Sejarah Perjalanan ayahnya Habib Umar Ash-Shufy bin Abdurrahman bin Muhammad Assegaf ke Nusantara abad ke-16 tahun 1536 M. Sayyid Abdurrahman bin Muhammad bin Aly Assegaf tersebut hidup diperkirakan antara pertengahan akhir abad ke-15 hingga pertengahan abad ke-16 Masihi.
oleh H.Hasan Basri bin H.Muhammad Barsih Assegaf
Kemudian Abdurrahman
mempunyai keturunan atau anak laki-laki atas nama :
1. Aly dan Beliau ini
kakeknya Keluarga As- Saqraan di Tarim dan Zili
2. Umar ash-Shafy atau
Umar ash-Shufy
Pada awal abad ke-16 tahun 1536 Masihi masa pemerintahan Sultan
Suriansyah Raja Banjar pertama, menurut salah satu sumber bahwa Pedagang 'Arab
tersebut yakni Habib asal Hadramaut yang datang pertama kali berkunjung ke
Bandarmasih (sekarang Banjarmasin) tujuannya berdagang dan mencari
rempah-rempah dengan misi penting lainya berdakwah, ia adalah orangtua Umar
Ash-Shufy yakni Abdurrahman bin Muhammad bin ‘Aly Assegaf. Beliau adalah
Buyutnya al Faqih Muqaddam as-Tsani. Beliau tidak lama menetap di kota ini, dan
juga Beliau singgah Sungai Mesa kemudian balik lagi. Beliau berasal dari Seiyundi.
Menurut sumber informasi lain bahwa Habib Umar Ash-Shufy bin Abdurrahman punya
anak diantaranya : Muhammad, Thaha, Segaf dan ..........
Menurut silsilah nasabnya bahwa "Muhammad bin Umar
as-shufy" tersebut punya anak an. Hasyim. Dari Hasyim punya anak an. Hasan
dan Idrus. Hasan punya anak Abu Bakar (Ayahnya Habib Lumpangi) dan Abu Bakar
punya anak an..Shaleh (ibunya dari Seiyun Tarim) dan Muhammad Djamaluddin (Habib
Lumpangi) dan (ibunya dari suku Dayak Langara Lumpangi Loksado), yang dipanggil
sehari “Muhammad” atau "Djamiluddin" ia punya saudaara kandung
bungsunya bernama “Djalaluddin” kemudian Muhammad Djamiluddin punya anak
an.Ahmad Suhuf yang dipanggil sehari ”Ahmad”. Kemdian Ahmad punya anak an. Abu
Bakar yang dipanggil sehari “Abubakar as-Tsani’ sedangkan Thaha punya anak an.
Umar, dari Umar punya anak an. Thaha al Qadhi dan Thaha al Qadhi punya anak an.
Umar. dari Umar punya anak an. Muhammad al Qadh
Meskipun saat ini Islam adalah agama mayoritas di Indonesia, ternyata agama Islam baru masuk ke Indonesia saat abad ke-13 Masihi, lho. Jauh lebih baru dibandingkan agama Hindu yang sudah ada sejak tahun 78 Masihi dan Buddha yang masuk di abad ke-5. Masuknya agama Islam ke Indonesia ditandai dengan berdirinya Kerajaan Samudera Pasai.Sultan Malik as-Saleh memusatkan kerajaannya di sebuah kawasan bernama Semerlanga. Kerajaan ini terletak di pesisir utara pulau Sumatera. Kalau diibaratkan dengan zaman sekarang, kira-kira kerajaan ini terletak di kota Lhokseumawe dan Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Aceh.Menurut hikayat ini, Samudera Pasai didirikan oleh Meurah Silu. Ketika memeluk Islam, Meurah Silu langsung mengganti namanya menjadi Sultan Malik as-Saleh. Kerajaan ini berdiri pada tahun 1297 atau akhir abad ke-13 Masihi, lebih awal dibandingkan berdirinya dinasti Usmani di Turki Kerajaan ini mencapai masa kejayaannya pada masa pemerintahan sultan ketiga, Sultan Mahmud Malik Az Zahir tahun 1326-1345 Masihi. (SlsilahkerajaanSamuderapasai)
Menurut Artikel "5 Marga Keturunan Nabi Muhammad di Indonesia, Nomor 1 Paling Banyak". ditulis oleh Rusman H Siregar menyatakan bahwa "Sejarah munculnya keturunan Nabi
Muhammad Saw dan marganya bermula dari Hijrahnya Imam Ahmad al-Abah al-Muhajir bin Isa Al-Rumi (wafat 345 H) dari Basrah (Irak) ke
Hadhramaut Yaman. Ahmad bin Isa adalah generasi ke-9 keturunan Nabi Muhammad Saw dari
jalur Sayyidina Husein. Beliau berhijrah ke Hadhramaut lantaran banyaknya
fitnahan di Irak pada masa Dinasti Abbasiyah Tahun 317 H (896 M). Imam Ahmad al-Abah al Muhajir bin Isa Al-Rumi adalah orang pertama yang datang ke Hadhramaut beserta keluarganya yang
berjumlah 70 orang. Beliau mempunyai putera yaitu 1. Muhammad, 2.Husain, 3.Ali, 4.Abu Qasim dan 5.Abdullah nama panggilan kecilnya Ubaidillah dan Ubaidillah ikut hijrah bersama ayahnya ke Hadhramaut dan memiliki tiga
putera yaitu Alwi (Alawi), Jadid, dan Ismail.
Adapun marga tertua atau fam tertua
dari puluhan marga/fam Dzuriat Nabi Muhammad Saw yang ada di Indonesia ialah al
saqqaf (Assegaf). Lalu Assegaf ini tinggi, Keturunan Nabi yang ada di Indonesia
ini umumnya adalah generasi ke-38 atau ke-39 tahun 2022".bahkan kalau dilihat nasab Dzuriat Datu Habib Lumpangi di Kalimantan Selatan sampai generasi ke-40 dan generasi ke-41 di tahun yang sama.
Penyebaran
Islam di Kalimantan Selatan. Proses
masuknya agama Islam di Kalimantan Selatan disebutkan mulai sekitar abad 14 M,
sebelum Kerajaan Banjar berdiri. Sosok yang berandil dalam penyebarannya adalah
pewaris sah kerajaan Negara Daha yang bernama Raden Samudera. Proses penyebaran
Islam di Kalimantan Selatan secara terang-terangan dimulai dengan kontak antara
Pangeran Samudera dengan Kerajaan Demak. Pangeran Samudera meminta bantuan
pasukan ke Demak untuk berperang melawan pamannya, Pangeran Tumenggung dalam
merebut takhta kekuasaan Negara Daha. Atas kemenangannya melawan Kerajaan Daha,
ia berhasil mengislamkan raja dan pejabat kerajaan, hingga akhirnya agama Islam
berkembang semakin pesat berabad-abad kemudian (CNN Indonesia 2021)
Menurut salah satu
Artikel Sejarah Ahlul Bait menyebutkan, bahwa kedatangan orang Arab di
Indonesia makin jelas setelah agama Islam lahir (abad VII M). Pada masa ini
mereka sedang mengemban dua tugas yaitu berniaga dan menyiarkan agama Islam.
Orang Arab dikenal sebagai orang yang suka berpetualang menjelajahi sepanjang
lautan sebelum dan sesudah berkembangnya Islam
Selain itu, para Wali
Sanga (pada zaman kerajaan Demak) datang dari Arab ke Nusantara untuk keperluan
dakwah menyebarkan Islam. Leluhur Wali Sanga adalah Abdul Malik bin Alwi bin
Muhammad Shahib Mirbath yang hijrah dari Hadramaut ke India. Buyut Abdul Malik
bernama Jamaludin Husin adalah datuk dari Syarif Hidayatullah (Sunang Gunung
Jati di Cirebon).
Pedagang-pedagang
Arab pada abad 16 hingga 17 Masihi sejak Kesultanan Banjar dipimpim oleh
seorang Muslim, berdatanganlan para pendatang ke wilayah ini, disamping untuk
berdagang mencari rempah-rempah misi penting lain juga tidak terlewatkan untuk
berdakwah (Gapur 2009)
Keluarga Assegaf yang
ada di Taniran dan Habaib yang ada di Lumpangi Loksado Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalsel ini mayoritasnya berasal dari rumpun marga Assegaf ash-Shufy.
Yang pertama kali menyandang marga ini adalah Habib Umar ash-Shafy yakni
turunan nasab Nabi Saw yang ke-26.
Awal Kesultanan Banjar adalah masa pemerintahan sultan Suriansyah, Menurut sumber bahwa “Habib asal Hadramaut yang datang pertama kali berkunjung ke Bandarmasih tujuannya berdagang dan mencari rempah-rempah diperkirakan awal abad ke-16 yakni tahun 1536 Masihi adalah orangtua Umar Ash-Shufy yakni Abdurrahman bin Muhammad bin ‘Aly Assegaf. Beliau tidak lama menetap di kota ini kemudian balik lagi. Beliau berasal dari Seiyun.
Seiyun (juga ditransliterasikan sebagai
Saywun, Sayoun atau Say'un; Arab: pengucapan Hadhrami: [seːˈwuːn],
Sastra Arab: [sæjˈʔuːn];
Arab Selatan Kuno: S¹yʾn)
adalah sebuah kota di wilayah dan Kegubernuran Hadhramaut di Yaman. Terletak di
tengah Lembah Hadhramaut, sekitar 360 km (220 mi) dari Mukalla, ibu kota
Distrik Mukalla dan kota terbesar di wilayah tersebut, melalui jalur barat.
Juga berjarak 12 km (7,5 mil) dari Shibam dan 35 km (22 mil) dari Tarim,
kota-kota besar lainnya di lembah.
Menurut sumber informasi lain bahwa Habib Umar Ash-Shufy bin Abdurrahman bin Muhammad Assegaf, ia punya anak laki-laki diantaranya : Muhammad, Thaha, Saqqaf dan …. Ayah Umar tersebut ketika berkunjung ke Bandarmasih, Beliau singah di Kampung Sungai Mesa.
Menurut Artikel “Menelusuri Silsilah Suci Bani Alawi Sadah Aal Ba Alawy Aal Muhammad” ditulis oleh Al Habib Aidarus Almashoor bahwa Habib Aly bin Sayyid Abdurrahman Assegaf wafat 840H/1437M di Tarim Hadramaut. Beliau mempunyai 3 orang anak laki-laki an.
- Abdurrahman (keturunannya terputus)
- Ahmad
- Muhammad
Kemudian Muhammad mempunyai 2 orang anak/ keturunan an.
- Abdullah dan keturunannya di Mukalla Yaman
- Abdurrahman
Kemudian Abdurrahman mempunyai keturunan atau anak laki-laki atas nama :
- Aly dan Beliau ini kakeknya Keluarga As- Saqraan di Tarim dan Zili
- Umar ash-Shafy atau Umar ash-Shufy
Lalu Umar ash-Shafy atau Umar ash-Shufy tersebut Beliau punya anak /keturunan atas nama : Muhammad dan Toha. Lalu Keluarga Muhammad bin Umar ash Shafy Assegaf tersebut tersebar sekarang di Tarim, India, Siak, Kalimantan dan Jawa. Sedangkan Toha w.1007H di Seiwun atau Seiyun ,ia hanya punya satu anak yang bernama Umar w.1052H di Seiwun dengan usia 63 tahun, Umar punya 2 anak laki-laki :
- Abdurrahman
- Muhammad
Menurut Artikel yang lain bahwa selain Abdurrahman dan
Muhammad kedua anaknya, Habib Umar w.1052H bin Thaha w.1007H bin Umar ash-Shafy
juga punya anak bernma “Thaha al-Qadli” dari isterinya yang lain yang
dzuriatnya tersebar di pulau Jawa.
Adapun bernama Abdurrahman, ia kakeknya keluarga Toha bin Syekh di Seiwun. Muhammad bin Umar bin Toha bin Umar ash- Shafy punya 3 orang anak an. :
- Abdullh keturunannya di Seiwun dan Singapora sedangkan
- Alwi keturunannya di Seiwun dan Jawa sedangkan
- Saqqaf w.1781M/1195H keturunannya di Seiwun dan ia punya anak an. Alwi
Selain Abdurrahman dan Muhammad anaknya tetapi Umar w.1052H bin Thaha w.1007H masih punya anak dari isterinya yang lain yang bernama "Thaha al Qadhi" dan Thaha punya anak yang diberi nama"Umar" dan ia juga punya anak yang bernama "Muhammad al Qadhi".
Menurut silsilah nasabnya bahwa "Muhammad bin Umar as-shufy Assegaf" punya anak an. Hasyim. Hasyim punya anak an. Hasan dan Idrus. Hasan punya anak Abu Bakar dan Abu Bakar 4 isteri dan punya 9 anak tetapi hanya 2 isteri yang terkonvirmasi yakni isteri pertama dan isteri terakir, begitu juga anak-anaknya an..Shaleh (ibunya dari
Seiyun Tarim) dan Muhammad Djamiluddin (Habib Lumpangi) dan (ibunya dari suku Dayak Langara Lumpangi
Loksado), yang dipanggil sehari “Muhammad” atau "Djamiluddin" kemudian Muhammad Djamiluddin punya
anak an.Ahmad Suhuf yang dipanggil sehari ”Ahmad”. Kemdian Ahmad punya anak an.
Abu Bakar yang dipanggil sehari “Abubakar as-Tsani’ sedangkan Thaha punya anak an. Umar, dari Umar punya anak an. Thaha al Qadhi dan
Adapun Habib Hasyim bin Muhammad Assegaf diperkirakan hidup abad ke-17 Masihi. Abad ke-17 dihitung dari tahun 1601-1700 Masihi. Ia dengan anaknya diperkirakan datang dari Seiyun Hadramaut, Yaman atau Yordania dan keduanya berkhidmad di kota Semarang ini diperkirakan masa Kesultanan Demak.
Sepanjang setengah awal
abad ke-16, Demak berada pada puncak kejayaannya di bawah pemerintahan Trenggana. Pada masanya, ia melakukan penaklukkan ke pelabuhan-pelabuhan utama
di Pulau Jawa hingga ke pedalaman yang mungkin belum tersentuh Islam (Kesultanan Demak)
Dan hingga akhirnya Habib Hasyim bin Muhammad bin Umar as-Shufy dengan anaknya Habib Idrus Assegaf wafat di kota ini dan keduanya barmakam berlokasi Kelurahan Randusari, Kec. Semarang Selatan, Kota Semarang Jawa Tengah. Habib Hasyim wafat 1077H adalah orang tuanya Habib Hasan yang wafat dan makamnya berkubah di Taniran, Kec. Angkinang Kab. Hulu Sungai Selatan, Kalsel.
Konon Sungai Mesa merupakan sebuah kampung
tua di Kota Banjarmasin (Bandarmasih nama dulunya). Kampung ini dibangun oleh
seorang tokoh yang dikenal dengan nama Kiai Mesa Jaladri. Tidak diketahui
persis, kapan Kiai Mesa membangun wilayah ini, yang jelas sejak itu Kampung
Sungai Mesa menjadi wilayah tempat tinggal yang strategis. Letaknya yang persis
di tepi sungai Martapura, membuat daerah ini menjadi semacam pelabuhan kecil
tempat menaik-turunkan barang dagangan dari perahu. Di seberang Sungai Mesa
adalah Jalan Pasar Lama Laut yang sekarang menjadi pusat perkantoran pemerintah
Provinsi Kalsel (Artikel Kajian al Kahfi)
Menurut Artikel Sejarah Ahlul Bait Sayyidina Muhammad Saw di Indonesia menyebutkan bahwa “Seorang dari keluarga Assegaf bernama Habib Alwi (w.1842) bin Abdillah bin Shaleh bin Abubakar bin Hasan bin Hasyim bin Muhammad Assegaf dilaporkan melalui perjalanan panjang dari Hadramaut - Turki - Palembang - Gresik ketika menyinggahi Banjarmasin. Dan ia sempat berdomisili di Kampung Sungai Mesa. Alwi kemudian menetap di Martapura (Kampung Melayu) dan mendapat hadiah tanah dari Sultan Adam di daerah Karang Putih. Kelak ia dan anak cucunya bermakam di tanah pemberian sultan tersebut (makam Karang Putih Jl Menteri Empat Martapura)
Pemukim dari golongan sayyid yang
terhitung orang lama (tua) di Sungai Mesa adalah Habib Ahmad bin Abdurrahman
Assegaf. Ahmad diperkirakan lahir di paruh kedua pertengahan tahun 1800-an.
Ahmad memiliki saudara bernama Umar, Muhdor dan Muhammad. “Pekerjaan Habib
Ahmad berdagang kayu ulin, juga membawa tajau, belanga berdagang dengan urang
Dayak,” cerita Syarifah Nikmah.(Artikel Kajian al Kahfi)
Menurut Artikel Sejarah Ahlul Bait Sayyidina Muhammad Saw di Indonesia yang saya kutip menyebutkan bahwa “ Suatu ketika Ali bin Alwi Assegaf dari Kampung Melayu Martapura mampir ke rumah keluarga Alklatiri tersebut. Saat bersamaan, di rumah keluarga Arab itu, Ratubah tengah mencucuki marjan. Dari perjumpaan menyaksikan seorang perempuan campuran Bugis-Banjar di rumah keluarga Arab itu, Ali akhirnya tinggal di Kampung Bugis karena menikah dengan Ratubah. Untuk tempat tinggalnya Ali membeli sebuah rumah kecil di Kampung Bugis (Jalan Sulawesi), membangunnya kembali, dan menyulapnya menjadi rumah Baanjung (rumah adat Banjar).Putra Ali dengan Ratubah adalah Zen. Zen kawin dengan Syarifah dari keluarga Bahasyim berputra Alwi [seorang pedagang asam kamal yang berjualan dari Kuin Utara ke Aluh-aluh, Kabupaten Banjar dan merupakan ayah dari Ibu Galuh (Syarifah Fatimah) di Kampung Melayu dan Abdul Kadir Jailani di Sungai Mesa] Perkawinan Zen dengan perempuan dari bangsa Banakmah berputra Ali, Sy Zainab, Sy Fetum (ibu Segaf bin Abubakar AlHabsyi), Sy Noor dan Sy Fedlon (masih hidup tinggal di Kampung Bugis )“.
Tidaklah banyak yang Penulis ketahui tentang kehidupan Tokoh-tokoh ini, sejak Beliau lahir, masa kanak-kanak, masa remajanya, masa tuanya sampai wafatnya. Penulis hanya berharap dan mendo’akan semoga Allah Swt mema’afkan dan mengampuni kesalahan kita, kesalahan – kesalahan orang tua kita, kesalahan datuk-nenek kita, dan kesalahan – kesalahan orang-orang yang pernah dekat dengan kita dan kesalahan – kesalahan dzuriat-dzuratnya hingga akhir. Aamiin, aamiin yaa rabbal 'alamiin.
الْحَبِيْبُ اَبُوْ
بَكْرٍ الثَّاني [وفات ١٩٠٢م] بِنْ اَحْمَدْ صُحُفٍ [وفات ١٧٩٦م] بِنْ مًحَمَّدْ جَميْلً
الدِّيْن [وفات 1١١٩٥هج] بِنْ اَبًوْ بَكْرٍ [وفات ١١٧٢هج] بِنْ حَسَنٍ [وَفات ١١٣٣هج] بِنْ هَاشِمٍ [وفات ١٠٧٧ هج] بِنْ مًحَمَّد [وفات ١٠٢٣ هج] بِنْ عًمَرَ الصُّوْفِيِّ [اى عُمَرُ الصَّافِيّ]
الْحَبِيْبُ عَلْوِيْ [وفات ١٨٤٢هج] بِنْ عَبْدِ للهِ بِنْ صَالِحْ بِنْ اَبًوْ بَكْرٍ [وفات ١١٧٢هج] بِنْ حَسَنٍ
[وَفات ١١٣٣هج] بِنْ هَاشِمٍ [وفات ١٠٧٧ هج] بِنْ مًحَمَّد [وفات ١٠٢٣ هج] بِنْ عًمَرَ
الصُّوْفِيِّ [اى عُمَرُ الصَّافِيّ]
الْحَبِيْبُ مُحَمَّدْ القاضى بِنْ عُمَرُ بِنْ طه القاضى بِنْ عُمَرُ[وفات 1052 هج] بِنْ طه [وفات 1007 هج] بِنْ عًمَرَ الصُّوْفِيِّ [اى عُمَرُ الصَّافِيّ]
الْحَبِيْبُ عَلْوِيْ بِنْ سَقَّافُ [وفات 1195هج/1781م] بِنْ مُحَمَّدْ بِنْ عُمَرُ[وفات 1052 هج] بِنْ طه [وفات 1007 هج] بِنْ عًمَرَ الصُّوْفِيِّ
[اى عُمَرُ الصَّافِيّ]