Rabu, 13 Juni 2018

DOKTERIN (AJARAN) THARIQAT AL JUNAIDIYAH (THARIQAT AL QAUM)



DOKTERIN (AJARAN) THARIQAT  AL JUNAIDIYAH



Al Hujwiri  menyebutkan dokterin (ajaran)  Thariqat Sufi al Junaidiyah bahwa dokterinnya adalah ketenangan dan muraqabah bil bathin  مراقبة بالباطن  . Dan juga Al Junaid dan Pengikutnya lebih menyukai ketenangan  (نجوا ) dari pada kemabukan (سكرا ). Mabuk bukanlah sifat orang yang tenang dan seseorang tidak diperbolehkan terserit sedemikian itu kepada dirinya  sendiri. Orang yang mabuk menjadi terpesona dan tidak memiliki perhatian sama sekali kepada makluk, sehingga dia harus merealisasikan sesuatu kualitas yang memerlukan upaya sadar. Kemabukan dan kegairahan adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan CINTA YANG BEGITU BERGAIRAH terhadap Allah SWT. Semantara istilah Ketenangan menyatakan sesuatu  pencapaian apa yang diinginkan. Ketenangan menyebabkan istiqamah dan keseimbangan sifat manusia.
Sebagaimana Al Hujwiri menyatakan bahwa  Al Junaid dan Pengikutnya lebih menyukai ketenangan  (نجوا ) dari pada kemabukan (سكرا ), hal ini mereka melihat bahwa kemabukan adalah kejahatan karena menimbulkan gangguan kepada keadaan normal seseorang, dan kehilangan kewalian dan juga kontrol diri. Karena prinsip (dasar) semua hal dicari melalui cara pelenyapan (الفناء) atau melalui cara kekekalan (البقاء) atau melalui cara penghapusan (الغاء) atau melalui cara penegasan, maka prinsip (dasar) verifikasi tidak bisa dicapai kecuali oleh pencari yang berfikiran waras. Kebutaan tidak akan membebaskan manusia dari perbudakan dan penyelewengan dari fenomena. Kenyataan bahwa  manusia tetap dalam fenomena dan melupakan Allah Swt, hal ini dikerenakan mereka tidak melihat segala sesuatu sebagaimana adanya. Karena jika mereka melihat  sesuatu sebagaimana adanya maka mereka akan lari kepada Allah Swt.
Adapun bentuk melihat terbagi atas dua macam : Pertama melihat dengan kacamata kekekalan (البقاء) maksudnya yaitu Dia yang melihat apapun dilihatnya bahwa seluruh semesta alam tidaklah semporna dibandingkan dengan kekekalan-Nya sendiri karena dia tidak melihat fenomena (kenyataan) sebagai kekekalan dengan sendirinya.
Kedua melihat dengan kacamata kefanaan (الفناء) jika dia melihat dengan kecamata kefanaan, maka dia melihat (ber-i’tikat) bahwa seluruh makhluk tidaklah wujud (ada) di sisi kekekalan Allah Swt, disini dia terjadi dalam semua kasus (kejadian) yang terjadi, dia berpaling dari makhluk.  Rasulullah Saw pernah berdo’a yang maksudnya bahwa “Ya Allah, tunjukkan kepada kami segala sesuatu seperti apa adanya,” karena orang yang melihat sesuatu sebagaimana adanya akan tenang. Penglihatan seperti itu tidak bisa dicapai sebagaimana layaknya  kecuali dalam keadaan tenang. Rasulullah Saw dalam keadaan tenang sehingga, sehingga Beliau bisa melihat keagungan Ilahi yang sama secara  terus menerus, dengan  kesadaran yang semakin lama semakin  meningkat, hingga Beliau berdiri di ruangan yang hanya berjarak dua ujung busur panah dari kehadiran Ilahi... ! QS an Najam Ayat 9.

Surat An-Najm Ayat 9

فَكَانَ قَابَ قَوْسَيْنِ أَوْ أَدْنَىٰ  (النجم ٩)


Artinya: Maka jadilah dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi)

Al- Junaid sendiri bukankah ia  ahli fiqih yang memponi. Ia juga seorang mufti yang mengeluarkan fatwa berdasarkan mazhab Abu Tsaur, salah seorang sahabat Imam Syafi’i. Baginya, jalan menuju Allah tidak dapat ditempuh kecuali oleh mereka yang mengikuti sunnah Rasulullah SAW sebagai keterangan Al-Baijuri berikut ini.

وكان الجنيد رضي الله عنه على مذهب أبي ثور صاحب الإمام الشافعي فإنه كان مجتهدا اجتهادا مطلقا كالإمام أحمد ومن كلام الجنيد الطريق إلى الله مسدود على خلقه إلا على المقتفين آثار الرسول صلى الله عليه وسلم ومن كلامه أيضا لو أقبل صادق على الله ألف ألف سنة ثم أعرض عنه لحظة كان ما فاته أكثر مما ناله ومن كلامه أيضا إن بدت ذرة من عين الكرم والجود ألحقت المسيئ بالمحسن

Artinya, “Imam Junaid dari sisi fiqih mengikuti Abu Tsaur, salah seorang sahabat Imam Syafi’i. Abu Tsaur juga seorang mujtahid mutlak seperti Imam Ahmad. Salah satu ucapan Imam Al-Junaid adalah, ‘Jalan menuju Allah tertutup bagi makhluk-Nya kecuali bagi mereka yang mengikuti jejak Rasulullah SAW,’ ‘Kalau ada seorang dengan keimanan sejati yang beribadah ribuan tahun, lalu berpaling dari-Nya sebentar saja, niscaya apa yang luput baginya lebih banyak daripada apa yang didapatkannya,’ dan ‘Bila tumbuh bibit kemurahan hati dan kedermawanan, maka orang jahat dapat dikategorikan dengan orang baik,’”







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A.Historis dan Nasab Dzuriat Datu Habib Lumpangi

  Oleh H.Hasan Basri,S.Ag bin H.M.Barsih Assegaf NASAB AHLU ALBAIT NABI BESAR MUHAMMAD SAW IBN ABDULLAH IBN ABDUL MUTHALIB DARI KELUARGA A...