Minggu, 17 April 2022

1. Biografi Dakwah Habib Hasan bin Hasyim Assegaf Desa Taniran di HSS

 Oleh : H.Hasan Baseri bin H.Muhammad Barsih bin Ahmad Baderi bin Tanqir Ghawa Assegaf

1. Dakwah Habib Hasan bin Hasyim Assegaf Desa Taniran  awal Abad ke-18 Masihi  tahun 1701 - 1720  di Kec. Angkinang di Kab. Hulu Sungai Selatan

        Maka Sayyid Hasan bersama keluarganya hijerah dari kampung Sungai Mesa Bandarmasih diperkirakan dipertengahan akhir abad ke-17 Masihi mereka mudik menyisir tepi sungai Barito dengan perahu jukung, membawa dagangannya berupa kain sarung dan perhiasan wanita, setiap ada tumpukan rumah penduduk di tepi sungai yang mereka lalui mereka singgahi, menawarkan dagangan yang mereka bawa. berhari-hari bahkan berminggu-minggu mereka mengayuh jukung, bahkan berbulan-bulan mereka meliwati kampung-kampung, melewati Desa-desa dan kota-kota. Seperti kota Nagara singgah, 

2. Habib Hasan bersama keluaganya menetap lama dipelabuhan kapal desa Sungai Pinang Nagara

Diperkirakan dipertengahan akhir abad ke-17 Masihi antara tahun 1680-an sd. 1700-an ini, Sayyid Hasan bersama keluarganya sudah menetap Nagara. Seperti kota pelabuhan kapal desa Sungai Pinang Nagara. Tepatnya mereka singgahi.di pelabuhan kapal desa Sungai Pinang dekat pasar Nagara sekarang. Sayyid Hasan bersama keluarganya menetap lama di pelabuhan kapal desa Sungai Pinang ini. Sehingga Habib Abu Bakar bin Hasan tak menutup kemunginan bahwa ia menikah dengan wanita shallhah yang ada di desa Sungai Pinang Nagara saat itu, dan dari pernikahannya ini ia punya salah satu keturunan an. Abdul Hamid,  Dan kedua cucunya bernama “Seggaf dan Abdurrahman”. 

Sayyid Hasan bersama keluarganya hijerah lagi dari Pelabuhan Sungai Pinang kota Nagara diperkirakan diakhir abad ke-17 Masihi, Setelah lama mukim di Nagara mereka mudik menyisir tepi sungai melewati sungai desa Garis singgah, di desa Bangkau singgah, melewati desa Tawar singgah, di desa Sungai Kupang singgah kemudian menyisir sungai kecil menuju Sungai buntut Taniran, hingga tiba tepatnya di Rt.01 Desa Taniran. Kala itu arus tranportasi yang digunakan masyarakat melalui jalan laut dan sungai.

3. Habib Hasan bersama keluaganya menetap lama di Desa Taniran

        Sebagian orang ada yang berkata bahwa : Usia Sayyid Hasan sudah sepuh ketika ia datang ke Desa Taniran sekitar 70 tahunan, tetapi kelihatan pisiknya sehat dan kuat, begitu juga usia anaknya Sayyid Abu Bakar sekitar 40 tahunan. Tetapi tidaklah menutup kemungkinan bahwa Sayyid Abu Bakar sudah punya satu atau dua isteri dan satu atau dua anak khususnya di Kampung Sungai Mesa tersebut. Orang-orang Banjar menyebut kampung tersebut dengan sebutan "Kampung Arab". Kemudian isteri dan anakya, ia tinggalkan berniaga, sebelum ia sampai ke Desa Taniran. Desa ini Ia membantu ayahnya menyebarkan Islam di Desa Taniran sambil berniaga berupa kain sarung dan perhiasan wanita. Usia Sayyid Hasan waktu wafat kurang lebih  sekitar 93 tahun. Sayyid Hasan berada di desa Taniran Kecamatan Angkinang dari 1700-1720 Masihi.

Menurut catatan tahun Sejarah Kesultanan Banjar yang terjadi /ada di abad ke-16 antara lain bahwa            :

a.   Tanggal 6 September 1526M, telah terjadi pertempuran antara Kerajaan Banjar dipimpin Pangeran Samudera (Pengeran Suriansyah) dengan Kerajaan Negara Daha dipimpin Pangeran Tumenggung di Jingah Besar, Pangeran Samudra dibantu Kesultanan Demak.

b. Kemudian tanggal 24 September 1526M, kemenangan Pangeran Samudra dan pembentukan Kesultanan Banjar, dengan memasukkan Kerajaan Nagara Daha, selanjutnya Pangeran Tumenggung menetap ke hulu pada Batang Alai dengan 1000 penduduk  (Sejarah Kalimantan Selatan).

        Sejak awal abad ke-16M tersebut yakni  mulai 24 September 1526M, Kerajaan Banjar berubah menjadi Kesultanan Banjar, Agama resmi kerajaan yang dulunya Hindu berubah menjadi  Agama Islan. Pengeran Samudera setelah masuk Islam menjadi atau bergelar Pengeran Suriansyah. Nama kotanya yang dulunya Bandarmasih menjadi Banjarmasin.
      Ada yang mengatakan bahwa Islam mulai masuk ke Kalimantan Selatan abad ke 15M sampai abad ke 17M. Pada Abad ke-17M sampai ke-18M adalah masa  puncaknya perkembangan agama Islam di Kalimantan Selatan dan masa keemasan Kerajaan Banjar. Adapun puncak keemasan Kerajaan Banjar dan perkembangan Islam ditandai datangnya syekh-syekh / Habaib  ke Banjar  bersamaan  muculnya ulama ulama Banjar  salah satu yang terkenal dengan hasil karya tulis Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari yaitu Kitab Sabilal Muhtadin.
Karena terjadinya relasi atau hubungan yang baik dengan Kesultanan Demak atau ada perjanjian bantuan Pasukan dulunya antara Kerajaan Banjar dengan Kesultanan Demak, ketika Kerajaan Banjar melawan Kerajaan Nagara Daha, perjanjian terebut adalah namun Banjar menang melawan Nagara Daha, maka raja dan tentaranya memeluk Islam,  Kerajaan Banjar pun memperoleh kemenangan. Inilah salah satu alasan Kesultanan Demak mengirim dan mengutus Para Habaib dan Syekh-syekh Islam ke Kesultanan Banjar, diakhir abad ke-17 Masihi yaitu masa Raja Banjar yang ke-10 Sultan Tahmidullah I tahun 1700-1717 Masihi, diantaranya Sayyid Abdullah bin Abu Bakar al-Aydrus dengan isterinya Siti Aminah menuju Desa Lok Gabang  Martapura (mereka orang tua Datu Kelampayan). Sedangkan Habib Hasan dan anak kandungnya Habib Abu Bakar bin Hasan bin Hasyim bin Muhammad bin Umar as-Shufi bin Abdurrahman bin Muhammad Assegaf menetap di kampung Sungai Mesa Bandarmasih. 
Sungai Mesa merupakan sebuah kampung tua di Kota Banjarmasin (Bandarmasih dahulu). Kampung ini dibangun oleh seorang tokoh yang dikenal dengan nama Kiai Mesa Jaladri. Tidak diketahui persis, kapan Kiai Mesa membangun wilayah ini, yang jelas sejak itu Kampung Sungai Mesa menjadi wilayah tempat tinggal yang strategis. Letaknya yang persis di tepi sungai Martapura, membuat daerah ini menjadi semacam pelabuhan kecil tempat menaik-turunkan barang dagangan dari perahu. Di seberang Sungai Mesa adalah Jalan Pasar Lama Laut yang sekarang menjadi pusat perkantoran pemerintah Provinsi Kalsel (Artikel Kajian al Kahfi)
Menurut Artikel Sejarah Ahlul Bait (Keturunan) Sayyidina Muhammad Saw di Indonesia menyebutkan bahwa “Seorang dari keluarga Assegaf bernama Alwi (w.1842M) bin Abdillah bin Saleh bin Abubakar dilaporkan melalui perjalanan panjang dari Hadramaut-Turki-Palembang-Gresik sebelum menyinggahi Banjarmasin dan sempat bermukim di Kampung Sungai Mesa. Alwi kemudian menetap di Martapura (Kampung Melayu) dan mendapat hadiah tanah dari Sultan Adam di daerah Karang Putih. Kelak ia dan anak cucunya bermakam di tanah pemberian sultan tersebut (makam Karang Putih Jl Menteri Empat Martapura) ”(Fakhrul 04-2012M)

MAKAM SAYYID ALWI BIN ABDILLAH ASSEGAF

Ziarah ke Makam Sayyid Alwi bin Abdillah Assegaf makam Karang Putih Martapura

Pemukim dari golongan Sayyid yang terhitung orang lama (tua) di Sungai Mesa adalah Habib Ahmad bin Abdurrahman Assegaf. Ahmad diperkirakan lahir di paruh kedua pertengahan tahun 1800-an. Ahmad memiliki saudara bernama Umar, Muhdor dan Muhammad. “Pekerjaan Habib Ahmad berdagang kayu ulin, juga membawa tajau, belanga berdagang dengan urang Dayak,” cerita Syarifah Nikmah (Artikel Kajian al Kahfi)
Tujuan utamanya mereka untuk mengislamkan orang-orang Banjar dan orang-orang di Hulu Sungai Selatan diantaranya Masyarakat Desa Taniran dan sekitarnya yang menganut Animisme.
Keluarga Habib Hasan bin Hasyim Assegaf sebenarnya sudah beberapa tahun mereka tinggal di Bandarmasih. Konon dengan profisi mereka sehari-hari adalah dagang kain dan perhiasan wanita yang mereka jajakan kepada penduduk disekitar tepi sungai Barito. Habib Iderus bin Hasyim Assegaf sudah mengawini wanita shalihah dari suku Banjar dan punya anak an. Habib Ali. Kemudian dakwahnya marasa belum maksimal, belum kesampaian karena berada lingkungan muslim yang taat. 
Keluarga ini disambut oleh warga Taniran dengan suka cita dan keluarga ini ditampung oleh salah satu warga Rt.01. Saat itu musim panen padi, maka keluarga Habib ini ikut membantu warga memanen padi dan menerima upah dari warga. Diwaktu istirahat memanen, sambil duduk dan makan bersama buruh lainnya disaat itulah Habib mulai berdakwah yakni "Bakisah-kisah tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di Timur Tengah" kisah itu misal ttg aturan-aturan berumah tangga, tentang aturan anak  dengan orang tua, kisah lukmanul hakim dllnya yang dibumbui dengan membaca sya'ir-sya'ir dan sedikit  homor hingga disukai tua dan muda.
Rasanya tidaklah jauh berbeda (kecuali umurnya) keadaan fisik Habib Hasan Assegaf dengan anaknya Datu Lumpangi. Disebutkan orang bahwa keadaan fisik Datu Lumpangi adalah berperawakan tinggi besar, berkulit putih bersih, beliau  mempunyai janggut putih hingga dadanya, bermuka ceria, murah senyum, tutur kata lemah lembut (melekat adat jawanya) pasih berbahasa Malayu - Indonesia.
        Menurut ceritera orang-orang tua Desa Taniran yang saya temui bahwa pada mulanya Langgar Darul Lathif yang berada di RT 01 Taniran, dengan bangunan yang sangat sedarhana yang telah dibangun oleh Habib Hasan bin Hasyim bin Muhammad bin Umar as-Shufi dan anaknya Abu Bakar Assegaf bersama Masyarakat atau penduduk sekitarnya dengan gotong-royong. Diperkirakan bangunan Langgar tersebut berdiri tahun 1701 Masihi terdiri : Tiang ulin bulat, berlantai rieng, berdinding daun rumbia dan beratap daun rumbia. Diperkirakan Langgar ini berdiri awal abad ke-18 Masihi  semasa Raja Banjar yang ke-10 Sultan Tahmidullah I tahun 1700-1717 Mashi, ia bekuasa. 
Langgar atau Surau kala itu adalah tempat masyarakat berkumpul, bermusyawarah mufakat, tempat mengajar dan belajar menuntut ilmu Agama Islam, utamanya tempat ibadah berjama'ah. Keberadaan Habib di Desa Taniran dengan tujuan berdakwah, mengajar ilmu agama kepada masyarakat Desa Taniran dan sekitarnya, bagi mereka yang masih menganut ajaran Animisme dan belum mengenal Islam.
        Animisme (dari bahasa Latin asal kata : anima berarti "roh") yakni kepercayaan kepada makhluk-makhluk halus dan roh-roh merupakan dasar kepercayaan sebuah agama yang mula-mula dianut di kalangan manusia purba. Kepercayaan animisme ini mereka sangat mempercayai bahwa setiap benda di dimuka bumi ini (seperti daerah tertentu, gua, pohon besar atau batu besar), mempunyai roh yang harus mereka hormati agar roh tersebut tidak mengganggu manusia.
    Menurut Artikel Banjarmasinpost.co.id, Kandangan, Artikel ini telah tayang di BanjarmasinPost.co.id dengan judul KalselPedia - Datu Taniran dan Sejarah Penyebaran Islam di Banua Anam, Minggu, 17 Maret 2019 11:12, Dia telah mengutif dari berbagai sumber, bahwa "sebelum Datu Taniran, masyarakat kampung Taniran sudah dididik oleh Sayyid Hasan bin Hasyim Assegaf, yaitu ayahnya Sayyid Abu Bakar yang dikenal sebagai (kakeknya) Habib Lumpangi di Kecamatan Loksado, HSS."
    Selanjutnya Artkel itu menyebutkan bahwa "Sayyid Hasan  berdomisili di kampung Taniran sekitar pergantian abad ke-18 dan 19 Masihi" pendapat atau perkiraan ini adalah lemah atau belum mendekati kebenaran. Perkiraan yang benar, yang mendekati kebenaran adalah sekitar pergantian abad ke-17 dan 18 Masihi, bersamaan dengan datangnya Sayyid Abdullah bin Abu Bakar al-Aydrus beserta isterinya ke Martapura. Penjelasannya dapat di baca, sebagai alasan penulis di bawah ini.
        Menurut ceritera datu-datu kami bahwa Habaih ini sudah datang jauh sebelum Belanda datang dan bercokol di Bandarmasih yaitu  masa Raja Banjar ke-10 Sultan Tahmidullah I tahun 1700-1717 Mashi. sampai dengan masa pemerintahan Tamjidillah I tahun 1734-1759 yang berpusat pemerintahannya di Martapura. Menurut catatan sejarah Belanda mulai  menduduki Kota Bandarmasih (Banjarmasin) sekitar tahun 1747M yakni pada masa pemerintahan Tamjidillah II.
       Habib Hasan bin Hasyim Assegaf berada di Hulu Sungai Selatan tepatnya Desa Taniran diperkirakan pada awal abad ke-18 Masihi yakni antara tahun 1700 sd. 1720 Masihi masa Kesultanan yang ke-10 deangan Rajanya "Tahmidullah I" Habib Hasan dan anaknya lebih dulu datang ke Taniran dari pada Syekh Sa'duddin bin Mufti Muhammad As'ad diawal abad ke-19M. 
    Sebagai dasar penulis  menulis/mengatakan bahwa Habib Hasan bin Hasyim Assegaf lebih awal berada di Desa Taniran dari pada H.Sa'duddin (Datu Taniran) ada beberapa alasan yang kuat antara lain  :
Alasan pertama (1) Hal ini terbukti dengan tercatatnya silsilah nasab dzuriat Habib Hasan Assegaf itu sendiri, dzuriatnya yang ke-7, yaitu kelahiran Habib Tanqir Ghawa tanggal 13 Oktober 1862M/1279H di Desa Lumpangi, usia Beliau 126 tahun Hijeriah dan wafat di Barabai Ahad, 21 Rabi'ul Akhir 1405 H. atau 13 Januari 1985 M. Beliau adalah keturunan ke Tujuh  dari Habib Hasan bin Hasyim Assegaf. Jadi ada 7 generasi jarak antara Habib Tanqir Gawa dengan Habib Hasan Assegaf. Kalau dihitung selisih usia, kelahiran antara orang tua dan anaknya misalnya 40 tahun usianya. berarti usia anak 40 tahun maka usia ayahnya 80 tahun, tentu usia kakeknya tentu 120 tahun, begitu seterusnya. Belum lagi anak ke-5. Kalau dirunut dari :
  1. Habib Tanqirr Ghawa (1862-1985M, usia 123 tahun)
  2. bin Abu Thair Muhammad 
  3. bin Abu Tha'am Iberahim  
  4. bin Abu Bakar as-Tsani 
  5. bin Ahmad Suhuf
  6. bin Muhammad Djamiluddin (Habib Lumpangi)
  7. bin Habib Abu Bakar (Datu Habib Lumpangi)
  8. bin Habib Hasan bin Hasyim bin Muhammad bin Umar as-Shufy Assegaf. 
Alasan kedua (2) Makam Habib Hasan bin Hasyim Assegaf tersebut sempat hilang (tidak dikenal) baru ditemukan oleh masyarakat Taniran di abad ke-20 Masihi. Karena sangat lamanya hingga Keluarganya dan masyarakat sekitarnya sudah banyak yang melupakannya.
Alasan ketiga (3) Sisa-sisa batur-batur keturunannya yang ada di Lumpangi belum ada seni ukiran atau pahatan berbeda dengan batur-batur keturunan Syekh Muhammad Arsyad di Kota Marabahan sudah ada seni ukiran dan pahatannya.
Alasan keempat (4) Pepohonan disekitar makam anaknya Datu Habib Lumpangi seperti langsat, Ramania, Manggis lebih besar dari ember plastik 16 liter pengamatan tahun 1970-1980M. Orang-orang dulu bisa menentukan usia tahun pepohonan dari besarnya dimaksud.
Alasan kelima (5) bahwa Buyut Sayyid Abu Bakar (Datu Habib Lumpangi) yang bernama Sayyid Alwi bin Abdillah bin Shalih tahun wafatnya 1842 Masihi. sedangkan Datu Taniran Syekh Sa'duddin awal berada di Taniran mulai tahun 1812 Masihi.

    Kembali ke Habib Hasan masa berdomisili di Rt.01, Secara kebetulan ada warga atau murid Beliau yang memberikan atau menghibahkan tanahnya di RT 02 kepada Habib maka beliau berpindah rumah ke RT 02 Desa Taniran. Secara bersamaan Langgar ke-2 an. Miftahul Jannah telah berdiri di RT 002 di halaman rumah Habib Hasan bin Hasyim Assegaf juga berada di tepi Sungai Taniran dan . Langgar ke-3 an. Al Hidayah telah berdiri di Sungai Batung Muara Tawia. Konon Habib Hasan Assegaf dalam keadaan duda mati, ia sudah berumur, ketika ia hijerah ke Kesultanan Banjar, maka ada kemungkinang di RT 02 ini Habib ada mengawini perempuan janda yang sudah beranaknya. Namun tidak diketahui dengan jelas, bahwa apakah perkawinan dengan janda tersebut punya keturunan ? Jawabnya tidak tahu.
        Namun seiring waktu Desa Taniran dan sekitarnya, masa 5-10 tahun telah berlalu, Islam berkembang dengan cepat dan masyarakatnya bertambah banyak. Karena waktu itu belum ada Masjid. Saya dengar ada aturan bahwa berdirinya sebuah masjid mesti didukung minimal dua buah langgar. Kala itu masyarakat sangat mendambakan sebuah Masjid, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut maka salah satu Langgar an. Darul Lathif RT.001 yang berada ditengah-tengahnya dialih pungsikan menjadi Masjid karena berada ditengah dua langgar ke-2 dan ke-3. Masjid ini berdiri dibangun sangat sedarhana, ditepi sungai Taniran, tiangnya  kayu ulin, dinding –dindingnya palupuh dari anyaman bambu dan atap daun rumbia.

       Saya sudah beberapa kali datang kesana dan bertanya - bertanya kepada orang-orang yang tua penduduk asli Desa Taniran Kubah RT.002/RW.001 yang dekat dengan makam Habib Hasan bin Hasyim bin Muhammad bin Umar as-Shufi Assegafdiperkirakan mereka mengetahui tentang kapan beliau datang - wafat namun jawabannya tak seorang pun yang dapat memastikannya tetapi mereka perkirakan Beliau datang sudah usia sepuh hingga usianya kurang lebih 93 tahun saat wafatnya. Ia datang di Taniran dan ia wafat Selasa,19 Sya'ban 1132H/ 1720MBelanda mulai  menduduki Kota Banjarmasin sekitar tahun 1747M. Beliau barmakam  atau berpussara di Desa Taniran Kubah RT.002/ RW.001,  sekitar 600 meter dari jalan besar atau jalan induk. Atau 500 meter dari makam Syaikh Datu Taniran. Berseberangan dengan langgar Darul Miftahul Jannah. Kubah  beliau dikunjungi orang.

                                  Kubah Habib Hasan bin Hasyim Desa Taniran

        Menurut ceritera Adi, ia ceritera dari datuk dan neneknya bahwa Masjid Darul lathif Rt 01 desa Taniran direhab dibangun kemabali sekitar tahun 1801 - 8023 Masihi yakni awal abad ke-19M, diatas tanah waqaf Abdul Lathif, Kayu perabutannya dari kayu Ulin semua. Misalnya tiang, dinding-dindingnya dari kayu Ulin dengan atap sirap. Parabot bangunan tersebut yang dibeli dan dibawa dengan perahu jukung dari kota Nagara. Pembangunan Masjid/rehap total ini terjadi dimasa Datu Taniran yakni Syekh H.Sa'duddin bin H Muhammad .As'ad bin Puan Syarifah binti Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari (Datu Kelampaian) setelah ia  (Syekh H.Sa'duddin) pulang menuntut ilmu dari Mekkah sekitar tahun 1812M.
Sebab di tahun itu tokoh masyarakat (Tetuha kampung  Taniran) datang kepada H.Mufti Muhammad As’ad ayahnya, meminta agar mengirim seorang guru ke Taniran untuk memberikan pendidikan agama Islam, dan minta bersedia menetap tinggal di Taniran. Permintaan itupun dipenuhi, hal tersebut terjadi tahun 1812 Masihi pada awal abad ke-19M.
Datu Taniran H.Muhammad Thaib wafat tahun 1858 Masihi di Desa Taniran Kubah.
        
        Menurut ceritera saudara ayah Ibu Masratu, ketika Masratu lahir 1973M di Desa Tawia, maka kakek Masratu yang ada di Banjarmasin mendengar kelahiran cucunya, Beliau mengunjunginya dengan perahu jukungnya dari Banjarmasin ke Desa Tawia melewati sungai Panggang, sungai Jingah.



Catatan  dan daftar bacaan

Abad ke-16 Masihi dihitung dari tahun 1501M sd. tahun 1600 M, Abad ke-17 Masihi dihitung dari tahun 1601M sd. tahun 1700 M., Abad ke-18 Masihi dihitung dari tahun 1701M sd. tahun 1800 M., Abad ke-19 Masihi dihitung dari tahun 1801M sd. tahun 1900 M.,Abad ke-20 Masihi dihitung dari tahun 1901M sd. tahun 2000 M.dan Abad ke-21 Masihi dihitung dari tahun 2001M sd. tahun 2100 M.

Artikel tentang “Suku Dayak”yang di tulis oleh Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Suku Dayak - Wikipedia Bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas (diakses pada 19 Oktober 2021).

Hasil-hasil Wawancara dengan Habaib Fam/Marga Assegaf Desa Lumpangi yang masih hidup ditahun 2021Masihi, dan Ahmad Bayumbung misalnya Habib Muhammad Burhan atau Muhammad Burhanuddin Assegaf , Bapak Adi  Kayi Husni bin Karji, Yadi bin Juhri . Dan lain-lainnya

Artikel “Sejarah Ahlul bait (keturunan) Sayyidina Muhammad Saw di Indonesa” dan http://fakhrur94.blogspot.com/2012/04/sejarah-ahlul-baitketurunan-sayyidina.html

Folklor  adalah Ceritera/kisah yang penyebaran dan pewarisannya cenderung dilakukan secara lisan, yaitu disebarkan melalui tutur kata dari mulut ke mulut dari datu-datu dan nenek-nenek kami.

Artikel tentang “Sejarah Kalimantan Selatan” dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Kalimantan_Selatan diakses 20-10-2021 :07.45 wita.

Posted by Kajian Al-Kahf Email This BlogThis  Protect and Secure Your WiFi : https://bit.ly/vpn_secure   http://kajianal-kahf.blogspot.com/2012/05/riwayat-assegaf-di-sungai-mesa.html

Banjarmasinpost.co.id, Kandangan, Artikel ini telah tayang di BanjarmasinPost.co.id dengan judul KalselPedia - Datu Taniran dan Sejarah Penyebaran Islam di Banua Anam, Minggu, 17 Maret 2019 11:12, https://banjarmasin.tribunnews.com/2019/03/17/kalselpedia-datu-taniran-dan-sejarah-penyebaran-islam-di-banua-anam?page=all. Penulis: Hanani | Editor: Didik Triomarsidi

Hasil-hasil pengamatan kami dari tahun 1970-1980 terhadap pepohonan yang tumbuh besar di lokasi makam dan sekitarnya dan perbandingan batur-batur ulin Habaib yang ada di Lumpangi dengan batur ulin yang ada di Marabahan anak cucu Datu Kalempayan. ternyata batur Habaib Lumpangi lebih tua dari pada batur yang ada di Marabahan













Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A.Historis dan Nasab Dzuriat Datu Habib Lumpangi

  Oleh H.Hasan Basri,S.Ag bin H.M.Barsih Assegaf NASAB AHLU ALBAIT NABI BESAR MUHAMMAD SAW IBN ABDULLAH IBN ABDUL MUTHALIB DARI KELUARGA A...