DUA TOKOH PENGEMBANG THARIQAT AL JUNAIDIYAH DI INDONESIA
Al Junaidiyah adalah nama sebuah Thariqat Sufi yang dinisbahkan kepada Abu
Qasim al Junaid al Bagdadi. Thariqat
Sufi al Junaidiyah ini dibawa
masuk ke Indonesia oleh KH, Kasypul Anwar Firdaus bin Muhammad
Shaleh sebelum tentara Jepang
datang ke Indonesia. Dan dikatakan orang bahwa ia mengambil Tarekat ini tahun 1935M/1353H dari seorang Syekh yang
bernama Sayyid Umar Bajunaidi asal Negeri Magribi sehabis menunaikan
Ibadah Haji.
1.Syekh
KH, Kasypul Anwar Firdaus bin Muhammad
Shaleh 1902-1974M/1316-1394H
KH, Kasypul Anwar
Firdaus adalah putra laki-laki dari
keluarga Muhammad Shalih yang tinggal di Desa Banua Hanyar, Kec. Alabio, Kab.
Hulu Sungai Utara Amuntai, Kalimantan
Selatan, Indonesia. Jarak tempat makam KH, Kasypul Anwar ini kurang
lebuh 7 kilo meter dari Pasar Alabio menuju arah jalan ke Kec. Baberik. Kasypul Anwar
adalah seorang anak yang cerdas, punya ekeyo/otak berlian atau otak
jennus dengan hoby suka membaca, lebih-lebih lagi menyukai ilmu agama, banyak
guru yang mengajarinya, bahasa Arab, nahwu sharaf, ilmu fiqih dan ilmu agama
lainnya. Kedua orangtuanya seorang tokoh terpandang di desanya dan kuat agamanya.
Diusia yang sangat mudanya ia menjabat
ketua Muhammadiyah di Desanya.
Di usianya 28-30 tahun atau 1932M/1350H, ia berangkat dan didukung
Keluarga Muhammad Shalih mengirimnya untuk memperdalam menuntut ilmu agama ke
Mekkah al Mukarramah. Ada yang mengatakan bahwa
Muhammad Shalih mengirim Kasypul Anwar Firdaus ke kota Mesir kairo, selama 7 tahun lebih. Setelah tiga tahun
Kasypul Anwar Firdaus ia tinggal dan
belajar di Kota Mesir ini, kemudian ia diijin oleh gurunya untuk menunaikan ibadah haji ke Mekkah al
Mukarramah.
Di Mekkah al Mukarramah, sebelum berhajji tahun 1353H Kasypul Anwar
Firdaus berguru kepada Syekh Sayyid Umar Bajunaidi al Hadrami w.1354H/1936M. tentang
ilmu tasauf. Sayyid Umar termasuk Ahlul Bait Rasulullah Saw dari
Keluarga keturunan Abul Qasim al Junaidi asal Negeri Magrib (Maroko). Atas
kesepakatan bersama antara Guru dan Muridnya, izajah dan bai'at thariqat sufi al
Junaidiyah diberikan setelah Kasypul Anwar Firdaus menunaikan Ibadah Haji.
Seperti yang disepakati bersama, sehabis berhaji Kasypul Anwar mengambil Bai'at
dan Tawajjuh Mutlaq dari Syekh Sayyid Umar Bajunaidi gurunya di depan Ka'bah.
Dikatakan orang bahwa Bai'at itu diterima
pada bulan Maret tahun 1935M/ Dzul Hijjah 1353H, di tahun itu jiwa dan raga Kasypul Anwar Firdaus digodok – diolah dan ditempa oleh Syekh
Sayyid Umar menjadi sosuk Ulama Shufi yan besar dan agung.
Menurut kaul yang lain/riwayat lain disebutkan bahwa setelah dua tahun berada di Mesir menempuh pendidikan KH. Kasypul Anwar Firdaus diperbolehkan menunaikan ibadah haji. Dibulan Haji ini Beliau mengambil thariqat ini Jum'at, 30 Maret tahun 1934M tersebut Beliau beberapa tahun kemudian setelah menyelesaikan pendidikannya di Mesir Kairo ia pulang ke Indonesia.
Setelah menyelesaikan study nya di Kota Mesir (Kairo) kurang lebih 7 tahun lamanya Syekh KH. Kasyful Anwar Firdaus pulang ke Kampung halamannya untuk mengamalkan ilmunya bersama keluaraga dan masyarakat ilmu yang diperoleh dari Timur Tengah Kota Mesir (Kairo).
Menurut Humaidy ceritra dari mamanya (isteri KH. Kasypul Anwar
Firdaus) berkata bahwa "Pada waktu
Jepang datang ke Indonesia KH. Kasypul Anwar Firdaus sudah berada dan lama di
Banua Hanyar Alabio."
KH. Kasypul Anwar Firdaus
adalah seorang Ulama Syari'at dan Hakekat dimasanya, ia dihormati dan
disegani dan juga disayangi oleh masyarakat disekitarnya, terlebih lagi
dicintai oleh murid-muridnya, dan juga sangat dicintai oleh generasi silsilah
sesudahnya. Ia juga orang yang pertama asal Kalimantan Selatan yang mengambil
Thareqat al Junaidiyah pada Guru Sayyid Umar Bajunaidi al Magriby di Mekkah dan
membawanya ke Kalimantan Selatan dan mengembangkannya. KH. Kasypul Anwar
Firdausbin Muhammad Shalih wafat tahun 1974M/1394H dimakamkan di depan halaman
Masjid Jami'us Sa'adah arah kiblat Masjid, warna makam biru kehijauan, alamat Banua
Hanyar Alabio Kab. Hulu Sungai Utara
Amuntai, Kalimantan Selatan, Indonesia.
a. Murid-murid KH. Kaspul Anwar al Firdaus
Ada Sembilan orang murid
utama dari KH. Kasypul Anwar Firdaus yang mendapat izin dan ijazah untuk
mengembangkan Thareqat al Junaidiyah dimana saja tempat mereka mau boleh
membai'at, mereka itu antara lain :
- KH. Muhammad
Qurtuby bin Khalid murid tertua w.2002M/1423H Ds. Amuitai.
- Gr. Pa.
Itay Ds. Tebing Sering Kab. Tabalong
- Gr. Abd. Shamad
Ds.Tebing Sering Kab. Tabalong
- Gr. Said Ds. Bahaur
Prov. Kalimantan Tengah
- Gr. Antin Udar Ds.Bahaur Prov. Kalimantan Tengah
- Gr. Ibus Ds. Bilastan Prov. Kalimantan Tengah
- Gr. Murjuni Ds. Kelua, Kec. Kelua,Kab.Tabalong
- Gr. Mahjuri
Ds. Tanjung, Kab. Tabalong
- Gr. Masykur bin Abbas Ds. Kelua, Kec. Kelua, Kab. Tabalong
b. Daerah Pengembangan Thariqat Al Junaidiyah
Adapun Rote perjalanan masa
KH. Kasypul Anwar Firdaus dengan Sepeda Ralehnya dalam Pengembangan dan
penyebaran Thariqat al Junaidiyah menuju Daerah adalah :
1.
Ds. Banua
Hanyar, Alaio, Amuntai
2.
Ds. Kelua dan sekitarnya
3.
Ds. Tebing
Sering Kab. Tabalong
4.
Ds. Tanjung
Kab. Tabalong
5.
Ds. Bahaur Prov. Kalimantan Tengah
6.
Ds. Bilastan
Prov. Kalimantan Tengah
c. Pengembangan Thariqat al Junaidiyah di masa
Pemerintahan Belanda dan Jepang
Kaum penjajah Belanda dan Jepang melarang ummat Islam mempejajari
ajaran Tauhid dan Thareqat Islam. Hal ini dikuatirkan oleh Pemerintahan Belanda
dan Jepang kalau semua masyarakat mengamalkan ajaran Tauhid dan Thareqat Islam,
maka mereka tiada takut mati dengan
peloro senapan dan senjata tajam, mereka bangkit untuk jihad, memusuhi
Pemerintahan Belanda dan Jepang. Oleh karena itulah Pemerintahan Belanda dan
Jepang melarang para Ulama Islam mengajarkan Tauhid dan Thareqat Islam. Bila
ada para Ulama yang mengajarkan Tauhid dan Thareqat Islam dan ketahuan dari Pemerintahan
Belanda, mereka akan ditangkap dan
dianggap pemberuntak. Oleh karenanya Ulama sangat berhati-hati sekali, secara
sembunyi-sembunyi dalam mengajarkan kedua ilmu agama tersebut.Mengapa Thariqat al Junaidiyah al Bagdadiyah baru bergabung menjadi
Thariqat yang Mu'tabarah nomor urut yang
ke 45 ditahun 2000M/1421H ? Jawabnya adalah :
1.
Mu'tamar/Kongres
at Thariqah al Mu'tabarah an Nahdliyah Indonesia pertama tahun 1957M/1377H di
Pondok Tegalrejo Magelang Jawa Tengah, menghasilkan jumlah thariqat Sufi yang
disahkan dan diakui ada 44 macam jenis thariqat.
2.
Abuya KH. Kasypul Anwar Firdaus pulang kemabali
dari Mekkah al Mukarramah atau Mesir Kairo setelah 7 tahun mengaji disana, dan
membawa Thariqat al Junaidiyah al Bagdadiyah ke Desa Banua Hanyar Alabio,
Amuntai, Kalsel. Penyebaran Thariqat Islam saat itu dilarang Pemerintahan
Belanda yang berkuasa ketika itu, oleh sebab itu hamper tiga puluh tahun Thariqat
al Junaidiyah tiada mengembangkan sayapnya secara terang-terangan atau secara
terorganisir, apalagi samapai ke luar Pulau Kalimantan.
3.
Pulau
Kalimantan khususnya Kalimantan Selatan merdeka tahun 1949M, Pada saat itu Organisasi Thariqat al Junaidiyah al Bagdadiyah belum
dibentuk, belum ada yang kelihatan di tahun 1957M /1377H tersebut atau
hibungan dengan Pulau Jawa belum
terjalin hingga pada Kongres at Thariqah al Mu'tabarah an Nahdliyah Indonesia
pertama Jama'ah Pengamal Thariqat al Junaidiyah al Bagdadiyah tidak ikut atau
tidak diundang.
2. KH. Muhammad Qurtuby bin Khalid Kalimantan
(1918-2002M/1337-1423H)
Dia menulis nama panjangnya pada muka Risalah Aurad
Thareqat al Junaidiyah yang dia tulis tangannya sendiri yaitu H. Muhammad
Qurtuby bin Khalid Kalimantan. Dia menjabat Khalifah TharIqat al Junaidiyah al
Bagdadiyah mulai tahun 1975M. Dia Kelahiran tahun 1918M di Desa
Penyiuran kota Amuntai Kab. Hulu Sungai Utara. Beliau telah banyak
menimba ilmu Syari'at dan ilmu Hakekat terutama dari Gurunya yakni KH.
Kasypul Anwar Firdaus di Desa Banua Hanyar, Kec. Alabio, Kab. Hulu Sungai
Utara Amuntai, Prov. Kalsel

Beliaulah yang pertama memperkenalkan TharIqat
al Junaidiyah al Bagdadiyah secara utuh pada masyarakat Indonesia (seluruh
Jama'ah Thareqat al Mu'tabarah an Nahdliyah Indonesia tahun 2000M), yang
sebelumnya hanya faham aliran Tasauf al Junaid saja yang
disampaikan para Ulama pada mereka dan masyarakat Indonesia ikuti.
Beliau telah banyak berjasa dalam pengembangan
TharIqat al Junaidiyah al Bagdadiyah dan memperjuangkan agar TharIqat al
Junaidiyah al Bagdadiyah menjadi TharIqat Mu'tabarah yaitu TharIqat yang
diakui. Yang akhirnya Thariqat al Junaidiyah al Bagdadiyah diterima dan
bergabung dengan al Jam'iyah al ahli at Thariqah al Mu'tabarah an
Nahdliyah Indonesia pada Kongres ke IX di kota Pekalongan Jawa Tengah tahun
2000M/ 1377H dan terdaftar dengan nomor urut ke 45.
Sebelum KH. Muhammad Qurtuby bin
Khalid wafat, Kedudukan Khalifah TharIqat al Junaidiyah al Bagdadiyah di Kota
Palangkaraya. Di kota inilah Pusat Organisasi TharIqat al Junaidiyah al
Bagdadiyah berdiri dan berkembang, alamat dulu Jalan Mandawai IV/a
Palangkaraya. Pada saat itu keberadaan TharIqat al Junaidiyah al Bagdadiyah
dikota itu di dukung oleh Pemerintah setempat, sehingga perkembangan TharIqat
ini begitu cepat menyebar diwilayah ini. Khalifah TharIqat al Junaidiyah al
Bagdadiyah KH. Muhammad Qurtuby bin Khalid wafat hari Rabu, tanggal 17
Juli 2002M/6 Rabi'ul Awwal 1423H. Beliau dimakamkan di Jalan RTN Malino 5 Km
masuk dari Bendara Palangkaraya yaitu tepatnya di samping Pesanterin Tahfizul
Qur'an dan Masjid Raudatul Jannah asuhan H. Materan.
Dari Beliau telah lahir Generasi-
generasi Utama Jama'ah Pengamal TharIqat al Junaidiyah al Bagdadiyah yang
berkualitas yang dapat membimbing Ummat. Ummat yang lebih mengutamakan akhirat,
Ummat yang menjalankan Syari'at Muhammad Rasulullah Saw. Ummat yang kontinyu
mengamalkan Thareqatnya.
Generasi- generasi Utama Jama'ah
Pengamal TharIqat Qaum al Junaidiyah al Bagdadiyah yang dimaksud adalah murid –
murid Beliau an. :
a. Murid-murid KH. Muhammad Qurthuby an :
1.
Gr. KH. Jumberi
Ma'shum Bihara Balangan Kalsel W.2007M
2.
Gr. KH. Mahran
Yasin Km. 3 Banjarmasin Kalsel
3.
Gr. Kiayi
Mahjuri Dalam Pagar Martapura Kalsel
4.
Gr. Kiayi
Muhammad Syukri HS Jorong Pelaihari Kalsel W.2003M
5.
Gr. KH.
Arbandigana Kalimantan Tengah
6.
Gr. KH. Timidzi
Bihara Balangan Kalsel (sudah Wafat)
7.
Gr. KH. Satria
Ds. Ampukung Kelua Tanjung Kalsel
8.
Gr. Hj. Fauziah
(Isteri KH. Satria) Ds. Ampukung, Kelua Kalsel
9.
Gr. H.Abdullah
Kalimantan Tengah
10. Gr. KH. Muhammad Subli
Saberi Kalimantan Tengah
11. Gr. H. Supiyan Ds.
Panyiuran, Amuntai Kalsel
12. Gr. Drs. Husen Kalimantan Tengah
13. Gr. H. Mahdian Kalimantan Tengah
14. Gr. H. Muhammad Ali Kalimantan Tengah
15. Gr. H. Muhammad Noor Kalimantan Tengah
16. Gr. H. Suriani Kalimantan Tengah
17. Gr. Habib Yahya Ahyadi Kalimantan Tengah
18. Gr. Kaspul Anwar Kalimantan Tengah
19. Gr. Mansyur Arifin Kalimantan Tengah
20. Gr. Shalih Kalimantan Tengah
Daftar Bacaan :
-
Ar Risalah Bahjatul 'Abid lil Jama'ah Thareqat al Junaidiyah
-
Hasil Mu'tamar ke IX tahun 2000
-
Kasaf al Mahjub ..... Syekh Ali bin Usman al Jullabi al Hujwir
-
Kitab Inseklopedi
Tasawuf................................
-
Kitab Tanbihul Mugtarin.....Kr. Abd. Wahhab asy
Sya'rani
-
Makalah Mengenal Thareqat Panduan Pemula
mengenal jalan menuju Allah Ta'ala
-
Hasil Informan (wawancara dengan keluarga, murid
dan guru TQ al Junaidiyah) 2006
-
Kitab Tanwirul Qulub
-
Artikel-artikel lainnya
Assalamu'alaikum, Ustad. Saya Cecep Z.E. dosen di IAIN Palangkaraya.
BalasHapusUlun sedang meneliti tentang sejarah perkembangan Tarekat Junaidiyah.Ulun bermaksud ingin menggali informasi lebih jauh tntang sejarah tarekat junaidiyah. Bila pian berkenan, boleh lah minta alamat atau nomor yg bisa dihubungi ?
Berikut email ulun: cecepelbilad@gmail.com
Sebelumnya ulun sampaikan terima kasih.
Wassalamu'alaikum.
Untuk no 7 dan 8 Tuan Guru KH. Satria (beserta istri beliau) berasal dari Desa Ampukung, Kelua. Bukan Ampulungan. Mohon Ampun Maaf.
BalasHapus