawab, kami membawa kitab Sirajut Thalibin Jilid I, kami mohon kepada guru untuk membacakan dan menjelaskan maksudnya, maka kami buka halaman 396-397 tertulis as Tsalisu al Mukasyafah. Kata Beliau bahwa kamu belum mengerti nanti insya Allah akan mengerti.
Beliau tidak menanggafi yang kami
tentang isi kitab pada halaman tersebut, tetapi menyuruh kami banyak membaca
Hidzib an Nawawi dan membaca
shalawat kepada
Nabi Saw. Beliau ceritra sering bermusyafahah dengan Rasulullah mulai usia 40 tahun.......
Kata Beliau bahwa ketika berguru
dengan KH.Abdussalam Gambah Kandangan, meninggal dunia di Mekkah al Mukarramah,
konon jasadnya tidak hancur setelah dimakamkan berpuluh-puluh tahun. Kata
Beliau, hanya dia yang diberi amalan shalawat oleh Tuan Guru KH.Abdussalam sebayak 5000 kali sehari semalam.
KH.Qasim Sungai
Kalang Kandangan wafat Senin, 22 Ramadhan 1429H/22 September 2008M.
Disini ia sangat bersyukur kepada Allah, andaikata Beliau
jelaskan waktu itu maksud mukasyafah yang tertera pada Kitab Sirajut thalibin
jilid I tersebut, mungkin kami merasa puas dan tidak mencari guru lain lagi.
Lalu tidak pernah bertemu dengan thariqat al Junaidiyah al Bagdadiyah dan
tharikat lainnya.
Akhirnya ia berguru ke Desa Bihara Kecamatan Awaian, Kab. HST Barabai dengan
seorang Mursyid KH.Jumberi bin H.Ma'shum
bin H.Abu Bakar. Kami pertama kali datang ke Desa Bihara dan berkenalan dengan
Mursyid KH.Jumberi Bihara, hari Ahad, 26 Oktober tahun 2003M atau 29
Sya'ban 1424H. Jam 14.30 wita.
Jam 15.00 wita saya telah menerima bai'at thariqat
sufi al-Junaidiyah dan diajari tatacara tawajjuh muthlaq dan diberikan ijin untuk
mengamalkan thariqat sufi al Junaidiyah oleh Mursyid KH.Jumberi.
40.Habib Muhammad Ibnu Mubarak bin H.Hasan Basri bin H.Muhammad Barsih bin Ahmad Baderi bin Tanqir Ghawa bin Abu Thair Muhammad Assegaf
Ayahnya bernama Habib H. HASAN BASRI lahir di Lumpangi, Ahad, tanggal 27 Oktober 1968 M/6 Sya’ban 1388M sesuai dengan Akta Kelahiran dan Izajahnya. Nama lengkapnya ibunya adalah "Hj. Masliana binti H. Muhammad Yusuf bin H. Abdul Syukur atau dari pihak ibu : Hj. Masliana binti Hj.Maimunah binti Karkawi bin Jantera atau Hj. Masliana binti Hj.Maimunah binti Masmulia. Pada hari Kamis, tanggal 7 Maret 1991M/ 20 Sya'ban 1411H pagi, saya menikah dengan MASLIANA (nama
Sekarang tahun 2007 saya punya 6 orang anak, 3 orang anak laki-laki dan 3 orang anak perempuan, an :
Habib Muhammad Ibnu Mubarak,S.Pd dan lahir Selasa, 29 Juni 1993M/ 9 al Muharram 1414H
Pendidikan :
Tk. Tarbiyatul Atpal SDN Kandangan I
Pondok Pasantrin Ibnu Mas’ud Putra Kandangan selama 6 tahun
Kuliah Universitas Lambung Mangkurat S1 jurusan PG SD (SPd)
Kuliah Universitas Lambung Mangkurat PGG SD (1 Tahun)
Nasab
Habib Muhammad Ibnu Mubarak bin H Hasan Basri bin H.Muhammad Barsih bin Ahmad Baderi bin Tanqir Ghawa bin Abu Thair Muhammad bin Abu Tha'am Ibrahim bin Abu Bakar as-Tsani bin Ahmad Suhuf bin Muhammad Djamiluddn bin Abu Bakar bin Hasan bin Hasyim bin Muhammad bin Umar as-Shafy bin Abdurrahman bin Muhammad bin 'Aly bin al Imam al-Quthby Sayyid Abdurrahman Assegaf bergelar : al Faqih al Muqaddam Al Tsani bin Syekh Muhammad (Maula Ad-Dawilah) bin Syekh Ali (Shahibud Dark) bin Sayyidina Al-Imam Alwi Al-Ghuyur bin Sayyidina Al-Imam Al-Faqih Al-Muqaddam Muhammad bin Sayyidina Ali Walidul Faqih bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Shohib Mirbath bin Sayyidina Ali (Al-Imam Khali Qasam bin Sayyidina Alwi bin Sayyidina Al-Imam Muhammad (Shahib As-Shouma’ah) bin Sayyidina Al-Imam Alwi Alawiyyin (Shahib Saml) bin Sayyidina Al-Imam Abdullah (Ubaidillah Shahibul Aradh) bin Sayyidina Al-Imam Al-Muhajir Ahmad bin Sayyidina Al-Imam Isa Ar-Rumi bin Sayyidina Al-Imam Muhammad An-Naqib bin Sayyidina Al-Imam Ali Al-Uraidhi bin Sayyidina Al-Imam Ja’far As-Shodiq bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Sayyidina Al-Imam Ali Zainal Abidin bin Al-Imam As-Syahid Syabab Ahlil Jannah Sayyidina Al-Husain bin Sayyidina Ali bin Abi Thalib dan Sayyidah Fatimah Az-Zahra binti Rasulullah Muhammad SAW ibni Abdullah
الْحَبِيْب مًحَمَّدْ اِبْنُ مُبارَكْ بِنْ حَسَنْ بصْرِىْ بِنْ مًحَمَّدْ بَرْسِيْه بِنْ اَحْمَدْ بَدْريْ بِنْ تَنْقِرُ الْغَوَى بِنْ اَبًوْ طَيْرٍمُحَمَّدْ بِنْ اِبْرَاهِيْمَ اي اَبًوْ طَعَامٍ بِنْ اَبُوْ بَكْرٍ الثَّاني بِنْ اَحْمَدْ صُحُفٍ بِنْ مًحَمَّدْ جَميْلً الدِّيْن بِنْ اَبًوْ بَكْرٍ بِنْ حَسَنٍ بِنْ هَاشِمٍ بِنْ مًحَمَّد بِنْ عًمَرَ الصُّوْفِيِّ [عُمَرُ الصَّافِيّ] بِنْ عَبْدُ الرَّحْمن بِنْ مُحَمَّد بِنْ عَلِيٍّ بِنْ اَلْاِمَامً عَبْدُ الرَّحْمن اى وَلِيُّ الله الْفَقِّيْه الْمًقّدَّم الثانيّ السَّقَّافُ بِنْ سَيِّدِنَا مًحَمَّد مَوْلَى اَلدَّوِيْلَةِ بِنْ سَيِّدِنَا عَلِيٌّ صَاحِبُ الدَّرْكِ بِنْ سَيِّدِنَا عَلْوِىْ الْغُيُوْرْ بِنْ سَيِّدِنَا الْفَقِّيْه الْمًقّدَّم مًحَمَّد بِنْ سَيِّدِنَا علي الوالد االفقيه بن سَيِّدِنَا الامام مًحَمّدْ صاحب مرباط بن سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ علي خالع قسم بن سيدنا عَلْوِيْ با عَلَوِيٌّ بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ مًحَمّدْ الصَّاحِبُ الصُّمْعَةُ بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ عَلْوِيُ الْمُبْتَكِرُعَلَوِيّيْن بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ عَبْدُاللهِ [عُبَيْدُالله الصَّاحِبُ الْعَرْضِيُّ] بنْ سَيِّدُنَا الْاِمَامُ أَحْمَدُ الْاَبَحُ الْمُهَاجِرُ بِنْ سَيِّدُنَا الْاِمَامُ عِيْسَى الرُّوْمِيُّ بِنْ سَيِّدُنَا الْاِمَامُ مًحَمّدٌ النَّاقِبُ بنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ عَلِيُّ الْعُرَيْضِيُّ بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ جعفر الصادق بن سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ مًحَمّدْ الباقر بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ عَلِيُّ زَينُ الـعـابدين بن سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ الْحُسَيْنُ بنْ السَّيِّدِةُ فَاطِمَةُ الزَّهْرَاءُ بِنْتُ مًحَمّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِنْ عَبْدُ الله، ويعرف بالشريف باعلوي
Habib Muhammad Ibnu Mubarak, lahir Selasa, 29 Juni 1993M/ 9 al Muharram 1414H. diKandangan anak ke-2 dari pasangan suami-isteri H.Hasan Basri bin H.Muhammad Barsih bin Ahmad Baderi Assegaf. dengan Hj.MASLIANA (nama kecilnya Maslina) binti H.Muhammad Yusuf bin H. Abdul Syukur
Adapun Muhammad Ibnu Mubarak bin H.Hasan Basri bin H.Muhammad Barsih bin Ahmad Baderi Assegaf tahun 2019 menikah dengan Lina Hafizah binti Hamberan asal Desa Pamintangan Kab. Hulu Sungai Utara Amuntai dan punya dua anak bernama "Ahmad Fadhil Mubarak Assegaf" dan Sayyid Ahmad Qurtubi Assegaf (lhr. 31 Agust 2024/26 Shafar 1446H)
Sedangkan Habib H. M.Nurdin Effendi menikah dengan Hj. Norma punya anak perempun an. Sy Normulika.S.Kom dan Habib M.Ariatim menikah dengan Normila punya anak perempun an. Sy Tasya
الْحَبِيْبُ الْحَبِيْب
مًحَمَّدْ اِبْنُ مُبارَكْ بِنْ الحاج حَسَنْ بصْرِىْ بِنْ الحاج مًحَمَّدْ بَرْسِيْه [وفات 1978م] بِنْ اَحْمَدْ
بَدْريْ [وفات 1993م] بِنْ تَنْقِرُ الْغَوَى
[وفات 1985م] بِنْ اَبًوْ طَيْرٍمُحَمَّدْ [وفات1361هج] بِنْ اَبًوْ طَعَامٍ اِبْرَاهِيْمَ
[وفت1252هج] بِنْ اَبُوْ بَكْرٍ الثَّاني [وفات 1902م] بِنْ اَحْمَدْ صُحُفٍ [وفات
1796م] بِنْ مًحَمَّدْ جَميْلً الدِّيْن [وفات 1195هج] بِنْ اَبًوْ بَكْرٍ [وفات
1172هج] بِنْ حَسَنٍ [وَفات 1133هج] بِنْ هَاشِمٍ [وفات 1077 هج] بِنْ مًحَمَّد [وفات
1023 هج] بِنْ عًمَرَ الصُّوْفِيِّ [اى عُمَرُ
الصَّافِيّ]
الْحَبِيْبُ عَبْدُ الْقَادِر الْجَيْلانِ بِنْ عَلْوِيْ بِنْ زِيْنْ بِنْ عَلِيُّ بِنْ عَلْوِيْ [وفات 1842هج] بِنْ عَبْدِ للهِ بِنْ صَالِحْ بِنْ اَبًوْ بَكْرٍ [وفات 1172هج] بِنْ حَسَنٍ
[وَفات 1133هج] بِنْ هَاشِمٍ [وفات 1077 هج] بِنْ مًحَمَّد [وفات 1023 هج] بِنْ عًمَرَ
الصُّوْفِيِّ [اى عُمَرُ الصَّافِيّ]
الْحَبِيْبُ عَلِيُّ
بِنْ عَبْدُ الرَّحْمن بِنْ
اَخْمَدُ بِنْ عبْدُ الْقَادِرِ بِنْ عَلِيُّ بِنْ عُمَرُ بِنْ سَقَّافُ بِنْ مُحَمَّدْ القاضى بِنْ عُمَرُ بِنْ
طه القاضى بِنْ عُمَرُ[وفات 1052 هج] بِنْ طه [وفات 1007 هج] بِنْ عًمَرَ الصُّوْفِيِّ [اى عُمَرُ الصَّافِيّ]
الْحَبِيْبُ عَلْوِيْ بِنْ سَقَّافُ [وفات 1195هج/1781م] بِنْ مُحَمَّدْ بِنْ
عُمَرُ[وفات
1052 هج] بِنْ طه [وفات 1007 هج] بِنْ عًمَرَ الصُّوْفِيِّ [اى عُمَرُ الصَّافِيّ]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar