Sabtu, 27 Desember 2014

PERKEMBANGAN THARIQAT AL JUNAIDIYAH DI INDONESIA


BAB   I
PERKEMBANGAN THARIQAT AL JUNAIDIYAH  DI INDONESIA

    Al Junadiyah adalah nama sebuah Thariqat Sufi yang dinisbahkan yang dinisbahkan kepada Syekh dan     Imam Al Junaid al Bagdady. Orang-orang yang mengikuti dan mengamalkan thariqat al Junaid tetapi sesudah Imam al Junaid wafat, maka orang-orang itu dinamakan "Pengikut thariqat al Junaidiyah." Thariqat al Junaidiyah disebut juga thariqat al Qaum, tharikat ini dibawa masuk ke Indonesia KH. Kasypul Anwar Firdaus bin Muhammad Shalih sebelum tentara Jepang masuk ke Indonesia.
    Dan dikatakan orang bahwa KH. Kasypul Anwar Firdaus mengambil thariqat Junaidiyah (thariqat al Qaum) tahun 1935 Masihi /tahun 1335 Hijriyah dari seorang Syekh dan Sayyid Umar Ba Junaidi asal Negeri al Magribi sehabis menunaikan ibadah Haji. Tempat pengambilan Bay'at dan Talqin Dzikir di depan Ka'bah Baitullah.
Istilah al Junaidiyah adalah nama sebuah aliran thariqat Sufi untuk pengikut-pengikut Abu Qasin al Junaid setelah beliau wafat. Beliau seorang pemimpin semua aliran thariqat Sufi. Pada masanya dijuluki sebagai "TAWUS AL ULAMA" atau Merak para Ulaama. Merak adalah  nama seekor  burung yang  sangat  cantik, indah, unik sangat mahal harganya dan sangat sulit dicari sehingga ia ditasyabbuhkan  keseekor burung  Merak.  Abu Qasim al Junaid al Bagdadi adalah pemimpin mazhab ini dan imam dari semua para Sufi.  Ada yang menyebutnya pemimpin sufi Mazhab Irak. Ia menjadi tokoh penting dikalangan para Sufi di Bagdad dan menjadi poros dalam sejarah tasawuf awal. Istilah al Junaidiyah adalah menunjukkan nisbah yang kuat bahwa al Junaid  di pandang tokoh kunci dalam  aliran-aliran tasawuf dan terekat sufi yang berkembang sesudahnya.
Berdasarkan basis penyebarannya  al Junaidiyah merupakan sufisme aliran tarekat Mesopotamia yang berpusat di Bagdad, daerah penyebarannya  meliputi Syiria, Mesir masuk ke Iran hingga  masuk ke Indonesia (pulau Kalimantan). Alur-alur penyampaiannya  bermula dari Syekh Ma’ruf al Karkhi,  menuju  Sirri as Saqati, al Junaid al Bagdadi  terus ke Imam as Syibli dan Qadli Ruwaim. Qadli Ruwaim terus hingga ke Imam as Sya'rani dan Imam as Syibli terus ke Imam Qusyairi  hingga Syekh Muhammad az Zahidy al Wakhshi w.936H. Hal ini dapat  dilihat  dari  Silsilah  tarekat al Junaidiyah itu sendiri. Mesopotamia  adalah  tradisi  yang  paling dekat  dengan  sufisme Arab. Dijumpai  ada dua aliran utama  yang  konsisten dengan  tradisial  Junaidiyah yakni  aliran  Suhrawardiyah dan  aliran Rifa’iyah.
Tradisi  Junadiyah  banyak  dianut  Kaum  Sufi yang hidup  sesudah Imam al Junaid, dan Imam al Sya’rani  pengarang  Kitab Anwar al Qudsiyah  memuji  jalan al Junaid, sebab menurutnya, tradisi  Junaidiyah  memenuhi  persyaratan  hukum  dan  diterima di dunia Islam. Ini  memungkinkan bahwa  salah  satunya  karena  tasawuf  aliran  al Junaidiyah  ini mengikuti  ajaran tasawuf Syekh al Junaid sendiri.
Ajaran Tasawuf Syekh al Junaid bertolak dari dasar  Islam ( al Qur’an dan al Hadis) dan bertumpu pada penegakkan  sya’riat  secara  konsisten.  Hal ini  tampak  jelas  dalam  kehidupan  dan pelajaran –pelajaran  yang diberikan Syekh al Junaid  kepada  murid-muridnya.
Imam Abdul Wahhab al Sya’rani dalam  kitabnya Tanbihu al Mugtarin  mengatakan  bahwa  Abu Qasim al Junaid al Bagdadi  berkata

قال الشيخ الإمام أبو القاسم الجنيد البغدادى : مذهبنا هذا مقيد بأصول الكتاب والسنة, ويقول أيضا : من لم يحفظ القرأن ولم يكتب الحديث لا يقتدى به هذا فى هذا الأمر لأن هذا مقيد بالكتاب والسنة.

Artinya : Telah berkata Syekh Imam Abu Qasim Al Junaid al Bagdadi, :"Aliran Mazhab kami ini, telah dikat kuat dengan kitab al Qur'an dan  al Sunnah Nabi Saw. Dan dikatakannya pula " Barang siapa yang tidak memelihara al Qur'an dan  dan tidak menulis al hadis Nabi Saw, maka jalan ajaran tidak boleh diikuti dalam perkara (tarekat) sebab mazhab ini diikat oleh al Qur'an dan  al Sunnah.

Berkata Imam Abdul Wahhab al Sya’rani dalam  kitabnya "MADARIJUS SALIKIN" Imam Junaid al Bagdady berkata :

كان الجنيد يقول : من علامة صدق المريد عدم ميله الى غير طريقتى وإذا أراد الله بمريد خيرا أوقعه إلى الصوفية ومنعه صحبة الفقهاء وأهل الجدال.

Artinya : Telah berkata Syekh Imam Abu Qasim Al Junaid al Bagdadi, :"Sebahagian dari tanda benarnya seorang murid itu, ketiadaan cendrung hatinya selain pada jalanku. Apabila Allah menghendaki akan seorang murid akan kebaikan niscaya menjatuhkan hatinya bersahabat orang sufi dan menegah bersahabat dengan fuqaha dan orang suka berdebat".

B. Dasar-dasar Tasawuf al Junaid al BagdadiAdapun dasar-dasar pemikiran al Junaid al Bagdadi tentang tasawuf adalah sebagai berikut :


        Pertama : Seorang Sufi harus meninggalkan kelakuan dan sifat-sifat yang buruk dan menjalankan budi pekerti yang baik, sesuai dengan ajaran-ajaran tasawuf yang selalu menganjurkan sifat-sifat baik dan meninggalkan budi pekerti yang jelek.

Kedua : Ajaran tasawuf adalah ajaran-ajaran yang dapat memurnikan hati manusia dan menganjurkan hubungan baik dengan mahluk lainnya. Ajaran tasawuf selalu mengajarkan untuk meningkatkan sifat-sifat alamiyah yang bisa merusak kesucian jiwa, menahan manusia dari godaan jasmani, mengambil sifat-sifat ruhani, mengingatkan diri pada ilmu hakekat, dan mengingat Allah Swt dan Rasul Saw.
Ketiga :  Memalingkan perhatian dari urusan duniawi kepada urusan ukhrawi. Bagi orang beriman meninggalkan pergaulan dari sesama manusia masih lebih mudah dan berpaling kepada Allah sulit.Ternyata berpaling dari nafsu lebih sulit lagi. Untuk itu melawan nafsu adalah sangat penting untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dalam hal ini, Syekh Hujwiri mengutip bahwa al Junaid pernah ditanya, "Apakah persatuan dengan Tuhan ?" Dia menjawab, "Meniadakan hawa nafsu,"karena di antara semua tindakan ibadah yang diridhai Tuhan, tiada yang lebih besar nilainya daripada menundukkan hawa nafsu. Menghancurkan gunung lebih mudah bagi seorang manusia dari pada menundukkan hawa nafsunya."

Keempat : Manusia harus berpegang teguh kepada tauhid, termasuk dalam bertasawuf. Arti tauhid menurut Syekh al Junaid adalah mengesakan Allah Swt dengan sesempurna –Nya. Bahwa sesungguhnya Allah Swt itu esa, tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, tidak berbilang, berjumlah dan tidak pula tersusun, dan tak satupun yang menyerupai Nya. Dia Maha Mendengar, Dia Maha Melihat dan Maha Tunggal ………… dan seterusnya.

Kelima : Seorang Sufi harus bisa melakukan tiga syarat amalan, yaitu :
a.       Melajimkan dzikir disertai muraqabah bil batin bersama  kesadaran yang penuh.
b.      Mempertahankan tingkat kesadaran/ ketenangan (Najwan) yang tinggi.
c.       Selalu melaksanakan Syari’at secara tepat dan ketat.

Tasawuf  bagi al Junaid, tidak lain adalah  budi pekerti yang baik dan meninggalkan budi pekerti  yang buruk.  Baik dan  buruknya  sesuatu  diukur  dengan  syari’at, karenanya  tasawuf harus berdasarkan  Syari’at.  Dokrin  ini  berlaku  dikalangan  mazhab  aliran  tarekat  al Junaidiyah.
Junaidiyah  juga  menganut  pandangan  tentang  kemurnian  hati, menekan hawa nafsu jasmani  dan  berpegang  pada   ilmu   hakekat.   Hal  ini  dirujuk  dari  pandangan Syekh   al Junaid  yang menyatakan bahwa  tasawuf  adalah  memurnikan hati  dalam  berhubungan  dengan  makhluk lain, meninggalkan  sifat alamiah,  menekan  sifat-sifat  buruk  manusia, menghindari  godaan  jasmani, mengambil   sifat-sifat   ruhani,   mengikat  diri  pada   ilmu  hakekat, selalu  dzikrullah  mengikuti  sunnah  Rasulullah.
Junaidiyah mengajarkan bahwa segala jalan yang dilalui para Sufi seluruhnya tertutup kecuali jalan yang telah ditetapkan Allah melalui jalan Rasulnya. Dengan kata lain, bahwa mazhab tasawuf aliran tarekat Junaidiyah memegang teguh ajaran-ajaran yang berdasarkan pada Al Qur,an dan Sunnah Rasulullah Saw dalam mewujudkan segala keseimbangan antara lahir dan batin, antara hakekat dan syari’at, antara ilmu dan amal saleh.
Bagi Junaidiyah, tasawuf yang meninggalkan syari’at adalah tercela dan tidak bisa diikuti. Pada masa Syekh al Junaid sudah ada kalangan tertentu dalam lingkungan Sufi yang bertingkah laku tidak mengikuti syari’at, karena mengganggap dirinya sebagai sufi yang sudah sampai pada maqam yang tertinggi dan tidak memerlukan syari’at lagi. Ketika masalah ini ditanyakan kepada Syekh al Junaid, ia menyatakan bahwa orang yang berbuat zina dan mencuri lebih baik dari pada orang-orang yang berbuat demikian. Karena itu, Syekh al Junaid menganggap amat mendasar bahwa sufi sejak menempuh tingkat  permulaan sampai tingkat tertinggi, tetep berpegangteguh kepada al Qur’an dan Sunnah Rasulullah Saw

        Bagi Junaidiyah, tasawuf yang meninggalkan syari’at adalah tercela dan tidak bisa diikuti. Pada masa Syekh al Junaid sudah ada kalangan tertentu dalam lingkungan Sufi yang bertingkah laku tidak mengikuti syari’at, karena mengganggap dirinya sebagai sufi yang sudah sampai pada maqam yang tertinggi dan tidak memerlukan syari’at lagi. Ketika masalah ini ditanyakan kepada Syekh al Junaid, ia menyatakan bahwa orang yang berbuat zina dan mencuri lebih baik dari pada orang-orang yang berbuat demikian. Karena itu, Syekh al Junaid menganggap amat mendasar bahwa sufi sejak menempuh tingkat  permulaan sampai tingkat tertinggi, tetep berpegangteguh kepada al Qur’an dan Sunnah Rasulullah Saw yang berbuat demikian. Karena itu, Syekh al Junaid menganggap amat mendasar bahwa sufi sejak menempuh tingkat  permulaan sampai tingkat tertinggi, tetep berpegangteguh kepada al Qur’an dan Sunnah Rasulullah Saw

Kalangan Junaidiyah juga berpegang teguh pada pandangan al Junaid yang mengatakan bahwa “ Amaliah seorang Sufi harus melaksanakan tiga rukun amal  :
1. Melajimkan dzikir yang tidak pernah berhenti bersama himmah dan kesadaran yang penuh.
2.   Mempertahankan tingkat kegairahan (Wajd) yang tinggi.
3.  Selalu melaksanakan Syari’at secara tepat dan ketat.


       A.      Rijal Silsilah at Thariqah al Junaidiyah
Semestinya bagi seorang murid tarekat qaum al Junaidiyah mengenal, mengetahui nasab turunan guru-gurunya dan mengetahui kaum laki-laki yang menjadi nasab silsilahnya dari Mursyidnya atau Gurunya tempat mengambil ijazah dan bai'at sampai dengan Nabi Saw.

SILSILAH AL THARIQAH   AL JUNAIDIYAH / THARIQAT AL QAUM

اَلسِّلْسِلَةُ الطَرِيْقَةُ الجُنَيْدِيَّةُ (طَرِيْقَةُ الْقَوْمِ)

٤٣- السيد الحاج حسن بصري ابن محمد برسيه ابن احمد بدري السقاف 

(W.1427H)٤٢- المرشد الْحَاجُّ جُمْرِىْ بنْ الْحَاجُّ مَعْصُوْم بنْ الْحَاجُّ اَبُوْ بَكْرٍ

(W.1423H) ٤١- لخَلِيْفَةُ الطَّرِيْقَةُ الْجُنَيْدِيَّة الْحَاجُّ مُحَمَّدٌ القُرْتُبِ بِنْ خَالِدْ بِنْ طَاهِرْ 

(W.1974M) ٤٠- اَلشَّيْخُ الْحَاجُّ كَشْفُ الْاَنْوَار فِرْدَاوُسْ بِنْ مُحَمَّدْ صَالِحْ

٣٩- اَلشَّيْخُ السّيِّدُ عُمَرُ  بِنْ اَبُوْ بَكْرٍ بَاجُنَيْدِىْ (وفات 1354 هجرية)

٣٨-َلشَّيْخُ والْاِمَامُ عَبْدُ اللهِ بَاعَلْوِى 

٣٧- اَلشَّيْخُ والْاِمَامُ عَلَوِى

٣٦-اَلشَّيْخُ والْاِمَامُ عَبْدُ الرَّحْمَن السَقَاف بَاعَلْوِى(وفات 1124 هجرية) 

٣٥-اَلشَّيْخُ والْاِمَامُ عَبْدُ الرَّحِيْمِ الْعَلْوِى(وفات 1088 هجرية) 

٣٤- اَلشَّيْخُ والْاِمَامُ بَاجُنَيْدِىْ  (وفات 1032 هجرية) 

٣٣- اَلشَّيْخُ السّيِّدُ عَلْوِى الرِّضَى (وفات 1002 هجرية)

 ٣٢- الْاِمَامُ عَبْدُ الْوَهَّابِ الشَّعْرَانِيُّ (898-973هجرية)

٣١- اَلشَّيْخُ عَلِيٌّ الْمُرْصَفَى

٣٠- اَلشَّيْخُ مُحَمَّدٌ السُّرَوِى(وفات 932 هجرية)

٢٩- اَلشَّيْخُ السّيِّدُ مُحَمَّدٌ بنُ مَدْيَنَ الْاَسْمُوْنِى

٢٨- الْاِمَامُ  السّيِّدُ مَدْيَنَ الْاَسْمُوْنِى (H862w.)

٢٧- اَلشَّيْخُ اَحْمَدُ ين سُلَيْمَان الْزَاهِدِىْ توفى820هجرية

٢٦- اَلشَّيْخُ حَسَنُ الْتُسْتَرِىْ توفى797هجرية

٢٥- اَلشَّيْخُ يُوْسُفُ الْعَجَمِى الْكُوْرَيْنِى توفى767هجرية

٢٤- اَلشَّيْخُ مَحْمُوْدُ اَلْاَصْفِهَانِى

٢٣- اَلشَّيْخُ نَجْمُ الدِّيْنِ اَلْاَصْفِهَانِى

٢٢- اَلشَّيْخُ بَدْرُ الدِّيْنِ حَسَنْ شَمْشِيْرِى (شَمْشُرِى)

٢١- اَلشَّيْخُ عَبْدُ الصَّمَدِ النَّهْرَنِىْ

٢٠- اَلشَّيْخُ نَزِيْبُ الدِّيْن بُرْغُشْ شِيْرَازى

١٩- اَلشَّيْخُ  شِهَابُ الدِّيْن السَّهْرُوَرْدِى(539-632هجرية)

١٨- اَلشَّيْخُ اَبُوْ نَزِيْبُ الدِّيْن السَّهْرُوَرْدِى(490-563هجرية)

١٧- اَلشَّيْخُ الْقَاضِى وَجِيْهُ الدِّيْنِ

١٦- اَلشَّيْخُ فَرَّجْ اَلْزَنْجَانِي

١٥- اَلشَّيْخُ اَبُوْ عَبَّاسٍ النَّهَاوَنْدِى

١٤- اَلشَّيْخُ اِبْنُ خَفِيْفُ الشَّيْرَازى(276-371هجرية)

١٣- اَلشَّيْخُ مُحَمَّدٌ بنُ خَفِيْفِ الشَّيْرَازى(276-371هجرية)

١٢- اَلشَّيْخُ وَالْقَاضِى رُوَيْمُ (توفي 203هجرية)

١١- اَلسَّيِّدُ الطَائِفَةُ الصُّوْفِيَّةُ الْاِمَامُ اَلْجُنَيْدُ الْبَغْدَادِى(توفي 297هجرية)

١٠- اَلشَّيْخُ والْاِمَامُ السِّرِّي السَّقَطِى(توفي 253هجرية)

٩- اَلشَّيْخُ والْاِمَامُ الْمَعْرُوْفُ الْكَرْخِى (توفي 200هجرية)

٨- اَلْاِمَامُ عَلِيّ الرّضَىا

٧- اَلْاِمَامُ مُوْسَى اَلْكَذِيْمُ

٦- اَلْاِمَامُ جَعْفَرْ اَلصَّادِقُ

٥- اَلْاِمَامُ مُحَمَّدْ اَلْبَاقِرُ

٤- اَلْاِمَامُ عَلِيٌّ زَيْنَ الْعَابِدِيْنَ

٣- اَلْاِمَامُ حُسَيْنِ شَاهِدٌ كَرْبَلَى

٢- اَلْخَلِيْفَةُ عَلِيٌّ اِبْنُ اَبِيْ طَالِبٍ

١- مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمِ

سَيِّدِنَا جِبْرِيْلُ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَسَلَّمِ

 اَللهُ سُبْحَاتَهُ وَتَعَالَى


د بهن حلاوة الإيمان من كان الله ورسوله أحب إليه مما سواهما (رواه مسلم)

Artinya Rasulullah Saw telah bersabda           : “Tiga macam orang akan mendapatkan atau akan merasakan manisnya rohaniyahnya atau imannya, satu diantaranya “Barangsiapa Allah dan Rasulnya lebih dia cintai dari pada yang lainnya”

Telah berkata Para Ulama Sufi Rahimahumullah, makna “Halawatul Iman” manisnya iman disini yaitu menuntut kelezatan didalam berta’at dan membawa kesulitan (dalam berta’at) kepada keridhaan Allah Azza wajala dan juga kereridhaan Rasulullah Saw dan juga berpaling dari tujuan dunia.Kecintaan seorang hamba kepada Tuhannya dibuktikan dengan perbuatan ta’atnya dan meninnggalkan yang bersalahan dengan perbuatan ta’atnya dan begitu juga dengan perbuatan ta’at terhadap Rasulnya.

قال العلماء رحمهم الله تعالى : معنى حلاوة الإيمان استلذاذ الطاعات وتحمل المشاعات فى رضى الله عز وجل ورسوله صلى الله عليه وسلم وإيثار ذلك على عرض الدنيا, ومحبة العبد ربه تعالى بفعل طاعته وترك مخالفته وكذلك محبة رسول الله صلى الله عليه وسلم.

 

Ditingkat yang kedua ini, dia baru melihat yang luarnya saja dan baru mendengar dari balik tabir tentang berita itu. Tetapi dia juga belum merasa puas terhadap dunia yang diberikan Allah Swt kepadanya. Maksudnya  pada tingkat thalibiin ini, si Thalib penuh dengan ujian-ujian, si Thalib penuh dengan cobaa-cobaan, penuh tentangan-tentangan, godaan-godaan yang mengiurkan dirinya, telah datang dari anak dan isterinya, dan juga datang dari keluarganya dan dari lingkungannya

Keadaan Hati Murid atau Salik  Pengamal Thariqat al Junaidiyah

Menurut Penyusun ar Risalah Bahjatul Abiid ........ hal keadaan hati Murid yang menjadi Pengamal Thariqat al Junaidiyah ada beberapa macam tingkatan, yang terbagi kepada   

Al Muridin  الْمُرِيْدِيْن adalah tingkatan yang pertama. Murid pada tingkat ini, seorang murid baru menerima bai’at, murid baru menerima talqin dzikir, murid baru menerima tawassul dan tawajjuh dari Guru Mursyidnya. Murid  belum tahu suka dukanya dalam menjalankan amaliyah kehidupan kerohaniyan dalam bertareka    

Al Thalibiin  الطَالِبِيْن adalah tingkatan yang kedua. Ditingkat ini mereka sudah mengerti dengan kehidupan Para Sufi dalam menjalani kehidupan alam rohani. Pada tingkat Thalib ini Pengamal Thariqat al Junaidiyah, mereka sering menoleh pada kehidupan orang zahir yang bergelimang dengan perhiasan dunia. Mereka sering tergoda dan tergoda oleh hijau kemilau dan merahnya dunia, hati mereka sering nempil pada agyar dunia, mereka sering ditipu oleh akwan dunia, mereka sangat suka dibohongi dunia, hingga mereka lalai dan lupa bahwa mereka hidup di dunia ini hanya sementara saja. Walaupun itu wajar saja tetapi hal itu menjadi dinding, menjadi isolasi mata hati si Thalib Pengamal Thariqat al Junaidiyah dengan Mukawwin  المكوِّيْن   yaitu Orang yang mengadakan yakni Allah Swt. Disaat itu si Thalib sering bimbang, sering ragu, sering merasa was-was terhadap dirinya, anak-anaknya dan isterinya. Mereka belum merasakan kenikmatan rohaniyahnya dalam bertarekat pada amaliyah zahir dan amaliyah batin dan juga belum merasakan nikmat imannya.

Rasulullah Saw telah bersabda   

Ditingkat  As Saa’irin ini, Pengamal Thariqat al Junaidiyah, mereka sudah mengerti tentang kehidupan Para Sufi, dan mereka sudah menyaksikan bahwa hidup Para Sufi telah bebas dari nempelnya dunia dan akhirat, maksudnya mereka bebes dari keterikatan dunia dan keterikatan akhirat.

 

 

Mereka mengerjakan amaliyah di dunia tidak mengharapkan pahala, dan diakhirat tidak mengharapkan sorga, tetapi mereka mengerjakan amaliyah untuk taqarrub,التقرب  untuk mendapatkan ridlaالرضائ , untuk mendapatkan mahabbah. المحبة kecintaan Allah semata. Hal  ini sesuai dengan do’a mereka yang berbunyi         :

إلهى أنت مقصودى ورضاك مطلوبي أعطني محبتك ومعرفتك

Artinya : “Wahai Allah Tuhanku, Engkaulah yang aku maksud. Dan keredlaan Engkaulah yang aku cari dan juga kecintaan Engkaulah yang aku rindukan.”

 

 

 

Pada tingkat ini hati PTJ sudah bercahaya-cahaya, hati sudah bersih dari hasil-hasil Riyadlah الرياضة  yang sudah dilaluinya. Mereka sudah bisa musyahadah المشاهدة dan muraqabah المراقبة. dapat menangkap getaran-getaran dari Asma asma Allah yang terbungkus dalam wujud Kainat atau Akwanاكون كائنات

Mereka sudah mulai betah tinggal bersama Ahli Sufi dalam barisan Thariqat Sufi. Disini mereka dapat melihat rohaniyah Rasul setiap saat bila qadar syuhud mereka kuat.

Dalam kitab Haiqadzul Himam dijelaskan tentang seorang Murid yang samapai pada darajat Sa’iriin ini, mereka selalu bershalawat terhadap Rasulullah Saw           :

وقسم يصلون على روحه  النورانية وهم أهل الشهود من السائرين فهم يصلون على نوره الفائض من الجبروت. فيشاهدونه فى غالب أوقلتهم على قدر حضورهم وشهودهم

Maksudnya : Golongan yang kedua, mereka bershalawat atas Rasulullah Saw kepada rohnya yang Nuraniyah. Mereka itu adalah ahli syuhud dari derajat Sa’iriin. mereka bershalawat atas Nurnya Nabi yang berada di alam Jabarut (alam ketuhanan). Mereka menyaksikan rohaniyah Rasul setiap saat atas ukuran atau kadar hadir hati mereka dalam syuhud mereka.

Penyusun Umdatul Hasanah hanya berharap dan berdo’a  semoga apa yang dikatakan oleh Pengarang kitab Haiqadzul Himam ini dapat kita rasakan bersama khususnya Pengamal Thariqat al Junaidiyah (PTJ) yang sampai pada martabat ini.

 

 

اَلسِّلْسِلَةُ الطَرِيْقَةُ الجُنَيْدِيَّةُ (طَرِيْقَةُ الْقَوْمِ)

 

 

 

 

 

 

اَلسَّيِّدُ الْحَاجُّ حَسَنْ ْبَصَرِىْ بنْ الْحَاجُّ مُحَمَّدْ بَرْسِيْه بن اَحْمَدْ بدرى السَّقّافُ

40

 

(W.1427H)

الْمُرْشدُ الْحَاجُّ جُمْرِىْ بنْ الْحَاجُّ مَعْصُوْم بنْ الْحَاجُّ اَبُوْ بَكْرٍ

39

 

(W.1423H)

اَلخَلِيْفَةُ  الطَّرِيْقَةُ الْجُنَيْدِيَّة الْحَاجُّ مُحَمَّدٌ القُرْتُبِ بِنْ خَالِدْ بِنْ طَاهِرْ

38

 

(W.1974M)

اَلشَّيْخُ الْحَاجُّ كَشْفُ الْاَنْوَار فِرْدَاوُسْ بِنْ مُحَمَّدْ صَالِحْ

37

 

(W.1936M)

اَلشَّيْخُ السّيِّدُ عُمَرُ  بِنْ اَبُوْ بَكْرٍ بَاجُنَيْدِىْ (وفات 1354 هجرية)

36

 

 

اَلشَّيْخُ والْاِمَامُ عَبْدُ اللهِ بَاعَلْوِى

35

 

 

اَلشَّيْخُ والْاِمَامُ عَلَوِى

34

 

(W.1712M)

اَلشَّيْخُ والْاِمَامُ عَبْدُ الرَّحْمَن السَقَاف بَاعَلْوِى(وفات 1124 هجرية)

33

 

(W.1088H)

اَلشَّيْخُ والْاِمَامُ عَبْدُ الرَّحِيْمِ الْعَلْوِى(وفات 1088 هجرية)

32

 

(W.1623M)

اَلشَّيْخُ والْاِمَامُ بَاجُنَيْدِىْ  (وفات 1032 هجرية)

31

 

(W. 1594M)

اَلشَّيْخُ السّيِّدُ عَلْوِى الرِّضَى (وفات 1002 هجرية)

30

 

(W.1529M)

اَلشَّيْخُ مُحَمَّدٌ الْزَاهِدِىْ الْوَخْصِيْ (وفات936H)

29

الْاِمَامُ عَبْدُ الْوَهَّابِ الشَّعْرَانِيُّ (898-973هجرية)

 

 

 

28

اَلشَّيْخُ عَلِيٌّ الْمُرْصَفَى

 

 

 

27

اَلشَّيْخُ مُحَمَّدٌ السُّرَوِى(وفات 932 هجرية)

 

 

 

26

اَلشَّيْخُ السّيِّدُ مُحَمَّدٌ بنُ مَدْيَنَ الْاَسْمُوْنِى

 

 

 

25

الْاِمَامُ  السّيِّدُ مَدْيَنَ الْاَسْمُوْنِى (H862w.)

 

 

 

24

اَلشَّيْخُ اَحْمَدُ ين سُلَيْمَان الْزَاهِدِىْ توفى820هجرية

 

 

 

23

اَلشَّيْخُ حَسَنُ الْتُسْتَرِىْ توفى797هجرية

 

بَيْعَةٌ سرّية

 

22

اَلشَّيْخُ يُوْسُفُ الْعَجَمِى الْكُوْرَيْنِى توفى767هجرية

 

بَيْعَةٌ روحانية

 

21

اَلشَّيْخُ مَحْمُوْدُ اَلْاَصْفِهَانِى

 

 

 

20

اَلشَّيْخُ نَجْمُ الدِّيْنِ اَلْاَصْفِهَانِى

 

 

 

19

اَلشَّيْخُ بَدْرُ الدِّيْنِ حَسَنْ شَمْشِيْرِى (شَمْشُرِى)

 

 

 

18

اَلشَّيْخُ عَبْدُ الصَّمَدِ النَّهْرَنِىْ

 

 

 

17

اَلشَّيْخُ نَزِيْبُ الدِّيْن بُرْغُشْ شِيْرَازى

 

 

 

16

اَلشَّيْخُ  شِهَابُ الدِّيْن السَّهْرُوَرْدِى(539-632هجرية)

 

 

 

15

اَلشَّيْخُ اَبُوْ نَزِيْبُ الدِّيْن السَّهْرُوَرْدِى(490-563هجرية)

 

 

 

14

اَلشَّيْخُ الْقَاضِى وَجِيْهُ الدِّيْنِ

 

 

 

13

اَلشَّيْخُ فَرَّجْ اَلْزَنْجَانِي

w.1073M

الْاِمَامُ أَبُوْ الْقَاسِمِ الْقُشَيْرِى(986-1073م)

12

اَلشَّيْخُ اَبُوْ عَبَّاسٍ النَّهَاوَنْدِى

w.1015M

الْاِمَامُ أَبُوْ عَلِيِّ الدَّقَاقُ(توفي 405هجرية)

11

اَلشَّيْخُ اِبْنُ خَفِيْفُ الشَّيْرَازى(276-371هجرية)

w.979M

الْاِمَامُ النَّصْرَى آبَاذِيْ(توفي 369هجرية)

10

اَلشَّيْخُ مُحَمَّدٌ بنُ خَفِيْفِ الشَّيْرَازى(276-371هجرية)

w.946M

اَلشَّيْخُ والْاِمَامُ الشِبْلِى(247-334هجرية)

9

اَلشَّيْخُ وَالْقَاضِى رُوَيْمُ (توفي 203هجرية)

w.910M

اَلسَّيِّدُ الطَائِفَةُ الصُّوْفِيَّةُ الْاِمَامُ اَلْجُنَيْدُ الْبَغْدَادِى(توفي 297هجرية)

8

 

w.865M

اَلشَّيْخُ والْاِمَامُ السِّرِّي السَّقَطِى(توفي 253هجرية)

7

 

w.815M

اَلشَّيْخُ الْمَعْرُوْفُ الْكَرْخِى (توفي 200هجرية)

6

 

w.781M

اَلشَّيْخُ اَبِيْ سُلَيْمَانَ دَوُادُ الطَّائِ  (توفي 165هجرية)

5

 

w.743M

اَلشَّيْخُ حَبِيْبُ الْعَجَمِى  (توفي 125هجرية)

4

 

w.728M

اَلشَّيْخُ والْاِمَامُ حَسَّنُ الْبَصْرِىْ (21-110هجرية)

3

 

w.661M

اَلْخَلِيْفَةُ عَلِيٌّ اِبْنُ اَبِيْ طَالِبٍ (توفي 41 هجرية)

2

 

w.632M

سَيِّدِنَا مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمِ

1

 

 

سَيِّدِنَا جِبْرِيْلُ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَسَلَّمِ

 

 

 

اَللهُ سُبْحَاتَهُ وَتَعَالَى

 

 

A. 
     Al Bai'at al Rohaniyah wa al Sirriyah pada Sadatina al Junidiyah                                                    
        Al Bai'at al Rohaniyah adalah bai'at yang terjadi pada penyampaian amaliah Junaidiyah, secara Rohaniyah atau Sirriyah oleh seorang mursyid yang berpangkat Rabbani atau Wali Allah dalam mengangkat seorang murid. Bai'ah Sirriyah  ini terjadi karena sang Mursyid, wali Allah tersebut raga zahirnya sudah berpindah ke alam akhirat, dan ajaran tsb  sewaktu tuan wali hidup belum sempat bai'ahkan dan diijazahkan. Walaupun sang Mursyid, wali Allah sudah lama meninggal dunia, tetapi dengan izin Allah ia dapat memberikan bai'ah, talqin dzikir dan amalan-amalan kepada muridnya secara sirriyah.
Syekh Muhammad az Zahidi ini dapat berkonsultasi secara bathiniyah atau berhubungan secara rohaniyah dengan Imam al Qusyairi gurunya setiap saat. Ini tidak aneh bagi kalangan Shufi dan orang Ahli Thariqat, dan ini merupakan suatu yang dianggap lumrah dan dipercayai adanya, tetapi sangat aneh bagi kalangan orang Ahli Syari'at. Mereka sangat sulit untuk mempercayainya, bahkan mungkin menganggapnya hanya sebagai ilusi belaka.
Bukankah thariqat kita al Junaidiyah juga mengenal istilah Muraqabah Kasyf Al Arwah, yaitu muraqabah yang digunakan untuk konsultasi secara bathiniyah, berhubungan rohaniyah, berdialogh secara sirriyah dengan rohaniyah orang yang meninggal dunia.
Diceritakan bahwa telah terjadi Bai'at Sirriyah,  ada diantara Mursyid dan Murid, Guru dengan Murid dari Sadatina al Junidiyah yang telah berdeda alam, berbeda masa, berbeda zaman  dan waktu.  Bai'at Sirriyah ini terjadi antara Imam Qusyairi yang hidupnya 986-1073M dengan Syekh Muhammad az Zahidi al Wakhshi  yang hidupnya   ....... w.936H/1530M. Jarak kurun tahun antara kedua Imam ini cukup lama, yakni kurang lebih 461 tahun. Disini ada 16 genarasi silsilah Junaidiyah dilewati, jika penulisan Sanad Silsilah al Junaidiyah sesudah Imam Qusyairi kemudian urutan selanjutnya Syekh Muhammad az Zahidi dan antara keduanya ditulis garis penghubung dan diberikan keterangan Bai'at Sirriyah. Maka ke 16 genarasi silsilah Junaidiyah dimaksud menjadi  Silsilah Mastur atau Silsilah Mahjub yaitu tersembunyi atau tidak dikenal,  inilah keadaan sekarang. 

Dialohg rohaniyah, konsultasi secara bathiniyah dan  al Bai'at al Sirriyah dengan orang yang beda alam, misalnya Rasulullah Saw atau Auliya Allah yang sudah wafat, hal semacam ini tidak aneh bagi kalangan para Shufi dan orang- orang Ahli Thariqat, dan ini merupakan suatu yang dianggap biasa saja dan dipercayai adanya, seperti yang terjadi pada Sadatina Junaidiyah pada ceritra diatas, dan pada Sadatina Ghazaliyah dan juga Sadatina Naqsyabandiyah pada ceritra berikut :
Syaikhina Al Habib Muhammad Luthfi menambahkan penjelasan bahwa semua hadis yang terdapat didalam kitab IHYA ULUMUDDIN, sebelum dimasukkan dan ditulis kedalam kitab tersebut, Imam al Ghazali senantiasa terlebih dahulu konsultasi secara bathiniyah kepada Rasulullaah Saw.

Telah bercerita salah seorang Pengamal Thariqat....... yang bernama Muhammad Ali Hanafiyah Nasotion kepada Gurunya Dr. Syekh H. Jalaluddin, .......... Mungkin orang lain pergi ke Madinah hanya menziarahi kuburan Nabi Muhammad Saw, tetapi aku dengan karunia rahmat Allah dapat menziarahi rohaniyah Nabi Muhammad Saw, aku yakin dan percaya bahwa Nabi Muhammad Saw  tidak mati, hanya Nabi Saw itu adalah diwafatkan. Kalau hati kita sudah bersih dari sifat-sifat mazmumah (sifat kejahatan), insya Allah mudah saja untuk bertemu dengan rohaniyah Nabi Muhammad Saw, pokoknya kalau kita ikhlas mengerjakan 17 macam mata pelajaran dalam TN. Kalau aku dengar ada orang yang bermimpi bertemu dengan Nabi Saw, maka aku sungguh percaya kepada orang itu.  Jika ada orang yang mengatakan telah bersalaman (berjabat tangan) dengan Nabi Saw, aku turut mempercayainya, sebab aku sendiri telah pula merasai yang demikian itu.......

A.      Thariqat  Qaum  al Junaidiyah Bergabung dengan Jam'iyah  Ahli at Thariqah al Mu'tabarah an Nahdliyah  Indonesia.

             Kongres at Thariqah al Mu'tabarah an Nahdliyah Indonesia pertama tahun 1957M/1377H di Pondok Tegalrejo Magelang Jawa Tengah, menghasilkan jumlah thariqat Sufi yang disahkan dan diakui ada 44 macam jenis thariqat.
             Dimasa Imam al Gazali  antara tahun 1058-1112M/450-505H ada kurang lebih 80 macam jenis thariqat Sufi, dengan rincian sebagai berikut yaitu 40 macam thariqat Sufi yang sudah disyahkan dan 40 jenis thariqat yang belum sempat disyahkan.
             Dalam Makalah Mengenal Thareqat Panduan Pemula mengenal jalan menuju Allah Ta'ala dikatakan bahwa dalam Kitab Dairatul Ma'arif al Islamiyah disebutkan ada 163 aliran thareqat Shufi yang salah satu diantaranya punya 17 cabang. Sementara Syekh Muhammad Taufq al Bakry dalam kitabnya Baitus Shiddiq, menyebutkan aliran-aliran thareqat di dunia Islam kurang lebih 124 aliran thareqat Shufi.
             Kongres at Thariqah al Mu'tabarah an Nahdliyah Indonesia pertama di Tegalrejo Magelang Jawa Tengah tersebut pada Kamis, tanggal 10 Oktober 1957M dibentuk secara

resmi al Jam'iyah al ahli  at Thariqah al Mu'tabarah an Nahdliyah Indonesia yang memayungi dari 44 macam thariqat Sufi. Adapun thariqat Sufi dimaksud adalah :

  1. Thariqat Sufi Abbasyah
  2. Thariqat Sufi Ahmadiyah
  3. Thariqat Sufi Akbariyah 
  4. Thariqat Sufi Alaweiyah
  5. Thariqat Sufi Baerumiyah
  6. Thariqat Sufi Bakdasyiah
  7. Thariqat Sufi Bakriyah
  8. Thariqat Sufi Bayumiyah
  9. Thariqat Sufi Buhuriyah 
  10. Thariqat Sufi Dasuqiyah
  11. Thariqat Sufi Ghoiyyah  
  12. Thariqat Sufi Ghazaliyah
  13. Thariqat Sufi Haddadiyah
  14. Thariqat Sufi Hamzawiyah
  15. Thariqat Sufi Idrisiyah
  16. Thariqat Sufi  Idrusiya
  17. Thariqat Sufi Isawiyah
  18. Thariqat Sufi Jalwatiyah
  19. Thariqat Sufi Justtiya
  20. Thariqat Sufi Kalsyaniya
  21. Thariqat Sufi Qadiriyah 
  22. Thariqat Sufi Khalwatiyah
  23. Thariqat Sufi Khalidiyah wa Naqsyabadiyah
  24. Thariqat Sufi Kubrawiyah 
  25. Thariqat Sufi Madbuliyah
  26. Thariqat Sufi Malamiyah 
  27. Thariqat Sufi Maulawiyah
  28. Thariqat Sufi Qadiriyah wa Naqsyabadiyah
  29. Thariqat Sufi Rifa'iyah   
  30. Thariqat Sufi Rumiyah
  31. Thariqat Sufi Sa'diyah
  32. Thariqat Sufi Sammaniyah 
  33. Thariqat Sufi Sumbuliyah
  34. Thariqat Sufi Sya'baniyah 
  35. Thariqat Sufi Syadzaliyah
  36. Thariqat Sufi Syathariyah 
  37. Thariqat Sufi Syukhrawiyah
  38. Thariqat Sufi Tijaniyah    
  39. Thariqat Sufi Umariyah
  40. Thariqat Sufi Usyaqiyah 
  41. Thariqat Sufi Utsmaniyah
  42. Thariqat Sufi Uwaisiyah 
  43. Thariqat Sufi Zainiyah
  44. Thariqat Sufi Akabiril Aulia

Adapun  Thariqat al Junaidiyah al Bagdadiyah mulai mengikuti Mu'tamar atau Kongres Thariqat al Mu'tabarah an Nahdliyah Indonesia yang ke  VII    Di Mranggen Demak Jawa Tengah, 16 Jumadil Awal 1410 H / 15 Desember 1989 M, dan Muktamar VIII   Di Cabean Pasuruan Jawa Timur 1-5 Rabi'ul Akhir 1416 H / 27-31 Agustus 1995 M dan Muktamar IX     Di Pekalongan Jawa Tengah  yakni tiga kali ikut Mu'tamar.

Mu'tamar al Jam'iyah al ahli  at Thariqah al Mu'tabarah an Nahdliyah Indonesia ke IX di kota Pekalongan Jawa Tengah ini mulai tanggal 26-28 Pebruari 2000M/28-30 Rajb 1421H yang dihadiri oleh Peserta yang tercatat sa'at itu berjumlah 1947 orang, sebagai Perwakilan dari Asal Daerah :

  1.       DKI Jakarta  ada 102 orang
  2.       Kotamadya Tabanan Bali 11 orang,
  3.       Kab. Bengkulu Utara 6 orang
  4.       Kab. Aceh Barat Aceh ada 19 orang
  5.       Kotamadya Yogjakarta  77 orang
  6.       Jambi  ada 10 orang
  7.       Jawa Barat ada 255 orang
  8.       Jawa Tengah ada 540 orang
  9.       Jawa Timur ada 384 orang
  10.       Kalimantan Barat ada 3 orang
  11.        Kalimantan Selatan 90 orang terdiri dari utusan/perwakilan :
a.       Alabio Amuntai ada 5 orang
b.      Martapura ada 5 orang
c.       Banjarbaru 10 orang
d.      Banjarmasin 24 orang
e.      Kandangan 2 orang
f.        Barabai ada  17 orang
g.       Kotabaru ada 5 orang
h.      Tapin ada 5 orang
i.         Pelaihari ada 18 orang
12 Kalimantan Timur 42 orang
13Lampung 156  orang
14.   NTB ada 17 orang
15.   Pelembang 2 orang
16.   Riau ada 78 orang
17.   Sulawisi Selatan 19 orang
18.   Sumatera Barat 43 orang
19.   Sumatera Selatan 40 orang
20.   Sumatera Utara 14 orang
  21. Kalimantan Tengah ada  42 orang yang terdiri dari perwakilan :
a.      Barito Kuala, Barito Selatan dan Kapuas ada 25 orang
b.      Palangka Raya ada 17 orang.

  Peserta dari  Palangka Raya yang  17 orang inilah memperjuangkan, mengikutsertakan al Thariqat al Junaidiyah bergabung dan diterima dalam himpunan Jam'iyah  Ahli at Thariqah al Mu'tabarah an Nahdliyah  Indonesia pada Mu'tamar atau Kongres al Jam'iyah al ahli  at Thariqah al Mu'tabarah an Nahdliyah Indonesia ke IX di kota Pekalongan Jawa Tengah tahun 2000M.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A.Historis dan Nasab Dzuriat Datu Habib Lumpangi

  Oleh H.Hasan Basri,S.Ag bin H.M.Barsih Assegaf NASAB AHLU ALBAIT NABI BESAR MUHAMMAD SAW IBN ABDULLAH IBN ABDUL MUTHALIB DARI KELUARGA A...