DOKTERIN (AJARAN)
THARIQAT AL JUNAIDIYAH
Al
Hujwiri menyebutkan dokterin (ajaran) Thariqat Sufi al Junaidiyah bahwa dokterinnya
adalah ketenangan dan muraqabah bil bathin مراقبة
بالباطن . Dan juga Al Junaid dan
Pengikutnya lebih menyukai ketenangan (نجوا ) dari pada
kemabukan (سكرا ). Mabuk bukanlah sifat orang yang tenang dan seseorang tidak
diperbolehkan terserit sedemikian itu kepada dirinya sendiri. Orang yang mabuk menjadi terpesona
dan tidak memiliki perhatian sama sekali kepada makluk, sehingga dia harus
merealisasikan sesuatu kualitas yang memerlukan upaya sadar. Kemabukan dan
kegairahan adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan CINTA YANG BEGITU
BERGAIRAH terhadap Allah SWT. Semantara istilah Ketenangan menyatakan sesuatu pencapaian apa yang diinginkan.
Ketenangan menyebabkan istiqamah dan keseimbangan sifat manusia.
Sebagaimana Al
Hujwiri menyatakan bahwa Al Junaid dan Pengikutnya lebih
menyukai ketenangan (نجوا ) dari pada
kemabukan (سكرا ), hal ini mereka melihat bahwa kemabukan adalah kejahatan
karena menimbulkan gangguan kepada keadaan normal seseorang, dan kehilangan
kewalian dan juga kontrol diri. Karena prinsip (dasar) semua hal dicari melalui
cara pelenyapan (الفناء) atau melalui cara kekekalan (البقاء) atau
melalui cara penghapusan (الغاء) atau melalui cara penegasan, maka prinsip
(dasar) verifikasi tidak bisa dicapai kecuali oleh pencari yang berfikiran
waras. Kebutaan tidak akan membebaskan manusia dari perbudakan dan
penyelewengan dari fenomena. Kenyataan bahwa
manusia tetap dalam fenomena dan melupakan Allah Swt, hal ini
dikerenakan mereka tidak melihat segala sesuatu sebagaimana adanya. Karena jika
mereka melihat sesuatu sebagaimana
adanya maka mereka akan lari kepada Allah Swt.
Adapun bentuk melihat terbagi atas dua macam : Pertama
melihat dengan kacamata kekekalan (البقاء) maksudnya
yaitu Dia yang melihat apapun dilihatnya bahwa seluruh semesta alam tidaklah
semporna dibandingkan dengan kekekalan-Nya sendiri karena dia tidak melihat
fenomena (kenyataan) sebagai kekekalan dengan sendirinya.
Kedua melihat dengan kacamata kefanaan (الفناء) jika dia
melihat dengan kecamata kefanaan, maka dia melihat (ber-i’tikat) bahwa seluruh
makhluk tidaklah wujud (ada) di sisi kekekalan Allah Swt, disini dia terjadi dalam semua kasus (kejadian) yang terjadi, dia berpaling
dari makhluk. Rasulullah Saw pernah
berdo’a yang maksudnya bahwa “Ya Allah, tunjukkan kepada kami segala sesuatu
seperti apa adanya,” karena orang yang melihat sesuatu sebagaimana adanya akan
tenang. Penglihatan seperti itu tidak bisa dicapai sebagaimana layaknya kecuali dalam keadaan tenang. Rasulullah Saw
dalam keadaan tenang sehingga, sehingga Beliau bisa melihat
keagungan Ilahi yang sama secara terus menerus, dengan kesadaran yang semakin lama semakin meningkat, hingga Beliau berdiri di ruangan
yang hanya berjarak dua ujung busur panah dari kehadiran Ilahi... ! QS an Najam
Ayat 9.
Surat An-Najm Ayat 9
فَكَانَ قَابَ قَوْسَيْنِ أَوْ أَدْنَىٰ (النجم ٩)
Artinya: Maka jadilah dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi)
Al- Junaid sendiri bukankah
ia ahli fiqih yang memponi. Ia juga
seorang mufti yang mengeluarkan fatwa berdasarkan mazhab Abu Tsaur, salah
seorang sahabat Imam Syafi’i. Baginya, jalan menuju Allah tidak dapat ditempuh
kecuali oleh mereka yang mengikuti sunnah Rasulullah SAW sebagai keterangan
Al-Baijuri berikut ini.
وكان الجنيد رضي الله عنه على مذهب أبي ثور صاحب الإمام الشافعي
فإنه كان مجتهدا اجتهادا مطلقا كالإمام أحمد ومن كلام الجنيد الطريق إلى الله مسدود
على خلقه إلا على المقتفين آثار الرسول صلى الله عليه وسلم ومن كلامه أيضا لو أقبل
صادق على الله ألف ألف سنة ثم أعرض عنه لحظة كان ما فاته أكثر مما ناله ومن كلامه أيضا
إن بدت ذرة من عين الكرم والجود ألحقت المسيئ بالمحسن
Artinya, “Imam Junaid dari
sisi fiqih mengikuti Abu Tsaur, salah seorang sahabat Imam Syafi’i. Abu Tsaur
juga seorang mujtahid mutlak seperti Imam Ahmad. Salah satu ucapan Imam
Al-Junaid adalah, ‘Jalan menuju Allah tertutup bagi makhluk-Nya kecuali bagi mereka
yang mengikuti jejak Rasulullah SAW,’ ‘Kalau ada seorang dengan keimanan sejati
yang beribadah ribuan tahun, lalu berpaling dari-Nya sebentar saja, niscaya apa
yang luput baginya lebih banyak daripada apa yang didapatkannya,’ dan ‘Bila
tumbuh bibit kemurahan hati dan kedermawanan, maka orang jahat dapat dikategorikan
dengan orang baik,’”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar