Oleh H.Hasan Baseri,S.Ag bin H.M.Barsih
Biografi Sejarah Singkat Sayyid Abu Bakar ast-Tsani bin Ahmad Suhuf bin Muhammad Djamiluddin bin Abu Bakar Assegaf
Mengunjungi objek wisata memang menjadi kebanggan tersendiri bagi Pengujung dan menambah wawasan, apalagi dapat menghilangkan kejenuhan dan kepenatan pekerjaan rutinitas sehari-hari. Jangan salah loh, mengunjungi tempat wisata menarik tak harus ke luar daerah yang membutuhkan banyak biaya. Masalahnya di Hulu Sungai Selatan terdapat beberapa objek wisata menarik dan mempesona, dijamin Anda dan keluarga bahagia menikmatinya. Salah satunya mengunjungi destinasi perbukitan batu Langara dan makam religi Habaib keluarga Assegaf Lumpangi Loksado, yang menawarkan keindahan alam luar biasa bagi siapa pun yang berkunjung mungkin tak ada salahnya menyiapkan rencananya sejak saat ini.
Silsilah Nasab Sayyid Abu Bakar ast-Tsani bin Ahmad Suhuf bin
Muhammad Djamiluddin bin Abu Bakar Assegaf
الْحَبِيْب اَبُوْ بَكْرٍ الثَّاني بِنْ اَحْمَدْ صُحُف بِنْ مًحَمَّدْ جَميْلً الدِّيْن بِنْ اَبًوْ بَكْرٍ بِنْ حَسَنٍ بِنْ هَاشِمٍ بِنْ مًحَمَّد بِنْ عًمَرَ الصُّوْفِيِّ [عُمَرُ الصَّافِيّ] بِنْ عَبْدُ الرَّحْمن بِنْ مُحَمَّد بِنْ عَلِيٍّ بِنْ اَلْاِمَامً عَبْدُ الرَّحْمن اى وَلِيُّ الله الْفَقِّيْه الْمًقّدَّم الثانيّ السَّقَّافُ بِنْ سَيِّدِنَا مًحَمَّد مَوْلَى اَلدَّوِيْلَةِ بِنْ سَيِّدِنَا عَلِيٌّ صَاحِبُ الدَّرْكِ بِنْ سَيِّدِنَا عَلْوِىْ الْغُيُوْرْ بِنْ سَيِّدِنَا الْفَقِّيْه الْمًقّدَّم مًحَمَّد بِنْ سَيِّدِنَا علي الوالد االفقيه بن سَيِّدِنَا الامام مًحَمّدْ صاحب مرباط بن سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ علي خالع قسم بن سيدنا عَلْوِيْ با عَلَوِيٌّ بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ مًحَمّدْ الصَّاحِبُ الصُّمْعَةُ بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ عَلْوِيُ الْمُبْتَكِرُعَلَوِيّيْن بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ عَبْدُاللهِ [عُبَيْدُالله الصَّاحِبُ الْعَرْضِيُّ] بنْ سَيِّدُنَا الْاِمَامُ أَحْمَدُ الْاَبَحُ الْمُهَاجِرُ بِنْ سَيِّدُنَا الْاِمَامُ عِيْسَى الرُّوْمِيُّ بِنْ سَيِّدُنَا الْاِمَامُ مًحَمّدٌ النَّاقِبُ بنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ عَلِيُّ الْعُرَيْضِيُّ بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ جعفر الصادق بن سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ مًحَمّدْ الباقر بِنْ سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ عَلِيُّ زَينُ الـعـابدين بن سَيِّدُنَا اَلْاِمَامُ الْحُسَيْنُ بنْ السَّيِّدِةُ فَاطِمَةُ الزَّهْرَاءُ بِنْتُ مًحَمّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِنْ عَبْدُ الله
Sayyid Abu Bakar ast-Tsani bin Ahmad Suhuf bin Muhammad
Djamiluddin bin Abu Bakar Assegaf Lahir
Menurut Folklor ceritra
Datu-datu dan nenek kami menyebutkan bahwa Habib Abu Bakar ast-Tsani adalah anak pertama dari pasangan suami
isteri Habib bin Ahmad Suhuf Assegaf dengan Diang Galuh Aminah, asal desa Muara Lumpangi, pasangan suami isteri ini menikah Senin,
10 Muharam 1190H atau 1776M. Kemudian Abu Bakar ast-Tsani lahir hari Rabu, 15 Dzulhijjah 1191H/ 1778 Masihi di Lumpangi. Dan Abu Bakar ast-Tsani adalah keturunan ke-3 atau cucu tersayang Habib Muhammad Djamiluddin bin Abu Bakar (Habib Lumpangi) Ia
adalah buyut dari Habib Abu Bakar Bin Hasan bin Hasyim bin Muhammad bin Umar ash-Shaafy
Assegaf.
Sedangkan nama Abu Bakar adalah
nama pemberian dari kedua orang
tuanya. Dan ia menjadi nama panggilannya sehari-hari, as-Tsani artinya yang
kedua, yang disisipkan dibelakang namanya. Hal ini diberikan adalah sebagai
nama pembeda dengan Datuknya Sayyid Abu Bakar. Oleh karenanya ia juga
berwajah-serupa dan postur tubuhnya dan prilakunya persis sama dengan Datuknya
Sayyid Abu Bakar Assegaf. Maka orang-orang sekelilingnya dan sahabatnya menyebutnyai
"Abu Bakar as-Tsani" yakni " Abu Bakar yang kedua".
Sayyid Abu Bakar ast-Tsani bin Ahmad Suhuf bin Muhammad
Djamiluddin bin Abu Bakar Assegaf Menerima (Menimba) Ilmu Agama
Sayyid Abu Bakar ast-Tsani adalah
seorang anak cerdas dan shalih yang
membanggakan orang tuanya, ia memperoleh pengajaran ttg Islam langsung dari
ayah dan kakeknya.
Menurut Folklor ceritra
Datu-datu dan nenek kami menyebutkan bahwa Sayyid Abu Bakar ast-Tsani Assegaf
mendapatkan pengajaran Agama langsung dari : - Diang Galuh Aminah ibunya, - Ahmad Suhuf ayahnya, - Muhammad Djamiluddin
dan Ahmad Jalaluddin kakeknya. Dan
guru-guru agama disekitarnya. Sejak kecil iapun telah membekali dirinya dengan
giat belajar ilmu-ilmu agama kepada orang yang lebih tua dari nya, juga kepada
orang lain tentang ilmu fiqih, ilmu akhlak, ilmu tauhid dan ilmu hakekat. Oleh
karenanya ia pandai baca Al-Qur’an dan baca tulis arab Malayu.
Menurut Folklor ceritra
Datu-datu dan nenek kami menyebutkan bahwa Ia adalah seorang yang shaleh, dan ia seorang yang
ta’at yang memelihara iman dan islam, ia amat kenal dengan Tuhannya, ia seorang
yang bertanggungjawab kepada keluarganya dan ia selalu berusaha menjalankan
syari’at yang diperintahkan Tuhannya secara ketat selama hidupnya, seperti
shalat, puasa, zakat dan amaliah-amaliah bathin lainya
1. Sayyid Abu Bakar bin Hasan Assegaf Datang ke Lumpangi
Menurut Folklor ceritra Datu-datu dan nenek kami bahwa pada awal abad ke-18 M yang pertama kali datang berkunjung dan menetap di Lumpangi Loksado dari golongan habib/ syarif adalah (keluarga) Aal-ALSAQQAF آل السقاف (dibaca Assegaf/al Seggaf), yaitu Abu Bakar bin Hasan bin Hasyim. Dan Ia yang menikahi puteri penghulu Balai Adat “Balai Ulin” an. Milah dan dari pernikahannya itu punya nasab yang bersambung hingga saat ini.
“Yang pertama kali digelari al-saqqaf ialah waliyullah
al-Muqaddam al-Tsani al-Imam Abdurahman bin Muhammad Maula Dawilah bin Ali bin
Alwi bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam” (Afandi 2008).
Menurut salah satu sumber informasi bahwa Kedatangan Sayyid Abu Bakar di Desa Lumpangi sekitar tahun 1705 Masihi. Beliau adalah Datuknya Sayyid Abu Bakar as-Tsani bin Ahmad Suhuf, dan Beliau juga Datuknya Sayyid Alwi bin Abdillah yang bermakam di Martapura. Ketika Datuknya datang ke Desa Lumpangi usia Beliau sekitar 43-45 tahunan kala itu, tetapi pisik dan muka Beliau kelihatan muda seperti usia 25-30 tahun.
Bawanang adalah Aruh Adat
sebagai bentuk rasa syukur pada penguasa alam semesta atas rejeki atau
keberhasilan baik itu panen padi, usaha atau keberhasilan-keberhasilan lainnya.
Aruh Bawanang
disebut juga Palas Payung, yaitu upacara
pesta panen sebagai ungkapan rasa syukur kepada Hyang Dewata Langit,
yang dilakukan setelah semua padi masuk ke dalam lumbung. Setelah upacara
panen ini, padi baru boleh dimasak untuk dimakan (
Persiapan Aruh dimulai dengan hari Batarah
yaitu sehari sebelum upacara dimulai. Hari Batarah maksudnya adalah hari
memulai pekerjaan, mempersiapkan segala sesuatu, membuat perlengkapan upacara,
dan menyiapkan sesaji. Pekerjaan itu harus selesai dalam satu hari Kelengkapan
Alat Upacara (
Ia datang berniaga kepedalaman Hulu Sungai dikali yang kedua. Ia seorang diri datang dan sudah berada diempiran Balai Adat. Kala itu ia disambut oleh Aluh Milah, padahal saat itu acara ritual sacral Aruh Bawanang selesai dilaksanakan.
Menurut Ahmad /Amat asal Dayak Bayumbung yang sudah muslim, yang saya wawancarai bahwa Aruh Bawanang atau Aruh Ganal acara ritualnya selama 3 hari dan 3 malam. dan disusul masa Pamali selama 3 hari dan 3 malam. Pada masa Pamali atau masa tenang itulah, tidak diperkenankan masyarakat umum/orang dagang hadir atau datang ke Balai Adat. Bila ia tidak pernah datang di 3 hari pertama, bila ia datang ke Balai Adat, mereka akan dikenakan hukuman adat dan membayar denda.
2.Perkawinan Sayyid Abu Bakar bin Hasan Assegaf dengan Puteri Milah
Menurut Folklor ceritra Datu-datu dan nenek kami bahwa sekitar tahun 1117H/ 1705 Masihi setelah Habib bebas dari hukuman Adat
Dayak, ia mengawini seorang puteri yang anggun dan cantik parasnya anak Tetuha
Adat Dayak Langara an.Milah, Nama Putri Tetuha Adat dimaksud yang dzuriat
sesudahnya menyebutnya : aluh Jamilah atau Siti Jamilah.
Menurut Bahriansyah yang saya wawancarai dikediamannya bahwa "Habib Abu Bakar bin Hasan Assegaf ditahan selama 10 hari 10 malam, ia tidak boleh keluar dari Balai Adat "Balai Ulin" Lumpangi kala itu".
Peristiwa perkawinan Habib dengan puteri/ Aluh Milah ini juga tertuang dalam Artikel "Islam Loksado dan Sayyid Abu Bakr bin Hasan Assegaf" yang diposting 20 Februari 2011 menyebutkan bahwa "Bahkan, disebutkan bahwa di antara tokoh habib itu ada yang menikahi puteri penghulu Balai Ulin."
Hal senada tentang peristiwa perkawinan Habib ini telah disebutkan dan dikuatkan oleh Artikel “Habib Abu Bakr Assegaf - Carita para Wali dan Datu” yang diposting Jum'at, 1 Maret 2013M yang saya kutip menyatakan bahwa "Bahkan, disebutkan bahwa di antara tokoh habib itu ada yang menikahi puteri penghulu Balai Ulin."
Selanjutnya yang menguatkan tentang terjadinya perkawinan Habib tersebut adalah artikel "Sejarah Singkat Habib Lumpangi-Abu Bakar bin Hasan bin Hasyim bin Muhammad Assegaf" yang ditulis Saadilah Mursyid tahun 2017 yang saya kutip menyatakan bahwa "Bahkan, disebutkan bahwa di antara tokoh habib itu ada yang menikahi puteri penghulu Balai Ulin."
Perkawinan
inilah yang sangat merekatkan hubungan suku
Dayak Langara dengan Habib. Adanya ikatan perkawinan tersebut Islam
berkembang dengan cepat. Akhirnya mereka karena merasa berkelurga dengan Habib,
merasa badangsanak dengan Habib, mereka tertarik dengan Islam dan menerima
Islam dengan sukacita dan juga hasil perkawinan itu membuahkan keturunan/ anak
an. "Muhammad".
Namun versi lain menyebutkan bahwa anak itu bernama : "Muhammad Djamiluddin"
dan dzuriatnya yang bersambung dan nasabnya tercatat dengan baik sampai saat
ini.
Berkata
Tanqir Ghawa kepada anak cucunya bahwa “Syukur alhamdu lillaah banar kita ine
cucuai, jaka kada datang habib membawa Islam dan nine kita ada yang balaki
habib lalu ia maislamakan datu nine bubuhan
kita Dayak lumpamgi, jaka kada baislam maka kita rugi banar, kita akan dimasukakan
ke dalam Naraka, nauudzu billaahi mindzaalik” Menurut Beliau bahwa “Ucapannya
ine telah diucapan pula oleh datu nine kita bahari sebelumnya kepada anak cucunya”.
Ulang adalah adik kandung
Muhammad Langara dan keluarganya sudah mengenal Islam dengan baik, tetapi ia
belum muslim. Kemudian namanya diabadikan oleh masyarakat setempat / dzuriat
anak cucunya menjadi nama kampung atau nama desa, maka bernamalah lokasi tempat
kediamannya menjadi desa Ulang. Dia adalah seorang Dayak yang melahirkan suku
Dayak Ulang didesa Ulang. Dan sebagian desa-desa sekitarnya menjadi muslim
seperti kampung Tariban dan kampung Hutap, tetapi untuk desa Ulang sendiri
tahun 1970 an sudah dimasuki Agama Kristen. Dan suku Dayak Bumbuyanin juga
keturunan Ulang. Untuk mengenang Datunya maka dzuriat anak cucunya nama
“Bumbuyanin” menjadi nama pada Balai Adat Dayak. Dinamakanlah Balai Adat
dimaksud dengan nama “Bumbuyanin”. Balai
Adat tersebut sekarang yang beralamat /berlokasi di desa Kemawakan.
Bumbuyanin adalah nama
Tetuha Adat Dayak yang mempunyai 3 anak, dua laki-laki dan satu perempuan.
Dimasa kecilnya mereka bertiga pernah diutus atau dikirim orang tuanya ke Desa
Lumpangi untuk menuntut Ilmu Islam kepada Habib oleh karenanya mereka mengenal Islam
dengan baik. Dimasa pendidikan inilah Habib Abu Bakar as-Tsani kenal mengenal
sepupunya an. Umi Salamah binti Bumbuyanin dengan baik. Dulunya Puteri ini
tinggal di Balai Adat Dayak kampung Pantai Dusin yang terletak diantara kampung
Datar Mangkung dan Datar Laga Desa Hulu Banyu Kec. Loksado.
Adapun anak Bumbuyanin yang
pertama bernama Ayuh atau Datu Ayuh atau Dayuhan atau Sang Dayuhan, dia seorang
lelaki yang berfisik kuat, gemar berkelahi atau berperang tetapi kurang cerdas,
sulit menerima hal-hal yang positif dan dia menurunkan suku dayak Gunung
Meratus.
Sedangkan anak yang ke-2.
Bambang Swara atau Bambang Basiwara. dia berfisik agak lemah tetapi homoris,
punya otak berlian dan cerdas dan menerima hal-hal yang positif. Ketiga anak
itu sudah mengenal Islam dengan baik tetapi Datu Ayuh belum berani berislam.
Sebab takut kehilangan kesaktian-kesaktin yang dia miliki turun-temurun.
Dan yang ke-3 adalah
perempuan bernama Umi Salamah (Diang Gunung), dia seorang puteri yang sangat
cantik yang dinikahi oleh Habib Abu Bakar as-Tsani bin Ahmad bin Muhammad
Djamiluddin bin Habib Abu Bakar Assegaf pada pertengahan abad ke-18 Masihi.
Melalui perkawinan ini Bambang Basiwara sebagai wali dari adik perempuannya.
Bambang Basiwara ini ia menjadi seorang
muslim dan dia menurunkan suku Banjar.
Versi lain ada yang punya pendapat bahwa ceritera ketiga anak ini dikenal oleh sebagian masyarakat Dayak Maratus yang pertama bernama Ayuh atau Datu Ayuh atau Sang Dayuhan, dia seorang lelaki yang berfisik kuat, gemar berkelahi atau berperang tetapi kurang cerdas, sulit menerima hal-hal yang positif, sosok ini di sebut Dayuhan. Yang ke-2. Bambang Swara atau Bambang Basiwara. dia berfisik agak lemah tetapi punya otak berlian dan cerdas dan menerima hal-hal yang positif dan sangat homoris, sosok ini dikenal dengan nama "Paluy" sedangkan yang ke-3 adalah perempuan bernama Diang Gunung, dia seorang puteri yang sangat cantik rupawan, sosok ini disebut "Intingan". Ia selalu bersama kakaknya Bambang Swara.
Menurut Folklor ceritra Datu-datu dan nenek kami bahwa Perkawinan sepupu tersebut Muhammad Djamiluddin menikah dengan Siti Sarah binti Abu Thalib menurunkan anak laki-laki yang bernama Ahmad Suhuf. Setelah dewasa anak ini ia dikawinkan dengan Diang Galuh Aminah dan menurunkan anak laki-laki an. Abu Bakar. Jadi Abu Bakar bin Ahmad Suhuf bin Muhammad Djamiluddin bin Abu Bakar Assegaf yang dikenal dengan panggilan sehari-harinya Abu Bakar as-Tsani. kemudian Abu Bakar bin Ahmad Suhuf menikah dengan Umi Salamah menurunkan 3 orang anak laki-laki yang bernama : Abu Thair (Ibrahim), Abdullatif dan 'Aly. versi yang lain nama beliau adalah Abdullah (Abu Tayau)
Keberadaan Abu Bakar as-Tsani bin Ahmad Suhuf Assegaf di Lumpangi tidak terlepas dari ceritera atau bersamaan dengan masa perebutan kekuasaan Sultan Banjar (Pangeran Amir dan Pangeran Nata Alam). Ayah Pangeran Antasari adalah Pangeran Masohut (Mas'ud) bin Pangeran Amir. Pangeran Amir adalah anak Sultan Muhammad Aliuddin Aminullah yang gagal naik tahta pada tahun 1761. Ia diusir oleh walinya sendiri. Pada mulanya Pangeran Nata Alam, yang bekerja sama penjajah dan dengan dukungan Belanda memaklumkan (mengokohkan) dirinya sebagai Sultan Tahmidullah II. Adapun kekuasaan masa pemerintahan Sultan ini dari tahun 1761–1801 M. Ia adalah anak selir sehingga dianggap tidak layak mewarisi takhta. Terlebih lagi, Pangeran Hidayatullah sebagai pewaris takhta yang sah masih hidup. . Setelah Sultan Hidayatullah ditipu Belanda dengan terlebih dahulu menyandera Ratu Siti (Ibunda Pangeran Hidayatullah) dan kemudian ia diasingkan ke Cianjur. Gesekan ini menimbulkan gerakan Muning, yang menjadi pemicu Perang Banjar pada 1859..(Artikel "Raja-Raja Kesultanan Banjar")
Menurut beberapa informasi yang saya dapat bahwa Habib Abu Bakar as-Tsani bin Ahmad Suhuf Assegaf, ia berwajah mirip sekali dengan Datuknya Sayyid Abu Bakar.bin Hasan Assegaf. Baik Postur bentuk tubuh dan tingkah lakunya persis seperti Datuknya. Maka oleh orang-orang sekellingnya memanggil namanya yakni "Abu Bakar as-Tsani".
Perkawinan Sayyid Abu Bakar ast-Tsani bin Ahmad Suhuf bin Muhammad
Djamiluddin bin Abu Bakar Assegaf dengan Umi Salamah (asal Dayak an. Diang
Gunung) binti Bumbuyanin bin Olang.
Malalui perkawinan Habib Abu Bakar as-Tsani bin Ahmad dengan Umi Salamah dengan Wali nikahnya kakaknya sendiri yakni Bambang Basiwara. Perkawinan ini terjadi Ahad, tanggal 12 Sya'ban 1210 H / 1796 Masihi diakhir pertengaan abad ke-18 Masihi dahulunya maka dengan Islamnya kedua kakak beradik tersebut telah diikuti oleh orang-orang suku dayak daerah Hulu Banyu Loksado, sebahagian mereka juga mendapat hidayah Islam. , seperti
kampung Tar Laga.
kampung Majulung,
kampung Ni'ih
kampung Tanuhi,
Kampung Tamiyng Malah (Muara Haip)
Kampung Hutap
Kampung Tariban.
Kampung Tar Mangkung,
kampung Lambuk
dan kampung Tar Belimbing
dan kampung sebahagian Kemawakan menjadi Muslim.
Menurut beberapa sumber informasi yang saya dapatkan bahwa “ Dayak kampung Pantai Dusin kalau sekarang pantainya masih ada, ia terletak ditepi dua muara sungai, dan ia berada diantara kampung Datar Laga dan kampung Datar Mangkung. Kampung Pantai Dusin kalau sekarang tidak dihuni lagi oleh penduduk, sejak Balai Adat dan Penghuninya larut ditelan Banjir besar dimasa lalu, dan tak seorangpun selamat kecuali Dayak yang masih tinggal bermalam di ladang-ladang.
Menurut ceritera Muhammad Jamberi, dan yang dikuatkan ceritera Muhammad Burhanudddin Rabbani Assegaf yang sering saya temui dan saya wawancarai di kediamannya Desa Tabihi tentang asal usul sebahagian orang-orang Hulu Banyu Loksado yang menerima hidayah Islam. Dan beliau berceritera kepada saya, yaitu ceritera dari sepupunya Habib Muhammad Jamberi bin Ahmad Darani bin Abdul Hamid bin Aliadam bin Abdullatif Assegaf dan nasabnya tercatat dengan rinci bahwa "tertulis Abu Bakar bin Ahmad Suhuf adalah cucu Muhammad Djamiluddin bin Habib Abu Bakar Assegaf, ia dimasa mudanya dikawinkan dengan Umi Salamah (nama asal dayak : Diang Gunung) binti Bumbuyanin bin Ulang dari Hulu Banyu kampung Balai Pantai Dusin. Karena yang menjadi panutan mereka, kedua kakak beradik ini an. Bambang Basiwara dan Umi Salamah telah menerima hidayah Islam, maka hidayah Islam diikuti oleh Keluarga suku Dayak Hulu Banyu yang lain. Hasil perkawinan Puteri tersebut menurunkan anak laki-laki diantaranya an.
- Iberahim (bergelar Abu Tha’am),
- Abdul Lathif (bergelar Abu 'Aly)
- 'Aly (Abdullah) yakni Abu Tayau.
Sayyid Abu Bakar ast-Tsani bin Ahmad Suhuf bin Muhammad
Djamiluddin bin Abu Bakar bin Hasan bin Hasyim Assegaf Wafat
Sumber lain ada yang menyebutkan bahwa Habib Abu Bakar ast-Tsani dengan
usianya lanjut, tua renta lebih dari 1 abad, tetapi ada yang menyebutkan bahwa
Beliau wafat yakni Jum'at, 14 Januari 1875M atau bertepatan 17 Dzulhijjah
1292H.
Menurut Folklor ceritra
Datu-datu dan nenek kami menyebutkan bahwa Sayyid Abu Bakar ast-Tsani diberikan Allah
Swt umur panjang hingga ia tua renta dan ia sudah punya buyut an.Habib Tanqir Ghawa bahkan ada menyebutkan bahwa Beliau sudah
punya pipit (intah) an.Habib Ahmad Karji saat tua rentanya,
Beliau menutup matanya meninggalkan anak cucu, buyut, intahnya hari Kamis, tanggal 27 Maret tahun 1902M/1319H dengan usia Beliau
124 tahun Masihi ketika wafat. Beliau dimakamkan kampung Balai Ulin Lumpangi
Loksado. Haulan Beliau tersebut dilaksaaanakan oleh Ahlul Bait setiap tanggal
17 Dulhijjah.
Tidaklah banyak yang Penulis ketahui tentang tokoh Sayyid Abu
Bakar bin Ahmad Suhuf bin Muhammad Djamiluddin
bin Abu Bakar bin Hasan Assegaf ini, waktu Beliau masa kanak-kanak, masa
remajanya, masa tuanya sampai ajalnya.
Penulis hanya berharap dan mendo’akan semoga Allah Swt mema’afkan
dan mengampuni kesalahan Penulis, dan kesalahannya tokoh ini dan juga kesalahan
– kesalahan orang tuanya, kesalahan datuk-neneknya, dan kesalahan – kesalahan
orang-orang yang pernah dekat dengannya dan kesalahan-kesalahan
dzuriat-dzuratnya hingga akhir zaman, begitu juga semoga Allah Swt mengampuni
dan mema'afkan kesalahan-kesalahan/ dosa-dosa kita dan dosa-dosa orang-orang
muslimin dan muslimat semuanya. Aamiin Aamiin yaa rabbal aalamiin Allahumma
Aamiin aamiin ya rabbal aalamiin.
Dzurriat Keturunan Sayyid Abu Bakar ast-Tsani bin Ahmad Suhuf bin Muhammad Djamiluddin bin Abu Bakar bin Hasan bin Hasyim Assegaf
Ketiga anak laki-laki Umi Salamah ini lahir di akhir abad ke-18 Masihi, abad ke-18 dihitung dari tahun 1701 hingga tahun 1800 Masihi. Kemudian dari Habib Abdul Lathif menikah dengan Diang Putih (Mutmainnah) menurunkan anak salah satunya laki-laki an. Habib Aliadam.
Menurut Habib Husni bin Mansyur bin Hasan bin Aliadam bin Abdullatif bin Abu Bakar as-Tsani Assegaf bahwa "Datu Habib Aliadam punya dua saudara kandung yang bernama Abdullah dan Abdul Karim. Sedangkan Abdul Karim menurut cerita kakeknya Beliau pernah tinggal di Sei Malang Amuntai."
Beliau ini (Habib Aliadam menikah dengan Nilantih/ Nurhasanah) menurunkan 5 orang anak antara lain :
- Habib Hasan,
- Umpat,
- Abdul Hamid,
- Abdullah dan
- Sy Masrah.
Adapun anak Datu Habib
Aliadam yang pertama adalah bernama Habib Hasan. Menurut Habib Husni bin Mansur
bahwa Habib Hasan punya 3 orang anak :
- Sy Basriah
- Habib Mansyur
- Sy Masniah
Sedangkan Habib Mansyur bin
Hasan bin Aliadam bin Abdullatif bin Abu Bakar As-Tsani Assegaf punya anak 5
orang anak antara lain :
- Habib Husni
- Habib Jailani
- Habib Mugni
- Sy Isnawati
- Habib Muhaimin
Menurut Habib Husni bin
Mansyur Assegaf bahwa Habib Hasan bin
Aliadam Assegaf dan Habib Mansyur bin Hasan bin Aliadam bermakan dekat
langgar Darul Muttaqin di Tibung Raya Kec. Kandangan.
Adapun Habib Husni tercatat
di KTP Beliau lahir di Hulu Sungai Selatan tanggal 27 Februari 1959 pekerjaan
Polisi Kehutanan Beliau menikah dengan
Rasuna dan mereka punya 4 orang anak
antara lain :
- Sy. Elly Maranti
- Sy. Erliyantisti
- Sy. Erini
- Habib Anhari Anshar (lhr 2003)
Habib Jailani menikah punya
anak 1 orang yang bernama "Amin" sedangkan Habib Mugni menikah dengan
Masniah punya 3 orang anak yaitu :
- Sy. Linda (kelahiran 2002//20 th)
- Sy. Fina (kelahiran 2013/9 th)
- Habib Azka (kelahiran 2015/7 th)
Kemudian dari anak yang ketiga bernama Habib Abdul Hamid bin Aliadam bin Abu Bakar bin Ahmad Suhuf Assegaf menikah dengan Diang Kacil/Mardiah dan punya anak tunggal bernama Ahmad Darani. Dan Ahmad Darani menikah dengan Siti Nurah punya 7 anak an.
- Habib Ismail Jumberi.
- Habib Muhammad Jamberi,
- Sy Salabiah,
- Sy Aisyah,
- Habib Fakhrurrazi,
- Sy Armaniah dan
- Sy Tarmiah.
Muhammad Jamberi bin Ahmad Darani bin Abdul Hamid Assegaf menikah dengan Siti Aisyah punya anak an. Wardah dan Budi. Kemudian ia menikah lagi dengan Rusdiana isteri keduanya dan punya anak an. Muhammad Mahyudi. Sedangkan Habib Aliadam adalah Datunya Habib Muhammad Jamberi Assegaf. Jadi Habib Aliadam tersebut, ia telah merantau ke daerah Cantung dan ia wafat dan bamakam di Cantung Kec. Kelumpang Hulu Kab. Kotabaru.
Habib Aliadam adalah Datuknya Habib Muhammad Jamberi Assegaf. Dimasa tuanya Habib Aliadam dan keluarganya berdomisili di Cantung Kelumpang Hulu Kab. Kotabaru Kalsel.
Adapun Ibrahim bin Abu Bakar bin Ahmad Suhuf menikah dengan Diang Tangang, ia seorang perempuan janda yang sudah punya anak 1, asal kampung Tangang Bamban Kec. Angkinang. Pernikanan Habib tersebut menurunkan anak laki-laki tunggal an. Muhammad (bergelar kehormatannya "Abu Thair atau Ambutheir). Kemudian Muhammad menikah dengan Siti Siadah asal Amuntai yang berprofisi dayang pemayungan Permaisuri Raja Kuripan Amuntai punya anak tunggal an. Tanqir Ghawa,
Setelah dewasa ia mengembara ke Pulau Laut dan pulang diakhir abad ke-19 dan menikah dengan perempuan orang Amawang yang berdomisili di Lumpangi dan tak lama sesudah perkawinannya ia punya anak an. Ahmad Karji. Versi lain Habib Tanqir Ghawa pulang sekitar tahun 1909 ia menikah dengan Maimunah asal orang Amawang dan punya 2 anak an. Ahmad Karji dan Karjah. Setelah isterinya wafat tahun 1916 kemudian ia menikah lagi dengan Siti Fatimah asal orang Kandangan Hulu dan punya 6 orang anak an.
- Habib Ahmad Baderi (1918-1993M)
- Habib Bahar
- Sy Badariah
- Habib Bahur
- Sy Taluh dan
- Sy Salmiati
Setelah dewasa Ahmad Baderi awal tahun 1936 ia menikah dengan
Masmurah binti H. Bustani orang Kandangan Hulu 2, punya anak tunggal an.
H.Muhammd Barsih 1937-1978M. Kemudian tahun1953 ia menikah lagi dengan
Maslianor w.1997M asal Nagara Tumbukan Bayu dan punya anak 7 orang yakni :
- Muhammad Burhan Noor (l.13 Juli
1955M)
- Rumaynoor
- Drs.H.Tajuddin Noor,MM
- Syahruddin Noor L.1963
- Nurlianti (Nunur)
- Nor Jatunnisa
- Nur Izzati Rahmi, S.H.I
(Untung)
Kemudian tahun 1960 Masihi H. Muhammad Barsih bin Ahmad Baderi bin
Tanqir Ghawa Assegaf menikah dengan Hj. Masitah asal orang Kayu Abang Kec.
Angkinang punya anak 9 orang an. :
- Basuni (wafat saat kecil)
- Basrani Noor
- H.Hasan Baseri, S.Ag
- M.Nurdin Effendi w.10 Sya'ban
1433H
- Taniah w.8 Dzulhijjah 1443M
- Maimunah (wafat saat kecil)
- Nursinah, S.Pd w.4-4-2014M
- Dzulkipli Lubis
- M.Ariatim /Aryanorhadi
- Farida Hayati dan
- Syahril Majid,
- Ali Marzuki,
- Eva.
Adapun Syahril Majid bin Basrani Noor bin H.Muhammad Barsih bin Ahmad Baderi Assegaf menikah dengan Diana binti Ayau asal orang Lumpangi dan punya anak 1 orang laki-laki an. Ajril. Sedangakan adiknya Ali Marzuki menikah dengan Saidah Hasanah asal orang Simpur dan punya anak 1 orang laki-laki an. Angga Saputra.
Kemudian salah satu dari ke-9 orang anak itu, anak yang ke-3 bernama H.Hasan Baseri bin H.Muhammad Barsih bin Ahmad Baderi Assegaf. Pada tanggal 3 Maret tahun 1991 ia menikah dengan Hj. Masliana binti H.Yusuf bin H.Syukur asal kota Raden Amuntai dan punya anak 3 orang laki-laki an.
- Muhammad Ibnu Mubarak, S.Pd
- Ibnu Salam S.Pd dan
- Muhammad Ibni Athaillah.
Adapun Muhammad Ibnu Mubarak bin H.Hasan Baseri bin H.Muhammad Barsih bin Ahmad Baderi Assegaf tahun 2019 menikah dengan Lina Hafizah binti Hamberan asal Desa Pamintangan Kab. Hulu Sungai Utara Amuntai dan punya satu anak bernama "Ahmad Fadhil Mubarak"
Salah satu dari 7 anak Ahmad Baderi bin Tanqir Ghawa bin Muhammad Assegaf dengan perempuan Maslianoor bernama “Muhammad Burhan Noor” anak pertama ia lahir di Kandangan 13 Juli 1955M. Sa’at dewasa ia menikah dengan perempuan bernama “Mastinah” binti Muhammad Yusuf dan punya 4 keturunan /anak an. :
- Hendri Yusliani Noor,
- Aulia Ismatullah Halim,
- Muhammad Subhan dan
- Muhammad Ainurahman.
Sedangkan anak ketiga bernama Drs.H.Tajuddin Noor,MM. Setelah dewasa ia menikah dengan perempuan bernama “Hj.Norliani” dan punya 3 keturunan /anak an. :
- Hikmatu Diniah,
- M.Firdaus Fansuri dan
- Hafijatun Nadia.
Adapun M.Firdaus Fansuri menikah dengan perempuan an. Ina punya 1 anak an. Adilla Risa, kemudian ia menikah dengan perempuan an. Ana isteri keduanya dan punya 1 anak an. M.Aiman Firdaus.
Menurut keterangan Habib Bahriansyah (Utuh undul,72 thn) bin Bahur Assegaf yang saya wawancarai saat aqiqah buyut pertamanya dikediamannya, bahwa ia dari keterangan ayahnya & kisah neneknya bahwa Kayi Tanqir Ghawa dimasa mudanya dijodohkan (dikawinkan) oleh orang tuanya sebelum ia pergi mengembara ke Pulau Laut, (sekarang Kab Kotabaru) ia telah menikahi seorang perempuan dan punya anak. Kayi Karji adalah anak kandung Kayi Tanqir Ghawa dengan isteri pertamanya orang Amawang, dan isterinya tersebut bekeluarga dekat dengan Siti Nurah (adik kandung Atha’illah) isteri Ahmad Darani bin Abdul Hamid bin Aliadam Assegaf
Adapun Ahmad Karji bin Tanqir Ghawa bin Muhammad bin Ibrahim bin Abu Bakar bin Ahmad Suhuf bin Abu Bakar Asseaf menikah dengan Maimunah dan punya anak :
- Husni (Utuh Gunung)
- Ahmad
- Unan
- Misran bin Maisyarah isteri kedua
Kemudian Ahmad Karji setelah isterinya wafat, ia menikah lagi dengan Maisyarah perempuan asal Desa Tilahan Kec. Hantakan Kab. HST Barabai punya anak tunggal bernama Misran (Imis). Sedangkan Husni bin Ahmad Karji bin Tanqir Ghawa bin Muhammad Assegaf menikah punya anak : Bastami dan Nur Aida. Adapun Bastami bin Husni bin Ahmad Karji bin Tanqir Ghawa menurunkan anak bernama Toni Jemain dan Beny.
4.Perkawinan Habib Abu Bakar bin Ahmad Suhuf bin Muhammad Djamiluddin bin Abu Bakar bin Hasan Assegaf dengan Wanita lain asal Kampung Batu Tangah
Habib Abu Bakar, setelah isterinya (Umi Salamah binti Bumbuyanin) wafat diperkirakan usianya 45 tahun maka ada kemungkinan dan diduga kuat bahwa Habib Abu Bakar as-Tsani bin Ahmad Suhuf bin Muhammad Djamiluddin ini, Beliau menikah lagi dengan wanita muda yang lain sehingga pernikahan itu punya anak atau keturunan yang baru, selain keturunan yang telah kami sebutkan diatas, keterangan ini belum kami gali dan belum kami ketahui kejelasannya dan kebenarannya. Akan tetapi apabila ditelusuri artikel "Sejarah Singkat Habib Lumpangi-Abu Bakar bin Hasan bin Hasyim bin Muhammad Assegaf" yang ditulis Saadilah Mursyid tahun 2017 maka diduga kuat bahwa anak itu bernama Habib Husin dan Habib Ahmad dan dzuriatnya masih ada dan tersebar hingga sekarang.
Kami belum mendengar tetapi yang lain ada yang tahu ceritera (keterangan) bahwa setelah isterinya (Umi Salamah binti Bumbuyanin) wafat diperkirakan usianya 45 tahun maka Habib Abu Bakar as-Tsani bin Ahmad Suhuf ini, Beliau menikah lagi dengan wanita lain sehingga pernikahan itu punya anak atau keturunan yang lain (yang baru), selain tiga keturunan yang telah kami sebutkan yakni Ibrahim, Abdullatif dan "Aly dan keterangan tersebut belum kami gali dan belum kami ketahui kejelasannya. Akan tetapi kami hanya menelusuri artikel yang ditulis Saadilah Mursyid maka diduga kuat bahwa anak tersebut bernama Habib Husin dan Habib Ahmad dan menurut artikel dimaksud dzuriatnya masih ada dan tersebar hingga sa'at ini.
“Diantara nama-nama keturunan beliau yang sampai sekarang masih hidup adalah
Habib Aziz (Muara Banta), Habib Yahya (Telaga Bidadari), Habib Yadi (Muara Hatip)” (Saadilah
Mursyid 2017)
Habib Abu Bakar as-Tsani diperkirakan wafat dengan usianya 100 tahun lebih, tetapi ada yang menyebutkan Beliau wafat diusia 101 tahun Hijeriyah yakni Jum'at, 14 Januari 1875M atau bertepatan 17 Dzulhijjah 1292H. Sumber lain juga ada yang menyebutkan bahwa Beliau diberi Allah Swt umur panjang dan ia sudah punya buyut an. Habib Tanqir Ghawa bahkan sudah punya pipit (intah) saat hidupnya, Beliau menutup mata Kamis 27 Maret tahun 1902M/1319H dengan usia Beliau 124 tahun Masihi ketika wafat. Beliau dimakamkan kampung Balai Ulin Lumpangi Loksado.Haulan Beliau tersebut dilaksaaana kan oleh Ahlul Bait setiap tanggal 17 Dulhijjah.
Tidaklah banyak yang Penulis gali dan ketahui tentang kehidupan
rekam jejak Tokoh yang satu ini, sejak Beliau lahir,
masa kanak-kanak, masa remajanya, masa tuanya sampai wafatnya secara pasti. Begitu
pula tidaklah banyak Penulis ketahui tentang anak-anak Habib Abu Bakar bin Ahmad Suhuf bin Muhammad Djamiluddin Assegaf dari isterinya yang baru (isteri keduanya) setelah Umi Salamah wafat.
Penulis hanya berharap dan mendo’akan semoga Allah Swt mema’afkan dan mengampuni kesalahan kita dan kesalahannya, kesalahan – kesalahan orang tua kita dan kesalahannya, kesalahan datuk-nenek kita dan kesalahannya, dan kesalahan – kesalahan orang-orang yang pernah dekat dengan kita dan dengannya dan kesalahan – kesalahan dzuriat-dzurat kita dan dzuriatnya hingga akhir zaman, begitu juga semoga Allah Swt mengampuni dosa-dosa kita dan dosa-dosa orang-orang muslimin dan muslimat semuanya. Aamiin Aamiin yaa rabbal aalamiin.
daftar bacaan
Artikel Sejarah dan Perkembangan Kerajaan Islam
di Kalimantan" yang ditulis oleh Tim, CNN Indonesia | Rabu,
30/06/2021 13:03
Artikel “Aruh Bawanang dan Suku Dayak Meratus” 27 Oktober 2021 | 15:00 diterbitka Koran sulindo untuk kesatuan dan bangsa https://koransulindo.com/aruh-bawanang-dan-suku-dayak-meratus/
Dan beberapa catatan ttg silsilah Nasab Dzuriat Lumpangi. Catatan Habib Muhammad Jamberi bin Ahmad Darani bin Abdul Hamid bin Aliadam Assegaf dan penuturan dari Habib Tanqir Assegaf yang dicatat anak cucunya.
Artikel "Habib Abu Bakr Assegaf - Cerita para wali dan datu' yang diposting Jum'at, 01 Maret 2013M Cerita para wali dan datu/ www.wlidandatu.blogspot.com
Artikel "Islam Loksado dan Sayyid Abu Bakr bin Hasan
Assegaf" oleh Ahmad Harisuddin yang diposting 20 Februari 2011M
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Raja-Raja Kesultanan Banjar", Klik untuk baca: https://www.kompas.com/stori/read/2021/05/11/141137979/raja-raja-kesultanan-banjar?page=all. Penulis : Widya Lestari Ningsi, Editor : Nibras Nada Nailufa
Hasil-hasil Wawancara dengan Habaib Fam/Marga Assegaf Desa
Lumpangi yang masih hidup ditahun 2021 Masihi, dan Ahmad Bayumbung misalnya Tanqir Ghawa, Bahriansyah, Muhammad Burhanuddin bin Ahmad Baderi Assegaf ,
Kayi Husni bin Karji, Kayi Usman bin Juhri Yadi, Ariatim, Utuh Ibas. Dan lain-lainnya
Folklor adalah Ceritera/kisah yang penyebaran dan
pewarisannya cenderung dilakukan secara lisan, yaitu disebarkan melalui tutur
kata dari mulut ke mulut dari datu-datu dan nenek-nenek kami.
YouTube Jajak Truz “Sejarah Asal Usul
Suku Banjar, Nenek Moyang Suku Banjar” https://www.youtube.com/watch?v=kGZnuctHOCo&t=354s
Artikel “Riwayat
Singkat Habib Lumpangi - Abu Bakar bin Hasan bin Hasyim Assegaf” yang ditulis
pada 3 Agustus 2017 oleh Saadillah Mursyid ……………...............................................................................………………………….., http://saadillahmursyid.blogspot.com/2017/08/riwayat-singkat-habib-lumpangi-abu.html