Oleh H.Hasan Basri,S.Ag bin H.M.Barsih Assegaf
NASAB AHLU ALBAIT NABI BESAR MUHAMMAD SAW IBN ABDULLAH IBN ABDUL MUTHALIB DARI KELUARGA ALAWIYIN
Salah satu Nasab Ahlu al-Bait Nabi Besar Muhammad Saw dari Keluarga Alawiyin Fam
Assegaf
1. MUHAMMAD RASULULLAH SAW Tahun 569 s/d 632 Masehi
3= سيد المرسلين إمام الأنبياء والأتقباء سيدنا محمد صلى الله عليه وسلم
وهو محمد ابن
عبدالله وامه ستي امنة معيشته عليه الصلاة والسلام من والده شيئا بل ولد يتيما
عائلا فاسترضع في ني سعد. ولما بلغ مبلغا
يمكنه أن يعمل عملا كان يرعى الغنم مع أخوته
من الرضاع في البادية, وكذلما رجع إلى مكة كان يرها لاهلهاعلى قراريط كما
ذكره البخري في صحيحه, ووجود الأنبياء فى حال التجردعن الدنيا ومشاغلها أمر لابد
منه لاتهم لو وجدوا أغنياء لالهتهم الدنيا
وشغلوا بها عن السعادة الأبدية. وذلك ترى جميع الشرائع الا لهية متفقة على استحسان
الزهد فيها والتباعد عنها. وحال الأنبياء السالفين أعظم شاهد على ذالك. فكان عيسى
عليه السلام أزهد الناس في الدنيا, وكذالك كان موسى وإبراهيم , وكانت حالتهم في
صغرهم ليست سعة بل كلهم سواء تلك الحكمة البالغة أظهرها الله على أنبيائه ليكونوت
عوذجا لمتبعيهم في الإمتناع عن التكالب على الدنيا والتهافت عليها وذالك.سبب البلايا والمحن. وكذالك رعاية الغنم,
فما من نبي الا دعاها كما أخبر عن ذالك الصادق في حديث للبخارى, وهذه أيضا من بالغ
الحكم فإن الإنسان إذا استرعى الغنم وهي أضعف البهائم. سكن قبله الرأف واللطفة
تعطفا, فإذا انتقل من ذالك إلى رعاية الخلق كان لما هذب أولا من الحدة الطبعية والظلم الغريري,
فيكون فى اعدل الاحوال, ولما شب عليه السلام كان يتجر. وكان شريكه السائب بن أبي السائب, وذهب بالتجارة لخديجة
رضي الله عنها ال الشام على جعل يأخذه, ولما شرفت خديجة بزواجه, وكانت ذات يسار
عمل فى مالها وكان يأكل من نتيجة عمله, وحقق الله ما أمتن عليه به فى سورة الضحى
بقوله جل ذكره : ألم يجدك يتيما فأوى ووجدك ضالا فهدى. ووجدك
عائلا فأغنى. بالايواء والأغناء قبل النبوة والهداية بالنبوة, هداه للكتاب
والإيمان ودين إبراهيم عليه السلام ولم يكن يدرى ذلك قبل, ٌقال تعال فى سورة الشورى : وكذلك أوحينا إليك
روحا من أمرن ماكنت تدرى ما الكتاب ولا الإيمان ولكن جعلناه نورا نهدى به من نشاء
من عبادنا.-1
واعلم أن النبي صلى الله عليه وسلم لما بلغ من العمر أربعين
سنة نبأ الله تعالى فى يوم الإثنين فى شهر
ربيع الاول, وأرسله لكافة الناس بشيرا ونذيرا, ولما بلغ من العمر أحدى خمسين سنة
ونصفا أسرى بجسده وروحه يقظة من مكة إلى بيت المقدس ثم عرج منه إلى السموات السبع
إلى سدرة المنتهى إلى مستوى سمع فيه صريف
الاقلام, إلى العرش الى مكان الخطاب مع ربه, وفرض فذلك الوقت عليه صلى الله عليه
وسلم وعلى أمته خمس صلوات.
Tahun 569 s/d 632
Masehi
سَيِّدُ الْمُرْسَلِيْنَ إِمَامُ الْأَنْبِيَاءِ وَالْأَتْقِيَاءِ سَيِّدُنَا مُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Muhammad Saw lahir di kota Mekkah al Mukarramah, hari
Senin, tanggal 12 Rabi;ul Awwal Tahun Gajah atau bertepatan dengan tanggal 20
April tahun 569 Masehi. Muhammad Saw pembawa risalah Allah yang terakhir dari
kerasulan dan kenabian, dan juga penyempurna agama Islam. Maka dari itulah dia
adalah Nabi dan Rasul terakhir.
لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ La nabiya ba,dahu ” tidak ada Nabi dan Rasul sesudahnya”
Tercatat dan terkenal dalam sejarah bahwa Muhammad adalah Nabi dan Rasul Allah
yang telah menempuh dan menjalani hidup, kehidupan dan penghidupan secara manusiawi dan secara Sufi.Dia pernah
sebagai pengembala kambing pada usia 6 tahun. Dimasa remajanya pernah ikut
berperang dengan paman-pamannya, walaupun dia sebagai pengumpul anak panah
untuk diberika kepada mereka (paman-pamannya). Nabi Muhammad juga pernah
sebagai pedagang, jual menjual barang dagangan Siti Khadijah. Beliau seorang
yang cerdas dan bijaksana dalam berkata dan berbuat. Rasul Saw mendapat julukan
: “MUHAMMAD AL AMIIN” Maksudnya orang yang terpercaya dan dapat dijadikan
kepercayaan, karena sifat pribadinya yang indah menawan, dan keagungan
akhlaknya, tidak ada bandingannya di dunia ini. Dia selalu dipuja dan dipuji
oleh penduduk Muslimin di muka bumi dan juga dipuja oleh penduduk langit.
Wajiblah kita katakan :
يَا مُحَمَّدُ أَنْتَ رَسُوْلُ اللهِ حَقًّا
Maksudnya : “Ya
Muhammad, Engkaulah utusan yang benar.”
Tidaklah begitu mengherankan bila kehidupan tasawuf tumbuh dan berkembang
bersamaan dengan tumbuhnya dan berkembangnya Agama Islam. Dimulai dari sebelum
Beliau diangkat secara resmi menjadi Rasul, Beliau sudah menempuh jalan
tasawuf.
Rasul Saw berhijrah ke Madinah tahun 622 Masehi, setelah 10 tahun di Madinah mengembangkan Agama Islam dan Beliau wafat sekitar tanggal 8 juni tahun 632 Masehi.
Kehidupan Muhammad adalah mencerminkan ciri-ciri prilaku kehidupan Sufi,
dimana saja bisa dilihat dari kehidupan sehari-hari Beliau yang sangat
sedarhana dan menderita, disamping menghabiskan waktunya dalam beribadah dan bertaqarruf
pada Tuhannya.Seperti sudah sama-sama kita maklumi bahwa sebelum Beliau
diangkat menjadi Nabi dan Rasul dan juga
belum menerima wahhyu pertama kali. Beliau sudah sering kali melakukan
kegiatan Sufi, Dengan melakukan Uzlah ke Gunung Jabal Nur didalam Gua Hera
selama berbulan-bulan lamanya hingga Beliau menerima Wahyu pertama saat
diangkat oleh Allah Swt sebagai Rasul terakhir tanggal 17 Ramadhan tahun
pertama Kenabian, usia Rasul Saw 40
tahun sekitar tahun 609 Masehi.
Setelah nabi Muhammad resmi diangkat sebagai Nabi dan Rasul, diusia 40
tahun. Keadaan dan cara hidup Beliau masih ditandai oleh jiwa dan suasana
kerakyatan, meskipun Nabi berada dalamlingkaran keadaan hidup serba dapat
terpenuhi semua keinginan terkendali.Lentaran Kekuasaannya sebagai nabi dan
rasul Allah yang menjadi kekasih Tuhannya. Pada waktu malam sedikit sekali
tidurnya, waktunya dihabiskan untuk takarruf – tawajjuh kepada Allah dengan
memperbayak ibadah dan dzikir kepadaNya.
Tempat tidur Nabi terdiri dari Balai Kayu biasa dengan alas tikar dari
anyaman daun kurma, tidak pernah memakai pakaian dari Wool apalagi dari Sutra,
meskipun Beliau mampu untuk membelinya,
Beliau lebih suka hidup
sedarhana.Begitulah salah satu contoh tauladan oleh seorang MANUSIA SEMPURNA, MANUSIA YANG
TERMULIA DAN PEMIMPIN TERTINGGI, untuk membuka mata Shahabat-shahabatnya dan
juga para Pengikutnya hingga akhir zaman, yang diperlihatkan kepada mereka.,
untuk apa manusia itu hidup. Firman Allah tentang contoh tauladan yang harus
diteladani oleh Kaum Muslimin dan Muslimat belahan dunia ini adalah Muhammad
Rasulullah Saw.
لقد كان لكم في رسول الله أسوة حسنة -التبوة
128
Artinya “Sungguh pada diri Rasulullah itu itu terdapat
suri tauladan yang baik untukmu (Kaum Muslimin dan Muslimat)”
a. Keturunan Nabi Muhammad Saw
Siapakah yang dinamai sebagai keturunan Muhammad Saw? Muhammad Saw dikaruniai 7 anak 3 laki-laki dan 4 perempuan, yaitu :
- Qasim, (pemberi Imbalan) wafat saat kecil
- Zainab, (indah dan Wangi) wafat usia 29 tahun
- Ruqaiyah, wafat saat perang Badar (ia isteri Usman bin Affan)
- Ummu Kultsum, dan
- Fathimah Azzahra.
- Abdullah wafat saat kecil
- Ibrahim wafat saat kecil
Sepanjang hidupnya, Nabi Muhammad Saw telah dikaruniai 7 orang anak, 4 perempuan dan 3 laki-laki.seluruh anak Nabi berasal dari hasil pernikahannya dengan Sayyidah Khadijah, kecuali Ibrahim yang dilahirkan oleh Sayyidah Mariyah al-Qitbhiyah
Setiap keturunan atau anak berasal dari ayahnya, namun khusus untuk keturunan Sayyidatuna Fathimah bersambung kepada Rasulullah merekalah keturunan Muhammad Saw.
Sebagaimana dalam hadits telah disebutkan bahwa Rasulullah bersabda: “Setiap anak yang dilahirkan ibunya bernasab kepada ayahnya, kecuali anak-anak dari Fathimah, akulah wali mereka, akulah nasab mereka dan akulah ayah mereka”, (HR Imam Ahmad).
Datar bacaan
Bahjatull Abid
1- نور اليقين فى سيرة المرسلين -15
2- الكتاب الفقية نهاية الزين -12
2. Sayyidah Fathimah Azzahra dan Ali bin Abi Thalib
Perkawinan Syyidatuna Fathimah dengan Sayyidina Ali bin Abi Thalib dikarunia 3 orang putra yaitu Hasan, Husain dan Muhsin, dari kedua cucu Nabi Hasan & Husain inilah telah lahir para anak cucu-dzuriat Nabi Saw yang hingga kini kita kenali dengan sebutan syarif, syarifah, sayyid, dan habib.
Menurut Artikel “Kekhususan Fatimah Azzahra yang menurunkan Nasab Rasulullah” Ahlul Bait diposting tgl 12/12/2013 menyatakan bahwa " Siti Fathimah ra mempunyai tiga orang putra dan dua orang putri :
- Hasan
- Husain
- Muhsin
- Ummu Kalsum dan
- Zainab.
Kemudian Ummu Kalsum ra kawin dengan Sayyidina Umar Ibnul Khattab ra dan Zainab ra kawin dengan Abdullah bin Ja’far bin Abi Thalib ra. Sedang Muhsin wafat pada usia masih kecil (kanak-kanak). Adapun Hasan ra dan Husain ra, maka dalam buku-buku sejarah dikenal sebagai tokoh-tokoh Ahlul Bait yang meneruskan keturunan Rasulullah Saw.
Diantara keistimewaan atau fadhelat Ikhtishas yang didapat oleh Siti Fathimah ra adalah, bahwa keturunannya atau Durriyyatnya itu disebut sebagai Dzurriyyah Rasulillah Saw atau Dzurriyyaturrasul.
Fathimah lahir satu tahun sebelum kenabian dan meninggal dunia enam bulan sesudah ayahnya Rasulullah SAW meninggal, yaitu pada malam Selasa tanggal 3 Ramadhan tahun 11 Hijriyah
Nama Fathimah berasal dari kata Fathman yang artinya sama dengan qath'an atau man'an, yang berarti 'memotong, memutuskan atau mencegah'. Ia dinamakan Fathimah karena Allah SWT mencegah dirinya dari api neraka, berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas bahwa Nabi bersabda: 'Sesungguhnya Fathimah adalah orang yang suci farajnya, maka Allah haramkan atas dia dan keturunannya akan api neraka.'
Al-Nasa’i meriwayatkan, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya putriku Fathimah ini adalah seorang manusia-bidadari. Dia tidak haid dan tidak pula mengeluarkan kotoran. Karena itulah ia dinamakan al-Zahra atau 'yang suci', sebab ia tidak pernah mengeluarkan darah, baik dalam haid maupun sesudah melahirkan (nifas). Pada saat melahirkan, ia mandi dan kemudian shalat sehingga ia tidak pernah luput dari melaksanakan shalat.
Adapun sebutan al-Batul baginya itu adalah karena ia merupakan wanita yang paling menonjol di masanya dalam hal keutamaan, agama dan keturunan.
Dikemukakan pula oleh al-Thabrani, bahwa Rasulullah SAW bersabda: " Tiap anak itu bernisbat kepada keturunan bapaknya, kecuali putra Fathimah, akulah wali mereka dan akulah ashabah mereka". Dalam riwayat lain yang sahih disebutkan: "Setiap anak itu mengikuti garis keturunan bapaknya kecuali anak-anak Fathimah , sebab akulah ayah mereka dan ashabah mereka".
Hadis Riwayat lain menyatakan:
وَقَوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْه وَسَلَّمَ :" لِكُلِّ بَنِىٍّ اَبٌ عُصْبَةٌ إلا ابني فاطمة فأنا و ليهما و عصبتهما *
Artinya: "Setiap anak laki-laki seorang ayah memiliki ashabah (penerima bagian ashabah), kecuali dua putera Fatimah, karena akulah wali keduanya dan ashabah mereka berdua." (HR Al-Hakim)
Hal mana sesuai dengan pengakuan Rasulullah saw,sendiri bahwa anak-anak Fathimah ra yakni Al Hasan dan Al Husain itu bernasab kepada beliau saw. Sehingga berbeda dengan orang-orang lain yang bernasab kepada ayahnya
Rasulullah Saw bersabda:
وَعَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : كُلُّ بَنِى اُنْثَى فَاِنَّ عُصْبَتَهُمْ لِاَبِيْهِمْ مَاخَلَاوَكَ فَاطِمَةُ فَاِنّيْ اَنَا عُصْبَتُهُمْ وَ اَنَااَبُوْهُمْ (رَوَاهُ الطَّبْرَنى)
Artinya “Semua bani Untsa (manusia) mempunyai ikatan keturunan ke ayahnya, kecuali anak-anak Fathimah, maka kepadakulah bersambung ikatan keturunan mereka dan akulah ayah-ayah mereka.” (HR. At Tabrani)
Dalam hadis dari Umar bin Khattab juga diterangkan:
عن النبي صلى الله عليه و سلم كل نسب و صهر ينقطع يوم القيامة إلا نسبى وصهرى (رواه اِبْنُ عَسَاكِيْرٍ)
Artinya: "Nabi shalallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Setiap nasab dan hubungan keluarga melalui perkawinan di hari Kiamat nanti akan putus, kecuali nasabku dan hubungan kekeluargaan melalui perkawinan denganku." (Riwayat Ibnu Asakir)
Menurut sejarah Islam ketika Muhammad saw diangkat menjadi Nabi dan rasul pada usia 40 tahun sekitar tahun 609 Masehi, Usia “Ali bin Abi Thalib sudah 8 tahun. Jadi “Ali bin Abi Thalib lahir tahun 601 Masehi. Dan dia menjabat Khalifah yang ke empat dari tahun 656 Masehi s.d tahun 661 Masehi. Ketika itu usia “Ali sekitar 55 tahun, Sayyidina “Ali Bin Abi Thalib wafat tahun 661 Masehi atau tahun ke 40 Hijeriah dengan usia 60 tahun.
Dalam Kitab Tanwirul Qulub dikatakan bahwa Sayyidina “Ali Bin Abi Thalib menjabat sebagai khalifatur Rasyidin ke Empat :
ويليه علي ابن أبي طالب كرم الله وجهه ومكث فى الخلافة أربلع سنين وتسعة أشهر وسبعة أيام
Maksudnya : “Kekuasaan atau wilayah Sayyidina “Ali Bin Abi Thalib Karramallah al Wajhah sebagai pemangku jabatan Khalifah yang ke Empat yakni Empat tahun, Sembilan bulan dan Tujuh hari dari tahun 656 Masehi sampai dengan tahun 661 Masehi.
Pada usia 6 tahun “Ali Bin Abi Thalib atau Haidarah diangkat anak oleh Rasulullah Saw, Sebenarnya isteri Abu Thalib yang bernama Fatimah memberi nama anaknya setelah lahir adalah dengan nama “HAIDARAH,( حيدارة) akan tetapi Abu Thalib ayahnya memberi nama “ALI”.
Setelah Sayyidina Ali Bin Abi Thalib atau Haidarah dewasa, ia dikawinkan dengan puteri Rasulullah Saw yang bernama Siti Fatimah. Dari perkawinan inilah Rasul Saw punya zurriyat keturunan. Maksud perkawinan inilah antara Sayyidina Ali dengan Siti Fatimah, maka mereka punya anak yaitu : Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husein.
- Hasan
- Husein Ibunya Siti Fathimah binti Rasul saw.
- Muhsin (meninggal waktu kecil)
- Muhammad al-Hanafiah (Menurut satu pendapat keluarga Ba Qasyir di Hadramaut adalah keturunannya)
- Abbas
- Usman Syahid bersama saudaranya Husein
- Abdullah Ibunya ummu Banin binti Hazam al-Kilabiyah
- Ja'far
- Abdullah
- Abu Bakar
- Yahya
- Aun
- Umar al-Akbar (Ibunya ummu Habibah al-Taghlibiyah)
- Muhammad al-Ausath (Ibunya Amamah binti Abi Ash)
- Muhammad al-Asghor
- Hasan,
- Husain,
- Muhammad al-Hanafiyah,
- Abbas al-Kilabiyah dan
- Umar al-Tsa'labiyah.
- Zainab,
- Ummu Kulsum,
- Ruqoyah,
- Ummu Hasan
- Ramlah al-Kubra,
- Ummu Hanni,
- Ramlah al-Sughro,
- Ummu Kulsum al-Sughro,
- Fathimah,
- Amamah,
- Khadijah,
- Ummu Khair,
- Ummu Salmah,
- Ummu Ja'far,
- Jamanah
- الطبقات الكبرى الجزء الأول
-19
2 - الطبقات الكبرى الجزء الأول
-21
3. Husain bin Fatimah az-Zahra bini Muhammad Rasulullah Saw .
(الحسين بن علي بن أﺑﻲ طالب)
a. Sayyidina Al-Husain bin ‘Alī Lahir
Al-Husain bin ‘Alī bin Abī Thālib adalah putra Ali bin Abi Thalib
dan Fatimah az-Zahra dan cucu Nabi. Dia dianggap oleh Syiah sebagai Imam ketiga
Syiah dan ayah dari dinasti Imam Syiah dari Dua Belas Imam dari Ali bin Husain
hingga Mahdi.
Husain dilahirkan 10
Januari 626 atau (3 Sya'ban 4 H) di Madinah, Hijaz, Arabia.
b. Sayyidina Al-Husain bin ‘Alī menikah
Pasangan isterinya bernma :
Shahrbanu Ummu Rubab Ummu Layla Ummu Ishaq
Pasangan suami-isteri Husain bin Ali dengan Shahrbanu Ummu Rubab,
Ummu Layla, dan Ummu Ishaq (isteri-isteri) tersebut menurunkn 12 orang Anak
Adapun Putra-Putri Sayyidina Husein bin Fatimah Az-Zahra atau
Buyut-buyut Muhammad Rasulullah SAW.
- Ali Al-Akbar
- Ali Zainal Abidin
- Abdullah Al-Ashgar
- Sukainah
- Fatimah
- Ja'far
- Muhammad
- Muhsin
- Zainab
- Ruqayyah
- Shafiyyah
- Khawlah.
Sayyidina Husein (Abu Abdillah) adalah cucu dan buah hati
Rasulullah. Ia lahir pada hari kelima dari bulan Sya'ban tahun keempat
hijriyah.
Al-Hakim mengemukakan sebuah hadits dalam kitab sahihnya, yang
bersumber dari sahabat Yahya al-'Amiri, bahwa Rasulullah SAW bersabda: "
Husein dariku dan aku dari Husein. Ya Allah cintailah orang yang mencintai
Husein. Husein adalah salah seorang asbath."
Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban, Ibnu Sa'ad, Abu Ya'la serta Ibnu
Asakir dari Jabir bin Abdullah: "Saya telah mendengar Rasulullah bersabda:
'Barangsiapa suka melihat seorang pemimpin para pemuda ahli surga, maka
hendaklah ia melihat kepada Husein bin Ali.'"
c. Sayyidina Al-Husain bin ‘Alī Wafat
Ia juga dikenal dengan nama panggilannya, Aba Abdullah. Husain
terbunuh pada hari Asyura dalam pertempuran Karbala, dan karena alasan ini kaum
Syiah juga memanggilnya Sayyidus Syuhadaa (penguasa para syuhada).
Meninggal/wafat 10 Oktober 680 (umur 54) (10 Muharram 61 H)
Menurut mereka, Husain bukanlah pemberontak sembarangan yang mengorbankan
hidupnya dan keluarganya untuk keuntungan pribadi. Dia berdiri melawan
penindasan. Dia tidak melanggar perjanjian damai dengan Muawiyah, tetapi
menolak untuk berjanji setia kepada Yazid. Seperti ayahnya, dia percaya bahwa
Tuhan telah memilih Ahlul Bait untuk memimpin umat Muhammad, dan dia merasa
berkewajiban untuk memimpin dengan datangnya surat-surat kaum Kufi. Namun, dia
sengaja tidak mencari kesyahidan
Peperangan Karbala, Kekhalifahan Umayyah, Sebab meninggal Dipancung saat Pertempuran Karbala
Sayyidina Husein gugur sebagai syahid, pada hari Jum'at, hari
kesepuluh (Asyura) dari bulan Muharram, tahun enam puluh satu Hijriyah di
padang Karbala –suatu tempat di Iraq yang terletak antara Hulla dan Kuffah.
Ibnu Hajar memberitahukan sebuah hadits dari suatu sumber yang
diriwayatkan dari Ali, bahwa Rasulullah SAW telah bersabda " Pembunuh
Husein kelak akan disiksa dalam peti api, yang beratnya sama dengan siksaan
separuh penduduk dunia."
Abu Na'im meriwayatkan bahwa pada hari terbunuhnya Sayyidina Husein,
terdengar Jin meratap dan pada hari itu juga terjadi gerhana matahari hingga
tampak bintang-bintang di tengah hari bolong. Langit di bagian ufuk menjadi
kemerah-merahan selama enam bulan, tampak seperti warna darah.
Sayyidina Husein sungguh telah memasuki suatu pertempuran
menentang orang yang bathil dan mendapatkan syahidnya di sana. Menurut
al-Amiri, Sayidina Husein dikarunia 6 anak laki-laki dan 3 anak perempuan. Dan
dari keturunan Sayyidina Husein yang meneruskan keturunannya hanya Ali al-Ausath
yang diberi gelar 'Zainal Abidin'. Sedangkan Muhammad, Ja'far, Ali al-Akbar,
Ali al-Ashgor , Abdullah, tidak mempunyai keturunan (ketiga nama terakhir gugur
bersama ayahnya sebagai syahid di karbala). Sedangkan anak perempuannya adalah:
Zainab, Sakinah dan Fathimah.
Julukan Husain yang terkenal adalah "Sarullah",
"Safin al-Najah" (kapal penyelamat), "Aba Abdullah",
"Sayyid Syabab dari ahlul janah" (penguasa pemuda surga), "yang
tertindas" dan "Sayyid syahada "(penguasa para martir).
Bacaan
Artikel “Nasab AHLU-BAIT Nabi dari Keluarga Alawiyin ’
https://ahlulbaitrasulullah.blogspot.com/2012/09/nasab-ahlu-bait-nabi-dari-keluarga.html
Artikel “Husain bin Ali” Dari Wikipedia bahasa Indonesia,
ensiklopedia bebas
Sayyidus Syuhadaa
https://id.wikipedia.org/wiki/Husain_bin_Ali
4. Imam Ali bin Husain bin Fatimah az-Zahra binti Muhammad Saw
Biografi
Ali bin Husain bin Ali
bin Abi Thalib as yang masyhur dengan Imam Sajjad as atau Imam Ali Zainal
Abidin as adalah Imam Keempat Syiah dan putra dari Imam Husain as. Berdasarkan
pendapat yang masyhur ia lahir pada tahun 38 H. Namun berdasarkan
riwayat-riwayat lain, kelahiran imam ke-4 Syiah diyakini terjadi sekitar tahun
36 atau 37 H atau 48 H. Oleh karena itu, ia mengalami sebagian masa kehidupan
Imam Ali as dan juga periode keimamahan Imam Hasan Mujtaba as dan Imam Husain
as. Terkait hari lahirnya Imam Sajjad as terjadi perbedaan pendapat. Sebagian
peneliti menyebutkan hari Kamis 15 Jumadil Akhir sebagai hari lahirnya. Irbili
meyakini hari lahir beliau tanggal 5 Syakban. Ada juga yang meyebutkan tanggal
9 Syakban.
Nama dan nasab ibunya termasuk dari masalah-masalah yang kontroversial. Syekh al-Mufid menyebutkan nama ibu Imam Sajjad as adalah Syahzanan putri Yazdger, putra Syahriyar bin Kisri dan Syekh al-Shaduq meyakini bahwa ia adalah putri Yazdgerd, putra seorang raja Iran, yang meninggal dunia saat melahirkan.
Julukan dan Gelar
Julukan-julukan yang
diberikan kepala Ali bin Husain as adalah Abu al-Hasan, Abu al-Husain, Abu
Muhammad dan Abu Abdillah.Sementara gelar-gelarnya adalah Zainal Abidin, Sayid
al-Sajidin, Sajjad, Hasyimi, 'Alawi, Madani, Qurasyi dan Ali Akbar. Gelar lain
yang diberikan kepadanya adalah Dzu al-Tsafinat, karena ia memiliki tanda di
bagian tubuhnya yang sering dipakai sujud, hingga lututnya seperti lutut unta
yang keras dan tebal sebagai akibat dari bekas ibadah dan salatnya yang
banyak.Imam Sajjad as pada zamannya terkenal dengan sebutan Ali al-Khair, Ali
al-Ashgar dan Ali al-'Abid.
Syahadah
Tanggal kesyahidan Imam
Sajjad as tidak diketahui secara detail. Sebagian peneliti meyakini terjadi
pada tahun 94 H dan yang lain menyakinya tahun 95 H. Mengenai hari
kesyahidannya pun terjadi perselisihan pendapat; misalnya hari Sabtu 12
Muharram dan 25 Muharram. Laporan-lopran lain juga terlihat dalam beberapa
sumber seperti tanggal 18, 19 dan 22 Muharram.
Imam Sajjad ra syahid diracuni
atas perintah Walid bin Abd al-Malik. Ia dikuburkan di Pemakaman Baqi' di
samping makam Imam Hasan al-Mujtaba ra, Imam Muhammad al-Baqir ra dan Imam
Ja'far al-Shadiq ra.
Imamah
Keimamahan Imam Sajjad
as bermula dengan kesyahidan Imam Husain as pada peristiwa Asyura tahun 61
H/681 dan berlanjut hingga masa kesyahidannya, yakni tahun 94 atau 95 H.
Dikatakan masa keimamahannya 34 tahun.
Berdasarkan
riwayat-riwayat yang tegas dalam sumber-sumber hadis Syiah, Imam Sajjad as
merupakan pengganti dan washi Husain bin Ali ra. Dalam hadis-hadis yang dinukil
dari Rasulullah saw tentang nama-nama para Imam Syiah, nama Imam Sajjad as juga
disebutkan diantara nama-nama tersebut. Para teolog Syiah seperti Syekh
al-Mufid menyakini bahwa keutamaan ilmu Imam Sajjad as atas orang lain setelah
ayahnya merupakan dalil pertama atas keimamahannya.
Para penguasa pada masa
Imam Sajjad ra antara lain adalah: Yazid bin Muawiyah (61-64 H/681-684),
Abdullah bin Zubair (61-73 H/681-694), yang menjadi penguasa Mekah secara mandiri,
Muawiyah bin Yazid (berkuasa hanya beberapa bulan pada tahun 64 H/684),Marwan
bin Hakam (berkuasa sembilan bulan pada tahun 65 H/685), Abdul Malik bin Marwan
(65-86 H/685-705), dan Walid bin Abdul Malik (86-96 H/705-715).
Peristiwa Karbala dan
Penawanan
Ketika terjadi peristiwa
Karbala dan pada hari ketika Imam Husain as dan para sahabatnya syahid, Imam
Ali bin Husain as sedang sakit parah. Sehingga ketika para musuh hendak
membunuhnya, sebagian dari mereka berkata, "Cukuplah baginya dengan sakit
yang dideritanya ini."
Kufah
Setelah Tragedi Karbala,
seluruh keluarga Imam Husain ra ditawan dan dibawa ke Kufah dan Syam. Ketika
tawanan dibawa dari Karbala ke Kufah, leher Imam Sajjad as diberi belenggu
dengan Jamah, yaitu semacam belenggu atau borgol yang mengunci dan mengikat
tangan serta leher secara bersamaan. Karena sakit dan tidak bisa menjaga
dirinya di atas punggung unta, kedua kaki Imam Sajjad ra diikatkan ke perut
unta.
Sebagian sejarawan
mengatakan Imam Sajjad ra. membacakan sebuah khutbah di Kufah. Namun, karena
keadaan Kufah dan pengekangan serta ketidakramahan para prajurit pemerintah
yang berkuasa, juga rasa takut penduduk Kufah terhadap mereka dan sikap tidak
bersahabat, maka khutbah yang penuh informasi itu sulit diterima. Selain itu, disebutkan
bahwa isi khutbah yang disampaikannya sama dengan khutbahnya di masjid
Damaskus. Oleh karena itu, dengan bergulirnya masa ada kemungkinan para
periwayat mencampuradukkan kejadian-kajadian tersebut.
Ibnu Ziyad memenjarakan
Imam Sajjad ra dan para tawanan Karbala. Dia mengirim surat ke Syam dan meminta
perintah Yazid selanjutnya. Yazid membalas suratnya supaya para tawanan dan
kepala para syuhada Karbala dibawa ke Syam. Ibnu Ziyad merantai Imam Sajjad ra
dan memasang belenggu di lehernya. Para tawanan Karbala pun dibawa ke Syam
dengan pengawalan Muhaffar bin Tsa'labah.
Syam
Imam Sajjad ra
memberikan khutbah di masjid Syam. Ia memperkenalkan dirinya, ayahnya dan
kakeknya kepada masyarakat Syam. Ia juga mengatakan bahwa apa yang dikatakan
oleh Yazid dan orang-orangnya adalah tidak benar. Ayahnya bukanlah orang asing,
dan ia tidak hendak menyerang orang Islam serta menyebarkan fitnah di negeri
Islam. Ia bangkit untuk kebenaran dan atas undangan umat dengan menghilangkan
bid'ah-bid'ah dalam agama, sehingga kesucian masa Rasulullah saw pun bisa
disampaikan.
Kembali ke Madinah
Menurut catatan Syekh
al-Mufid, akhirnya keluarga Imam Husain as pada hari Arbain bergerak dari Syam
menuju Madinah. Imam Sajjad ra. hidup selama 34 tahun setelah Peristiwa Karbala.
Selama itu pula ia berusaha terus menghidupkan dan menjaga ingatan terhadap
para syuhada Karbala. Setiap minum air ia selalu mengingat ayahnya, dan
senantiasa menangisi musibah yang menimpa Imam Husain ra.
Diriwayatkan dari Imam
al-Shadiq ra, "Imam Zainal Abidin as menangis untuk ayahnya selama 40
tahun. Ia setiap hari berpuasa dan setiap malamnya melakukan salat. Ketika
berbuka puasa, pembantunya membawakan air dan makanan untuknya dan berkata,
"Silakan Tuan!" Imam Zainal Abidin ra berkata, "Putra Rasulullah
saw terbunuh dalam keadaan lapar! Putra Rasulullah terbunuh dalam kondisi
kehausan!" Kalimat ini diulang-ulangnya dan ia menangis sedemikian rupa
sehingga air matanya bercampur dengan air minum dan makanannya. Hal ini terus
menimpanya hingga ia meninggal dunia.”
Sayyidina Ali Zainal
Abidin ialah seorang yang kekhusyu'annya dalam wudhu', shalat dan ibadah
sangatlah menakjubkan. Dalam sehari semalam ia shalat (sunnah) seribu raka'at,
yang ia kerjakan sampai akhir hayatnya. Ia sangat takut kepada Allah,
sampai-sampai bila ia berwudhu' maka menjadi pucat dan gemetarlah seluruh
anggota badannya. Ketika ditanya, kenapa tuan menjadi demikian? Ia menjawab:
Tahukah kalian di hadapan siapakah aku akan berdiri?
Ia juga dikenal dengan
sebutan al-Sajjad (yang banyak sujud).
Imam Ali Zainal Abidin bin Husain bin Fatimah az-Zahra binti Muhammad Saw
(علي بن الحسين بن علي بن أبي طالب)
Imam Ali Zainal Abidin
ra. lahir Kamis, tanggal 5 Sya'ban 38 H/658, Ia lahir kota Madinah al
Munawwaraah yaitu pada masa pemerintahan kakeknya Khaliah Ali bin Abi Thalib.
Ayahnya bernama Imam Husain bin Fatimah az-Zahra binti
Muhammad Saw.sedangkan Ibunya bernama
Syahr Banu binti Yazdgerd
Berdasarkan pendapat
yang masyhur ia lahir pada tahun 38 H. Namun berdasarkan riwayat-riwayat lain,
kelahiran imam ke-4 Syiah diyakini terjadi sekitar tahun 36 atau 37 H atau 48
H. Sebagian peneliti menyebutkan hari Kamis 15 Jumadil Akhir sebagai hari
lahirnya. Irbili meyakini hari lahir beliau tanggal 5 Syakban. Ada juga yang
meyebutkan tanggal 9 Syakban.
Saudara kandung Imam Ali Zainal Abidin bin Husain bin Fatimah
az-Zahra binti Muhammad Saw berjumlah 5 orang yang bernama : Ali Akbar as • Ali Asghar • Ja'far dan Sukainah
• Fatimah
Imam Ali Zainal Abidin menikahi sepupunya sendiri an. Fatimah binti Hasan bin Ali , Pasangan atau isterinya bernama : Fatimah binti Hasan bin Fatimah az-Zahra binti Muhammad Saw.
Kedua Pasangan suami-isteri
ini punya keturunan Putra : Muhammad al
Baqir
Disebutkan bahwa anak Ali
Zainal Abidin (Imam Sajjad as) berjumlah 15 orang (11 laki-laki dan 4
perempuan) antara lain :
- Muhammad al Baqir dan
- Abdullah,
- Hasan
- Husain Akbar
- Zaid (Sohibul Mazhab Syi'ah Zaidiyah, dan ia mempunyai anak Isa dan Yahya)
- Umar al-Asyrof
- Husain al Ashgar (Ibunya bernama Sa'adah) ia mempunyai anak
- Abdurahman
- Sulaiman
- Ali Ibunya bernama Zajlan
- Muhammad Ashgar dan Putri
- Khadijah •
- Fathimah •
- 'Illiyah •
- Ummu Kultsum
Anak dan Istri
Imam setelahnya (Imam Ali bin Husain) adalah Imam Muhammad al-Baqir bin Imam Ali
bin Husain bin Fatimah az-Zahra binti
Muhammad Saw
Dalam sumber data sejarah
disebutkan anak Imam Sajjad as berjumlah 15 orang (11 laki-laki dan 4
perempuan). Adapun nama-nama istri dan anak Imam Ali Zainal Abidin menurut
Syekh Mufidistrin dan Syekh Thabarsi dan lainnya sebagai berikut :
Isteri Nasab Anak
a.Ummu Abdillah putri Imam Hasan ra punya 1 anak
an. 1. Imam Muhammad al-Baqir as
b.Ummu Abdillah ia Seorang Pembantu rumah tangga punya 3 anak an.
1.Abdullah, 2.Hasan dan 3.Husain Akbar
c. Ummu Jida ia Seorang Pembantu rumah tangga punya 2 anak an. 1. Zaid
dan 2.Umar al-Asyrof
d. Ummu Sa'adah. Ia
Seorang Pembnatu rumah tangga punya 3 anak an. 1.Husain Asghar, 2.Abdurrahman dan 3.Sulaiman
e. Ummu Zajlan ia
Seorang Pembantu rumah tangga punya
2 anak an. 1.Ali dan 2.Khadijah
f. ………………..
ia Seorang Pembantu rumah tangga punya 1 anak an. 1.Muhammad Asghar
Lakab Zainal Abidin •
Sayid al-Sajidin • Dzu al-Tsafanat • Al-Sajjad
Imam-Imam Syiah
Ali, al-Hasan,
al-Husain, al-Sajjad, al-Baqir, al-Shadiq, al-Kazhim, al-Ridha, al-Jawad,
al-Hadi, al-Askari, al-Mahdi
Menurut penjelasan
Artikel “Imam Ali Zainal Abidin as” https://id.wikishia. net/view/Imam_Ali_Zainal_Abidin_as
bahwa dikatakan :
Imam Ali Zainal Abidin
ra. lahir Kamis, tanggal 5 Sya'ban 38 H/658, Ia lahir Madinah yaitu pada masa
pemerintahan kakeknya Ali Bin Abi Thalib.
Ali bin Husain bin Ali
bin Abi Thalib as yang terkenal dengan
sebutan Imam Sajjad dan Zainal Abidin adalah Imam Keempat Syiah (38-94
H/658-714). Ia menjadi imam selama 35 tahun. Ia hadir pada Peristiwa Karbala,
akan tetapi ia tidak turut berperang karena sakit. Pasukan Umar bin Saad paska
kesyahdian Imam Husain as membawanya ke Kufah dan Syam bersama rombongan
tawanan Karbala. Pidato Imam Sajjad as di Syam menyebabkan masyarakat paham
tentang kedudukan Ahlulbait.
Peristiwa Harrah,
Kebangkitan Thawwabin (orang-orang yang taubat) dan Kebangkitan Mukhtar terjadi
pada masa Imam Sajjad as. Kumpulan doa-doa dan munajat-munajatnya terbukukan
dalam kitab Shahifah Sajjadiyah. Risalah al-Huquq yang merupakan panduan buku
kecil mengenai tugas-tugas (takalif) para hamba di hadapan Tuhan dan makhluk
adalah karyanya.
Sayyidina Ali Zainal
Abidin wafat
Sayyidina Ali Zainal
Abidin wafat pada tahun 94 Hijriyah, dalam usia 58 tahun dan Ia wafat syahid 20
Muharam 95 H/714 dimakamkan di
Pemakaman Baqi.
Menurut riwayat-riwayat
Syiah, Imam Sajjad as mati syahid karena racun yang diberikan kepadanya atas
perintah Walid bin Abdul Malik. Ia dimakamkan di komplek pekuburan Baqi di
samping kubur Imam Hasan al-Mujtaba as, Imam Muhammad al-Baqir as dan Imam
Ja'far al-Shadiq as.
Imam Sajjad as memiliki
banyak keutamaan. Misalnya ibadah dan bantuannya kepada orang-orang fakir
banyak dilaporkan. Di sisi Ahlusunah, beliau juga memiliki kedudukan tinggi dan
mereka menyanjung keilmuan, ibadah dan wara'nya.
Jannatul Baqi Sebelum
Penghacuran oleh Rezim Saudi
Sumber Data :
Artikel “Imam Ali Zainal
Abidin as” https://id.wikishia.net/view/Imam_Ali_Zainal_Abidin_as
Artikel “Nasab AHLU-BAIT Nabi dari Keluarga Alawiyin ’
https://ahlulbaitrasulullah.blogspot.com/2012/09/nasab-ahlu-bait-nabi-dari-keluarga.html
5. Imam Muhammad
al-Baqir.
( محمد ألباقر إبن علي)
a.Muhammad al-Baqir lahir
Dia lahir pada tanggal 1
Rajab 57 Hijriyah, di Madinah. Riwayat lain menyebutkan bahwa Beliau dilahirkan
pada tahun 59 Hijriyah. Ayahnya adalah Imam Ali Zainal Abidin dan ibunya adalah
Fatimah binti Hasan bin Ali. Dia mendapatkan penghormatan yang tinggi di
kalangan Sunni karena pengetahuan agamanya
Muhammad al-Baqir bin Ali
bin Husain (676–743), adalah Ahlul Bait Nabi, cicit Imam Ali, cucu Husain, dan
imam ke-5 dalam tradisi Syi'ah Imamiyah, sedangkan menurut Ismailiyah, ia
merupakan imam ke-4.
Imam Muhammad al-Baqir
adalah seorang 'arif billah yang sangat luas ilmunya. Ia mendapatkan gelar
'al-Baqir' karena ia telah baqqara (membelah) ilmu, sehingga ia dapat
mengetahui asal dan rahasia ilmu. Masa kehidupannya penuh dengan
pekerjaan-pekerjaan besar, di antaranya dibukanya lembaga-lembaga keilmuan,
pembahasan ilmiah dan sastra.
Berdasarkan ijma' Bukhari
dan Muslim putera Muhammad al-Baqir,tiga orang yang punya keturunan yaitu:
- Ja'far al-Shadiq
- Abdullah meninggal di waktu kecil
- Ibrahim meninggal di waktu kecil
- Zaid ( tidak mempunyai keturunan)
- Ali
- Abdullah
Keturunan Muhammad al-Baqir
hanya melalui Ja'far al-Shadiq. Maka orang yang mengaku bernasab kepada
Muhammad al-Baqir tanpa melalui Ja'far al-Shadiq adalah seorang pendusta.
b.Istri dan Anak Muhammad al-Baqir
Sumber riwayat menyebutkan bahwa istri dan anak Imam Baqir as. Antara lain :
- Ummu Farwah binti Qasim bin Muhmmad sebagai istri Imam Baqir as. Ia adalah ibu dari Imam Ja’far Shadiq as. Dan Abdullah as
- Ummu Hakim putri Usaid Tsaqafi juga disebut sebagai istri Imam Muhammad Baqir as yang kemudian melahirkan dua putra Imam Baqir as. Yaitu : Iberahim dan Ubaidillah
- Ummu ……. Imam juga memiliki istri lainnya dari pembantu rumah tangga yang melahirkan dua orang anak an. Ali dan Zainah
- Ummu ……. istri keempat dari Imam Muhammad Baqir as seorang pembantu rumah tangga, yang melahirkan 1 orang anak an. Ummu Salamah.
c.Keturunan
Imam Baqir as
Keturunan
Imam Baqir as berjumlah tujuh orang, yaitu lima laki-laki dan dua perempuan.
dan mereka itu adalah:
- Ja'far al-Shadiq
- Abdullah, Ummu Farwah binti Qasim bin Muhammad adalah ibu bagi kedua putra Imam diatas.
- Ibrahim
- Ubaidillah, Ummu Hakim binti Usaid Tsaqafi adalah ibu dari kedua putra Imam diatas dan dari kedua putranya tidak memiliki keturunan.
- Ali
- Zainab, ibu keduanya adalah seorang wanita sahaya.
- Ummu Salamah, ibunya juga adalah seorang wanita sahaya.
d.Muhammad al-Baqir
wafat
Imam Muhammad al-Baqir
bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Fatimah az-Zahra binti Muhammad Saw, ia
hidup antara tahun (676–743) Masihim usia 67 tahun. Ia Meninggal
tanggal 7 Zulhijjah 114 H ≈ 743 Masehi, Dikuburkan dipemakaman Jannatul
Baqi, Madinah
Daftar Bacaan :
- Artikel “Nasab AHLU-BAIT Nabi dari Keluarga Alawiyin https://ahlulbaitrasulullah.blogspot.com/2012/09/nasab-ahlu-bait-nabi-dari-keluarga.html
- Artikel "Muhammad al-Baqir" Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas https://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_al-Baqir
- Artikel "Imam Muhammad al-Baqir as" dari Wikisia https://id.wikishia.net/view/Imam_Muhammad_al-Baqir_as
- Artikel "Sejarah dan Nasab Ahlul Bait Nabi Saw dari Keluarga Datu Habib Lumpangi Alawiyiin” https://draft.blogger.com/blog/post/edit/1776103061266680536/5246194748983253569
J6. Ja'far ash-Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Fatimah az-Zahra binti Muhammad Saw
a. Ja'far ash-Shadiq Lahir
Ja'far ash-Shadiq lahir di Madinah pada tanggal 17 Rabiul
Awwal 83 Hijriyah / 20 April 702 Masehi
Ia merupakan anak sulung dari sepasang suami-isteri
Muhammad al-Baqir dengan Fatimah atau Ummu Farwah (beberapa riwayat menyatakan bahwa
Ummu Farwah) binti al-Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar. Melalui garis ibu, ia
dua kali merupakan keturunan Abu Bakar, karena al-Qasim menikahi putri
pamannya, Abdurahman bin Abu Bakar.
b. Kehidupan awal Ja'far ash-Shadiq
Sejak kecil hingga berusia sembilan belas tahun, ia
dididik langsung oleh ayahnya. Setelah kepergian ayahnya yang syahid pada tahun
114 H, ia menggantikan posisi ayahnya sebagai Imam bagi kalangan Muslim Syi'ah.
Pada masa remajanya, Ja'far ash-Shadiq, turut menyaksikan
kejahatan dinasti Bani Umayyah seperti Al-Walid I (86-89 H) dan Sulaiman (96-99
H). Kedua-dua bersaudara inilah yang terlibat dalam konspirasi untuk meracuni
Ali Zainal Abidin, pada tahun 95 Hijriyah. Saat itu Ja'far ash-Shadiq baru
berusia kira-kira 12 tahun. Ia juga dapat menyaksikan keadilan Umar II (99-101
H). Pada masa remajanya Ja'far ash-Shadiq menyaksikan puncak kekuasaan dan
kejatuhan dari Bani Umayyah.
c. Julukan Ja'far ash-Shadiq
Ja'far ash-Shadiq (Bahasa Arab: جعفر الصادق),
nama lengkapnya adalah Ja'far bin Muhammad bin Ali bin Husain bin Ali bin Abu
Thalib, adalah Imam ke-6 dalam tradisi Syi'ah maupun sunni. Ja'far yang juga
dikenal dengan julukan Abu Abdillah Ia merupakan ahli ilmu agama dan ahli hukum
Islam (fiqih).
Aturan-aturan yang dikeluarkannya menjadi dasar utama
bagi mazhab Ja'fari atau Dua Belas Imam; ia pun dihormati dan menjadi guru bagi
kalangan Sunni karena riwayat yang menyatakan bahwa ia menjadi guru bagi Abu
Hanifah (pendiri Mazhab Hanafi) dan Malik bin Anas (pendiri Mazhab Maliki).
Perbedaan tentang siapa yang menjadi Imam setelahnya menjadikan mazhab
Ismailiyah berbeda pandangan dengan mazhab Dua Belas Imam.
Keturunan Musa
al-Kadzim (pengganti Imamiyah)
Isma'il bin Ja'far (pengganti Ismailiyah) Saudaranya
Isma’ll adalah
Abdullah al-Aftah, Ishaq, Ali (gelarnya al-Uraidhi), al-Abbas,
Muhammad, Fatimah, Ummu Farwah, Asmaa
d.Ja'far ash-Shadiq Wafat
Ja'far ash-Shadiq meninggal pada tanggal 25 Syawal 148
Hijriyah / 13 Desember 765 M. dimakamkan di Pemakaman Baqi', Madinah. Ia
dimakamkan berdekatan dengan Hasan bin Ali, Ali Zainal Abidin, dan ayahnya
Muhammad al-Baqir.
Karena meninggalnya Ja'far ash-Shadiq menurut riwayat dari
kalangan Syi'ah, dengan diracun atas perintah Khalifah Mansur al-Dawaliki dari
Bani Abbasiyah.
Mendengar berita meninggalnya Ja'far ash-Shadiq,
Al-Mansur menulis surat kepada gubernur Madinah, memerintahkannya untuk pergi
ke rumah Imam dengan dalih menyatakan belasungkawa kepada keluarganya, meminta
pesan-pesan Imam dan wasiatnya serta membacanya. Siapapun yang dipilih oleh
Imam sebagai pewaris dan penerus harus dipenggal kepalanya seketika. Tentunya
tujuan Al-Mansur adalah untuk mengakhiri seluruh masalah keimaman dan aspirasi
kaum Syi'ah. Ketika gubernur Madinah melaksanakan perintah tersebut dan
membacakan pesan terakhir dan wasiatnya, ia mengetahui bahwa Imam telah memilih
empat orang dan bukan satu orang untuk melaksanakan amanat dan wasiatnya yang
terakhir; yaitu khalifah sendiri, gubernur Madinah, Abdullah Aftah putranya
yang sulung, dan Musa al-Kadzim putranya yang bungsu. Dengan demikian rencana
Al-Mansur menjadi gagal.
Keluarga
Ia memiliki saudara seibu yang bernama Abdullah bin
Muhammad. Sedangkan saudara lainnya yang berlainan ibu adalah Ibrahim dan
Ubaydullah yang beribukan Umm Hakim binti Asid bin al-Mughirah. Ali dan Zaynab
beribukan wanita hamba sahaya, dan Umm Salamah juga beribukan wanita hamba
sahaya.
Keturunan Ja'far ash-Shadiq
Anak laki-laki
Memiliki keturunan selanjutnya:
1. Isma'il
al-Aaraj (Imam ke-7 menurut Ismailiyah)
1. Muhammad
al-Maktum
1. Isma'il
ats-Tsani
2. Ja'far
al-Akbar
2. 'Ali
1. Muhammad
2. Musa
al-Kadzim (Imam ke-7 menurut Dua Belas Imam)
1. 'Ali
al-Ridha
2. Ibrahim
al-Mujtaba
3. al-'Abbas
4. al-Qasim
5. Isma'il
6. Ja'far
7. Harun
8. 'Ala'uddin
Husain, ia syahid di Syiraz, Iran.
9. Ahmad
bin Musa, dikenal pula dengan julukan Syah Chiragh. Ia syahid di Syiraz, Iran.
10. Muhammad
al-'Abid
11. Hamzah
12. 'Abdullah
13. Ishak
14. 'Ubaidillah
15. Zaid
16. Hasan
17. al-Fadhl
18. Sulaiman
3. Ishaq
al-Mu'taman
1. Muhammad
2. Hasan
3. Husain
4. Muhammad
al-Dibaj,
Muhammad al-Dibaj, yang mendeklarasikan dirinya sebagai
Amirul Mukminin setelah Salat Jumat pada tanggal 6 Rabiul akhir 200 Hijriyah,
dan kemudian berperang melawan Khalifah Abbasiyah pada saat itu, al-Ma'mun,
tetapi dengan cepat ia tertangkap dan dibawa ke Khurasan.
Asy-Syarif Ahmad bin Muhammad Sholih al-Baradighi
mengatakan bahwa nasab para sayyid/ syarif di Hadramaut berpangkal pada nasab
Imam Ja'far al-Shadiq melalui Muhammad bin Ali Uraidhi. Ia diberi gelar gelar
'al-Shadiq' karena kebenarannya dalam kata-katanya. Ia juga diberi nama '
Amudusy-Syaraf ' (tiang kemuliaan).
Ibundanya ialah Furwah binti Qasim bin Muhammad bin Abu
Bakar al-Shiddiq. Sedangkan ibunda Furwah ialah Asma binti Abdurahman bin Abu
Bakar al-Shiddiq. Ia pernah berkata: Aku dilahirkan al-Shiddiq dua kali!. Imam
Ja'far al-Shaddiq mempunyai keturunan anak:
Versi lain menyebutkan bahwa Keturunan Ja'far ash-Shadiq
bin Muhammad Baqir as adalah
- Qasim
- Abdullah
- Abbas
- Yahya
- Muhsin Tidak mempunyai keturunan
- Ja'far
- Hasan
- Muhammad al-Ashgor Sedangkan yang memberi keturunan
- Ismail al-Aaraj Imam ke-7 (Sohibul Mazhab Syi'ah Ismailiyah)
- Muhammad al-Akbar (gelarnya al-Dibaj)
- Ishaq (gelarnya al-Mu'taman)
- Musa al-Kadzim
- Ali (gelarnya al-Uraidhi Ali al-Uraidhi, adalah putra bungsu Imam Shadiq as. Dia menukil riwayat dari saudaranya, Imam Musa bin Ja'far as dan Imam Ridha as.Ali bin Ja'far adalah salah satu anak Imam Shadiq as, nama ibunya adalah Ummu Walad. Dikatakan bahwa dia berusia 2 tahun ketika Imam Shadiq as menemui kesyahidan (W. 148 H),[ menetap di desa Uraidh dekat Madinah.
- Fatimah binti Ja'far
- Asma binti Ja'far
- Ummu Farwah binti Ja'far
Masa keimaman
Situasi politik pada
zaman itu sangat menguntungkannya, sebab di saat itu terjadi pergolakan politik
di antara dua kelompok yaitu Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah yang saling
berebut kekuasaan. Dalam situasi politik yang labil inilah Ja'far ash-Shadiq
mampu menyebarkan dakwah Islam dengan lebih leluasa. Dakwah yang dilakukannya
meluas ke segenap penjuru, sehingga digambarkan muridnya berjumlah empat ribu
orang, yang terdiri dari para ulama, para ahli hukum dan bidang lainnya
seperti, Abu Musa Jabir Ibn Hayyan, di Eropa dikenal dengan nama Geber, seorang
ahli matematika dan kimia, Hisyam bin al-Hakam, Mu'min Thaq seorang ulama yang
disegani, serta berbagai ulama Sunni seperti Sofyan asauri, Abu Hanifah
(pendiri Mazhab Hanafi), al-Qodi As-Sukuni, Malik bin Anas (pendiri Mazhab
Maliki) dan lain-lain.
Di zaman Imam Ja'far,
terjadi pergolakan politik dimana rakyat sudah jenuh berada di bawah kekuasaan
Bani Umayyah dan muak melihat kekejaman dan penindasan yang mereka lakukan
selama ini. Situasi yang kacau dan pemerintahan yang mulai goyah dimanfaatkan
oleh Bani Abbasiyah yang juga berambisi kepada kekuasaan. Kemudian mereka
berkampanye dengan berkedok sebagai "para penuntut balas dari Bani
Hasyim".
Bani Umayyah akhirnya
tumbang dan Bani Abbasiyah mulai membuka kedoknya serta merebut kekuasaan dari
Bani Umayyah. Kejatuhan Bani Umayyah serta munculnya Bani Abbasiyah membawa
babak baru dalam sejarah. Selang beberapa waktu, ternyata Bani Abbasiyah
memusuhi Ahlul Bait dan membunuh pengikutnya. Imam Ja'far juga tidak luput dari
sasaran pembunuhan. Pada 25 Syawal 148 H, Al-Mansur membuat Imam syahid dengan
meracunnya.
"Imam Ja'far bin
Muhammad, putra Imam kelima, lahir pada tahun 83 H/702 M. Dia wafat pada tahun
148 H/757 M, dan menurut riwayat kalangan Syi'ah diracun dan dibunuh karena
intrik Al-Mansur, khalifah Bani Abbasiyah. Setelah ayahnya wafat dia menjadi
Imam keenam atas titah Illahi dan fatwa para pendahulunya."
Masa hidup Sebelum Imamah: 31 tahun (83-114 H)
Imamah: 34 tahun
(114-148 H)
Perkembangan Mazhab Dua
Belas Imam
Perkembangan pesat
Mazhab Dua Belas Imam
Selama masa keimaman
Ja'far ash-Shadiq inilah, mazhab Syi'ah Dua Belas Imam atau dikenal juga
Imamiah mengalami kesempatan yang lebih besar dan iklim yang menguntungkan
baginya untuk mengembangkan ajaran-ajaran agama. Ini dimungkinkan akibat
pergolakan di berbagai negeri Islam, terutama bangkitnya kaum Muswaddah untuk
menggulingkan kekhalifahan Bani Umayyah, dan perang berdarah yang akhirnya
membawa keruntuhan dan kemusnahan Bani Umayyah. Kesempatan yang lebih besar
bagi ajaran Syi'ah juga merupakan hasil dari landasan yang menguntungkan, yang
diciptakan Imam ke-5 selama 20 tahun masa keimamannya melalui pengembangan
ajaran Islam yang benar dan pengetahuan Ahlul Bait. Sampai sekarang pun mazhab
Syi'ah Imamiah juga dikenal dengan mazhab Ja'fari.
Murid-murid Ja'far
ash-Shadiq
Imam telah memanfaatkan
kesempatan ini untuk mengembangkan berbagai pengetahuan keagamaan sampai saat
terakhir dari keimamannya yang bersamaan dengan akhir Bani Umayyah dan awal
dari kekhalifahan Bani Abbasiyah. Ia mendidik banyak sarjana dalam berbagai
lapangan ilmu pengetahuan aqliah (intelektual) dan naqliah (agama) seperti:
• Zararah,
• Muhammad bin Muslim,
• Mukmin Thaq,
• Hisyam bin Hakam,
• Aban bin Taghlib,
• Hisyam bin Salim,
• Huraiz,
• Hisyam Kaibi Nassabah, dan
• Abu Musa Jabir Ibn Hayyan, ahli kimia. (di Eropa dikenal dengan
nama Geber)
Bahkan beberapa sarjana
terkemuka Sunni seperti:
• Sufyan ats-Tsauri,
• Abu Hanifah (pendiri Madzhab Hanafi),
• Qadhi Sukuni,
• Qodhi Abu Bakhtari,
• Malik bin Anas (pendiri Madzhab Maliki)
Mereka beroleh
kehormatan menjadi murid-muridnya. Disebutkan bahwa kelas-kelas dan
majelis-majelis pengajaranya menghasilkan empat ribu sarjana hadist dan ilmu
pengetahuan lain. Jumlah hadist yang terkumpul dari Imam ke-5 dan ke-6, lebih
banyak dari seluruh hadits yang pernah dicatat dari Imam lainnya.
Sasaran dari khalifah
yang berkuasa
Tetapi menjelang akhir
hayatnya, ia menjadi sasaran pembatasan-pembatasan yang dibuat atas dirinya
oleh Al-Mansur, khalifah Bani Abbasiyah, yang memerintahkan penyiksaan dan
pembunuhan yang kejam terhadap keturunan Nabi, yang merupakan kaum Syi'ah,
hingga tindakan-tindakannya bahkan melampaui kekejaman Bani Umayyah. Atas
perintahnya mereka ditangkap dalam kelompok-kelompok, beberapa dan mereka
dibuang dalam penjara yang gelap dan disiksa sampai mati, sedangkan yang lain
dipancung atau dikubur hidup-hidup atau ditempatkan di bawah atau di antara
dinding-dinding yang dibangun di atas mereka.
Penangkapannya
Hisyam, khalifah Bani
Umayyah, telah memerintahkan untuk menangkap Imam ke-6 dan dibawa ke Damaskus.
Belakangan, Imam ditangkap oleh As-Saffah, khalifah Bani Abbasiyah dan dibawa
ke Iraq. Akhirnya Al-Mansur menangkapnya lagi dan dibawa ke Samarra, Iraq untuk
diawasi dan dengan segala cara mereka melakukan tindakan lalim dan kurang
hormat dan berkali-kali merencanakan untuk membunuhnya. Kemudian Imam diizinkan
kembali ke Madinah, di mana dia menghabiskan sisa hidupnya di Madinah, sampai
dia diracun dan dibunuh melalui upaya rahasia Al-Mansur.
Riwayat mengenai Ja'far
ash-Shadiq
Dari Malik bin Anas
Imam Malik menceritakan
pribadi Imam Ja'far ash-Shadiq dalam kitab Tahdhib al-Tahdhib, Jilid 2, hlm.
104:
"Aku sering
mengunjungi ash-Shadiq. Aku tidak pernah menemui dia kecuali dalam salah satu
daripada keadaan-keadaan ini:
1. dia sedang salat,
2. dia sedang berpuasa,
3. dia sedang membaca kitab suci al-Qur'an.
Aku tidak pernah melihat
dia meriwayatkan sebuah hadits dari Nabi SAW tanpa taharah. Ia seorang yang
paling bertaqwa, warak, dan amat terpelajar selepas zaman Nabi Muhammad SAW.
Tidak ada mata yang pernah, tidak ada telinga yang pernah mendengar dan hati
ini tidak pernah terlintas akan seseorang yang lebih utama (afdhal) melebihi
Ja'far bin Muhammad dalam ibadah, kewarakan dan ilmu pengetahuannya."
Dari Abu Hanifah
Pada suatu ketika
khalifah Al-Mansur dari Bani Abbasiyah ingin mengadakan perdebatan antara Abu
Hanifah dengan Imam Ja'far ash-Shadiq. Khalifah bertujuan untuk menunjukkan
kepada Abu Hanifah bahwa banyak orang sangat tertarik kepada Imam Ja'far bin
Muhammad karena ilmu pengetahuannya yang luas itu. Khalifah Al-Mansur meminta
Abu Hanifah menyediakan pertanyaan-pertanyaan yang sulit untuk diajukan kepada
Imam Ja'far bin Muhammad di dalam perdebatan itu nanti. Sebenarnya Al-Mansur
telah merencanakan untuk mengalahkan Imam Ja'far bin Muhammad, dengan cara itu
dan membuktikan kepada orang banyak bahwa Ja'far bin Muhammad tidaklah luas
ilmunya.
Menurut Abu Hanifah,
"Al-Mansur meminta
aku datang ke istananya ketika aku tidak berada di Hirah. Ketika aku masuk ke
istananya, aku melihat Ja'far bin Muhammad duduk di sisi Al-Mansur. Ketika aku
memandang Ja'far bin Muhammad, jantungku bergoncang kuat, rasa gentar dan takut
menyelubungi diriku terhadap Ja'far bin Muhammad lebih daripada Al-Mansur.
Setelah memberikan salam, Al-Mansur memintaku duduk dan dia memperkenalkanku
kepada Ja'far bin Muhammad. Kemudian Al-Mansur memintaku mengemukakan pertanyaan-pertanyaan
kepada Ja'far bin Muhammad. Aku pun mengemukakan pertanyaan demi pertanyaan dan
dia menjawabnya satu persatu, mengeluarkan bukan saja pendapat ahli-ahli fiqih
Iraq dan Madinah tetapi juga mengemukakan pandangannya sendiri, baik dia menerima
atau menolak pendapat-pendapat orang lain itu sehingga dia selesai menjawab
semua empat puluh pertanyaan sulit yang telah aku sediakan untuknya."
Abu Hanifah berkata
lagi,
"Tidakkah telah aku
katakan bahwa dalam soal keilmuan, orang yang paling alim dan mengetahui adalah
orang yang mengetahui pendapat-pendapat orang lain?"
Lantaran pengalaman itu,
Abu Hanifah berkata,
"Aku tidak pernah
melihat seorang ahli fiqih yang paling alim selain Ja'far bin Muhammad."
[6]
Imam Ja'far ash-Shadiq
sering berkata
"Hadits-hadits yang
aku keluarkan adalah hadits-hadits dari bapakku. Hadits-hadits dari bapakku
adalah dari kakekku. Hadits-hadits dari kakekku adalah dari Ali bin Abi Thalib,
Amirul Mu'minin. Hadits-hadits dari Amirul Mu'minin Ali bin Abi Thalib adalah
hadits-hadits dari Rasulullah SAW dan hadits-hadits dari Rasulullah SAW adalah
wahyu Allah Azza Wa Jalla."
Bacaan
- https://id.wikipedia.org/wiki/Ja%27far_ash-ShadiqJa'far ash-Shadiq Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
- Artikel “Ja'far ash-Shadiq” Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia beba https://id.wikipedia.org/wiki/Ja%27far_ash-Shadiq
- Artikel “Nasab AHLU-BAIT Nabi dari Keluarga Alawiyin https://ahlulbaitrasulullah.blogspot.com/2012/09/nasab-ahlu-bait-nabi-dari-keluarga.html
- Muqarnas: An Annual on Islamic Art and Architecture Halaman 43
- "Biography Sayyid al-Dibaji".
1. Kahuripan/Tanjungpuri adalah kerajaan yang sama dengan Kerajaan Nan Sarunai
Menurut mitologi suku Maanyan (suku tertua di Kalimantan
Selatan), kerajaan pertama di Borneo Selatan adalah Kerajaan Nan Sarunai yang
diperkirakan wilayah kekuasaannya terbentang luas mulai dari daerah Tabalong
hingga ke daerah Pasir.
Keberadaan mitologi
Maanyan yang menceritakan tentang masa-masa keemasan Kerajaan Nan Sarunai
sebuah kerajaan purba yang dulunya mempersatukan etnis Maanyan di daerah ini
dan telah melakukan hubungan dengan pulau Madagaskar. Kerajaan ini mendapat
serangan dari Majapahit. Sehingga sebagian rakyatnya menyingkir ke pedalaman
(wilayah suku Lawangan). Salah satu
peninggalan arkeologis yang berasal dari zaman ini adalah Candi Agung yang
terletak di kota Amuntai. Pada tahun 1996, telah dilakukan pengujian C-14
terhadap sampel arang Candi Agung yang menghasilkan angka tahun dengan kisaran
242-226 SM (Kusmartono dan Widianto, 1998:19-20). Menilik dari angka tahun
dimaksud maka Kerajaan Nan Sarunai/Kerajaan Tabalong/Kerajaan Tanjungpuri
usianya lebih tua 600 tahun dibandingkan dengan Kerajaan Kutai Martapura di
Kalimantan Timur (Sahriansyah 2015).
Sementara itu menurut sumber kuat
(arkeologis ) menyebutkan bahwa Kerajaan Tanjung Puri adalah kerajaan yang sama
dengan Kerajaan Nan Sarunai di Kalimantan Selatan.
Kerajaan Nan Sarunai adalah sebuah
kerajaan purba, pada masa keemasannya berdatanganlah Para imigran Melayu
keturunan Sriwijaya ke tanah Borneo ini, mereka datang ke Tanjungpuri sekitar
abad ke-4 M, mereka memiliki budaya lebih maju dari pada penduduk lokal atau
suku Dayak pada saat itu, mereka yang menempati pemukiman yang berlokasi di
daerah pesisir Sungai Tabalong
Semakin lama perkampungan yang
mereka tempati semakin ramai dan kemudian berkembang menjadi sebuah kerajaan
kecil bernama Tanjung Puri di bawah kekuasaan Kerajaan Nan Sarunai,
Pada suatu saat, kota Tanjungpuri
mulai berkembang pesat dan menjadi daerah perdagangan yang ramai, serta
rakyatnya hidup dalam kemakmuran dan sejahtera.
Kerajaan Nan Sarunai adalah kerajaan purba di Kalimantan Selatan yang diyakini berdiri tahun 242 SM-1389M. Ia sebuah Kerajaan yang mempersatukan etnis Suku Dayak dan etnis Malayu di Kalimantan saat itu tetapi tidaklah banyak terixspots nama raja-rajanya yang berkuasa sebelumnya. Seperti menurut ceritra orang-orang Dayak pahuluan bahari bahwa Japatra Batu, Gupitra Dewa, Sarawin, Mandauwin dan Sumpit Arang adalah nama raja Nan Sarunai
Sedangkan Kerajaan Tanjungpuri diyakini bawahan Nan Sarunai, kedua Kerajaan ini sangat rukun, berkelurga dan bersaudara dekat, bahkan tidak pernah ada permusuhan diantara kedua kerajaan tersebut. Walaupun kedua kerajaan tersebut berbeda keyakinan, tetapi tetap saling menghormati, menjaga, dan saling membantu. (Artikel (KERAJAAN TANJUNGPURI DI TANJUNG TABALONG
2. Sekelompok suku Melayu Tua di pulau
Kalimantan
Nama Dayak mulanya adalah sebutan untuk penduduk asli di
Pulau Kalimantan. Suku Dayak, memiliki 405 sub-sub suku yang setiap sub sukunya
memiliki adat, tradisi serta budaya yang hampir sama. Suku Dayak, merupakan
suku yang berasal dari Kalimantan akan tetapi suku Dayak juga tersebar hingga
ke Sabah dan Sarawak, Malaysia (Artikel Tradisi Suku Dayak & Asal-Usul Suku
Dayak).
Menurut pemerhati sejarah Mudjahidin. S (2010) Dari
kisah orang dahulu hiduplah sekelompok suku Melayu Tua di pulau Kalimantan yang
terdiri dari lima kelompok suku,ke-5 suku itu dipimpin masing-masing lima orang
bersaudara, ke-5 suku tersebut sudah mempunyai sistem kepemimpinan bahwa yang
muda taat pada yang tua. Kelima bersaudara tersebut bernama :
- Abal,
- Anyan,
- Aban,
- Anum,
- Aju,
Mereka ini sangat berilmu dan sakti,
bijak dan berwibawa. Negeri yang mereka bangun tersebut diberinama Nan
Marunai/dikenal kerajaan Nan Sarunai, yang artinya
Marunai = memanggil dengan suara
nyaring (keras belagu)
Sarunai = menyaru dengan suara
seperti suling.
Dahulu dinegeri ini jika memanggil
orang (mengumpulkan orang) dengan berteriak (bahalulung : Banjar) keras
suaranya berirama sesuai maksud panggilannya.
Nama Sarunai itu sendiri
dimaknai dengan arti “sangat termasyhur”.Penamaan ini bisa jadi mengacu pada
kemasyhuran Suku Dayak Maanyan pada masa silam, di mana mereka terkenal sebagai
kaum pelaut yang tangguh, bahkan mampu berlayar hingga ke Madagaskar di Afrika.
Dari cerita suku Dayak Tua, bahwa
kelima saudara ini titisan dari dewa Batara Babariang Langit, ia kawin dengan.
Putri Mahuntup Bulang anak dari Batari Maluja Bulan dan melahirkan laki-laki
an.Maanyamai, dan Maanyamai beristri putri Galuh dan istrinya melahirkan anak
bernama Andung Prasap. Konon ia sangat sakti. Dan ia membangun Negeri Nan
Marunai (Nan Sarunai) kemudian Andung Prasap beristri anak Raja menggaling
Langit dan melahirkan kelima saudara tersebut di atas. Dari kelima saudara
tersebut inilah cikal bakal suku-suku Dayak dari pulau Borneo atau Kalimantan Timur, Tengah, Utara dan
Selatan. Orang tua mereka menyuruh mereka berpencar mengembara, konon Abal ke
daerah Timur, menjadi suku Aba, Anum ke daerah utara melahirkan suku Otdanum,
Aju menetap ketengah benua, jadi suku Ngaju, sedangkan Anyan keselataan
melahirkan suku Maanyan. Dan mereka tersebut diberi pitua :” Tabu/ dilarang
bacakut papadaan apalagi bermusuhan, karena mereka satu daerah satu nyawa,
menurut pitua Nenek Moyang mereka mengatakan (pitua) Terkutuk apabila Bakalahi
sata manggungan.
3.Dayuhan dan Intingan Datunya Orang Banua Lima
Konon dipulau Borneo di daerah pesisir sungai Barito pada sekitar awal abad ke-13 Masihi hiduplah dua orang Pangeran bersaudara yang terpelajar dan berilmu dan dua orang pengiran ini bernama Datu Dayuhan dan Datu Intingan nama aslinya (Bambang Basiwara), keduanya masih keluarga dekat, sepupu sekali Raden Japutra Layar Raja Dayak Nan Sarunai.
Menurut ceritra orang-orang Dayak pahuluan bahwa ayah kedua orang bersaudara ini bernama Raden Gupitra Bajawara (Datu Paluy) adik kandung Raden Gupitra Dewa salah satu Raja Nan Sarunai. Dimasa mudanya Dayuhan dan Intingan adalah menjabat Patih dari 40 patih kerajaan Nan Sarunai, dan Dayuhan menikah dengan Dyang Nilam Baiduri anak pembesar Kerajaan Tanjungpuri/kahuripan menurunkan 5 orang anak :
- Datu Panglima Angkin,
- Datu Panglima Angara,
- Datu Panglima Kumbang,
- Nini Dara Kambang dan
- Datu Panglima Kantawan,
kelima anaknya setelah dewasa menjadi orang terpelajar dan berilmu mereka mengabdi pada Raja Nan Sarunai. Bambang Basiwara dan anak-anaknya mengabdi di Kerajaan Tanjungpuri dan Dayuhan dan anak-anaknya mengabdi di Kerajaan Nan Sarunai. Sedangkan Datu Intingan dimasa mudanya menikah dengan Dyang Intan Baiduri (salah seorang Putri Imigran Melayu keturunan Sriwijaya). Hasil pernikahan keduanya menurunkan lima orang anak laki-laki
- Datu Panglima Alai
- Datu Panglima Tabalong
- Datu Panglima Balangan
- Datu Panglima Hamandit
- Datu Panglima Tapin
kelima bersaudara ini, mempunyai profisi dan keahlian berbeda sehingga tak mudah ditaklukkan lawannya.
Dilansir dari Artikel “Datu Banua
Lima, Panglima yang ditakuti Prajurit Majapahit” bahwa Nama Datu Banua Lima
cukup dikenal warga Banjar di Kalimantan Selatan. Datu Banua Lima merupakan
gelar bagi lima panglima Kerajaan Tanjungpuri yang terkenal sakti dan ditakuti
kerajaan lain termasuk prajurit Majapahit pada awal abad ke 14 masehi.
Berdasarkan hikayat Datu Banua Lima, kelima Panglima tersebut yang pertama
bergelar Panglima Alai, merupakan ahli politik dan strategi perang. Kedua,
Panglima Tabalong, yang terkenal gagah, kuat, pemberani, dan berjiwa ksatria.
Ketiga, Panglima Balangan yang berwajah tampan, pintar, dan suka menuntut ilmu
kanuragan. Sedangkan yang keempat dan kelima adalah si kembar yang bergelar
Panglima Hamandit dan Panglima Tapin. Mereka berdua ini terkenal keras dan suka
berkelahi. Kala itu Kerajaan Tanjungpuri berhubungan baik dengan Kerajaan Nan
Serunai tetangganya. Walau berbeda keyakinan Kerajaan Tanjungpuri yang
mayoritas pengikutnya beragama Buddha sedangkan Kerajaan Nan Sarunai pengikut
ajaran Kaharingan. Datu Dayuhan menjadi Kepala Suku Dayak pegunungan Maratus
setelah Kerajaan Dayak Nan Sarunai dan bawahannya runtuh. (Artikel “Datu Banua Lima, Panglima yang
Ditakuti Prajurit Majapahit”
4. Dua Patih Menumpas Raja Penyamun Datu Simali'ing
Konon dimasa kekuasaan Raden Japatra Batu anak dari Raden
Gupitra Dewa Raja Dayak Nan Sarunai, di kaki Pegunungan Meratus pernah hidup Sekelompok
orang gerombulan penyamun yang takuti dipimpin seorang datu yang bernama Datu Sumali’ing
dan Keenam saudaranya (Sumaling.Mali’ing. Uli’ing, Uma’ing Ali’ing dan
Sali’ing). Profisi mereka sebagai penyamun. Pembegal, perampok pebuat onar dan
resah masyarakat sekitarnya. Mereka sering merampok membegal rumah-rumah
penduduk dan mengambil harta benda mereka dan taksegan-segan memperkosa
isteri orang dan anak gadis dan membunuh
mereka bila melawan kemauan mereka. Saat itu Masyarakat yang tinggal di kaki Pegunungan
Meratus sangatlah berduka cita, sedih, takut berniaga, takut bertani, takut berkebun,
takut mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan anak isteri mereka dengan adanya
prilaku Datu Sumali’ing ini. Konon
Datu Sumali’ing ini memiliki kesaktian yang sangat sukar
dikalahkan. Beliau ini sangat sakti, kebal terhadap senjata, kebal terhadap
peluru, konon Datu Sumali’ing ini memiliki aji sirep merubah sukma menjadi
batu, bila ritual aji sirep dibacanya maka terlihat yang paling hebat dari
beliau adalah kulit siapa saja yang terkena semburan air liur (ludah)-nya
langsung berubah menjadi batu bila beliau menghendakinya. Banyak sudah anggota Masyarakat
yang menjadi korban beliau, sampai-sampai binatang juga banyak yang berubah
menjadi batu. Salah sedikit, datu ini langsung marah dan meludahi, “Cuuuuuh….”,
tetapi kulit yang mengandung darah seperti manusia atau binatang yang kena akan
berubah menjadi batu.
Karena beliau merasa sakti dan tidak ada lawan yang
menandingi, lalu beliau sesumber mulut, berucap
akulah penguasa Pegunungan Meratus. Akhirnya tersiar kabar bahwa ttg
keganasan dan kebejatan beliau dan ke-6 saudaranya menguasai Pegunungan
Meratus, dan sampailah kabar berita tersebut ke telinga Raden Japatra Batu
Raja Nansrunai saat itu. Lalu ia memanggil dua Patihnya Datu Ayuh dan Datu
Intingan. untuk merundingkannya ttg cara menangkap dan menghukum para Penyamun
ganas yang sering meresahkan masyarakat.
Kemudian Raja mengutus dua orang Patihnya Datu Ayuh dan
Datu Intingan untuk menumpas perampok pembuat
onar dan resah masyarakat sekitarnya.
Kemudian mereka berdua mengatur strategi, setelah
dikira-kira matang strategi tersebut, keduanya berangkat dengan membawa 27
orang prajurit bersenjata lengkap dengan perisainya menuju tempat persembunyian para penyamun Datu
Sumali’ing dan Keenam saudaranya.
Ketika dekat tempat persembunyian mereka, Dari kejauhan diseberang gunung Datu
Ayuh dan Datu Intingan melihat Datu Sumali’ing dan Keenam saudaranya berjalan
pulang sambil memikul 6 ekor payau (rusa, menjangan). Mereka menuju pemukimannya.
Rupanya Datu Sumali’ing ini baru saja berburu dan mendapat 6 ekor payau.
Kemudian atas perintah Datu Patih Dayuhan Parajurit
mengapung pemukiman para penyamun tersebut, terjadilah perlawanan Datu
Sumali’ing dan Keenam saudaranya, Datu Dayuhan bertempur melawan Datu
Sumali’ing dan datu Intingan dan sebagian Parajuritnya bertempur melawan Keenam
saudara Datu Sumali’ing dan sebagian Parajuritnya melepaskan anak gadis yang
menjadi tawanan Datu Sumali’ing.
2jam kemudian Datu Iningan berhasil melumpuhkan Keenam
saudara Datu Sumali’ing, tapi sayang berbagi tali pengikat selalu terputus dengan
mudahnya ketika bersentuhan dengan tangan mereka, kecuali tali imbaran yang
mampu meruntuhkan kesaktian mereka. maka tali pengikat tangan dan kaki mereka
diganti dengan tali Imbaran yang biasa digunakan tali lanjung atau tali
kandutan, masing-msing diikat dipohon kayu yang berbeda.
6 jam berlalu Datu Dayuhan bertempur melawan Datu
Sumali’ing berbagai kesaktian sudah dikeluarkan, berbagai senjata sudah ditikamkan
tetapi tak ada yang kalah dan terluka dalam pertempuran itu.
Kemudian Datu Sumali’ing duduk bersila disebuah batu,
tanpa menghiraukan serangan senjata musuh yang mengenai tubuhnya, kedua matanya
terpejam, kedua tangan diletakan kadanya, kedua bibirnya kumat kamit membaca
mantera ritual aji sirep merubah sukma menjadi batu, ia ingin cepat mengalahkan
lawan dengan aji pemungkasnya karena kelelahan ritualnya terganggu dengan
sering mengkuap maka mulutnya terbuka lebar. Sementara kedua lawannya sedang
bersiap-siap hendak menyumpit Datu Sumali’ing yang ingin mengeluarkan aji
pemungkasnya.
Pada saat ingin meniup sumpit, tiba-tiba keduanya
terkejut lantaran ada suara gaib yang membisikkan di kedua telinga mereka. Kata
suara gaib tersebut, “Kalau kalian ingin mengalahkan Sumali’ing maka sumpitlah
di kerongkongannya.” Setelah suara gaib tadi hilang, cepat-cepat keduanya
bersiap-siap untuk menyumpit. Kebetulan waktu itu Datu Sumali’ing menguap panjang
karena ngantuk. Langsung saja keduanya meniup sumpitnya ke arah kerongkongan
Datu Sumali’ing. Pphuuuuuuu…pphuuuuuuuu..!!! Anak sumpit kedua datu ini dari
seberang gunung bergerak sangat cepat. Kkhaaapp..kkhaappp..!! Dua buku anak
sumpit tertancap tepat di dalam kerongkongannya, Datu Sumali’ing tersungur dari
tempat duduknya, ia dapat dilumpuhkan, kemudian kaki & tangannya
diikat dengan seutai tali lanjung. Untuk
dibawa kehadapan Raja Japatra Batu penguasa
kerajaan Nan Sarunai saat itu.
Tidak lama setelah itu terdengar bunyi petir yang sangat
keras dan langit tiba-tiba berubah menjadi gelap. Terdengar suara gaib di kedua
telinga mereka yang ada disitu. Kata suara gaib tersebut,
“Hai Sumali’ing, karena kau dan ke-6 saudaramu sering
berbuat jahat, salah jalan menggunakan ilmu yang kami berikan, maka hari kalian
kami benam dalam sebuah bukit untuk pelajaran orang-orang sesudah kalian”. Tidak
lama setelah itu, tiba-tiba cuaca langit berubah terang kembali. Datu Ayuh dan
Datu Intingan yang masih berada tidak jauh dari tempat itu sangat terkejut
melihat Datu Sumali’ing dan Keenam saudaranya tadi berubah menjadi 7 buah
gundukan bukit. Akhirnya 7 buah gundukan bukit tersebut oleh masyarakat
setempat diberi nama “Gunung Kapala Pitu”, yaitu satu kepala Datu Sumali’ing
dan 6-nya lagi kepala saudaranya.
5.Kerajaan Dayak Maanyan Nan Sarunai
Menurut Sejarah tradisi lisan suku Dayak bahwa Kerajaan Dayak Maanyan yang bernama
Kerajaan Nan Sarunai, pernah berdiri di daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara
Amuntai. "Nan Sarunai diyakini berada di Amuntai, daerah yang terletak di
pertemuan Sungai Negara, Sungai Tabalong, dan Sungai Balangan yang bemuara di
Laut Jawa. Daerah itu berjarak sekira 190 kilometer dari Banjarmasin, ibukota
Provinsi Kalimantan Selatan sekarang" (Raditya 2018)
6. Ekspedisi militer Pertama Kerajaan
Majapahit
Sejarah menyebutkan bahwa Kerajaan Dayak Maanyan yang bernama Kerajaan Nan Sarunai, berdiri dan bertahan berabad-abad di Kabupaten Hulu Sungai Utara Amuntai. "Nan Sarunai diyakini berada di Amuntai, terletak di pertemuan Sungai Negara, Sungai Tabalong, dan Sungai Balangan yang bemuara di Laut Jawa. Nan Sarunai adalah kerajaan Dayak yang kuat dan hebat dan rakyatnya makmur. Buktinya dua kali pasukan Majapahit menyerang kerajaan Nan Sarunai tetapi selalu dapat dipatahkan.
Menurut hikayat Datu Banua Lima bahwaTahun 1309 M Kerajaan Dayak Nan Sarunai dipimpin raja bernama Raden Japutra Layar.
Menurut ceritra orang-orang Dayak pahuluan bahari bahwa Raden Japutra Layar, ia anak Raden Japatra Batu dan ia anak Raden Gupitra Dewa konon Gupitra Dewa punya adik kandung bernama Raden Gupitra Bajawara (Datu Paluy anak dari Datu Sarawin) kakeknya Dayuhan. Seorang Raja yang dalam waktu satu genarasi masa memimpin kerajaannya antara 35-40 tahun yang bertakhta di Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan saat itu. Kemudian penerus Kerajaan Dayak Nan Sarunai dipimpin oleh Raden Neno antara 1339-1341.yaitu anak Raden Japutra Layar.
Menurut Sri Naida, pemerhati sejarah mengatakan bahwa "walau Kerajaan Nansarunai itu dianggap lenyap, toh eksistensi Dayak Maanyan itu tetap ada. Terbukti, dengan adanya 7 uria (petinggi Kerajaan Nansarunai) dan 40 patih yang akhirnya membentuk suku-suku yang ada di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah"
Diceritrakan bahwa Kerajaan
Majapahit mengirim ekspedisi militer pertama ke wilayah Borneo. Yang mula-mula
diserang adalah Kerajaan Nan Sarunai. Sekitar 5.000 pasukan Majapahit datang
dengan kapal-kapal laut melewati Sungai Barito yang dipimpin oleh Senopati Arya
Manggala. Dengan membawa pasukan yang sangat banyak tersebut, lalu pasukan
Kerajaan Nan Sarunai dengan gagah berani menyambut kedatangan serangan mereka
dengan pasukan yang sudah matang dipersiapkan sebelumnya. Lalu terjadilah
peperangan sengit antara dua kobo kerajaan ini.
Setelah dua hari bertempur dimedan
laga menghadapi pasukan Nansarunai yang tangguh dan kuat, akhirnya pasukan
Majapahit mampu dipukul mundur oleh pasukan Nan Sarunai yang dipimpin Datu
Panglima Angkin tarkanal sakti (anak Datu Dayuhan), bahkan pemimpin pasukan
Majapahit ketika itu yaitu Seopati Arya Manggala roboh bersimbah darah dengan
liher putus akibat terkena sebitan Mandaunya senjata asli Suku Dayak.
Mengetahui pemimpin pasukannya
tewas lalu sisa-sisa pasukan Majapahit lari terbirit-birit tunggang langgang
menuju kapal untuk menyelamatkan diri dari gempuran dan kejaran pasukan Nan
Sarunai dan akhirnya mereka pulang ke
tanah Jawa. Kerajaan Majapahit gagal dalam ekspedisi pertama ini, untuk
menaklukan Kerajaan Nan Sarunai (Artikel “Datu Banua Lima, Panglima yang
Ditakuti Prajurit Majapahit” diterbitkan SINDOnews.com pada Jum'at, 03 Juli
2015)
Dilansir dari Artikel “Datu Banua
Lima, Panglima yang Ditakuti Prajurit Majapahit” bahwa Pada saat itu, Kerajaan
Majapahit sangat berambisi untuk menguasai nusantara termasuk tanah Borneo,
Kalimantan. Hal itu terjadi karena Maha Patih Gajah Mada sudah bersumpah untuk
menguasai dan menyatukan nusantara. Menurut mata-mata Majapahit ada yang
mengatakan bahwa kedua kerajaan di Borneo tersebut adalah rakyatnya sangat makmur
karena istananya berlapiskan emas. Mendengar hal itu, Prabu Hayam Wuruk, Raja
Majapahit begitu berambisi untuk menguasai kedua buah kerajaan tersebut,
7.Ekspedisi militer Kedua Kerajaan Majapahit
Setelah gagal dalam ekspedisi
pertama, Majapahit kembali mengirim ekpedisi militer kedua. Ekspedisi kedua
kali ini dipimpin langsung Laksamana Nala yang diikuti isterinya dengan membawa
dua kali lipat pasukan dari ekspedisi pertama. Dalam rombongan pasukan besar
ini terdapat juga pasukan khusus Majapahit yang terkenal yaitu pasukan
Bhayangkara. Pada ekspedisi kedua ini pasukan Majapahit belum berhasil
menaklukkan Kerajaan Nan Saruna
Diceritrakan pula bahwa dimasa awal Raden Anyan memimpin kerajaan Dayak Nansarunai menggantian ayahnya Raden Neno. menurut Hikayat Datu Banua Lima ada seorang panglima kerajaan berasal dari suku Dayak Alai yang terkenal dengan sebutan Panglima Alai. Bersama lima panglima lainnya yaitu Panglima Tabalong, Panglima Balangan, Panglima Hamandit dan Panglima Tapin dengan membawa 1000 orang pasukan mereka sukses menghalau serangan kerajaan Majapahit pada tahun 1356M.
Laksamana Nala pulang ke tanah Jawa dengan sengaja ia meninggalkan isterinya Damayanti (Samoni Batu nama samaranya) di wilayah /tempat kekuasaan musuhnya tujuannya untuk mengetahui kelemahan musuhnya dengan alasan kapal tidak dapat merapat kepantai karena terjadi musim kemarau saat itu. Beberapa tahun kemudian musim kemarau telah berakhir menyamar sebagai saudagar Pedagabg kaya berlabuh di sungai Barito Laksamana Nala menjemput isterinya yang sedang menggendung seorang anak. Disinilah awal bermula timbul rasa .dendam Laksamana Nala dengan Raja Nansarunai karena ia menikahi & menghamili Samoni Batu yang sudah bersuami dan lewat keterangan isterinya tersebut ia mengetahui sumur gua tempat persembunyiannya dan rahasia kelemahan musuhnya.
8. Ekspedisi militer Ketiga Kerajaan Majapahit
Pada 1389 M. Majapahit kembali
mengirim ekpedisi militer ketiga Ekspedisi ini dipimpin langsung Laksamana Empu
Jatmika dan diikuti Laksamana Nala. Pada ekspedisi ketiga ini pasukan Majapahit
melakukan siasat perang yakni penyusupan-penyusupan dari dalam yang tidak
disadari lawannya, berupa memasukan kapal yang datang ke darmaga pelabuhan
secara bertahap, di wilayah Kerajaan Nan Sarunai, hingga tak dicurigai lawan,
mereka menyamar sebagai saudagar pedagang kaya yang banyak pelayannya untuk
mengetahui kelemahan lawan, penyamaran ini dilakukan dalam waktu yang lama
hingga kelemahan lawan ditemukan.
Kemudian baru mengadakan serangan
secara tiba-tiba hingga berhasil menaklukkan Kerajaan Nan Sarunai, bahkan
serangan ketiga tersebut Raja Nan Sarunai yang bergelar Datu Tatuyan Wulau
Miharaja Papangkat Amas yang terkenal konon sakti mandarguna tetapi ia diduga
gugur dalam konvirasi peperangan. Peristiwa runtuhnya Kerajaan Nan Sarunai yang
oleh orang-orang dayak Maanyan dikenal dengan istilah “Nan Sarunai Usak Jawa”.
Konon atas petunjuk isterinya,
diduga Raja Nan Sarunai terbunuh dengan sebuah tombak sakti miliknya sendiri
yang dilakukan oleh Laksamana Nala di dalam sebuah sumur gua tempat persembunyiannya.
Versi lain menyebutkan bahwa yang ditangkap dan dibunuh dengan sebuah tombak
sakti itu adalah Raksa Gangsa pengawal setia Raden Ayan (adik kandung isterinya).
Raden Ayan sendiri selamat dari
konvirasi penangkapan dan pembunuhan saat itu ia melarikan diri menuju Banua
Lawas Amuntai dan bersembunyi disana hingga akhir hayatnya. Sedangkan Ratu
Kerajaan Nan Sarunai yang bergelar Dara Gangsa Tulen dan sebagian keluarganya
lari menyelamatkan diri menuju pedalaman dibantu dua orang Punggawanya.
Akibat serangan Kerajaan Majapahit
tersebut, maka Kerajaan Nan Sarunai yang dipimpin oleh Raden Anyan yang
menyandang gelar Datu Tatuyan Wulau Miharaja Papangkat Amas disebut-sebut
sebagai raja terakhir Nan Sarunai saat itu telah dihancurkan dan ditaklukan Maka suku
Dayak Maanyan tersebut terdesak dan terpencar atau tercerai berai
atau lari ke pedalaman. Sebagian mereka masuk ke pedalaman hulu sungai.
Ada tiga ekspedisi militer dilakoni
Kerajaan Majapahit dalam misi menaklukkan Kerajaan Nansarunai. Hingga, penetrasi atau penyerangan III
terjadi pada 1350-1389, di masa Raja IV Majapahit bernama Sri Hayam Wuruk atau
Rajasanagara yang berkuasa pada 1350-1389, dengan Maha Patih Gajah Mada (yang
wafat pada 1362), terbilang sukses.
Atas perintah Hayam Wuruk, pasukan
Majapahit pimpinan Empu Jatmika menyerang Nan Sarunai hingga takluk. Kemudian, Empu Jatmika membangun kerajaan
baru bernama Negara Dipa yang bernaung di bawah kekuasaan Majapahit dan
menganut agama Hindu.
9. Dua orang Punggawa Penyelamat Ratu Dayak Nansaruni
Menurut Ahmad atau Amat yang saya
wawancarai, ia asal dayak Bayumbung yang sudah muslim ceritera dari
datuk-neneknya bahwa "Saat penyerangan tentara Maja Pahit yang ke-3 ke
Kalimantan Selatan tahun 1389M Dara Gangsa Tolen Ratu Raja Dayak Nansarunai
juga ikut lari/mengungsi bersama sebagian rakyatnya menyelamatkan diri ke daerah
pedalaman dibantu Pengawal setianya yang bernama Raksajiwa, adik kandungnya sendiri hingga perjalanan
mereka tiba di Paramasan dan bersembunyi di sana. Beliau telah wafat dan
bermakam di Pramasan Atas Kecamatan Paramasan dan makamnya masih ada malah
diberi lelangit kain kuning oleh Masyarakat Dayak disana".
Menurut Asmaji Kades Paramasan
Bawah yang saya wawancarai saat pernikahan sepupunya an. Yusran di Desa Bamban
bahwa "Kuburan Dara Gangsa Tulen Ratu Nansarunai terletak di Desa
Paramasan Atas dan Kuburannya itu sudah dibina oleh Pemerintah Kab.
Banjar."
Menurut Ahmad dan Ceritra datu
nenek kami bahwa “Amandit dan saudaranya Kantawan adalah nama dua orang
Punggawa Kerajaan Nan Sarunai dari Dayak Maanyan yang ditugaskan menyelamatkan
Dara Gangsa Tulen Ratu Nan Sarunai dan keluarganya dari kejaran-kejaran tentara
Majapahit. Punggawa Amandit membawa mereka lewat tanah kelahirannya hingga
perjalanan sampai ke- Desa Peramasan Atas Kab. Banjar. Nah di Desa inilah
terdapat sebuah nama bukit /gunung Panginangan Ratu dan makam Ratunya ada disana.”
Menurut ceritra masyarakat setempat
bahwa Pada masa menyelamatkan Dara Gangsa Tulen Ratu Nan Sarunai dan keluarganya perjalanan yang dipandu Dua
orang Punggawa Kerajaan Nan Sarunai yakni Amandit dan Kantawan, mereka singgah
di Kandangan beberapa waktu untuk bersembunyi dan beristirahat melepaskan lelah
di dalam sebuah “Gua” maka Gua tempat beristirahat Ratu Nan Sarunai tersebut
diberi nama oleh masyarakat setempat dengan nama “Gua Peranginan Ratu” gua
tersebut menjadi Objekwisata terletak digunung Parandakan sekarang menjadi
wilayah Kec. Lokpaikat.
Referensi :
1. Ceritera Artikel Datu Banua Lima, Panglima yang Ditakuti Prajurit Majapahit (Bagian-1)
https://daerah.sindonews.com/berita/1019516/29/datu-banua-lima-panglima-yang-ditakuti-prajurit-majapahit-bagian-1 neni
masyarakat Dayak Pegunungan Maratus
2. Artikel “Datu Dayuhan dan Datu Intingan vs Datu Simali'ing (Asal-Usul Gunung Kapala Pitu, Rabu, 13 Mei 2015 http://www.pendidikandasar.net/2015/05/datu-dayuhan-dan-datu-intingan-vs-datu.html
(Artikel “Datu Banua Lima, Panglima yang Ditakuti Prajurit Majapahit” diterbitkan SINDOnews.com pada Jum'at, 03 Juli 2015)
Referensi Artikel (KERAJAAN TANJUNGPURI DI TANJUNG TABALONG) Yuli Saputera Email: yulisaputera03@gmail.com Program Studi Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin