Berkata Imam Abdul Wahhab al
Sya’rani dalam kitabnya "MADARIJUS
SALIKIN" Imam Junaid al Bagdady berkata :
كان الجنيد يقول :
من علامة صدق المريد عدم ميله الى غير طريقتى وإذا أراد الله بمريد خيرا أوقعه إلى
الصوفية ومنعه صحبة الفقهاء وأهل الجدال.
Artinya : Telah berkata Syekh Imam
Abu Qasim Al Junaid al Bagdadi, :"Sebahagian
dari tanda benarnya seorang murid itu, ketiadaan cendrung hatinya selain pada
jalanku. Apabila Allah menghendaki akan seorang murid akan kebaikan niscaya
menjatuhkan hatinya bersahabat orang sufi dan menegah bersahabat dengan fuqaha
dan orang suka berdebat".
B. Dasar-dasar
Tasawuf al Junaid al BagdadiAdapun dasar-dasar pemikiran al Junaid al
Bagdadi tentang tasawuf adalah sebagai berikut :
Pertama : Seorang Sufi harus meninggalkan
kelakuan dan sifat-sifat yang buruk dan menjalankan budi pekerti yang baik,
sesuai dengan ajaran-ajaran tasawuf yang selalu menganjurkan sifat-sifat baik dan
meninggalkan budi pekerti yang jelek.
Kedua : Ajaran tasawuf adalah ajaran-ajaran yang dapat memurnikan hati manusia dan menganjurkan hubungan baik dengan mahluk lainnya. Ajaran tasawuf selalu mengajarkan untuk meningkatkan sifat-sifat alamiyah yang bisa merusak kesucian jiwa, menahan manusia dari godaan jasmani, mengambil sifat-sifat ruhani,
mengingatkan diri pada ilmu hakekat, dan mengingat Allah Swt dan Rasul Saw.
Ketiga : Memalingkan perhatian dari urusan duniawi
kepada urusan ukhrawi. Bagi orang beriman meninggalkan pergaulan dari sesama
manusia masih lebih mudah dan berpaling kepada Allah sulit.Ternyata berpaling
dari nafsu lebih sulit lagi. Untuk itu melawan nafsu adalah sangat penting
untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dalam hal ini, Syekh Hujwiri mengutip
bahwa al Junaid pernah ditanya, "Apakah persatuan dengan Tuhan ?" Dia
menjawab, "Meniadakan hawa nafsu,"karena di antara semua tindakan
ibadah yang diridhai Tuhan, tiada yang lebih besar nilainya daripada
menundukkan hawa nafsu. Menghancurkan gunung lebih mudah bagi seorang manusia
dari pada menundukkan hawa nafsunya."
Keempat : Manusia harus berpegang teguh kepada
tauhid, termasuk dalam bertasawuf. Arti tauhid menurut Syekh al Junaid adalah mengesakan Allah
Swt dengan sesempurna –Nya. Bahwa sesungguhnya Allah Swt itu esa, tidak beranak
dan tidak pula diperanakkan, tidak berbilang, berjumlah dan tidak pula
tersusun, dan tak satupun yang menyerupai Nya. Dia Maha Mendengar, Dia Maha
Melihat dan Maha Tunggal ………… dan seterusnya.
Kelima : Seorang Sufi harus bisa melakukan tiga
syarat amalan, yaitu :
a.
Melajimkan dzikir disertai muraqabah bil batin
bersama kesadaran yang penuh.
b.
Mempertahankan tingkat kesadaran/
ketenangan (Najwan) yang tinggi.
c.
Selalu melaksanakan Syari’at secara tepat dan
ketat.
Tasawuf bagi al Junaid, tidak lain adalah budi pekerti yang baik dan meninggalkan budi pekerti
yang buruk. Baik dan
buruknya sesuatu diukur
dengan syari’at, karenanya tasawuf harus berdasarkan Syari’at.
Dokrin ini berlaku
dikalangan mazhab aliran
tarekat al Junaidiyah.
Junaidiyah juga menganut pandangan
tentang kemurnian hati, menekan hawa nafsu jasmani dan berpegang pada ilmu hakekat.
Hal ini dirujuk dari pandangan Syekh al
Junaid yang menyatakan bahwa tasawuf
adalah memurnikan hati dalam berhubungan dengan
makhluk lain, meninggalkan sifat alamiah,
menekan
sifat-sifat buruk manusia, menghindari godaan
jasmani, mengambil sifat-sifat ruhani,
mengikat diri pada ilmu hakekat,
selalu dzikrullah mengikuti
sunnah Rasulullah.
Junaidiyah
mengajarkan bahwa segala jalan yang dilalui para Sufi seluruhnya tertutup
kecuali jalan yang telah ditetapkan Allah melalui jalan Rasulnya. Dengan kata
lain, bahwa mazhab tasawuf aliran tarekat Junaidiyah memegang teguh
ajaran-ajaran yang berdasarkan pada Al Qur,an dan Sunnah Rasulullah Saw dalam
mewujudkan segala keseimbangan antara lahir dan batin, antara hakekat dan
syari’at, antara ilmu dan amal saleh.
Bagi Junaidiyah,
tasawuf yang meninggalkan syari’at adalah tercela dan tidak bisa diikuti. Pada
masa Syekh al Junaid sudah ada kalangan tertentu dalam lingkungan Sufi yang
bertingkah laku tidak mengikuti syari’at, karena mengganggap dirinya sebagai
sufi yang sudah sampai pada maqam yang tertinggi dan tidak memerlukan syari’at
lagi. Ketika masalah ini ditanyakan kepada Syekh al Junaid, ia menyatakan bahwa
orang yang berbuat zina dan mencuri lebih baik dari pada orang-orang yang
berbuat demikian. Karena itu, Syekh al Junaid menganggap amat mendasar bahwa
sufi sejak menempuh tingkat permulaan sampai tingkat tertinggi,
tetep berpegangteguh kepada al Qur’an dan Sunnah Rasulullah Saw
Bagi Junaidiyah, tasawuf yang meninggalkan syari’at adalah tercela
dan tidak bisa diikuti. Pada masa Syekh al Junaid sudah ada kalangan tertentu
dalam lingkungan Sufi yang bertingkah laku tidak mengikuti syari’at, karena mengganggap
dirinya sebagai sufi yang sudah sampai pada maqam yang tertinggi dan tidak
memerlukan syari’at lagi. Ketika masalah ini ditanyakan kepada Syekh al Junaid,
ia menyatakan bahwa orang yang berbuat zina dan mencuri lebih baik dari pada
orang-orang yang berbuat demikian.
Karena itu, Syekh al Junaid menganggap amat mendasar bahwa sufi sejak menempuh
tingkat permulaan sampai tingkat tertinggi, tetep berpegangteguh
kepada al Qur’an dan Sunnah Rasulullah Saw yang berbuat demikian. Karena itu, Syekh al
Junaid menganggap amat mendasar bahwa sufi sejak menempuh
tingkat permulaan sampai tingkat tertinggi, tetep berpegangteguh
kepada al Qur’an dan Sunnah Rasulullah Saw
Kalangan Junaidiyah juga
berpegang teguh pada pandangan al Junaid yang mengatakan bahwa “ Amaliah
seorang Sufi harus melaksanakan tiga rukun amal
:
1. Melajimkan dzikir yang tidak pernah berhenti
bersama himmah dan kesadaran yang penuh.
2. Mempertahankan tingkat kegairahan (Wajd) yang
tinggi.
3. Selalu melaksanakan Syari’at secara tepat dan
ketat.
A. Rijal
Silsilah at Thariqah al Junaidiyah
Semestinya
bagi seorang murid tarekat qaum al Junaidiyah mengenal, mengetahui nasab
turunan guru-gurunya dan mengetahui kaum laki-laki yang menjadi nasab
silsilahnya dari Mursyidnya atau Gurunya tempat mengambil ijazah dan bai'at
sampai dengan Nabi Saw.
SILSILAH AL THARIQAH AL JUNAIDIYAH / THARIQAT AL QAUM
اَلسِّلْسِلَةُ الطَرِيْقَةُ الجُنَيْدِيَّةُ (طَرِيْقَةُ الْقَوْمِ)
٤٣- السيد الحاج حسن بصري ابن محمد برسيه ابن احمد بدري السقاف
(W.1427H)٤٢- المرشد الْحَاجُّ جُمْرِىْ بنْ الْحَاجُّ مَعْصُوْم بنْ الْحَاجُّ اَبُوْ بَكْرٍ
(W.1423H) ٤١- لخَلِيْفَةُ الطَّرِيْقَةُ الْجُنَيْدِيَّة الْحَاجُّ مُحَمَّدٌ القُرْتُبِ بِنْ خَالِدْ بِنْ طَاهِرْ
(W.1974M) ٤٠- اَلشَّيْخُ الْحَاجُّ كَشْفُ الْاَنْوَار فِرْدَاوُسْ بِنْ مُحَمَّدْ صَالِحْ
٣٩- اَلشَّيْخُ السّيِّدُ عُمَرُ بِنْ اَبُوْ بَكْرٍ بَاجُنَيْدِىْ (وفات 1354 هجرية)
٣٨-َلشَّيْخُ والْاِمَامُ عَبْدُ اللهِ بَاعَلْوِى
٣٧- اَلشَّيْخُ والْاِمَامُ عَلَوِى
٣٦-اَلشَّيْخُ والْاِمَامُ عَبْدُ الرَّحْمَن السَقَاف بَاعَلْوِى(وفات 1124 هجرية)
٣٥-اَلشَّيْخُ والْاِمَامُ عَبْدُ الرَّحِيْمِ الْعَلْوِى(وفات 1088 هجرية)
٣٤- اَلشَّيْخُ والْاِمَامُ بَاجُنَيْدِىْ (وفات 1032 هجرية)
٣٣- اَلشَّيْخُ السّيِّدُ عَلْوِى الرِّضَى (وفات 1002 هجرية)
٣٢- الْاِمَامُ عَبْدُ الْوَهَّابِ الشَّعْرَانِيُّ (898-973هجرية)
٣١- اَلشَّيْخُ عَلِيٌّ الْمُرْصَفَى
٣٠- اَلشَّيْخُ مُحَمَّدٌ السُّرَوِى(وفات 932 هجرية)
٢٩- اَلشَّيْخُ السّيِّدُ مُحَمَّدٌ بنُ مَدْيَنَ الْاَسْمُوْنِى
٢٨- الْاِمَامُ السّيِّدُ مَدْيَنَ الْاَسْمُوْنِى (H862w.)
٢٧- اَلشَّيْخُ اَحْمَدُ ين سُلَيْمَان الْزَاهِدِىْ توفى820هجرية
٢٦- اَلشَّيْخُ حَسَنُ الْتُسْتَرِىْ توفى797هجرية
٢٥- اَلشَّيْخُ يُوْسُفُ الْعَجَمِى الْكُوْرَيْنِى توفى767هجرية
٢٤- اَلشَّيْخُ مَحْمُوْدُ اَلْاَصْفِهَانِى
٢٣- اَلشَّيْخُ نَجْمُ الدِّيْنِ اَلْاَصْفِهَانِى
٢٢- اَلشَّيْخُ بَدْرُ الدِّيْنِ حَسَنْ شَمْشِيْرِى (شَمْشُرِى)
٢١- اَلشَّيْخُ عَبْدُ الصَّمَدِ النَّهْرَنِىْ
٢٠- اَلشَّيْخُ نَزِيْبُ الدِّيْن بُرْغُشْ شِيْرَازى
١٩- اَلشَّيْخُ شِهَابُ الدِّيْن السَّهْرُوَرْدِى(539-632هجرية)
١٨- اَلشَّيْخُ اَبُوْ نَزِيْبُ الدِّيْن السَّهْرُوَرْدِى(490-563هجرية)
١٧- اَلشَّيْخُ الْقَاضِى وَجِيْهُ الدِّيْنِ
١٦- اَلشَّيْخُ فَرَّجْ اَلْزَنْجَانِي
١٥- اَلشَّيْخُ اَبُوْ عَبَّاسٍ النَّهَاوَنْدِى
١٤- اَلشَّيْخُ اِبْنُ خَفِيْفُ الشَّيْرَازى(276-371هجرية)
١٣- اَلشَّيْخُ مُحَمَّدٌ بنُ خَفِيْفِ الشَّيْرَازى(276-371هجرية)
١٢- اَلشَّيْخُ وَالْقَاضِى رُوَيْمُ (توفي 203هجرية)
١١- اَلسَّيِّدُ الطَائِفَةُ الصُّوْفِيَّةُ الْاِمَامُ اَلْجُنَيْدُ الْبَغْدَادِى(توفي 297هجرية)
١٠- اَلشَّيْخُ والْاِمَامُ السِّرِّي السَّقَطِى(توفي 253هجرية)
٩- اَلشَّيْخُ والْاِمَامُ الْمَعْرُوْفُ الْكَرْخِى (توفي 200هجرية)
٨- اَلْاِمَامُ عَلِيّ الرّضَىا
٧- اَلْاِمَامُ مُوْسَى اَلْكَذِيْمُ
٦- اَلْاِمَامُ جَعْفَرْ اَلصَّادِقُ
٥- اَلْاِمَامُ مُحَمَّدْ اَلْبَاقِرُ
٤- اَلْاِمَامُ عَلِيٌّ زَيْنَ الْعَابِدِيْنَ
٣- اَلْاِمَامُ حُسَيْنِ شَاهِدٌ كَرْبَلَى
٢- اَلْخَلِيْفَةُ عَلِيٌّ اِبْنُ اَبِيْ طَالِبٍ
١- مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمِ
سَيِّدِنَا جِبْرِيْلُ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَسَلَّمِ
اَللهُ سُبْحَاتَهُ وَتَعَالَى
د بهن حلاوة الإيمان من كان الله ورسوله أحب إليه
مما سواهما (رواه مسلم)
Artinya
Rasulullah Saw telah bersabda :
“Tiga macam orang akan mendapatkan atau akan merasakan manisnya rohaniyahnya
atau imannya, satu diantaranya “Barangsiapa Allah dan Rasulnya lebih dia cintai
dari pada yang lainnya”
Telah berkata Para Ulama Sufi Rahimahumullah, makna
“Halawatul Iman” manisnya iman disini yaitu menuntut kelezatan didalam berta’at
dan membawa kesulitan (dalam berta’at) kepada keridhaan Allah Azza wajala dan
juga kereridhaan Rasulullah Saw dan juga berpaling dari tujuan dunia.Kecintaan
seorang hamba kepada Tuhannya dibuktikan dengan perbuatan ta’atnya dan
meninnggalkan yang bersalahan dengan perbuatan ta’atnya dan begitu juga dengan
perbuatan ta’at terhadap Rasulnya.
قال العلماء رحمهم الله تعالى : معنى
حلاوة الإيمان استلذاذ الطاعات وتحمل المشاعات فى رضى الله عز وجل ورسوله صلى الله عليه وسلم وإيثار ذلك على عرض الدنيا,
ومحبة العبد ربه تعالى بفعل طاعته وترك مخالفته وكذلك محبة رسول الله صلى الله عليه وسلم.
Ditingkat yang kedua ini, dia baru melihat yang
luarnya saja dan baru mendengar dari balik tabir tentang berita itu. Tetapi dia
juga belum merasa puas terhadap dunia yang diberikan Allah Swt kepadanya. Maksudnya
pada tingkat thalibiin ini, si Thalib penuh dengan ujian-ujian, si Thalib penuh
dengan cobaa-cobaan, penuh tentangan-tentangan, godaan-godaan yang mengiurkan
dirinya, telah datang dari anak dan isterinya, dan juga datang dari keluarganya
dan dari lingkungannya
Keadaan Hati Murid atau Salik Pengamal Thariqat al Junaidiyah Menurut Penyusun ar Risalah Bahjatul Abiid ........ hal keadaan hati Murid yang menjadi Pengamal Thariqat al Junaidiyah ada beberapa macam tingkatan, yang terbagi kepada Al Muridin الْمُرِيْدِيْن adalah tingkatan yang pertama. Murid pada tingkat ini, seorang murid baru menerima bai’at, murid baru menerima talqin dzikir, murid baru menerima tawassul dan tawajjuh dari Guru Mursyidnya. Murid belum tahu suka dukanya dalam menjalankan amaliyah kehidupan kerohaniyan dalam bertareka Al Thalibiin الطَالِبِيْن adalah tingkatan yang kedua. Ditingkat ini mereka sudah mengerti dengan kehidupan Para Sufi dalam menjalani kehidupan alam rohani. Pada tingkat Thalib ini Pengamal Thariqat al Junaidiyah, mereka sering menoleh pada kehidupan orang zahir yang bergelimang dengan perhiasan dunia. Mereka sering tergoda dan tergoda oleh hijau kemilau dan merahnya dunia, hati mereka sering nempil pada agyar dunia, mereka sering ditipu oleh akwan dunia, mereka sangat suka dibohongi dunia, hingga mereka lalai dan lupa bahwa mereka hidup di dunia ini hanya sementara saja. Walaupun itu wajar saja tetapi hal itu menjadi dinding, menjadi isolasi mata hati si Thalib Pengamal Thariqat al Junaidiyah dengan Mukawwin المكوِّيْن yaitu Orang yang mengadakan yakni Allah Swt. Disaat itu si Thalib sering bimbang, sering ragu, sering merasa was-was terhadap dirinya, anak-anaknya dan isterinya. Mereka belum merasakan kenikmatan rohaniyahnya dalam bertarekat pada amaliyah zahir dan amaliyah batin dan juga belum merasakan nikmat imannya. Rasulullah Saw telah bersabda
Ditingkat As Saa’irin
ini, Pengamal Thariqat al Junaidiyah, mereka sudah mengerti tentang kehidupan
Para Sufi, dan mereka sudah menyaksikan bahwa hidup Para Sufi telah bebas dari
nempelnya dunia dan akhirat, maksudnya mereka bebes dari keterikatan dunia dan
keterikatan akhirat.
Mereka mengerjakan amaliyah
di dunia tidak mengharapkan pahala, dan diakhirat tidak mengharapkan sorga,
tetapi mereka mengerjakan amaliyah untuk taqarrub,التقرب untuk mendapatkan ridlaالرضائ , untuk mendapatkan mahabbah. المحبة kecintaan
Allah semata. Hal ini sesuai dengan do’a mereka yang berbunyi
:
إلهى
أنت مقصودى ورضاك مطلوبي أعطني محبتك ومعرفتك
Artinya : “Wahai Allah Tuhanku, Engkaulah
yang aku maksud. Dan keredlaan Engkaulah yang aku cari dan juga kecintaan
Engkaulah yang aku rindukan.”
Pada tingkat ini hati PTJ sudah
bercahaya-cahaya, hati sudah bersih dari hasil-hasil Riyadlah الرياضة yang sudah dilaluinya. Mereka
sudah bisa musyahadah المشاهدة dan muraqabah المراقبة. dapat menangkap getaran-getaran dari Asma asma Allah yang
terbungkus dalam wujud Kainat atau Akwanاكون
كائنات
Mereka sudah mulai betah
tinggal bersama Ahli Sufi dalam barisan Thariqat Sufi. Disini mereka dapat
melihat rohaniyah Rasul setiap saat bila qadar syuhud mereka kuat.
Dalam kitab Haiqadzul Himam dijelaskan
tentang seorang Murid yang samapai pada darajat Sa’iriin ini, mereka selalu
bershalawat terhadap Rasulullah Saw
:
وقسم يصلون على
روحه النورانية وهم أهل الشهود من السائرين فهم يصلون على نوره الفائض من
الجبروت. فيشاهدونه فى غالب أوقلتهم على قدر حضورهم وشهودهم
Maksudnya : Golongan yang
kedua, mereka bershalawat atas Rasulullah Saw kepada rohnya yang Nuraniyah.
Mereka itu adalah ahli syuhud dari derajat Sa’iriin. mereka bershalawat atas
Nurnya Nabi yang berada di alam Jabarut (alam ketuhanan). Mereka menyaksikan
rohaniyah Rasul setiap saat atas ukuran atau kadar hadir hati mereka dalam syuhud
mereka.
Penyusun Umdatul Hasanah
hanya berharap dan berdo’a semoga apa yang dikatakan oleh Pengarang kitab
Haiqadzul Himam ini dapat kita rasakan bersama khususnya Pengamal Thariqat al
Junaidiyah (PTJ) yang sampai pada martabat ini.
|
اَلسِّلْسِلَةُ الطَرِيْقَةُ الجُنَيْدِيَّةُ (طَرِيْقَةُ الْقَوْمِ)
|
|
|
|
|
|
|
اَلسَّيِّدُ الْحَاجُّ حَسَنْ
ْبَصَرِىْ بنْ الْحَاجُّ مُحَمَّدْ بَرْسِيْه بن اَحْمَدْ بدرى السَّقّافُ
|
40
|
|
(W.1427H)
|
الْمُرْشدُ الْحَاجُّ جُمْرِىْ بنْ
الْحَاجُّ مَعْصُوْم بنْ الْحَاجُّ اَبُوْ بَكْرٍ
|
39
|
|
(W.1423H)
|
اَلخَلِيْفَةُ الطَّرِيْقَةُ الْجُنَيْدِيَّة الْحَاجُّ
مُحَمَّدٌ القُرْتُبِ بِنْ خَالِدْ بِنْ طَاهِرْ
|
38
|
|
(W.1974M)
|
اَلشَّيْخُ الْحَاجُّ كَشْفُ
الْاَنْوَار فِرْدَاوُسْ بِنْ مُحَمَّدْ صَالِحْ
|
37
|
|
(W.1936M)
|
اَلشَّيْخُ السّيِّدُ عُمَرُ بِنْ اَبُوْ بَكْرٍ بَاجُنَيْدِىْ (وفات 1354
هجرية)
|
36
|
|
|
اَلشَّيْخُ والْاِمَامُ عَبْدُ
اللهِ بَاعَلْوِى
|
35
|
|
|
اَلشَّيْخُ والْاِمَامُ عَلَوِى
|
34
|
|
(W.1712M)
|
اَلشَّيْخُ والْاِمَامُ عَبْدُ
الرَّحْمَن السَقَاف بَاعَلْوِى(وفات 1124 هجرية)
|
33
|
|
(W.1088H)
|
اَلشَّيْخُ والْاِمَامُ عَبْدُ
الرَّحِيْمِ الْعَلْوِى(وفات 1088 هجرية)
|
32
|
|
(W.1623M)
|
اَلشَّيْخُ والْاِمَامُ
بَاجُنَيْدِىْ (وفات 1032 هجرية)
|
31
|
|
(W. 1594M)
|
اَلشَّيْخُ السّيِّدُ عَلْوِى
الرِّضَى (وفات 1002 هجرية)
|
30
|
|
(W.1529M)
|
اَلشَّيْخُ مُحَمَّدٌ
الْزَاهِدِىْ الْوَخْصِيْ (وفات936H)
|
29
|
الْاِمَامُ عَبْدُ الْوَهَّابِ الشَّعْرَانِيُّ
(898-973هجرية)
|
|
|
|
28
|
اَلشَّيْخُ عَلِيٌّ الْمُرْصَفَى
|
|
|
|
27
|
اَلشَّيْخُ مُحَمَّدٌ
السُّرَوِى(وفات 932 هجرية)
|
|
|
|
26
|
اَلشَّيْخُ السّيِّدُ مُحَمَّدٌ
بنُ مَدْيَنَ الْاَسْمُوْنِى
|
|
|
|
25
|
الْاِمَامُ السّيِّدُ مَدْيَنَ الْاَسْمُوْنِى (H862w.)
|
|
|
|
24
|
اَلشَّيْخُ اَحْمَدُ ين سُلَيْمَان
الْزَاهِدِىْ توفى820هجرية
|
|
|
|
23
|
اَلشَّيْخُ حَسَنُ الْتُسْتَرِىْ
توفى797هجرية
|
|
بَيْعَةٌ سرّية
|
|
22
|
اَلشَّيْخُ يُوْسُفُ الْعَجَمِى
الْكُوْرَيْنِى توفى767هجرية
|
|
بَيْعَةٌ روحانية
|
|
21
|
اَلشَّيْخُ مَحْمُوْدُ اَلْاَصْفِهَانِى
|
|
|
|
20
|
اَلشَّيْخُ نَجْمُ الدِّيْنِ
اَلْاَصْفِهَانِى
|
|
|
|
19
|
اَلشَّيْخُ بَدْرُ الدِّيْنِ
حَسَنْ شَمْشِيْرِى (شَمْشُرِى)
|
|
|
|
18
|
اَلشَّيْخُ عَبْدُ الصَّمَدِ
النَّهْرَنِىْ
|
|
|
|
17
|
اَلشَّيْخُ نَزِيْبُ الدِّيْن
بُرْغُشْ شِيْرَازى
|
|
|
|
16
|
اَلشَّيْخُ شِهَابُ الدِّيْن السَّهْرُوَرْدِى(539-632هجرية)
|
|
|
|
15
|
اَلشَّيْخُ اَبُوْ نَزِيْبُ
الدِّيْن السَّهْرُوَرْدِى(490-563هجرية)
|
|
|
|
14
|
اَلشَّيْخُ الْقَاضِى وَجِيْهُ
الدِّيْنِ
|
|
|
|
13
|
اَلشَّيْخُ فَرَّجْ اَلْزَنْجَانِي
|
w.1073M
|
الْاِمَامُ أَبُوْ الْقَاسِمِ الْقُشَيْرِى(986-1073م)
|
12
|
اَلشَّيْخُ اَبُوْ عَبَّاسٍ
النَّهَاوَنْدِى
|
w.1015M
|
الْاِمَامُ أَبُوْ عَلِيِّ
الدَّقَاقُ(توفي 405هجرية)
|
11
|
اَلشَّيْخُ اِبْنُ خَفِيْفُ
الشَّيْرَازى(276-371هجرية)
|
w.979M
|
الْاِمَامُ النَّصْرَى
آبَاذِيْ(توفي 369هجرية)
|
10
|
اَلشَّيْخُ مُحَمَّدٌ بنُ خَفِيْفِ
الشَّيْرَازى(276-371هجرية)
|
w.946M
|
اَلشَّيْخُ
والْاِمَامُ الشِبْلِى(247-334هجرية)
|
9
|
اَلشَّيْخُ وَالْقَاضِى رُوَيْمُ (توفي 203هجرية)
|
w.910M
|
اَلسَّيِّدُ الطَائِفَةُ الصُّوْفِيَّةُ الْاِمَامُ اَلْجُنَيْدُ
الْبَغْدَادِى(توفي 297هجرية)
|
8
|
|
w.865M
|
اَلشَّيْخُ
والْاِمَامُ السِّرِّي السَّقَطِى(توفي 253هجرية)
|
7
|
|
w.815M
|
اَلشَّيْخُ
الْمَعْرُوْفُ الْكَرْخِى (توفي 200هجرية)
|
6
|
|
w.781M
|
اَلشَّيْخُ اَبِيْ
سُلَيْمَانَ دَوُادُ الطَّائِ (توفي
165هجرية)
|
5
|
|
w.743M
|
اَلشَّيْخُ حَبِيْبُ
الْعَجَمِى (توفي 125هجرية)
|
4
|
|
w.728M
|
اَلشَّيْخُ
والْاِمَامُ حَسَّنُ الْبَصْرِىْ (21-110هجرية)
|
3
|
|
w.661M
|
اَلْخَلِيْفَةُ
عَلِيٌّ اِبْنُ اَبِيْ طَالِبٍ (توفي 41 هجرية)
|
2
|
|
w.632M
|
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمِ
|
1
|
|
|
سَيِّدِنَا جِبْرِيْلُ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَسَلَّمِ
|
|
|
|
اَللهُ سُبْحَاتَهُ وَتَعَالَى
|
|
|
| | |
A.
Al Bai'at al Rohaniyah wa al Sirriyah
pada Sadatina al Junidiyah
Al Bai'at al Rohaniyah adalah bai'at yang
terjadi pada penyampaian amaliah Junaidiyah, secara Rohaniyah atau Sirriyah
oleh seorang mursyid yang berpangkat Rabbani atau Wali Allah dalam mengangkat
seorang murid. Bai'ah Sirriyah ini
terjadi karena sang Mursyid, wali Allah tersebut raga zahirnya sudah berpindah
ke alam akhirat, dan ajaran tsb sewaktu
tuan wali hidup belum sempat bai'ahkan dan diijazahkan. Walaupun sang Mursyid,
wali Allah sudah lama meninggal dunia, tetapi dengan izin Allah ia dapat
memberikan bai'ah, talqin dzikir dan amalan-amalan kepada muridnya secara
sirriyah.
Syekh
Muhammad az Zahidi ini dapat berkonsultasi secara bathiniyah atau berhubungan secara
rohaniyah dengan Imam al Qusyairi gurunya setiap saat. Ini tidak aneh bagi kalangan
Shufi dan orang Ahli Thariqat, dan ini merupakan suatu yang dianggap lumrah dan
dipercayai adanya, tetapi sangat aneh bagi kalangan orang Ahli Syari'at. Mereka
sangat sulit untuk mempercayainya, bahkan mungkin menganggapnya hanya sebagai
ilusi belaka.
Bukankah thariqat kita al Junaidiyah juga mengenal istilah Muraqabah
Kasyf Al Arwah, yaitu muraqabah yang digunakan untuk konsultasi secara
bathiniyah, berhubungan rohaniyah, berdialogh secara sirriyah dengan
rohaniyah orang yang meninggal dunia.
Diceritakan bahwa telah terjadi Bai'at Sirriyah, ada diantara Mursyid dan Murid, Guru dengan
Murid dari Sadatina al Junidiyah yang telah berdeda alam, berbeda masa,
berbeda zaman dan waktu. Bai'at Sirriyah ini terjadi antara Imam
Qusyairi yang hidupnya 986-1073M dengan Syekh Muhammad az Zahidi al Wakhshi yang hidupnya ....... w.936H/1530M. Jarak kurun tahun
antara kedua Imam ini cukup lama, yakni kurang lebih 461 tahun. Disini ada 16 genarasi silsilah Junaidiyah dilewati, jika penulisan Sanad Silsilah al Junaidiyah sesudah Imam Qusyairi kemudian urutan selanjutnya Syekh Muhammad az Zahidi dan antara keduanya ditulis garis penghubung dan diberikan keterangan Bai'at Sirriyah. Maka ke 16 genarasi silsilah Junaidiyah dimaksud menjadi Silsilah Mastur atau Silsilah Mahjub yaitu tersembunyi atau tidak dikenal, inilah keadaan sekarang.
Dialohg rohaniyah, konsultasi secara bathiniyah dan al Bai'at al Sirriyah dengan orang
yang beda alam, misalnya Rasulullah Saw atau Auliya Allah yang sudah wafat, hal
semacam ini tidak aneh bagi kalangan para Shufi dan orang- orang Ahli Thariqat,
dan ini merupakan suatu yang dianggap biasa saja dan dipercayai adanya, seperti
yang terjadi pada Sadatina Junaidiyah pada ceritra diatas, dan pada Sadatina Ghazaliyah
dan juga Sadatina Naqsyabandiyah pada ceritra berikut :
Syaikhina Al Habib Muhammad Luthfi menambahkan penjelasan bahwa
semua hadis yang terdapat didalam kitab IHYA ULUMUDDIN, sebelum dimasukkan dan
ditulis kedalam kitab tersebut, Imam al Ghazali senantiasa terlebih dahulu konsultasi
secara bathiniyah kepada Rasulullaah Saw.
Telah bercerita salah seorang Pengamal Thariqat....... yang
bernama Muhammad Ali Hanafiyah Nasotion kepada Gurunya Dr. Syekh H. Jalaluddin,
.......... Mungkin orang lain pergi ke Madinah hanya menziarahi kuburan Nabi
Muhammad Saw, tetapi aku dengan karunia rahmat Allah dapat menziarahi
rohaniyah Nabi Muhammad Saw, aku yakin dan percaya bahwa Nabi Muhammad
Saw tidak mati, hanya Nabi Saw itu
adalah diwafatkan. Kalau hati kita sudah bersih dari sifat-sifat mazmumah
(sifat kejahatan), insya Allah mudah saja untuk bertemu dengan rohaniyah Nabi
Muhammad Saw, pokoknya kalau kita ikhlas mengerjakan 17 macam mata
pelajaran dalam TN. Kalau aku dengar ada orang yang bermimpi bertemu dengan
Nabi Saw, maka aku sungguh percaya kepada orang itu. Jika ada orang yang mengatakan telah
bersalaman (berjabat tangan) dengan Nabi Saw, aku turut mempercayainya, sebab
aku sendiri telah pula merasai yang demikian itu.......
A. Thariqat
Qaum
al Junaidiyah Bergabung dengan Jam'iyah
Ahli at Thariqah al Mu'tabarah an Nahdliyah Indonesia.
Kongres at Thariqah al Mu'tabarah an
Nahdliyah Indonesia pertama tahun 1957M/1377H di Pondok Tegalrejo Magelang Jawa
Tengah, menghasilkan jumlah thariqat Sufi yang disahkan dan diakui ada 44 macam
jenis thariqat.
Dimasa Imam al Gazali antara tahun 1058-1112M/450-505H ada kurang
lebih 80 macam jenis thariqat Sufi, dengan rincian sebagai berikut yaitu 40
macam thariqat Sufi yang sudah disyahkan dan 40 jenis thariqat yang belum sempat
disyahkan.
Dalam Makalah Mengenal Thareqat
Panduan Pemula mengenal jalan menuju Allah Ta'ala dikatakan bahwa dalam Kitab
Dairatul Ma'arif al Islamiyah disebutkan ada 163 aliran thareqat Shufi yang
salah satu diantaranya punya 17 cabang. Sementara Syekh Muhammad Taufq al Bakry
dalam kitabnya Baitus Shiddiq, menyebutkan aliran-aliran thareqat di dunia
Islam kurang lebih 124 aliran thareqat Shufi.
Kongres at Thariqah al Mu'tabarah an
Nahdliyah Indonesia pertama di Tegalrejo Magelang Jawa Tengah tersebut pada
Kamis, tanggal 10 Oktober 1957M dibentuk secara
resmi
al Jam'iyah al ahli at Thariqah al
Mu'tabarah an Nahdliyah Indonesia yang memayungi dari 44 macam thariqat Sufi.
Adapun thariqat Sufi dimaksud adalah :
- Thariqat Sufi Abbasyah
- Thariqat Sufi Ahmadiyah
- Thariqat Sufi Akbariyah
- Thariqat Sufi Alaweiyah
- Thariqat Sufi Baerumiyah
- Thariqat Sufi Bakdasyiah
- Thariqat Sufi Bakriyah
- Thariqat Sufi Bayumiyah
- Thariqat Sufi Buhuriyah
- Thariqat Sufi Dasuqiyah
- Thariqat Sufi Ghoiyyah
- Thariqat Sufi Ghazaliyah
- Thariqat Sufi Haddadiyah
- Thariqat Sufi Hamzawiyah
- Thariqat Sufi Idrisiyah
- Thariqat Sufi Idrusiya
- Thariqat Sufi Isawiyah
- Thariqat Sufi Jalwatiyah
- Thariqat Sufi Justtiya
- Thariqat Sufi Kalsyaniya
- Thariqat Sufi Qadiriyah
- Thariqat Sufi Khalwatiyah
- Thariqat Sufi Khalidiyah wa Naqsyabadiyah
- Thariqat Sufi Kubrawiyah
- Thariqat Sufi Madbuliyah
- Thariqat Sufi Malamiyah
- Thariqat Sufi Maulawiyah
- Thariqat Sufi Qadiriyah wa Naqsyabadiyah
- Thariqat Sufi Rifa'iyah
- Thariqat Sufi Rumiyah
- Thariqat Sufi Sa'diyah
- Thariqat Sufi Sammaniyah
- Thariqat Sufi Sumbuliyah
- Thariqat Sufi Sya'baniyah
- Thariqat Sufi Syadzaliyah
- Thariqat Sufi Syathariyah
- Thariqat Sufi Syukhrawiyah
- Thariqat Sufi Tijaniyah
- Thariqat Sufi Umariyah
- Thariqat Sufi Usyaqiyah
- Thariqat Sufi Utsmaniyah
- Thariqat Sufi Uwaisiyah
- Thariqat Sufi Zainiyah
- Thariqat Sufi Akabiril Aulia
Adapun Thariqat al
Junaidiyah al Bagdadiyah mulai mengikuti Mu'tamar atau Kongres Thariqat al
Mu'tabarah an Nahdliyah Indonesia yang ke
VII Di Mranggen Demak Jawa
Tengah, 16 Jumadil Awal 1410 H / 15 Desember 1989 M, dan Muktamar VIII Di Cabean Pasuruan Jawa Timur 1-5 Rabi'ul
Akhir 1416 H / 27-31 Agustus 1995 M dan Muktamar IX Di Pekalongan Jawa Tengah yakni tiga kali ikut Mu'tamar.
Mu'tamar al Jam'iyah al
ahli at Thariqah al Mu'tabarah an
Nahdliyah Indonesia ke IX di kota Pekalongan Jawa Tengah ini mulai tanggal 26-28
Pebruari 2000M/28-30 Rajb 1421H yang dihadiri oleh Peserta yang tercatat sa'at
itu berjumlah 1947 orang, sebagai Perwakilan dari Asal Daerah :
- DKI
Jakarta ada 102 orang
- Kotamadya Tabanan Bali 11 orang,
- Kab. Bengkulu Utara 6 orang
- Kab. Aceh Barat Aceh ada 19 orang
- Kotamadya Yogjakarta 77 orang
- Jambi ada
10 orang
- Jawa Barat ada 255 orang
- Jawa Tengah ada 540 orang
- Jawa Timur ada 384 orang
- Kalimantan Barat ada 3 orang
- Kalimantan Selatan 90 orang terdiri dari utusan/perwakilan
:
a. Alabio
Amuntai ada 5 orang
b. Martapura
ada 5 orang
c. Banjarbaru
10 orang
d. Banjarmasin
24 orang
e. Kandangan
2 orang
f.
Barabai ada
17 orang
g. Kotabaru
ada 5 orang
h. Tapin
ada 5 orang
i.
Pelaihari ada 18 orang
12 Kalimantan Timur 42 orang
13Lampung 156
orang
14.
NTB ada 17 orang
15.
Pelembang 2 orang
16.
Riau ada 78 orang
17.
Sulawisi Selatan 19 orang
18.
Sumatera Barat 43 orang
19.
Sumatera Selatan 40 orang
20.
Sumatera Utara 14 orang
21. Kalimantan Tengah ada 42 orang yang terdiri dari perwakilan :
a. Barito
Kuala, Barito Selatan dan Kapuas ada 25 orang
b.
Palangka Raya ada 17 orang.
Peserta
dari Palangka Raya yang 17 orang inilah memperjuangkan,
mengikutsertakan al Thariqat al Junaidiyah bergabung dan diterima dalam himpunan
Jam'iyah Ahli at Thariqah al Mu'tabarah
an Nahdliyah Indonesia pada Mu'tamar
atau Kongres al Jam'iyah al ahli at
Thariqah al Mu'tabarah an Nahdliyah Indonesia ke IX di kota Pekalongan Jawa
Tengah tahun 2000M.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar